Anda di halaman 1dari 53

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Kelas IX Semester 2 Melalui Konseling

Eklektif Dengan Perilaku Attending di SMP ......... Tahun Pelajaran 2008/2009.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang sepakat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui
pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat
dicapai.Selengkapnya baca di sini
Sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan menurut UUSPN
yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan
konseling. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif
yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat
banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa. (Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo.
2004 : 16) mengemukakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain:
1. Siswa mngalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya.
2. Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya.
3. Sarana dan prasarana di perpustakaan kurang menunjang.
4. Pralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan
yang sesuai dengan pelajaran.
5. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan
dalam proses pembelajaran.
6. Siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang
terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar.
7. Malas mencatat mata pelajaran.

8. Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar.


9. Tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.
10. Siswa tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok.
11. Tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran.
12. Siswa malas berkonsultasi dengan guru.
Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka bimbingan dan
konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok. Berbagai
teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh
konselor ketika proses konseling berlangsung. Pada dasarnya pendekatan/teknik konseling itu
dibagi tiga (Moh. Surya : 1988). yaitu : teknik konseling direktif, non-direktif dan Eklektif.
Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua teknik Konseling Direktif dan
Non Direktif Peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling tersebut, mengembangkan
dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan belajar siswa dengan
berorientasi pada teknik hubungan antara konselor dengan klien yaitu Teknik Eklektif dengan
Perilaku Attending, yang dikemas dalam sebuah judul penelitian tindakan kelas (PTK) :
Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Kelas IX Semester 2 Melalui Konseling
Eklektif Dengan Perilaku Attending di SMP Negeri 1 Singajaya Garut Tahun Pelajaran
2008/2009.
1. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Prestasi belajar rendah,
2. Kurang minat belajar,
3. Pelanggaran tata tertib,
4. Membolos, sering terlambat, bertengkar, sulit beradaptasi, pemalu, penakut,
penyendiri, berbicara kotor, dan berperilaku kasar
1. C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Permasalahan dalam PTK ini yaitu :

1. Bagaimanakah pengaruh teknik Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending dalam


mengatasi permasalahan siswa?
2. Bagaimanakah pengaruh teknik Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending guru
selaku konselor dalam peningkatan prestasi siswa
Pemecahan masalah yang dilakukan guru berupa tindakan :
1. Langkah-langkah konseling dengan Perilaku Attending
2. Pengentasan permasalahan siswa
3. Peningkatan hasil prestasi siswa
4. Mengamati pengaruh konseling Eklektif dengan Perilaku Attending terhadap gairah
belajar siswa dan prestasi belajar siswa.
1. D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Teoritik
Tujuan teoritik penelitia tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik
konseling Eklektif dengan penbdekatan attending dalam peningkatan semangat belajar,
tanggung jawab siswa sebagai pelajar, mengentaskan permasalahan belajar siswa, serta
meningkatkan kemampuan guru untuk membimbing siswa.
1. Tujuan Praktis
1. Membangkitkan semangat siswa untuk belajar
2. Mengatasi permasalahan siswa
3. Meningkatkan partisifasi siswa dalam pembelajaran
4. Meningkatkan prestasi belajar siswa
5. Meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing siswa
1. E. Manfaat Hasil Penelitian
Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending (menghampiri klien) bermanfaat :
1. Bagi Siswa
a. Membangkitkan semangat, partisifasi, peran siswa dalam belajar
b. Mengatasi permasalahan pribadi dan teman

c. Meningkatkan harga diri siswa yang bermasalah/klien


d. Menciptakan suasana aman, mempermudah ekspresi perasaan siswa yang
bermasalah/klien dengan bebas
e. Memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan
pribadi siswa; baik melalui konseling individual maupun konseling kelompok yang
dilaksanakan di kelas.
1. Bagi Peneliti hasil penelitian tindakan kelas ini bermanfaat memberikan pemahaman
pengaruh Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending terhadap pengentasan
permasalahan, juga memberikan sumbangan penyempurnaan praktek karena
penelitian tindakan kelas ini menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kegiatan,
proses, atau peristiwa-peristiwa penting dalam bimbingan konseling.
2. Selanjutnya bagi guru, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi cermin
menginstropeksikan diri berkenaan dengan tugas guru dalam membimbing siswa di
kelasnya.
3. Bagi pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan pembelajaran di SMP, hasil
penelitian tindakan kelas ini memberi sumbangan bagi perumusan, implementasi dan
perubahan kebijakan; sebagai upaya perbaikan sistem bimbingan konseling guna
peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan pendidikan di sekolah dasar.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. A. Kajian Teori
1. 1. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan
jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor yang ikut
melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ada pula yang berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi.
Meskipun demikan tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih memudahkan
dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam proses
belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.
1). Pengertian Belajar
Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara progresif. (Nana S,
dan M. Surya, 1975 : 59).
Sedangkan Prandsen (1957 : 43) memberikan batasan belajar sebagai berikut :
.. a change in experience or behavior resulting from purposeful observation, over
activity, or thingking, and accompairid by motivational-emosional reactions, which results in
more adequate satisfaction of the motivating conditions.
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman sebagai akibat dari perhatian
terhadap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi
emosi, sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi dorongannya.
Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam
satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang.
Pengertian belajar dapat disimpulkan : a) Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku,
b) hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, c) belajar merupakan
suatu proses, d) proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai,
e) belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.
2). Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar

Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang sangat luas.
Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para siswa yang belajar berusaha
mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.
Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan
sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di
sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern)
secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin
dalam perubahan pola-pola perilaku mereka.
Abi Syamsudin (2003 : 143) mengemukakan sebuah bagan yang melukiskan betapa
kompleknya kemungkinan interaksi antar berbagai aktor atau komponen yang mempengaruhi
belajar mengajar (PBM) di sekolah.
Bagan 1 : Komponen-komponen yang terlibat dalam PBM
(Abin Syamsudin, 2003 : 143)
Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama turut mempengaruhi PBM. Pertama masukan mentah (raw input), yakni
berbagai karakteristik yang dimiliki oleh individu atau siswa ketika memasuki suatu PBM,
berbagai karakteristik yang mencakup baik yang akan memberikan kemudahan atau
merupakan kendala dalam belajar sisa. Siswa sebagai raw input mempunyai pembawaan yang
beraneka ragam. Sebagai mahluk individual tentunya banyak hal yang berbeda, misalnya :
kapasitas dasar bakat mempengaruhi proses serta hasil belajar yang dicapai. Kedua masukan
instrumental atau sarana (Instrumental input). Yakni merupakan berlangsungnya PBM,
Ketiga masukan lingkungan (environmental input) yakni letak sekolah, situasi dan keadaan
fisik sekolah, susunan sekolah, hubungan antar individu di dalamnya dan faktor-faktor yang
dapat menjadi penunjang atau penghambat bagi berlangsungnya PBM secaraberhasil.
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (expected
output) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil
belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah
kawasan kognitif (cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan
psikomotorik (psychomotorik domain).
3). Prestasi Belajar

Bagan yang dikemukakan oleh Abin Syamsuddin di atas kiranya cukup jelas memberikan
gambaran mengenai banyaknya faktor yang mempengaruhi PBM, dan hasil dari proses itu
(akan) tercermin dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi belajar (achevoment) dapat diketahui
dengan mengevaluasi mereka dengan mempergunakan tes tertentu. Dengan demikian, bagan
tadi menunjukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.
1. 2. Starategi Dasar Layanan Bimbingan di SMP
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar,
serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling
memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal,
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan
serta masalah yang dihadapi peserta didik.
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan
perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
B. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat,
serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan
efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah
dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.

C. Fungsi Bimbingan dan Konseling


1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.
2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya.
3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
dialaminya.
4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya.
5. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas
hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
1. D. Teknik Konseling
Konseling Eklektif
Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua pendekatan Direktif dan NonDirektif. Konseling Eklektif yang mengambil berbagai kebaikan dari dua kebaikan dari dua
pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan dan menerapkan dalam
praktek sesuai dengan permasalahan klien. Konseling Eklektif lebih tepat dan sesuai dengan
filsafat tujuan bimbingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu
pendekatan satu pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1988).
1. Konseling Direktif
Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan
demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh
konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak ditentukan oleh konselor.
Dalam konseling direktif diperlukan data yag lengkap dengan klien untuk dipergunakan
diagnosis. Diagnosis direktif konseling beraliran Behavioristik, yaitu layanan konseling yang
berorientasi pada perubahan tingkah laku secara langsung. Selain itu diperlukan konseling
secara individual, dan kelompok pada bimbingan konsultasi lainnya yang memberikan
sumbangan langsung kepada keberhasilan siswa sekolah maupun di luar sekolah. Laporan

tersebut secara langsung dibenarkan dan mendapat dukungan hasil diagnosis yang pada
umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan tingkah laku klien.
1. Konseling Non-Direktif
Teknik konseling Non-Direktif, tersebut juga Client Centered theraphy, pendekatan ini
diperoleh oleh Carl Rongers dan Universitas Wiconsin di Amerika Serikat. Merupakan upaya
bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk
mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini
berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu
hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi
sebagaimana mestinya.
Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka dalam
konseling, inisiatif dan peranan untama terletak pada pundak klien sendiri. Sedangkan
kewajiban dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar potensi dan kemampuan
yang pada dasarnya ada pada klien untuk berkembang secara optimal, menciptakan hubungan
konseling yang hangat, dan permisif. Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri
untuk membantu dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan
baik. Teori ini didasari kajejat manusia, dan tingkah lakunya : pendekatan konseling beraliran
Humanistik (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekankan pentingnyapengembangan
potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada diri setiap individu. Potensi dan
kemampuan yang berkembang menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai
tujuan-tujuan hidupnya.
1. Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa
lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk
meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending
yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka kaku, ekspresi melalun, mengalihkan
pandangan, tidak terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar
miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan
klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan
(Sofyan. S. Willis, 2004 : 176).

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen
kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat:
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik :

Kepala : melakukan anggukan jika setuju

Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum

Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.

Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan


sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.

Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam
(menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

Contoh perilaku attending yang tidak baik :

Kepala : kaku

Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien
sedang bicara, mata melotot.

Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
duduk kurang akrab dan berpaling.

Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi
kesempatan klien berfikir dan berbicara.

Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

1. B. Kajian Hasil Penelitian


Penelitian tindakan kelas mempergunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
dalam mengatasi permasalahan siswa kelas IX yang rata-rata berusia 15-16 tahun dengan
berasumsi dasar bahwa siswa/klien kurang mampu mengatasi sendiri terhadap masalah yang
dihadapi, karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu guru selaku konselor.

Guru sebagai konselor harus memiliki khasanah teori dan teknik konseling yang justru jauh
lebih kaya dari pada mereka yang bertjuan di lingkungan sekolah yang lebih tinggi (HM.
Arifin 2003: 22). Teori dan teknik-teknik konseling peorangan yang dipakai untuk anak-anak
SMP. Anak SMP perlu banyak perhatian, dan konselor bertanggung jawab penuh melindungi
kerahasiaan mereka, mendorong anak agar mampu datang untuk memperoleh layanan
bimbingan Selanjutnya guru, Kepala Sekolah, dan orang tua hendaknya saling bekerjasama.
Guru paling dekat bergaul, memperhatikan segenap tingkah laku anak-anak sehari-hari di
sekolah, sikap-sikap kebiasaan belajar, hubungan sosial mereka, tingkah laku yang
menyimpang dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan anak-anak yang dapat diketahui
secara langsung oleh guru, lalu guru dapat memberi bantuan dan dapat pula mengalih
tangankan kepada konselor / Kepala Sekolah yang masih cukup memiliki pemahaman
tentang siswanya sebagai konselor yang aktif, banyak perhatian, sering menciptakan suasana,
melakukan kegiatan yang menyenangkan, menguntungkan anak, akan dirasakan denkat dan
banyak dikunjungi anak. Maka fungsi konselor dengan segala peran yang dapat diberikan
kepada mereka, akan banyak menentukan frekuensi dan intensitas pemanfaatan jasa
konseling anak.
Melalui konseling Eklektif dengan Perilaku Attending yang berorientasi kepada pengubahan
tigkah laku secara langsung, akan memberikan sumbangan kepada keberhasilan siswa di
sekolah maupun di luar sekolah. Dari rujukan di atas cukup alasan perlunya anak SMP
memperoleh bimbigan konseling menggunakan konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
secara terprogram. Selanjutnya peneliti menyakini akan membawa perubahanyang sangat
berarti bagi siswa.

BAB III
METODE PENELITIAN
1. A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 1 Singajaya
berjumlah 40 siswa dengan rincian 22 laki-laki dan 18 perempuan.
1. B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden,
sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal dari
siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :
1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan
Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :
1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh
bimbingan konseling menggunakan teknik attending Eklektif terhadap gairah belajar
siswa dan prestasi belajar siswa
2. Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling
3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan baik,
seperti: kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan
siswa/klien
4. Ekspresi wajah guru/konselor tenag, ceria, tersenyum
5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akan berhadapan
atau berdampingan
6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah
sebagai syarat menekankan ucapan

7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga


selesai.
8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien
9. Merefleksi/pematulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien
10. Directing/mengarahkan klien
11. Paraphasing/dapat menangkap pesan utama klien
12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang merujuk pada teori
13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup terhadap klien
14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang
dikatakan klien
15. Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan
16. Penyimpulan sementara/Summariing
17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik dari hal-hal
yang telah dibicarakan
18. Penyimpulan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi
19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya
Setting Lokasi Penelitian tindakan Kelas ini ruang kelas IX dan ruang guru BP SMP Negeri 1
Singajaya Kabupaten Garut.
1. C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui, yaitu : wawancara untuk sumber dataresponden,
observasi untuk sumber data perietiwa dan analisis dokumen untuk sumber data dokumen.
Informasi tersebut digali dari empat sumber yaitu : peristiwa/kegiatan, pelaku peristiwa,
tempat, dokumen/artifak (Sutopo, 1996: 49-51).
1. 1. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan siswa. Tujuannya
adalah ntuk memperoleh data informasi untuk pemahaman, penerapan dan pentingnya
bimbingan kelompok dan pendekatan konseling Eklektif guna mengatasi permasalahan
belajar.

1. 2. Pengamatan/Observasi
Pengamatan akan dilakukan terhadap konselor dan siswa untuk memantau proses dan danpak
penanganan masalah belajar melalui pendekatan Eklektif Attending dalam penggunaan
permasalah belajar siswa teknik pengamatan yang akan digunakan adalah pengamatan
berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980) ditulis kembali Joko
Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif di dalam pengertian kegiatan alih tangan konselor
kepala sekolah. Kemudian hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkahlangkah perbaikan pada siklus berikutnya.
1. 3. Analisa Dokumen
Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil pengamatan, data
hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu : peristiwa / kegiatan, pelaku
peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru dan siswa, juga dari catatan lapangan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya penanganan permasalahan belajar siswa.
Tujuannya adalah untuk melengkapi informasi yang telah diuperoleh melalui pengamatan dan
wawancara.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas bimbingan konseling berupa :
1. Permasalahan siswa dapat teratasi
2. Bangkitnya semangat siswa untuk belajar
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat
4. Peningkatan prestasi belajar siswa
5. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa
Peneliti melakukan persiapan awal mulai tanggal 13 Januari 2009 meliputi kegiatan:
mengadakan kontak awal dan kesepakatan denga reponden, guna membangun
mempertahankan kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan tahapan-tahapan
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat
tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi. (jadwal
penelitian terlampir)
1. 1. Perencanaan

Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebabnya dan dirumuskan implementasi


penanganannya termasuk dalam perencanaan langkah-langkah bimbingan konseling
menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending : analisa data tentang klien,
diagnosis masalah diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah
selanjutnya, pemecahan masalah, dan tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
begitu juga perencanaan pembentukan bimbingan individual terhadap tiga orang siswa
berdasarkan permasalahan yang sama (kebiasaan buruk dalam belajar, berbicara kotor, dan
bertengkar) serta merencanakan instrumen pengamatan danwawancara.
1. 2. Implementasi
Pada implementasi guru menyusun pelaksanaan bimbingan konseling menggunakan
Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending, guru mengamati penanganan permasalahan
belajar siswa yang terdiri dari tahapan :

1. 3. Observasi dan Evaluasi


Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, jalannya bimbingan
kelompok melalui Teknik Eklektif, Perilaku Attending, respon siswa, hasil pengamatan dan
wawancara.
1. 4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II;
demikian pula hasil pelaksanaan pengamatan dan wawancara siklus II untuk perbaikan pada
siklus III.
1. D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model
Sprandley, dalam pelaksanaan analisis data tidak silakukan secara linier berurutan setelah
semua data yang terkumpul, melainkan akan dilakukan secara stimulat pada saat dan setelah
data terkumpul. Dengan demikian terjadi interaksi antara proses pengumpulan data dan
analisis data serta elemen-elemen lain seperti pencatatan data, penulisan laporan sementara,
dan mengajukan pertanyaan penelitian. Interaksi berbagai elemen tersebut membentuk pola
siklikal. Selanjutnya data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III dibandingkan kemudian
diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat

digunakan untuk membandingkan, tolak ukur dan merefleksi peneliti dan guru selaku
konselor atas kelmahan yang terekam. Selanjutnya data yang disajikan, berupa tabel yang
memuat secara nominal dan dapat ditentukan 5-nya kemudian didiskripsikan kearah
kecenderungan tindakan guru selaku konselor dan sekasinya dalam bentuk partisipasi siswa
dalam kegiatan belajar mengajar menunjukan semangat, berpartisifasi aktif, bekerja sama,
berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri,
berterus terang, ceria, gembira, menerima naehat, dan merencanakan tindakan. Selanjutnya
dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan strategi untuk meningkatkan validasi, yaitu:
Pengumpulan data relatif cukup lama guna memungkinkan analisa dan melengkapi data
secara berangsur-angsur agar memungkinkan ada kesesuaian antara taman dan kenyataan
1. Penerapan multi metode guna memungkinkan paduan beberapa teknik pengumpulan
data seperti : wawancara, observasi, studi dokumenter, dan sumber (Kepala Sekolah,
guru/konselor, siswa / klien) hanya dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi)
2. Pencatatan secara lengkap dan detail baik sumber situasi maupun orang
3. Bahasa partisipan kata demi katamendapat rumusan dan kutipan yang rinci
4. Penggunaan catatan-catatan dari partisipan berbentuk catatan anekdot untuk
melengkapi
5. Pengecekan data oleh semua anggota selama pengumpulan dan analisis data
6. Data deskriftif yang dikumpulkan peneliti dan guru merupakan hasil kolaborasi tim
7. Review oleh partisipan : bertanya kepada partisipan untuk mereview data, melakukan
sintesis semua hasil wawancara dan observasi
8. Mencari, mencatat, menganalisis melapor data dan kasus-kasus negatif atau yang
berbeda dengan pola yang ada
Bahkan untuk meningkatkan refleksitas dalam pengumpulan data, peneliti menggabungkan
beberapa cara; 1) Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan
interprestasi data, 2) membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan
kegiatan, perubahan-perubahan dan perkiraan validitas data, 4) catatan tentang pertentangan
etika, keputusan dan tindakan dalam jurnal lapangan, 5) teknik pengelolaan pencatatan,
pengkodean data, pengelompokan, 6) Melakukan kegiatan kompirmasi formal seperti,
kelompok utama, wawancara, 7) melakukan kritik dari dengan mengajukan pertanyaan
tentang peranan dan kegiatan dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas tersebut.

1. E. Cara Pengambilan Kesimpulan


Hasil pengumpulan data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti guru selaku
konselor melalui ketekunan pengamatan, perpanjangan dan guru selaku konselor melalui
ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan peneliti, triangulasi, dan review informan
sebagai kunci dalam penelitian tindakan kelas siklus I, II, dan III selanjutnya dipergunakan
peneliti dan guru untuk mengambil keputusan. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending
dinyatakan efektif dalam menangani dan mengentaskan permasalahan siswamanakala data
Hasil Observasi Kegiatan guru dan Data Hasil Observasi Kepribadian Siswa yang merekam
dalam tabel menunjukan rata-rata > 60 % dan data hasil wawancara menunjukan respon
positif dan cocok dengan kajian pustaka. Perilaku Attending terbukti efektif apabila dalam
kegiatan tindakan kelas ini permasalahan siswa dapat diatasi, siswa bersemangat,
berpartisipasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar,
berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima nasehat dan
merencanakan tindakan. Kemudian muncul pengaruh peningkatan kemampuan guru dalam
membimbing siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. A. Gambaran Umum
Peneliti selaku konselor menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas dalam bimbingan
konseling individual terhadap tiga orang siswa yang mempunyai kesaman permasalahan
belajar melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending
Tahap Kerja
Identifikasi Masalah

Keputusan Bertindak Usaha


Pemecahan/Mengatasi

Penyebab

Masalah

Berbicara kotor / tidak

Kurang keteladanan dan

Pengendalian diri sebagai

senonoh, bertengkar

perhatian dari orang tua

tindak lanjut agar siswa tidak


berbicara, memberi tugas dan
berdoa

1. a. Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan
refleksi.
1. 1. Perencanaan
a. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan dirumuskan
b. Guru menyampaikan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapantahapan atau langkah-langkah Teknik Eklektif dan Perilaku Attending
c. Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
d. Guru/Konselor melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien
e. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya
pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
f. Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
1. 2. Implementasi

Bimbingan dilaksanakan di ruang guru menggunakan Pendekatan Eklektif dan Perilaku


Attending peneliti mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :
a. Tahap Awal (10 menit) : pukul 11.00 11.10
Konselor mengajak klien X, Y, dan Z untuk mendefinisikan masalah, Bimbingan Konseling
dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar ; yaitu pukul 11.00 Guru selaku konselor
mengajark tiga orang siswa yang bermasalah sama ke ruang guru. Satu persatu klien
dipanggil, mereka duduk berhadapan dengan guru/konselor.
b. Tahap pertengahan (45 menit) ; pukul 11.10 11.55
Konselor langsung menuju kepermasalahan mereka ; yaitu tentang perkataan tindak senonoh.
Secara bergantian konselor menanyai klien; dimulai dari X, Y, dan Z.
c. Tahap akhir (5 menit) ; pukul 11.55 12.00
1. 3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan kelompok dan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending menilai respon
siswa, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
1. 4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I
yang belum menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk
mengadakan perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan konseling pelaksanan siklus II.
1. b. Siklus II
1. 1. Perencanan
1. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan
dirumuskan
2. Guru menanyakan penanganan permasalahan belajar siswa
menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah Eklektif
Attending
3. Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
4. Guru kelas IX melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan klien

5. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan


masalah selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan
hasil-hasil konseling.
6. Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
7. 2. Implementasi
Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling
mengadakan Pendekatan Eklektif Attending di ruang guru, selanjutnya peneliti mengamati
penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :
a. Tahap awal (10 menit) pukul 11.00 11.10
Tindakan I
Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien raut dengan wajah yang
menunjukan keramahan.
Tindakan 2
Dalam siklus II Konselor melakukan kegiatan Attending cukup baik kepala mengangguk jika
setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa/klien. Ekspresi wajah
guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. Posisi tubuh konselor condong kearah klien, konselor
mendengarkan penjelasan dari siswa dengan cukup perhatian, sabar menunggu penjelasan
klien.
Tindakan 3
Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien)
Tindakan 4
Konselor meminta klien untuk menjelaskan lebih lanjut jauh tentang perasaan X berupa
pertanyaan terbuka.
Tindakan 5
Karena klien masih diam saja, maka konselor mencoba untuk merefleksikan memantulkan
kembali perasaan, pikiran, pengalaman klien
Tindakan 6
Konselor menggali perasan, pengalaman, dan pikiran klien karena kebanyakan
tertutup/menyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat berterus terang

b. Tahap Pertengahan (45 menit) pukul 11.10 11.55


konselor belajar dengan definisi masalah bersama-sama klien; tujuan untuk mengolah maalah
klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :
Tindakan 1
Guru selaku konselor bertindak sebagai leading / memimpin agar klien tidak melantur
Tindakan 2
Konselor melaksanakan paraphrasing / menangkap pesan utama / fokus klien, konselor
mengatakan inti pesan utama klien yang berbelit-belit
Tindakan 3
Konselor melakukan directing / mengarahkan agar klien bermain peran; berbuat sesuatu,
menghayal sebagaimana kejadian yang dituturkan kepada konselor
Tindakan 4
Konselor mencoba menaksir keinginan X
Tindakan 5
Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap yang mestinya dapat mereka
lakukan
Tindakan 6
Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata, kegelisahan yang
bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor mengadakan
Tindakan 7
Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragement atau memberikan dorongan
langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh ya, teruslaluDan kemudian.
Wah ..mmmhh..
Tindakan 8
Konselor memberikan informasi, merencanakan tindakan selanjutnya
Tindakan 9
Konselor memberikan manfaat
Tindakan 10

Konselor memberikan manfaat pada klien untuk feed back/ mengambil kilah balik dari halhal yang telah dibicarakan
c. Tahap akhir / tahap Action (5 menit) pukul 11.55 12.00
Tindakan 1
Konseling menyampaikan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi,
memperjeles fokus pada wawancara konseling
Tindakan 2
Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya melalui attending
yang baik
Tindakan 3
Menjelang akhir konseling konselor membantu klien untuk merencanakan / memprogram
untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya
Tindakan 4
Menilai / evaluasi (Bagaimanakah perasaan nanda sekarang?)
Tindakan 5
Mengakhiri proses konseling
1. c. Siklus III
1. 1. Perencanaan
1. Konselor dan peneliti mendiagnosis kembali permasalahan belajar
siswa penyebab permasalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar siswa
menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah Eklektif
Attending
3. Guru kelas IX melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan klien
4. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan
masalah selanjutnya pemecahan masalahan, tindak lanjut dan
peninjauan hasil-hasil konseling.

5. 2. Implementasi
Pada prinsipnya implementasi siklus III seperti pada siklus II ; konselor lebih
mengoptimalkan penanganan masalah melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending pada :
Tahap awal, tahap pertengahan dan tahap akhir ; yaitu konselor bertanya untuk membuka
percakapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan keramahan, penampilan guru juga
baik; kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa
cukup santai, tenang, dan ramah. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, tangan
digerakan sesuai kebutuhan untuk lebih menyakinkan klien. Konselor berusaha ikut
merasakan apa yang dirasakan klien sehingga X, Y, dan Z terbuka untuk mengemukakan isi
hatinya. Juga kesedihannya. Konselor memuji ide X, guru selaku konselor mengadakan
Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan
klien. Oh ..ya.., terus. Dan ..kemudian .. Wah. Mmmhh.konselor memberi
kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil alih balik dari hal-hal yang telah
dibicarakan.
1. 3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan individual dan Eklektif Attending serta menilai respon siswa, malakukan
pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
1. 4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus III,
telah menunjukan perkembangan, maka peneliti atau konselor sepakat untuk menganalisa
data, dan penyusunan laporan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
1. B. Pembahasan Per Siklus
Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan
refleksi
1. 1. Perencanaan
1. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa penyebab permaalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah teknik Eklektif dan Perilaku Attending

3. Guru / Konselor menganalisis data tentang klien


4. Guru kelas IX melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan
dan kelemahan klien
5. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah
selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil
konseling
6. Merancang instrument pengamatan dan wawancara
7. 2. Implementasi
Pada saat implementasi konselor melaksanakan bimbingan konseling menggunakan
Pendekatan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending, peneliti mengamati penanganan
permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :
1. a. Tahap awal (10 menit)
Konselor mengajak klien X, Y, dan Z untuk mendefinisikan masalah. Bimbingan konseling
dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar, yaitu pukul 11.00 guru selaku konselor
mengajak tiga orang siswa yang bermasalah sama ke ruang kelas. Satu persatu dipanggil,
mereka duduk berhadapan dengan guru/konselor. Guru menyapa kliennya dengan raut wajah
yang kaku, dan jengkel mereka berkata yang kurang senonoh. Sambil menundukan kepala;
klien membalas sapaan gurunya.
1. b. Tahap Pertengahan (45 menit)
Konselor langsung menuju ke permasalahan ; yaitu berkata tidak senonoh. Konselor
berbicara sambil melemparkan pandangan tajam kearah siswa, guru menanyai terus menerus
X, Y, dan Z ; konselor sama sekali tidak memberi kesempatan X, Y, dan Z untuk menjawab.
Dengan pertanyaan serupa, ditambah raut wajah yang kaku, tegang, agak marah, dan suara
agak keras, terkesan mengadili tampak sekali. Klien hanya menjawab; ya dan tidak saja,
sehingga keterangan belum banyak diperoleh pada saat pertengahan. Konselor kemudian
berpesan bahwa anak sekolah tidak boleh berbicara kotor dan bertengkar dengan siapa saja,
serta hal ini tidak boleh diulang lagi. Guru menekankan/menerapkan sanksi bahwa apabila
perbuatan ini diulang lagi; maka mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Guru meminta siswa
untuk berjanji tidak mengulang lagi kejadian diatas dan segera meminta maaf, dan
bersalaman kepada teman. Siswa satu persatu maju untuk mengucapkan janji tidak
mengulang lagi perbuatannya dan bersalaman meminta maaf.

1. c. Tahap Akhir (5 menit)


Konselor mengingatkan sekali lagi bahwa anak sekolah tidak boleh berbicara kotor dan
bertengkar dengan siapa saja, hal ini tidak boleh diulang lagi. Guru menekankan bahwa
apabila perbuatan ibi diulang lagi akan dikeluarkan dari sekolah. Guru meminta siswa untuk
berjanji tidak mengulang lagi kejadian diatas. Kemudian konselor mengatakan bahwa mereka
besok sisang pukul 11.00 agar datang ke sekolah, dan guru berpesan agar mereka berpamitan
kepada orang tua. Guru mengatakan bahwa siswa boleh keluar menanti lonceng tanda masuk,
bersiap untuk belajar bersama siswa yang lain.
1. 3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi melakukan pengamatan mengamati jalannya bimbingan
kelompok dan Pendekatan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending; menilai respon
siswa, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
1. 4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I
belum menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk mengadakan
perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan bimbingan konseling pada pelaksanaan
siklus II.
Siklus II
1. 1. Perencanaan
1. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan
dirumuskan
2. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah Konseling Eklektif dengan Perilaku
Attending
3. Guru/ konselor menganalisis data tentang klien
4. Guru kelas IX melakanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan klien
5. Diagnosis masalah prognosis atau presiksi tentang perkembangan masalah
selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil
konseling

6. Merancang instrument pengamatan dan wawancara


7. 2. Implementasi
Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling
menggunakan Konseling Elekrik dengan Perilaku Attending. Peneliti mengamati penanganan
permasalahan belajar terdiri dari :
1. Tahap awal (10 menit)
Tindakan I :
Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien raut wajah sudah menunjukan
keramahan masih tampak agak kaku
Tindakan 2 :
Dalam kegiatan Attending ; penampilan guru sudah baik ; Kepala mengangguk jika setuju
dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa/klien Ekspresi wajah konselor, tenang
seria, tersenyum. Posisi tubuh konselor belum condong ke arah klien, konselor mendengarkan
penjelasan dari siswa dengan cukup perhatian, sabar menunggu penjelasan klien. Tetapi
ketika X mau berkata jujur.
Tindakan 3 :
Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien) belum tampak; karena
pandangan konselor tajam memandang pada X sehingga X dalam menjawab tidak berani
memandang konselor, klien belum terbuka untuk mengemukakan isi hati dari lubuk hati yang
paling dalam, dan ia belum mau mengemukakan penderitaannya.
Tindakan 4 :
Konselor meminta klien untuk menjelaskan lebih jauh tentang perasaan X berupa pertanyan
terbuka (mengapa kamu sering berbicara kotor?) guru/konselor sudah diam sesaat untuk
memberi kesempatan klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru.
Namun klien masih diam saja (konselor perlu bersikap santai, perlu kesabaran, diam sejenak,
mungkin sambil menanyai klien lainnya dahulu, apabila klien belum mau berterus terang).
Tindakan 5 :
Karena kita masih diam saja, maka konselor mencoba untuk merefleksikan memantulkan
kembali tentang perasan, pikiran, pengalaman klien (nampaknya nanda merasa menyesal.

Itu baik. Benarkah demikian? itu berarti X sebenarnya anak yang baik. Bisakah nanda
mengemukakan kejadian selengkapnya kepada bapak?)
Tindakan 6 :
Konselor menggali perasaan , pengalaman, dan pikiran klien karena kebanyakan klien
tertutup/menyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat terus terang (Bapak yakin kamu
dapat menjelaskan lebih jauh ide untuk mencapai cita-cita menjadi polisi, menjadi pemain
sepak bola terkenal?)
1. Tahap pertengahan (45 menit)
Konselor bekerja dengan definisi masalah bersama-sama klien ; tujuannya untuk mengolah
masalah klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :
Tindakan I
Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpin agar klien tidak melantur, maka
konselor memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan konseling (Menurut Bapak
rencana yang kamu sampaikan baik sekali, coba waktunya perlu diatur lebih cepat, supaya
kegiatan belajar siswa tetap berjalan lancar sekaligus kamu dapat mengembangkan hobi
bermain sepak bola?)
Tindakan 2
Konselor melaksanakan paraphrasing/menangkap pesan utama/fokus klien, konselor
mengatakan inti pesan utama klien berbelit-belit. Konselor menangkap pesan X, rasa
ketakutan karena dihadang X, Y, dan Z. terangkanlah tentang dia! Apakah ada sesuatu yang
perlu disampaikan? Bagaimanakah perasaan Nanda saat itu? Dapatkan Nanda kemukakan hal
itu selanjutnya kepada Bapak?
Tindakan 3
Konselor melakukan directing/ mengarahkan agar klien bermaian peran, berbuat sesuatu,
menghayal sesuatu bagaimana kejadian yang dituturkan kepada konselor. (Apakah Nanda
bisa menjelaskan secara apa adanya? Bagaimanakah sikap, kata-kata X ketika
mengancam ?)
Tindakan 4
Konselor mencoba menaksir keinginan X untuk membentuk group sepak bola dibawah
pimpinannya, karena X mempunyai bakat sepak bola tendangannya kuat sekali (nanda

seolah-olah berkeinginan untuk mengajak teman-temannya membentuk kelompok dan


berlatih sepak bola. Apakah demikian?)
Tindakan 5
Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap mestinya dapat dilakukan
(nampaknya Nanda belum mengatakan yang sebenarnya. Adakah yang Nanda maksudkan di
ejek, kemudian membalas? Barangkali Nanda merasa menyesal, namun nasi sudah menjadi
bubur. Yang sudah berlalu biarlah berlalu yang penting untuk hari esok marilah kita
rencanakan kegiatan yang lebih baik)
Tindakan 6
Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata, kegelisahan yang
bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor mengadakan konfrontasi
(Nanda tidak ada masalah, tetapi mengapa Nanda gelisah sekali?)
Tindakan 7
Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragment atau memberikan dorongan
langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh ya terus . Dan
kemudian..wah. mmmmmd.
Tindakan 8
Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya (tahukah Nanda isi tata
tertib sekolah kita?)
Tindakan 9
Konselor memberi nesehat (Nanda sudah cukup besar, apakah masih memerlukan nasehat
dari Bapak?)
Tindakan 10
Konselor memberi kesempatan pada klien untuk feed back / mengambil kilah balik dari halhal yang telah dibicarakan. (Setelah kita berbincang-bincang selama 10 menit, Bapak harap,
nanda salah dapat menyimpulkan pembicaraan kita. Coba katakan apa sajakah yang dapat
nanda simpulkan?)
1. c. Tahap Akhir / Tahap Action (5 menit)
Tindakan I

Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi,


menjelaskan fokus pda wawancara konseling (Baiklah, Bapak pikir Nanda sudah
mempunyai satu keputusan namun masih belum mantap. Cobalah Nanda katakan. Bapak
pasti akan mendengarkan!)
Tindakan 2
Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya melalui Attending
yang baik, (Bolehkan Nanda berbicara kotor, bertengkar dengan teman? Mengapa tidak
boleh? Nampaknya Nanda masih ragu lagi menyatakan hal itu tidak boleh?)
Tindakan 3
Menjelang akhir konseling, konselor membantu klien untuk merencakana.memprogramkan
untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya (Nah apakah tidak lebih
baik Nanda mulai menyusun rencana baik berpedoman hasil pembicaraan kita? Kalau begitu
tindakan apakah yang sebenarnya Nanda lakukan? Adakah usul yang ingin disampaikan
kepada ayah, ibu, dan guru?)
Tindakan 4
Menilai/ evaluasi (Bagaimanakah perasaan Nanda sekarang?)
Tindakan 5
Mengakhiri proses konseling (Jika tidak ada lagi yang nanda sampaikan apakah dapat kita
akhiri?)
1. 3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan konseling melalui pendekatan Eklektif attending serta menilai respon siswa,
melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
1. 4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara hasil pengamatan siklus II belum
menunjukan perkembangan, maka peneliti dan guru/konselor sepakat untuk mengadakan
perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan bimbingan konseling pada pelaksanaan
siklus III.
Siklus III

1. 1. Perencanaan
1. Konselor dan peneliti mendiagnosis kembali permasalahan belajar siswa
penyebab permasalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan pengamanan permasalahan belajar siswa menggunakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah Konseling Eklektif dengan Perilaku
Attending
3. Guru/konselor menganalisis data tentang klien
4. Guru kelas IX melakukan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien
5. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi perkembangan masalah,
selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil
konseling
6. 2. Implementasi
Pada prinsipnya implementasi siklus III seerti pada siklus II, hanya konselor lebih
mengoptimalkan penanganan masalah melalui Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
pada : Tahap awal, tahap pertengahan, dan tahap akhir : yaitu konselor pada bertanya untuk
membukapercakapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan keramahan, penampilan
guru juga baik ; kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang
dengan cukup santai, tenag, ceria, dan ramah. Posisi tbuh konselor agak condong ke arah
klien, tangan digerakan sesuai kebutuhan untuk lebih menyakinkan klien. Konselor
mendengarkan penuh perhatian, dan kesabaran empati konselor berusaha ikut merasakan apa
yang dirasakan klien sehingga X, Y, dan Z terbuka untuk mengemukakan isi hatinya, juga
kesedihannya. Konselor memuji ide X untuk membentuk group sepak bola, dan menasehati
belajar giat agar cita-cita menjadi polisi dapat tercapai. Guru selaku konselor mengadakan
Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan
klien. Oh ya , terus. lalu. an kemudian. wah.mmh konselor memberi
kesempatan pada klien untuk feed back / mengambil kilah balik dari hal-hal yang telah
dibicarakan.
1. 3. Observasi dan Evaluasi

Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan konseling melalui pendekatan Eklektif attending serta menilai respon siswa,
melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara
1. 4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus III,
hasil telah menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk
menganalisis data, dan penyusunan laporan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
1. C. Proses Menganalisa Data
Berdasarkan tindakan pada siklus I; belum memberikan hasil yang berarti, karena guru selaku
konselor pada aspek attending dan aspek Eklektif masih berekspresi kaku, muram dan marah.
Sering konselor mengalihkan pandangan terutama pada saat klien berbicara. Score penilaian
pada siklus I adalah 40.00 predikat nilai kurang baik didalam konselor menangani
permasalahan belajar siswa. Guru/konselor dan peneliti sepakat akan mengadakan perubahan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan kelas dalam pembimbingan dan konseling siswa.
Attending siklus II; ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria. Konselor sudah
melakukan kontak pandang dengan klien, melakukan anggukan kepala tanda setuju,
menggeleng sebagai tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala konselor tegak juga
kecondongan tubuh konselor ke arah klien cukup namun keakraban belum nampak, gerakan
tangan konselor belum nampak, gerakan tangan konselor belum bermakna sesuai kebutuhan
(konselor dapat mengusap kepala klien sebagai tanda sayang penuh perhatian) kesabaran
mendengarkan perlu dipertahankan, dan meninggikan suara konselor agar diakhiri apabila
klien diam/tidak memberikan respon terhadap pertanyaan guru/konselor.
Hasil score penilaian = 50.00 karena itu guru/konselor dan peneliti sepakat mengadakan
perbaikan lagi. Pada siklus III dengan pengoptimalan penghampiran klien secara tenang,
ramah, sabar ceria akrab penuh perhatian dan kasih sayang akan membuat klien nyaman,
aman, tenang, tersentuh dan dekat, sehingga pada siklus III hasil pengamatan menunjukan
perkembangan yaitu : 88, 33 predikat pembimbing amat baik.
Secara lebih jelasnya gambaran hasil perkembangan kegiatan guru dalam konseling teknik
eklektif dengan perilaku attending dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 4.1 : Hasil Kegiatan Guru Dalam Proses Konseling
Tabel 4.1

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1


NO

Tingkah Laku Yang diamati

(1)

(2)

Penilaian
3

(3)

(4)

(5)

Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk jika

setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien


2

Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum

Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat,

duduk akrab berhadapan atau berdampingan


4

Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan

spontan berusaha arah sebagai isyarat menekaknkan ucapan


5

Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian,

menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat


kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan
bicara/klien
6

Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien,

merasa dan berpikir bersama klien


7

Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk

mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang


dirasakan termasuk penderitaan
8

Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan,

pikiran, pengalaman klien


NO

Tingkah Laku Yang diamati

Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien bersaing

Penilaian
3

1
1

peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu sebagaimana


kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan utama

klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori


11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas
pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori

12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien

14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment atau

memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan


klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpinnya,

agar tidak melantur, konselor memimpin arah pembicaraan


sehingga mencapai tujuan konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan klien

untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru


17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi

kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik dari


hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna

meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada


wartawan konseling
19 Konselor memberi nasehat

20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan

selanjutnya
JUMLAH

NILAI SCORE PEROLEHAN

16

24

Predikat = 24 : 60 x 100 = 43,33

Kurang
Tabel 4.2

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II


NO

Tingkah Laku Yang diamati

(1)

(2)

1 Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk

Penilaian
3

(3)

(4)

(5)
1

jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan


siswa/klien
2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak

dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan


4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan

tangan/lengan spontan berusaha arah sebagai isyarat


menekaknkan ucapan
5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian,

menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat


kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan
bicara/klien
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien,

merasa dan berpikir bersama klien


7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka

untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua


yang dirasakan termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan,

pikiran, pengalaman klien


NO

Tingkah Laku Yang diamati

9 Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien

Penilaian
3

bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu


sebagaimana kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan

utama klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori


11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas

pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori


12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien

14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment

atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang


dikatakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai

leading/memimpinnya, agar tidak melantur, konselor


memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan
konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan

klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul


kepada guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi

kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik


dari hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna

meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada


wartawan konseling
19 Konselor memberi nasehat

20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan

selanjutnya
JUMLAH

26

NILAI SCORE PEROLEHAN

33

Predikat = 24 : 60 x 100 = 55

Kurang
Tabel 4.3

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus III


NO

Tingkah Laku Yang diamati

(1)

(2)

Penilaian
3

(3)

(4)

(5)

1 Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk jika

setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien


2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum
3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat,

2
3

duduk akrab berhadapan atau berdampingan


4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan

spontan berusaha arah sebagai isyarat menekaknkan ucapan


5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian,

menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat


kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan
bicara/klien
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien,

merasa dan berpikir bersama klien


7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk

mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang


dirasakan termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan,

pikiran, pengalaman klien


NO

Tingkah Laku Yang diamati

(1)

(2)

9 Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien

Penilaian
3

(3)

(4)

(5)

bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu


sebagaimana kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan utama

klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori


11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas

pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori


12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien

14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment

atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang


dikatakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai

leading/memimpinnya, agar tidak melantur, konselor


memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan
konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan
klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada

guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi

kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik dari


hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna

meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada


wartawan konseling
19 Konselor memberi nasehat

20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan

selanjutnya
JUMLAH 39
NILAI SCORE PEROLEHAN

15

54

Predikat = 24 : 60 x 100 = 90,00

Amat Baik
Tabel 4.4

Hasil Observasi Kepribadian siswa


No Nama Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah

SIKLUS I

KS

1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 10 = 25

4 = Baik Sekali

AR

1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 10 = 25

3 = Baik

TT

1 1 1 2 2 2 2 2 2

2 17 = 42,5

2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat

JUMLAH

> 75 = baik
60 = sedang
< 60 = kurang
PREDIKAT
No Nama Siswa

37 : 12 x 10 = 30,83 Kurang Sekali


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

SIKLUS II

KS

1 1 1 1 1 1 1 1 2

2 10 = 25

4 = Baik Sekali

AR

1 1 1 1 1 1 1 1 2

2 10 = 25

3 = Baik

TT

1 3 3 3 3 3 3 3 3

3 30 = 75

JUMLAH
2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat
PREDIKAT
No Nama Siswa

50 : 12 x 10 = 41,66 Kurang

> 75 = baik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

SIKLUS III

KS

2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 10 = 25

4 = Baik Sekali

AR

2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 10 = 25

3 = Baik

TT

3 3 3 3 3 4 4 4 4

4 34 = 85

2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat

JUMLAH

> 75 = baik
60 = sedang
< 60 = kurang
PREDIKAT

74 : 12 x 10 = 61,66 Sedang

Keterangan :
1. Tidak berbicara kotor
2. Tidak bertengkar
3. Membuka diri, berterus terang
4. Bekerjasama
5. Berani bertanya dan berpendapat
6. Berpartisifasi aktif
7. Berani berpendapat
8. Ceria, gembira
9. Menerima nasehat

10. Merencanakan tindakan


Tabel 4.5
Perkembangan Kepribadian Siswa Kelas IX yang Diminati
NO

NAMA SISWA

SIKLUS

RATA-RATA

KET

II

III

KS

25

25

50

33,33

Kurang

AR

25

25

50

33,33

Kurang

TT

42,5

75

85

67,50

Baik

JUMLAH

92,5

125

185

134,16

RATA_RATA

30,80 41,66 81,66

44,72

Tabel 4.6
Perkembangan Kegiatan Guru Dalam Bimbingan Konseling
Teknik Eklektif dan Perilaku Attending Kelas IX
Semester I Tahun 2008/2009
NO

NAMA SISWA

2
Teknik Eklektif dan

SIKLUS

RATA-

II

III

RATA

40,00

50,00

88,33

59,44

KET
7

Perilaku Attending
Predikat

Kurang Kurang

Amat Baik

Demikian pula dengan hasil wawancara menunjukan respon yang positif, serta hasil observasi
Kepribadian Klien pada siklus I, II, dan III diperolehkan hasil 30,83 predikat kurang baik
sekali, siklus II = 41,66 predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 predikat sedang/cukup
baik. Bimbingan konseling terhadap tiga siswa X, Y dan Z yang bermasalah tidak berhenti
pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru
kelas, juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkembangan
perubahan tingkah laku klien agar klien lebih mantap untuk bertindak positif. Gambaran lebig
jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
Gambar 4.2 : Perkembangan Kepribadian Siswa

1. D. Pembahasan Umum
Berdasarkan tindakan pada siklus I; belum memberikan hasil yang berarti karena guru selaku
konselor pada aspek attending dan pada spek Eklektif masih berekspresi kaku, muram dan
marah karena konselor sering mengalihkan pandangan, terutama saat klien berbicara. Maka
data pada score penilaian pada siklus I adalah 40,00 predikat nilai kurang baik dalam
konselor menangani permasalahan belajar siswa.
Attending siklus II, ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria, konselor sudah
melakukan kontak pandang terhadap klien, melakukan anggikan kepala tanda setuju,
menggeleng sebagai tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala konselor tegak juga
kecondongan tubuh konselor belum bermakna sesuai kebutuhan (konselor dapat mengusap
kepala klien sebagai tanda kasih sayang penuh perhatian) kesabaran mendengarkan perlu
dipertahankan, dan meningginya suara konselor agar dihindari apabila klien diam/klien
memberikan respon terhadap pertanyaan guru/konselor hasil score penilaian pada siklus II =
50,00
Kemudian hasil pada siklus III melalui pengoptimalan penghampiran klien secara tenag,
ramah, sabar, ceria, akrab, penuh perhatian, dan kasih sayang; membuat klien merasa
nyaman, aman, tenang, tersentuh dan dekat;sehingga pada siklus III hasil pengamatan
menunjukan perkembangan; yaitu 88,33 predikat amat baik.
Berdasarkan Data Hasil Observasi perkembangan Kepribadian Siswa pada Siklus I, II, dan III
menunjukan perkembangan hasil yang meningkat pada siklus berikutnya yaitu : 30,80 ; 41,66
kemudian pada siklus III meningkat lagi menjadi 61,66 srta rata-rata kepribadian siswa
adalah 44,72 ; hal ini berarti penanganan-penanganan bimbingan konseling dengan
menggunakan Pendekatan Eklektif Attending menunjukan keberhasilan penelitian tindakan
kelas.
Berdasarkn data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III setelah dibandingkan,
diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat
dipergunakan untuk membandingkan tolak ukur dan merefleksikan peneliti dan guru selaku
konselor atas kelemahan yang terekam, data yang disajikan, berupa tabel yang memuat secara
nominal dan setelah ditentukannya diskripsi kearah kecenderungan tindakan guru selaku
konselor dan reaksinya dalam bentuk partisifasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak
berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria,
gembira, menerima nasehat, dan merencanakan tindakan.

1. E. Cara Pengambilan Kesimpulan


Hasil pengumpulan data, analisis data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti
dan guru selaku konselor melalui ketekunan pengamanan, perpanjangan keikutsertaan
peneliti, triangulasi, dan reviem informan sebagai kunci (Moelong, 1995) dalam penelitian
tindakan kelas siklus I, II, dan III yang dipergunakan peneliti dan guru untuk mengambil
keputusan. Maka dari hasil analisis data; Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Data Hasil
Observasi Kepribadian Klien pada situs I, II, dan III diperoleh hasil 30,83 presikat kurang
sekali, siklus II = 41,66 predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 predikat sedang/cukup
baik. Bimbingan Konseling terhadap tiga siswa X, Y, dan Z yang bermasalah tidak berhenti
pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru, juga
peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkembangan tingkah laku klien
agar klien lebih mantap untuk bertindak positif.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. A. Kesimpulan
Setelah Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pendekatan Eklektif Attending merupakan langkah efektif untuk mengatasi
permasalahan siswa.
2. Pendekatan Eklektif Attending memberi kemudahan perubahan sikap pada siswa yang
bermasalah karena permasalahan belajar dapat diatasi melalui komunikasi dengan
bahasa anak sendiri
3. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending layak dipergunakan dan dikembangkan oleh
guru, serta perlu diadakan penelitian kelanjutan
1. B. Saran
Peneliti mengajak rekan-rekan guru selaku pembimbing siswa :
1. Gunakanlah Pendekatan Eklektif Attending guna mengatasi permasalahan siswa
2. Tingkatkanlah partisifasi siswa dalam Proses Belajar Mengajar melalui proses
motivasi guru kepada siswa secara selektif
3. Perlu pengembangan dan tindak lanjut penelitian tindakan kelas

DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun (2003). Pedoman Studi Psikologi Pendidikan. IKIP Bandung
Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. (2004). Belajar dan Menifestasinya. Bandung : Rajawali
Depdiknas (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
Jakarta : Depdiknas
H.M. Arifin. (2003). Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : PT Golden Terayon
Press.
Ketut Sukardi (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya :
Usaha Nasional
Nana Syaodih dan Moh. Surya (1998). Pengantar Psycologi Jihad I. Bandung : FIP IKIP
Bandung
Moh. Surya (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP IKIP Bandung.
Prayitno, dkk (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Rhineka Cipta
Sadirman, A.M (1998). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan
Calon Guru. Bandung : Rajawali
Suharjono (1995). Direktorat Pendidikan Guru dan tenaga Teknis. Jakarta : Dikdasmen
Sugiharto.(2005). Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG
Sutopo (1996). Metode Pengumpulan Data. Surabaya : Usaha Nasional
Wakiri H, dkk (1990). Materi Pokok Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. UT : PMAK 817
Karunia Jakarta
Wilis, Sofyan, S (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Jakarta : Alfa Beta

Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAN PENELITIAN
No

Kegiatan

Alokasi Waktu

Keterangan

Persiapan

9 hari

1. Penyusunan Proposal
2. Penyusunan Instrimen untuk

6 hari

data pengamatan dan wawancara


3. Kontak awal, minta ijin,

1 hari

mengadakan kesepakatan dengan


responden
B

Pelaksanaan

1 hari

1. Pengumpulan data dan


pencatatan data
2. Mengadakan wawancara dengan
guru dan siswa
3. Menganalisis Data Dokumen

4 hari

atau artifak
4. Refleksi

2 hari

Perencanaan Tindakan Lanjutan


refleksi (persiapan pelaksanaan)
C

Pelaksanaan Siklus 2

6 hari

Pelaksanaan Siklus 3

6 hari

Pelaksanaan Laporan

15 hari

Jumlah

51 hari

Singajaya,
Peneliti,
Suryana, S.Pd
NIP. 132165183

2009

Lampiran 2
HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU SIKLUS I, II, III
NO

Tingkah Laku Yang diamati

Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk jika setuju


dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien

Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum

Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk
akrab berhadapan atau berdampingan

Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontan


berusaha arah sebagai isyarat menekaknkan ucapan

Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, menunggu


ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat kesepakatan
bereaksi), perhatian terarah kepada lawan bicara/klien

Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berpikir bersama klien

Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk


mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang dirasakan
termasuk penderitaan

Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan, pikiran,


pengalaman klien

Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien bersaing peran,


berbuat sesuatu, menghayal sesuatu sebagaimana kejadian I yang
dituturkan kepada konselor

10

Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan utama klien,


perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori

11

Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas pemikiran,


perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori

12

Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien

13

Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien

Penilaian
3

14

Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment atau


memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien

15

Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpinnya, agar


tidak melantur, konselor memimpin arah pembicaraan sehingga
mencapai tujuan konseling

16

Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan klien untuk


menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru

17

Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi


kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik dari hal-hal
yang telah dibicarakan

18

Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna meningkatkan


kualitas diskusi, memperjelas fokus pada wartawan konseling

19

Konselor memberi nasehat

20

Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya


JUMLAH
NILAI SCORE PEROLEHAN
Predikat = .. : 60 x 100 = 40,00

Lampiran 3
HASIL OBSERVASI KEPRIBADIAN SISWA
No Nama Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah

SIKLUS I

4 = Baik Sekali

3 = Baik

2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat

JUMLAH

> 75 = baik
60 = sedang
< 60 = kurang
PREDIKAT
No Nama Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

SIKLUS II

4 = Baik Sekali

3 = Baik

2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat

JUMLAH

> 75 = baik
60 = sedang
< 60 = kurang
PREDIKAT
No Nama Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

SIKLUS III

4 = Baik Sekali

3 = Baik

2 = Cukup

JUMLAH
1 = Kurang
Predikat
PREDIKAT
Keterangan :
1. Tidak berbicara kotor
2. Tidak bertengkar
3. Membuka diri, berterus terang
4. Bekerjasama
5. Berani bertanya dan berpendapat
6. Berpartisifasi aktif
7. Berani berpendapat
8. Ceria, gembira
9. Menerima nasehat
10. Merencanakan tindakan

> 75 = baik

Lampiran 4
FORMAT WAWANCARA GURU
No

PERTANYAAN

JAWABAN

Pengalaman apakah yang paling mengesankan ketika


Bapak membimbing di kelas ?

Berapa lamakah pengalaman ibu mengajar ?

Bagaimanakah upaya bapak dalam mengentaskan


permasalahan belajar siswa ?

Mengapa Pendekatan Konseling Direksi yang bapak


pilih untuk mengatasi permasalahan belajar siswa ?

Bagaimanakah pendapat ibu tentang penerapan


konseling teknik Eklektif yang bapak pilih untuk
mengatasi permasalahan belajar siswa ?

Bagaimanakah perasaan bapak apabila ada siswa yang


melanggar ketentuan/ tata tertib kelas

Bagaimanakah perasaan bapak apabila ada siswa yang


melanggar ketentuan/ tata tertib kelas berulang-ulang

Bagaimanakah pendapat bapak tentang bimbingan


individual terhadap siswa SMP?

Apabila ada kesulitan, siapakah yang dapat membantu


bapak dalam memecahkan atau penyelesaian
permasalahan?

10

Bagaimanakah upaya bapak agar terjalin multi


interaksi dalam bimbingan konseling?

11

Bagaimanakah cara bapak memotivasi siswa agar


tumbuh semangat dalam PBM?

12

Bagaimanakah pendapat bapak tentang attending


konselor yang baik ?

13

Apakah pendapat bapak tentang program perbaikan,


pengayaan dan bagaimanakah wujudnya?

14

Apakah harapan bapak kepada siswa, guru, orang tua


terhadap peningkatan mutu pendidikan, serta pelayanan
pendidikan?

Peneliti,

Singajaya,

..

Responden,

2009

Lampiran 5
FORMAT WAWANCARA SISWA
No
1

PERTANYAAN
Selamat siang, silahkan duduk! Nampaknya ada
sesuatu yang terjadi benarkah demikian?

Bisakah Nanda jelaskan kepada Bapak perasaan


bingung, gelisah dan takut nanda itu ?

Bapak terkesan dengan perasaan sedihmu, namun


bapak ingin tahu pengaruh perasaan tersebut terhadap
belajarmu ?

Bapak yakin nanda dapat menjelaskan lebih jauh


tentang hobi cita-cita tersebut. Pendapatmu tentang hal
itu baik sekali. Dapatkah kau uraikan lebih lengkap ?

Nampaknya Nanda belum mengatakan yang


sebenarnya, barangkali nanda merasa menyesal. Hal itu
rupanya seperti nasi sudah menjadi bubur. Apa yang
nanda maksudkan diejek kemudian membalas ?

Bapak takut dan sedih dengan kejadian yang menimpa


anda. Bisakah anda mengemukakan kejadian
selengkapnya ?

Bisakah nanda mencobakan di depan bapak


bagaimanakah sikap, kata-kata X ketika mengancam
mata ?

Adakah yang nanda maksudkan mengancam ?


nampaknya yang nanda katakan adalah mengancam
teman? Nampaknya nanda masih ragu menyatakan
mengancam dan menendang teman?

X, Y, dan Z telah membuat Nanda takut, terangkanlah


tentang dia!

10

Nanda mengatakan tidak ada masalah, tetapi mengapa


nanda gelisah sekali ?

JAWABAN

11

Apakah ada sesuatu yang ingin disampaikan?


Bagaimanakah perasaan nanda saat itu?
Dapatkah nanda kemukakan hal itu selanjutnya?

12

Apakah nanda bisa menjelaskan secara apa adanya ?

13

Bagaimanakah ide nanda ?

14

Dapatkah kau uraikan lebih lengkap?

15

Nanda perlu tekun belajar agar naik kelas dengan nilai


yang mantap. Bagaimanakah upayamu agar nilai yang
mantap. Bagaimanakah upayamu agar upaya tersebut
berhasil maksimal?

16

Nanda sudah cukup besar, apakah masih memerlukan


nasehat dari ibu ?

17

Baiklah bapak pikir nanda sudah mempunyai atau


keputusan, namun masih belum mantap dikeluarkan.
Cobalah nanda katakan. Bapak pasti akan
mendengarkan?

18

Adakah usul yang ingin disampaikan kepada ayah/ibu?

19

Bagaimanakah perasan nanda sekarang?

20

Kalau begitu tindakan apakah yang sebaiknya nanda


lakukan?

Singajaya . 2009

Responden,

Peneliti,

..

Anda mungkin juga menyukai