Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik apabila guru mampu mengerti,
memahami, dan memperhatikan perbedaan-perbedaan siswa dalam hal kemampuan (ability),
kesiapan dan kematangan (maturity), dan kecepatan belajarnya. Ketidakmampuan guru
melihat dan memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dalam kelas selama proses
pembelajaran banyak membawa kegagalan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan
maupun kegagalan proses pembelajaran akan terlihat dalam bentuk prestasi belajar dan
perilaku siswa sebagai hasil belajar. Prestasi belajar yang baik menunjukkan adanya proses
belajar dan pembelajaran yang baik pula. Sebaliknya, proses belajar dan pembelajaran yang
kurang baik akan terlihat dari mayoritas prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan
(Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, 2014: 67).
Proses pembelajaran yang tidak berjalan lancar akan menimbulkan kesulitan belajar.
Kesulitan belajar dapat diartikan kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau
menyerap pelajaran. Sukmadinata (2011, h.162) mengungkapkan, dalam setiap
pembelajarannya seorang guru dituntut untuk selalu membuat inovasi dalam bentuk media
pembelajaran agar senantiasa tercipta suasana belajar yang aktif, menyenangkan, dan dapat
meningkatkan hasil belajar.

Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada siswa yang ditandai dengan adanya
bentuk perilaku yang menyimpang atau hasil belajar rendah dibandingkan dengan prestasi yang
dicapai sebelumnya (Sabri, 2007: 89). Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh adanya
hambatanhambatan tertentu. Hambatan yang demikian umumnya berupa faktor internal dan faktor
eksternal (Ahmadi, 2013:78). Faktor internal berasal dari diri sendiri 3 meliputi minat, motivasi,
intelegensi dan kesehatan. Faktor eksternal berasal dari luar diri meliputi keluarga, guru dan sekolah.

Kesulitan belajar pada siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Aunurrahman
(2008), Hakim (2008) dan Kartono (1985) ada dua faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa,
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minat, perhatian, motivasi dan kebiasaan
belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi metode pembelajaran, media pembelajaran dan
sumber belajar

Kesulitan belajar (Learning Dificullty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi
yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian
umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan fungsi
otak yang lazim disebut sebagai kesulitan dalam belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu
kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar(Ahmadi, 2008).

Pada kegiatan pembelajaran di sekolah, ada peserta didik yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun disisi lain tidak
sedikit pula peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Kesulitan
belajar siswa ditunjukan oleh adanya hambatan-hambatan untuk mencapai hasil belajar, dan
dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada dibawah semestinya. Menurut Burton
yang dikutip oleh Abin Syamsuddin seseorang diduga mengalami masalah atau kesulitan
belajar, apabila peserta didik tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu,
dalam batas waktu tertentu5. Banyak hambatan yang menyebabkan kesulitan belajar pada
peserta didik. Hambatan-hambatan tersebut berupa tidak dapatnya mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, dan mencipta.

1. Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada siswa yang ditandai dengan
adanya bentuk perilaku yang menyimpang atau hasil belajar rendah dibandingkan
dengan prestasi yang dicapai sebelumnya (Sabri, 2007:89). Rendahnya hasil belajar
siswa disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu. Hambatan yang demikian
umumnya berupa faktor internal dan faktor eksternal (Ahmadi, 2013:78). Faktor
internal berasal dari diri sendiri meliputi minat, motivasi, intelegensi dan kesehatan.
Faktor eksternal berasal dari luar diri meliputi keluarga, guru dan sekolah.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan adanya masalah,
yaitu:
1. Kesulitan belajar siswa dalam kemampuan kognitif pada materi protista.

2. Nilai siswa pada materi protista belum mencapai KKM yaitu 75.

3. Adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa

1.3 Batasan Masalah


Dari identifikasi masalah diatas maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi protista dari aspek kemampuan kognitif
di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Pembelajaran 2017/2018.

2. Faktor–faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar dalam mempelajari materi protista
di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Pembelajaran 2017/2018.

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi protista dari aspek
kemampuan kognitif di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Pembelajaran 2017/2018?
2. Apa saja faktor–faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dalam mempelajari
materi protista di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Pembelajaran 2017/2018?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini antara lain, yaitu:
1. Mengetahui kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi pokok protista dari aspek
kemampuan kognitif di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Pembelajaran 2017/2018.
2. Mengetahui faktor–faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dalam
mempelajari materi protista di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Pembelajaran
2017/2018.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Menambah dan mengembangkan wawasan keilmuan yang berkaitan dengan analisis
kesulitan belajar dan upaya dalam mengatasi kesulitan siswa tersebut.

2. Membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.

3. Mengurangi faktor–faktor yang menyebakan kesulitan belajar siswa.

1. Djamarah (2011) menyatakan bahwa: “Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak
didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun
gangguan dalam belajar.” Pada hakikatnya pembelajaran yang sesuai untuk kelompok siswa
yang mengalami kesulitan belajar adalah dengan mendapatkan perlakuan analisis kesulitan
belajar dan pelayanan remedial. Namun kenyataannya analisis kesulitan belajar dan
pelayanan remedial ini tidak dilakukan oleh guru. Analisis kesulitan belajar siswa merupakan
salah satu tugas guru dalam mengajar. Selain sebagai model yang dijadikan dasar dalam
rangka menyesuaikan program pembelajaran yang didasarkan atas individualitas siswa, juga
untuk menemukan anak yang memerlukan analisis yang lebih rinci tentang kesulitan belajar
mereka.
1. Menurut Mulyadi (2010: 6-7) kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi
dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin
juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya. Hambatan yang terjadi dapat bersifat
sosiologis, psikologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Gejala
kesulitan ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris, dan afektif, baik dalam
proses maupun hasil belajar yang dicapai.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Liza Yulia Sari (2013: 54)
penyebab sulitnya siswa dalam memahami materi biologi ditinjau dari segi siswa karena
siswa menganggap materi biologi bersifat hafalan, kemampuan berfikir dan motivasi
belajar rendah, kesiapan untuk belajar sangat kurang, dan tidak memiliki buku cetak.
Ahmadi, A dan Widodo, S. (2013). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Sabri, A. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.

Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar –Ruzz Media.

Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Aunurrahman. 2008. Belajar dan Pembelajaran Memadukan Teori-Teori Klasik dan Pandangan-
Pandangan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

Hakim, T. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Kartono. K. 1985. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta: CV Rajawali.

Ahmadi, A dan Widodo, S. (2013). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Sabri, A. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis


2.1.1 Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan.1 Pengertian belajar berikutnya menurut Mustaqim
Belajar adalah suatu proses perubahan. Perubahanperubahan itu tidak hanya perubahan lahir
tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi
dapat juga perubahanperubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu bukan
perubahan yang negatif, tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah
kemajuan atau ke arah perbaikan.2 Adapun menurut Suyono belajar adalah suatu aktivitas
atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.3 Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
dinyatakan bahwa belajar adalah berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat suatu
kepandaian.4
Berdasarkan pengertian-pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan
aktivitas tertentu, serta proses internalisasi atau penyerapan kecakapan (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) ke dalam diri yang bersumber dari pengalaman–pengalaman hidup yang
diwujudkan dalam bentuk perubahan kecakapan untuk menghadapi suatu permasalahan.
Perubahan tingkah laku dalam belajar hanya dapat diperoleh melalui berbagai
pengalaman dan latihan melalui usaha. Bentuk-bentuk usaha tersebut dapat berupa aktivitas
yang mengarah pada tercapainya perubahan pada diri seseorang seperti bertanya, berlatih,
membaca, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali. Namun,
tidak semua perubahan-perubahan tersebut merupakan dalam arti belajar. Tanpa usaha,
walaupun dapat terjadi perubahan, tidaklah dinamakan belajar.

1 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 38.
2 Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 62.

3 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: teori dan konsep dasar, (Bandung:

PT Remaja Rosda Karya, 2011), h. 9.


4 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2001), Cet ke I, Edisi III, h. 17.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Syah (2004:144), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat


dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kondisi jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
Dalyono (2007:55-60) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
sebagai berikut:
1. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
1) Kesehatan
2) Intelegensi dan bakat
3) Minat dan motivasi
4) Cara belajar
2. Faktor eksternal (yang bersal dari luar diri)
1) Keluarga
2) Sekolah
3) Masyarakat
4) Lingkungan sekitar
Menurut Djaali (2008:1010), ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:
1. Motivasi
2. Sikap
3. Minat
4. Kebiasaan belajar
5. Konsep diri.
Ngalim Purwanto (2004:102) dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dibedakan menjadi dua golongan:
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri atau yang kita sebut dengan faktor
individual. Yang termasuk faktor individual antara lain faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada diluar individu atau yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor
sosial antara lain: faktor keluarga (rumah tangga), guru dan cara mengajarnya, alat-alat
yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia
dan motivasi sosial.
Menurut Adi (1994:94-95), hal-hal yang mempengaruhi proses belajar antara lain:
1. Waktu istirahat.
2. Pengetahuan tentang materi.
3. Pengertian terhadap materi yang dipelajari.
4. Pengetahuan akan prestasi sendiri.
5. Transfer.
Soemanto (1998:113-121) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
menjadi tiga macam yaitu:
a. Faktor-faktor stimuli belajar
1) Panjangnya bahan belajar.
2) Kesulitan bahan pelajaran.
3) Berartinya bahan pelajaran.
4) Berat-ringannya tugas.
5) Suasana lingkungan eksternal.
b. Faktor-faktor metode belajar
1) Kegiatan berlatih atau praktek.
2) Overlearning dan drill.
3) Resitasi selama belajar.
4) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar.
5) Belajar dengan keseluruhan bagian.
6) Penggunaan modalitas indra.
7) Penggunaan dalam belajar.
8) Bimbingan dalam belajar.
9) Kondisi-kondisi insentif.
c. Faktor-faktor individual
1) Kematangan.
2) Faktor usia kronologis.
3) Faktor perbedaan jenis kelamin.
4) Pengalaman sebelumnnya.
5) Kapasitas mental.
6) Kondisi kesehatan jasmani.
7) Kondisi kesehatan rohani.
8) Motivasi.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu
sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif
ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintellegensi tinggi (faktor
internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan
memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi,
karena pengaruh faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers
(berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini, seorang guru yang berkompeten dan profesional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinankemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan
gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi
faktor yang menghambat proses belajar mereka. Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar
disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya pencapaian hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi
belajar dapat dibagi ke dalam dua faktor yaitu:
1. Faktor internal, antara lain: kondisi jasmani dan rohani siswa, kematangan/pertumbuhan,
kecerdasan, minat, latihan dan kebiasaan belajar, motivasi pribadi dan konsep diri.
2. Faktor eksternal, antara lain: pendekatan belajar, kondisi keluarga, guru dan cara
mengajarnya, kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

2.1.3 Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar merupakan terjemahan istilah bahasa inggris learning disability.
Terjemahan tersebut, sesungguhnya kurang tepat karena learning disability artinya belajar
dan disability artinya ketidakmampuan; sehingga terjemahan yang benar seharusnya adalah
ketidakmampuan belajar.
Kesulitan belajar di sekolah bisa bermacam-macam yang dapat dikelompokkan
berdasarkan sumber kesulitan dalam proses belajar, baik dalam hal menerima pelajaran atau
dalam menyerap pelajaran. Dengan demikian pengertian kesulitan belajar disini harus
diartikan sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah. Jadi
kesulitan belajar yang dihadapi siswa terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang
disampaikan/ditugaskan oleh seorang guru. (Alisuf sabri, 2007)
Pada dasarnya setiap orang itu memiliki perbedaan dalam hal intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan dalam belajar yang dapat
mempengaruhi kemampuan mereka dalam menerima pelajaran. Ada orang yang merasa
bahwa belajar merupakan hal yang mudah, ada yang biasa saja bahkan ada yang merasa sulit.
Hal tersebut dapat kita lihat dari nilai atau prestasi yang mereka peroleh. Siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar akan memperoleh nilai yang kurang memuaskan
dibandingkan siswa lainnya. “Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak
jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya”.(Muhibbin syah.2001)
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar
secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok
siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasa, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa
tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari
seluruh bahan yang harus dipelajari.
Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan
yang diharapkan karena ada konsep konsep dasa yang belum dikuasai. Bisa pula ketuntasan
belajar tidak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan
karakteristik murid yang bersangkutan. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa
tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara
menyeluruh.
Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat penguasaan bahan sangat rendah,
konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin
juga bagian yang sedang atau mudah tidak dapat dikuasai dengan baik.
Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh
siswa yang berkemampuan kurang (dibawah rata-rata), tetapi juga dapat dialami oleh siswa
yang berkemampuan rata-rata (noral) bahkan yang berkemampuan kinerja akademik yang
sesuai dengan harapan. (Muhibbin syah. 2009)
Perbedaan individual siswa merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar dan proses
belajar mengajar disekolah. Faktor psikologi seperti perasaan tertekan yang disebabkan
karena keadaan keluarga bisa saja menjadi penyebab seseorang mendapatkan hasil yang
kurang baik dalam suatu tes bisang studi.
Disamping itu, penyebab jeleknya nilai yang diperoleh siswa dari suatu mata pelajaran
bisa jadi karena ketidaksukaan siswa kepada gurunya ata cara gurunya mengajar. Bila nilai
perolehan siswa umumnya atau semuanya jelek, ini besar kemungkinan karena rendahnya
kemampuan siswa tersebut.
Mulyono Abdurrahman mengklasifikasikan kesulitan belajar kedalam dua kelompok
(http://hasanroch.wordpress.com/2008/09/08/hakikat-kesulitan-belajar/) :
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities)
Kesulitan belajar ini mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa
dan komunikasi dan kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya
keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat
menguasai bentuk keterampilan berikutnya. Kesulitan belajar yang bersifat perkembangan
biasanya sukar diketahui karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti
halnya dalam bidang akademik.
2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)
Kesulitan belajar akademik mengarah pada adanya kegagalan-kegagalan dalam mencapai
prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis ataupun matematika.
Kesulitan ini dapat diketahui ketika siswa gagal menampilkan salah satu atau beberapa
kemampuan akademik.

2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya, namun kesulitan belajar juga dapat dibuktikan
dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan bereriak-teriak di
dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari
sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam, yaitu: Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaankeadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri dan faktor ekstern, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang
dari luar diri siswa. Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan.
a. Faktor internal
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa,
yakni: (1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa; (2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperi labilnya
emosi dan sikap; (3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).20
Faktor penyebab internal lainnya adalah perkembangan fisik dan kesehatan, yang
utamanya mencakup kemampuan melihat dan mengembangkan keterampilan, disamping juga
kemampuan beradaptasi secara individu. (a) Kesehatan: Kondisi fisik siswa secara umum
dapat mempengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Pencapaian hasil belajar, pada
dasarnya merupakan usaha yang hanya dapat dicapai melalui kerja keras, tekun, dan
dilakukan dengan komitmen tinggi. Kurang energi yang disebabkan kondisi fisik yang kurang
sehat, kurang sehatnya fisik seorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat menurun, cepat
lelah sehingga usaha menguasai materi pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. (b)
Problem penyesuaian diri: Faktor lain yang juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem
penyesuaian diri. Walaupun permasalahan ini erat kaitannya dengan faktor eksternal,
misalnya siswa lain, atau masyarakat disekitar, namun sumber utama adalah berasal dari
dalam diri siswa. Siswa yang memiliki gangguan emosional, pada umumnya juga memiliki
kesulitan dalam belajar. 21

20MuhibbinSyah, Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja


Rosda Karya, 2011), h. 170.
21Sukardi, Evaluasi Pendidikan: prinsip dan operasionalnya, (Jakarta:Bumi aksara,
2012), h. 231-232.

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan disekitar siswa, seperti teman
pergaulan di luar sekolah, kondisi orang tua siswa, dan juga kegiatan siswa diluar sekolah.
Faktor keluarga, keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama,
tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar,misalnya: (a) Faktor orang tua; (1)
Cara mendidik anak, orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-
anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatian kemajuan belajar anak-anaknya akan
menjadi penyebab kesulitan belajar; (2) Hubungan orang tua dan anak, yang dimaksud
hubungan adalah kasih sayang penuh perhatian atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh,
memanjakan dan lain-lain. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa meluangkan waktu
untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya; (3) Contoh atau bimbingan dari orang tua, orang
tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang diperbuat orang tua tanpa
disadari akan ditiru oleh anak-anaknya.22
Faktor keluarga selanjutnya yaitu: (b) Suasana rumah atau keluarga, suasana rumah
yang sangat ramai atau gaduh tidak memungkinkan anak dapat belajar dengan baik. Anak
akan terganggu konsentrasinya. Untuk itu hendaknya suasana rumah selalu dibuat
menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah dirumah. Keadaan ini akan
menguntungkan bagi kemajuan belajar anak. Faktor terakhir dari keluarga adalah keadaan
ekonomi keluarga, keadaan ekonomi digolongkan dalam: (1) Keadaan yang kurang atau
miskin akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan
orang tua, tidak mempunyai tempat belajar yang baik; (2) ekonomi yang berlebihan (kaya)
keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama dimana ekonomi keluarga melimpah ruah.
Mereka akan menjadi segan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang. Keadaan seperti
ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.23

2.1.5 Materi Pembelajaran


Protista merupakan kelompok hewan yang memiliki ciri yakni eukariotik (memiliki
membran inti), uniseluler atau multiseluler dan dapat bersifat autotrof ataupun heterotrof.
Protista meliputi 3 kelompok, yaitu protista yang menyerupai jamur (Oomycota dan
Myxomycota), protista menyerupai hewan (Ciliata, Rhizopoda, Flagellata dan sporozoa) dan
protista menyerupai tumbuhan (ganggang keemasan, ganggang merah, ganggang coklat, dan
ganggang hijau).

Protista Menyerupai Jamur


Anggota protista yang menyerupai jamur adalah jamur air dan jamur lendir. Jamur air
(Oomycota) merupakan kunci utama pengurai saproba pada habitat perairan. Kebanyakan
spesies jamur air hidup bebas dan mendapatkan nutrisi dari sisa tumbuhan di kolam, danau,
dan aliran air. Beberapa jamur air hidup pada jaringan yang mati pada tumbuhan. Beberapa
jamur air juga parasit pada organisme akuatik, misalnya Saprolegnia. Saprolegnia hidup
menempel pada ikan dan berbentuk seperti lapisan selaput. Beberapa patogen pada buah
anggur berupa jamur putih (Plasmopora viticola), busuk layu pada kentang dan tomat
(Phytophthora infestans).

Jamur lendir (Myxomycota) menghasilkan sel-sel yang hidup bebas pada sebagian siklus
hidupnya. Sel-sel yang hidup bebas ini disebut amoeboid karena berbentuk seperti Amoeba.
Jamur lendir merupakan predator fagosit yang dapat menelan bakteri, hama, spora, dan
berbagai komponen organik. Contoh jamur lendir adalah Dictyostelium discoideum.

Protista Menyerupai Hewan


Protista menyerupai hewan dikenal dengan nama Protozoa. Ukuran tubuh protozoa
sekitar 10 – 200 mikron (µm). Sel protozoa umumnya terdiri dari membran sel, sitoplasma,
vakuola makanan, vakuola berdenyut, dan inti sel.
Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, sampah
organisme. Protozoa hidup soliter atau berkoloni pada habitat yang beragam. Beberapa jenis
protozoa ada yang hidup didalam tubuh hewan atau manusia dengan cara simbiosis. Protozoa
melakukan reproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner. Pembelahan diawali dengan
pembelahan inti yang diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Sebagian protozoa aktif
melakukan reproduksi seksual dengan penyatuan sel generatif (gamet) atau dengan penyatuan
inti sel vegetatif yang disebut konjugasi. Protozoa berbeda dengan bakteri, perbedaan
keduanya antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.4. Perbedaan Protozoa dan Bakteri

No. Pembeda Bakteri Protozoa

1. Pelindung tubuh Dinding sel tebal Selaput plasma tipis

2. Bahan pelindung Selulosa dan agak kaku Lipoprotein yang lentur

3. Bentuk tubuh Tetap Mudah berubah

4. Gerak Kurang banyak gerak Umumnya banyak gerak


Berdasarkan alat geraknya, Protozoa dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan Sporozoa. Perbedaan keempat kelompok Protozoa tersebut
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.5. Klasifikasi Protozo Berdasarkan Alat Gerak

No. Ciri Rhizopoda Cilliata Flagellata Sporozoa

1. Alat Gerak Kaki semu Rambut getar Bulu cambuk Tidak punya
(pseudopodia)

2. Habitat Air laut, air Air tawar dan Air laut, air Hidup sebagai
tawar, parasit tempat yang tawar, parasit di parasit pada sel
di tubuh hewan lembab hewan/manusia darah
manusia/hewan

3. Cara hidup Soliter Soliter/berkoloni Soliter/berkoloni Soliter/berkoloni

4. Reproduksi Membelah diri Membelah diri, Membelah diri Sporozoit,


konjugasi Gametosit

5. Contoh Amoeba Paramecium Euglena viridis, Plasmodium


Protozoa proteus, caudatum, Trypanasoma falciparum,
Enthamoeba Didinium, vaginalis, Plasmodium
disentriae, Vorticella, Trypanasoma malariae,
Foraminifera Balantidium gambiense Plasmodium
coli vivax

Contoh protozoa dapat dilihat dalam gambar berikut :

Protista Menyerupai Tumbuhan


Protista menyerupai tumbuhan sering disebut sebagai alga (ganggang). Ganggang
terdiri dari ganggang uniseluler (bersel satu) dan multiseluler (bersel banyak). Ganggang
hidup soliter ataupun berkoloni. Ganggang memiliki struktur tubuh sederhana (talus)
sehingga tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Berdasarkan pigmen yang
dikandungnya, ganggang (alga) dapat dibedakan menjadi ganggang api
(Pyrrophyta/Dinoflagellata), ganggang merah (Rhodophyta), ganggang cokelat (Phaeophyta),
ganggang emas (Chrysophyta), dan ganggang hijau (Chlorophyta).
Chrysophyta merupakan ganggang yang memiliki pigmen dominan karoten berupa
santofil (keemasan). Ganggang ini ada yang uniseluler soliter dan ada yang multiseluler
berkoloni. Sebagian besar hidup di air tawar, meskipun terdapat pula di laut. Reproduksi
Chrysophyta dengan membelah diri (uniseluler) dan dengan spora (multiseluler). Contoh
ganggang emas yaitu Gymnodinium dan Synura.

Pyrrophyta/Dinoflagellata disebut dengan ganggang api karena beberapa spesies mampu


berpendar (fluoresence) sehingga tampak bercahaya di malam hari. Selain itu,
Pyrrophyta/Dinoflagellata dapat menyebabkan warna merah kecoklatan di air laut bila dalam
jumlah yang banyak (6-8 juta/liter). Beberapa spesies dikenal sebagai produsen fitoplankton
laut (Noctiluca scintillans). Pyrrophyta/Dinoflagellata bersifat uniseluler dan bereproduksi
dengan membelah diri.
Chlorophyta disebut juga dengan ganggang hijau. Cholorphyta ada yang uniseluler dan
multiseluler. Chlorophyta hidup di air tawar terutama air kolam, genangan air, namun ada
juga yang hidup di air laut dangkal. Reproduksi aseksual Chlorophyta dengan membelah diri,
spora, fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan oogami, anisogami, dan isogami.
Phaeophyta (ganggang coklat) memiliki pigmen dominan karoten yaitu fukosantin.
Sebagian besar Phaeophyta multiseluler dan hidup di air laut, sekitar pantai atau daerah
pasang surut. Reproduksi aseksual Phaeophyta dengan fragmentasi, zoospora sedangkan
reproduksi seksual dengan oogami, anisogami dan isogami. Berikut ini adalah contoh
Phaeophyta :

Gambar 2.11. Sargassum Gambar 2.12. Macrocystis

Rhodophyta disebut juga dengan ganggang merah karena pigmen dominan fikobilin
jenis fikoeritrin. Sebagian besar Rhodophyta adalah multiseluler dan hidup di laut dalam.
Reproduksi aseksual Rhodophyta dengan spora dan seksual dengan oogami, anisogami, dan
isogami.

Gambar 2.13. Corallina Gambar 2.14. Gracillaria

Manfaat Ganggang bagi Manusia :


Manfaat ganggang diantaranya adalah sumber makanan yang bergizi (Chorella),
sumber makanan berupa sayur (Ulva, Caulerpa, Enteromorpha), bahan pembuatan agar-agar
(Eucheuma, Gelidium), bahan peledak, campura semen, bahan penggosok, bahan isolasi,
pembuatan saringan (Diatome), pupuk pertanian dan makanan ternak di pesisir pantai karena
mengandung K (Laminaria lavaniea), obat penyakit gondok (Laminaria digitalis), bahan
pengental pada es krim atau bahan pelekat pada plastik, kosmetik, dan tekstil (Macrocystis
dan Laminaria).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.1.1 Lokasi Penelitian
3.1.2 Waktu Penelitian

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar siswa.
3.3.2 Variabel Terikat

3.4 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jenis data yang digunakan adalah
jenis data kuantitatif karena data tersebut merupakan nilai dari angka-angka hasil belajar
siswa dan hasil angket yang diberi penskoran. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dianalisis
utuk mengetahui sistem.....................aspek kognitif dan indikator pembelajaran pada materi
yang sulit dipelajari siswa, kemudian hasil angket tersebut dianalisis untuk mengetahui faktor
penyebab kesulitan belajar siswa tersebut.

3.5 Prosedur Penelitian


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Peneliti melakukan peninjauan ke lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam
dan kosultasi dengan Wakil Kepala Sekolah dan guru Biologi.
b. Peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian yang dibimbing oleh Dosen
Pembimbing Skripsi.
c. Peneliti melakukan persiapan perlengkapan penelitian :
1) Menyusun kisi-kisi instrument penelitian yaitu kisi-kisi tes diagnostik materi
sistem....................dan kisi-kisi angket belajar siswa.
2) Menvalidkan tes diagnostik dan angket oleh dosen ahli.
3) Menvalidkan soal kepada siswa diluar siswa yang akan dijadikan sebagai sampel
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui di tingkat kategori soal dan
indikator mana siswa mengalami kesulitan belajar pada materi pokok
Sistem..........................di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
b. Memberikan angket kepada siswa yang nilai hasil tesnya dibawah KKM untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan belajar siwa pada
materi pokok Sistem.............di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
c. Melakukan pengolahan data.
d. Melakukan analisis data terhadap faktor-faktor kesulitan belajar.
3. Mengolah Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi dan angket diperiksan dan dianalisis untuk mengetahui tingkat kesulitan
siswa dalam mempelajari materi sistem............dan mengambil kesimpulan.

Untuk lebih jelas, dibawah ini akan diuraikan prosedur penelitian dalam bentuk
bagan/skema yang terdapat pada gambar 3.1 sebagai berikut:

Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Pelaksanaan Evaluasi

Observasi Memberikan Tes Membuat


Materi Kesimpulan
Sistem.......Kepada
Penyususna Siswa
Proposal

Memberikan
Persiapan Tes Angket
Perlengkapan kepada Siswa
Penelitian
Menyusun Kisi-kisi Tes Mengoreksi dan
dan Angket Menganalisis Hasil
Tes dan Angket

b. Menvalidkan Tes dan


Angket oleh Ahli

c. Menvalidkan Tes dan


Angket kepada Siswa
Selain Objek Penelitian
Gambar 3.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu : tes dan angket.
3.6.1 Tes Hasil Belajar
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui data kesulitan belajar siswa terhadap
materi Sistem.....................adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar pada materi
Sistem................disusun dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 50 soal dan terdiri dari 5
pilihan jawaban yang telah divalidasi. Soal disusun berdasarkan indikator dari silabus guru
biologi yang mengajar di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Tes diberikan setelah
pembelajaran materi Sistem.................selesai.
Untuk jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) dan untuk jawaban yang salah diberi
nilai 0 (nol). Nilai akhir (NA) siswa dapat dihitung sebagi berikut :
NA = Jumlah + Jawaban benar x 100 %
Jumlah + soal

Anda mungkin juga menyukai