BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang sepakat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui
pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat
dicapai.Selengkapnya baca di sini
Sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan menurut UUSPN
yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan
konseling. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif
yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat
banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa. (Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo.
2004 : 16) mengemukakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain:
1. Siswa mngalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya.
2. Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya.
3. Sarana dan prasarana di perpustakaan kurang menunjang.
4. Pralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan
yang sesuai dengan pelajaran.
5. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan
dalam proses pembelajaran.
6. Siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang
terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar.
7. Malas mencatat mata pelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. A. Kajian Teori
1. 1. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan
jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor yang ikut
melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ada pula yang berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi.
Meskipun demikan tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih memudahkan
dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam proses
belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.
1). Pengertian Belajar
Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara progresif. (Nana S,
dan M. Surya, 1975 : 59).
Sedangkan Prandsen (1957 : 43) memberikan batasan belajar sebagai berikut :
.. a change in experience or behavior resulting from purposeful observation, over
activity, or thingking, and accompairid by motivational-emosional reactions, which results in
more adequate satisfaction of the motivating conditions.
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman sebagai akibat dari perhatian
terhadap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi
emosi, sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi dorongannya.
Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam
satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang.
Pengertian belajar dapat disimpulkan : a) Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku,
b) hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, c) belajar merupakan
suatu proses, d) proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai,
e) belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.
2). Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar
Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang sangat luas.
Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para siswa yang belajar berusaha
mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.
Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan
sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di
sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern)
secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin
dalam perubahan pola-pola perilaku mereka.
Abi Syamsudin (2003 : 143) mengemukakan sebuah bagan yang melukiskan betapa
kompleknya kemungkinan interaksi antar berbagai aktor atau komponen yang mempengaruhi
belajar mengajar (PBM) di sekolah.
Bagan 1 : Komponen-komponen yang terlibat dalam PBM
(Abin Syamsudin, 2003 : 143)
Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama turut mempengaruhi PBM. Pertama masukan mentah (raw input), yakni
berbagai karakteristik yang dimiliki oleh individu atau siswa ketika memasuki suatu PBM,
berbagai karakteristik yang mencakup baik yang akan memberikan kemudahan atau
merupakan kendala dalam belajar sisa. Siswa sebagai raw input mempunyai pembawaan yang
beraneka ragam. Sebagai mahluk individual tentunya banyak hal yang berbeda, misalnya :
kapasitas dasar bakat mempengaruhi proses serta hasil belajar yang dicapai. Kedua masukan
instrumental atau sarana (Instrumental input). Yakni merupakan berlangsungnya PBM,
Ketiga masukan lingkungan (environmental input) yakni letak sekolah, situasi dan keadaan
fisik sekolah, susunan sekolah, hubungan antar individu di dalamnya dan faktor-faktor yang
dapat menjadi penunjang atau penghambat bagi berlangsungnya PBM secaraberhasil.
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (expected
output) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil
belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah
kawasan kognitif (cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan
psikomotorik (psychomotorik domain).
3). Prestasi Belajar
Bagan yang dikemukakan oleh Abin Syamsuddin di atas kiranya cukup jelas memberikan
gambaran mengenai banyaknya faktor yang mempengaruhi PBM, dan hasil dari proses itu
(akan) tercermin dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi belajar (achevoment) dapat diketahui
dengan mengevaluasi mereka dengan mempergunakan tes tertentu. Dengan demikian, bagan
tadi menunjukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.
1. 2. Starategi Dasar Layanan Bimbingan di SMP
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar,
serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling
memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal,
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan
serta masalah yang dihadapi peserta didik.
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan
perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
B. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat,
serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan
efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah
dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.
tersebut secara langsung dibenarkan dan mendapat dukungan hasil diagnosis yang pada
umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan tingkah laku klien.
1. Konseling Non-Direktif
Teknik konseling Non-Direktif, tersebut juga Client Centered theraphy, pendekatan ini
diperoleh oleh Carl Rongers dan Universitas Wiconsin di Amerika Serikat. Merupakan upaya
bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk
mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini
berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu
hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi
sebagaimana mestinya.
Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka dalam
konseling, inisiatif dan peranan untama terletak pada pundak klien sendiri. Sedangkan
kewajiban dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar potensi dan kemampuan
yang pada dasarnya ada pada klien untuk berkembang secara optimal, menciptakan hubungan
konseling yang hangat, dan permisif. Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri
untuk membantu dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan
baik. Teori ini didasari kajejat manusia, dan tingkah lakunya : pendekatan konseling beraliran
Humanistik (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekankan pentingnyapengembangan
potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada diri setiap individu. Potensi dan
kemampuan yang berkembang menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai
tujuan-tujuan hidupnya.
1. Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa
lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk
meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending
yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka kaku, ekspresi melalun, mengalihkan
pandangan, tidak terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar
miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan
klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan
(Sofyan. S. Willis, 2004 : 176).
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen
kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat:
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik :
Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam
(menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Kepala : kaku
Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien
sedang bicara, mata melotot.
Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
duduk kurang akrab dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi
kesempatan klien berfikir dan berbicara.
Guru sebagai konselor harus memiliki khasanah teori dan teknik konseling yang justru jauh
lebih kaya dari pada mereka yang bertjuan di lingkungan sekolah yang lebih tinggi (HM.
Arifin 2003: 22). Teori dan teknik-teknik konseling peorangan yang dipakai untuk anak-anak
SMP. Anak SMP perlu banyak perhatian, dan konselor bertanggung jawab penuh melindungi
kerahasiaan mereka, mendorong anak agar mampu datang untuk memperoleh layanan
bimbingan Selanjutnya guru, Kepala Sekolah, dan orang tua hendaknya saling bekerjasama.
Guru paling dekat bergaul, memperhatikan segenap tingkah laku anak-anak sehari-hari di
sekolah, sikap-sikap kebiasaan belajar, hubungan sosial mereka, tingkah laku yang
menyimpang dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan anak-anak yang dapat diketahui
secara langsung oleh guru, lalu guru dapat memberi bantuan dan dapat pula mengalih
tangankan kepada konselor / Kepala Sekolah yang masih cukup memiliki pemahaman
tentang siswanya sebagai konselor yang aktif, banyak perhatian, sering menciptakan suasana,
melakukan kegiatan yang menyenangkan, menguntungkan anak, akan dirasakan denkat dan
banyak dikunjungi anak. Maka fungsi konselor dengan segala peran yang dapat diberikan
kepada mereka, akan banyak menentukan frekuensi dan intensitas pemanfaatan jasa
konseling anak.
Melalui konseling Eklektif dengan Perilaku Attending yang berorientasi kepada pengubahan
tigkah laku secara langsung, akan memberikan sumbangan kepada keberhasilan siswa di
sekolah maupun di luar sekolah. Dari rujukan di atas cukup alasan perlunya anak SMP
memperoleh bimbigan konseling menggunakan konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
secara terprogram. Selanjutnya peneliti menyakini akan membawa perubahanyang sangat
berarti bagi siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 1 Singajaya
berjumlah 40 siswa dengan rincian 22 laki-laki dan 18 perempuan.
1. B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden,
sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal dari
siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :
1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan
Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :
1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh
bimbingan konseling menggunakan teknik attending Eklektif terhadap gairah belajar
siswa dan prestasi belajar siswa
2. Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling
3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan baik,
seperti: kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan
siswa/klien
4. Ekspresi wajah guru/konselor tenag, ceria, tersenyum
5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akan berhadapan
atau berdampingan
6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah
sebagai syarat menekankan ucapan
1. 2. Pengamatan/Observasi
Pengamatan akan dilakukan terhadap konselor dan siswa untuk memantau proses dan danpak
penanganan masalah belajar melalui pendekatan Eklektif Attending dalam penggunaan
permasalah belajar siswa teknik pengamatan yang akan digunakan adalah pengamatan
berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980) ditulis kembali Joko
Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif di dalam pengertian kegiatan alih tangan konselor
kepala sekolah. Kemudian hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkahlangkah perbaikan pada siklus berikutnya.
1. 3. Analisa Dokumen
Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil pengamatan, data
hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu : peristiwa / kegiatan, pelaku
peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru dan siswa, juga dari catatan lapangan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya penanganan permasalahan belajar siswa.
Tujuannya adalah untuk melengkapi informasi yang telah diuperoleh melalui pengamatan dan
wawancara.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas bimbingan konseling berupa :
1. Permasalahan siswa dapat teratasi
2. Bangkitnya semangat siswa untuk belajar
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat
4. Peningkatan prestasi belajar siswa
5. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa
Peneliti melakukan persiapan awal mulai tanggal 13 Januari 2009 meliputi kegiatan:
mengadakan kontak awal dan kesepakatan denga reponden, guna membangun
mempertahankan kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan tahapan-tahapan
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat
tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi. (jadwal
penelitian terlampir)
1. 1. Perencanaan
digunakan untuk membandingkan, tolak ukur dan merefleksi peneliti dan guru selaku
konselor atas kelmahan yang terekam. Selanjutnya data yang disajikan, berupa tabel yang
memuat secara nominal dan dapat ditentukan 5-nya kemudian didiskripsikan kearah
kecenderungan tindakan guru selaku konselor dan sekasinya dalam bentuk partisipasi siswa
dalam kegiatan belajar mengajar menunjukan semangat, berpartisifasi aktif, bekerja sama,
berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri,
berterus terang, ceria, gembira, menerima naehat, dan merencanakan tindakan. Selanjutnya
dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan strategi untuk meningkatkan validasi, yaitu:
Pengumpulan data relatif cukup lama guna memungkinkan analisa dan melengkapi data
secara berangsur-angsur agar memungkinkan ada kesesuaian antara taman dan kenyataan
1. Penerapan multi metode guna memungkinkan paduan beberapa teknik pengumpulan
data seperti : wawancara, observasi, studi dokumenter, dan sumber (Kepala Sekolah,
guru/konselor, siswa / klien) hanya dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi)
2. Pencatatan secara lengkap dan detail baik sumber situasi maupun orang
3. Bahasa partisipan kata demi katamendapat rumusan dan kutipan yang rinci
4. Penggunaan catatan-catatan dari partisipan berbentuk catatan anekdot untuk
melengkapi
5. Pengecekan data oleh semua anggota selama pengumpulan dan analisis data
6. Data deskriftif yang dikumpulkan peneliti dan guru merupakan hasil kolaborasi tim
7. Review oleh partisipan : bertanya kepada partisipan untuk mereview data, melakukan
sintesis semua hasil wawancara dan observasi
8. Mencari, mencatat, menganalisis melapor data dan kasus-kasus negatif atau yang
berbeda dengan pola yang ada
Bahkan untuk meningkatkan refleksitas dalam pengumpulan data, peneliti menggabungkan
beberapa cara; 1) Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan
interprestasi data, 2) membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan
kegiatan, perubahan-perubahan dan perkiraan validitas data, 4) catatan tentang pertentangan
etika, keputusan dan tindakan dalam jurnal lapangan, 5) teknik pengelolaan pencatatan,
pengkodean data, pengelompokan, 6) Melakukan kegiatan kompirmasi formal seperti,
kelompok utama, wawancara, 7) melakukan kritik dari dengan mengajukan pertanyaan
tentang peranan dan kegiatan dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas tersebut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. A. Gambaran Umum
Peneliti selaku konselor menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas dalam bimbingan
konseling individual terhadap tiga orang siswa yang mempunyai kesaman permasalahan
belajar melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending
Tahap Kerja
Identifikasi Masalah
Penyebab
Masalah
senonoh, bertengkar
1. a. Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan
refleksi.
1. 1. Perencanaan
a. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan dirumuskan
b. Guru menyampaikan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapantahapan atau langkah-langkah Teknik Eklektif dan Perilaku Attending
c. Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
d. Guru/Konselor melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien
e. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya
pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
f. Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
1. 2. Implementasi
Konselor memberikan manfaat pada klien untuk feed back/ mengambil kilah balik dari halhal yang telah dibicarakan
c. Tahap akhir / tahap Action (5 menit) pukul 11.55 12.00
Tindakan 1
Konseling menyampaikan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi,
memperjeles fokus pada wawancara konseling
Tindakan 2
Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya melalui attending
yang baik
Tindakan 3
Menjelang akhir konseling konselor membantu klien untuk merencanakan / memprogram
untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya
Tindakan 4
Menilai / evaluasi (Bagaimanakah perasaan nanda sekarang?)
Tindakan 5
Mengakhiri proses konseling
1. c. Siklus III
1. 1. Perencanaan
1. Konselor dan peneliti mendiagnosis kembali permasalahan belajar
siswa penyebab permasalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar siswa
menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah Eklektif
Attending
3. Guru kelas IX melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan klien
4. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan
masalah selanjutnya pemecahan masalahan, tindak lanjut dan
peninjauan hasil-hasil konseling.
5. 2. Implementasi
Pada prinsipnya implementasi siklus III seperti pada siklus II ; konselor lebih
mengoptimalkan penanganan masalah melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending pada :
Tahap awal, tahap pertengahan dan tahap akhir ; yaitu konselor bertanya untuk membuka
percakapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan keramahan, penampilan guru juga
baik; kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa
cukup santai, tenang, dan ramah. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, tangan
digerakan sesuai kebutuhan untuk lebih menyakinkan klien. Konselor berusaha ikut
merasakan apa yang dirasakan klien sehingga X, Y, dan Z terbuka untuk mengemukakan isi
hatinya. Juga kesedihannya. Konselor memuji ide X, guru selaku konselor mengadakan
Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan
klien. Oh ..ya.., terus. Dan ..kemudian .. Wah. Mmmhh.konselor memberi
kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil alih balik dari hal-hal yang telah
dibicarakan.
1. 3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan individual dan Eklektif Attending serta menilai respon siswa, malakukan
pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
1. 4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus III,
telah menunjukan perkembangan, maka peneliti atau konselor sepakat untuk menganalisa
data, dan penyusunan laporan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
1. B. Pembahasan Per Siklus
Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan
refleksi
1. 1. Perencanaan
1. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa penyebab permaalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah teknik Eklektif dan Perilaku Attending
Itu baik. Benarkah demikian? itu berarti X sebenarnya anak yang baik. Bisakah nanda
mengemukakan kejadian selengkapnya kepada bapak?)
Tindakan 6 :
Konselor menggali perasaan , pengalaman, dan pikiran klien karena kebanyakan klien
tertutup/menyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat terus terang (Bapak yakin kamu
dapat menjelaskan lebih jauh ide untuk mencapai cita-cita menjadi polisi, menjadi pemain
sepak bola terkenal?)
1. Tahap pertengahan (45 menit)
Konselor bekerja dengan definisi masalah bersama-sama klien ; tujuannya untuk mengolah
masalah klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :
Tindakan I
Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpin agar klien tidak melantur, maka
konselor memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan konseling (Menurut Bapak
rencana yang kamu sampaikan baik sekali, coba waktunya perlu diatur lebih cepat, supaya
kegiatan belajar siswa tetap berjalan lancar sekaligus kamu dapat mengembangkan hobi
bermain sepak bola?)
Tindakan 2
Konselor melaksanakan paraphrasing/menangkap pesan utama/fokus klien, konselor
mengatakan inti pesan utama klien berbelit-belit. Konselor menangkap pesan X, rasa
ketakutan karena dihadang X, Y, dan Z. terangkanlah tentang dia! Apakah ada sesuatu yang
perlu disampaikan? Bagaimanakah perasaan Nanda saat itu? Dapatkan Nanda kemukakan hal
itu selanjutnya kepada Bapak?
Tindakan 3
Konselor melakukan directing/ mengarahkan agar klien bermaian peran, berbuat sesuatu,
menghayal sesuatu bagaimana kejadian yang dituturkan kepada konselor. (Apakah Nanda
bisa menjelaskan secara apa adanya? Bagaimanakah sikap, kata-kata X ketika
mengancam ?)
Tindakan 4
Konselor mencoba menaksir keinginan X untuk membentuk group sepak bola dibawah
pimpinannya, karena X mempunyai bakat sepak bola tendangannya kuat sekali (nanda
1. 1. Perencanaan
1. Konselor dan peneliti mendiagnosis kembali permasalahan belajar siswa
penyebab permasalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan pengamanan permasalahan belajar siswa menggunakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah Konseling Eklektif dengan Perilaku
Attending
3. Guru/konselor menganalisis data tentang klien
4. Guru kelas IX melakukan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien
5. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi perkembangan masalah,
selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil
konseling
6. 2. Implementasi
Pada prinsipnya implementasi siklus III seerti pada siklus II, hanya konselor lebih
mengoptimalkan penanganan masalah melalui Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
pada : Tahap awal, tahap pertengahan, dan tahap akhir : yaitu konselor pada bertanya untuk
membukapercakapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan keramahan, penampilan
guru juga baik ; kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang
dengan cukup santai, tenag, ceria, dan ramah. Posisi tbuh konselor agak condong ke arah
klien, tangan digerakan sesuai kebutuhan untuk lebih menyakinkan klien. Konselor
mendengarkan penuh perhatian, dan kesabaran empati konselor berusaha ikut merasakan apa
yang dirasakan klien sehingga X, Y, dan Z terbuka untuk mengemukakan isi hatinya, juga
kesedihannya. Konselor memuji ide X untuk membentuk group sepak bola, dan menasehati
belajar giat agar cita-cita menjadi polisi dapat tercapai. Guru selaku konselor mengadakan
Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan
klien. Oh ya , terus. lalu. an kemudian. wah.mmh konselor memberi
kesempatan pada klien untuk feed back / mengambil kilah balik dari hal-hal yang telah
dibicarakan.
1. 3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan konseling melalui pendekatan Eklektif attending serta menilai respon siswa,
melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara
1. 4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus III,
hasil telah menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk
menganalisis data, dan penyusunan laporan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
1. C. Proses Menganalisa Data
Berdasarkan tindakan pada siklus I; belum memberikan hasil yang berarti, karena guru selaku
konselor pada aspek attending dan aspek Eklektif masih berekspresi kaku, muram dan marah.
Sering konselor mengalihkan pandangan terutama pada saat klien berbicara. Score penilaian
pada siklus I adalah 40.00 predikat nilai kurang baik didalam konselor menangani
permasalahan belajar siswa. Guru/konselor dan peneliti sepakat akan mengadakan perubahan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan kelas dalam pembimbingan dan konseling siswa.
Attending siklus II; ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria. Konselor sudah
melakukan kontak pandang dengan klien, melakukan anggukan kepala tanda setuju,
menggeleng sebagai tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala konselor tegak juga
kecondongan tubuh konselor ke arah klien cukup namun keakraban belum nampak, gerakan
tangan konselor belum nampak, gerakan tangan konselor belum bermakna sesuai kebutuhan
(konselor dapat mengusap kepala klien sebagai tanda sayang penuh perhatian) kesabaran
mendengarkan perlu dipertahankan, dan meninggikan suara konselor agar diakhiri apabila
klien diam/tidak memberikan respon terhadap pertanyaan guru/konselor.
Hasil score penilaian = 50.00 karena itu guru/konselor dan peneliti sepakat mengadakan
perbaikan lagi. Pada siklus III dengan pengoptimalan penghampiran klien secara tenang,
ramah, sabar ceria akrab penuh perhatian dan kasih sayang akan membuat klien nyaman,
aman, tenang, tersentuh dan dekat, sehingga pada siklus III hasil pengamatan menunjukan
perkembangan yaitu : 88, 33 predikat pembimbing amat baik.
Secara lebih jelasnya gambaran hasil perkembangan kegiatan guru dalam konseling teknik
eklektif dengan perilaku attending dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 4.1 : Hasil Kegiatan Guru Dalam Proses Konseling
Tabel 4.1
(1)
(2)
Penilaian
3
(3)
(4)
(5)
Penilaian
3
1
1
selanjutnya
JUMLAH
16
24
Kurang
Tabel 4.2
(1)
(2)
Penilaian
3
(3)
(4)
(5)
1
Penilaian
3
selanjutnya
JUMLAH
26
33
Predikat = 24 : 60 x 100 = 55
Kurang
Tabel 4.3
(1)
(2)
Penilaian
3
(3)
(4)
(5)
2
3
(1)
(2)
Penilaian
3
(3)
(4)
(5)
guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi
selanjutnya
JUMLAH 39
NILAI SCORE PEROLEHAN
15
54
Amat Baik
Tabel 4.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah
SIKLUS I
KS
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 10 = 25
4 = Baik Sekali
AR
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 10 = 25
3 = Baik
TT
1 1 1 2 2 2 2 2 2
2 17 = 42,5
2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat
JUMLAH
> 75 = baik
60 = sedang
< 60 = kurang
PREDIKAT
No Nama Siswa
SIKLUS II
KS
1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 10 = 25
4 = Baik Sekali
AR
1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 10 = 25
3 = Baik
TT
1 3 3 3 3 3 3 3 3
3 30 = 75
JUMLAH
2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat
PREDIKAT
No Nama Siswa
50 : 12 x 10 = 41,66 Kurang
> 75 = baik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
SIKLUS III
KS
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 10 = 25
4 = Baik Sekali
AR
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 10 = 25
3 = Baik
TT
3 3 3 3 3 4 4 4 4
4 34 = 85
2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat
JUMLAH
> 75 = baik
60 = sedang
< 60 = kurang
PREDIKAT
74 : 12 x 10 = 61,66 Sedang
Keterangan :
1. Tidak berbicara kotor
2. Tidak bertengkar
3. Membuka diri, berterus terang
4. Bekerjasama
5. Berani bertanya dan berpendapat
6. Berpartisifasi aktif
7. Berani berpendapat
8. Ceria, gembira
9. Menerima nasehat
NAMA SISWA
SIKLUS
RATA-RATA
KET
II
III
KS
25
25
50
33,33
Kurang
AR
25
25
50
33,33
Kurang
TT
42,5
75
85
67,50
Baik
JUMLAH
92,5
125
185
134,16
RATA_RATA
44,72
Tabel 4.6
Perkembangan Kegiatan Guru Dalam Bimbingan Konseling
Teknik Eklektif dan Perilaku Attending Kelas IX
Semester I Tahun 2008/2009
NO
NAMA SISWA
2
Teknik Eklektif dan
SIKLUS
RATA-
II
III
RATA
40,00
50,00
88,33
59,44
KET
7
Perilaku Attending
Predikat
Kurang Kurang
Amat Baik
Demikian pula dengan hasil wawancara menunjukan respon yang positif, serta hasil observasi
Kepribadian Klien pada siklus I, II, dan III diperolehkan hasil 30,83 predikat kurang baik
sekali, siklus II = 41,66 predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 predikat sedang/cukup
baik. Bimbingan konseling terhadap tiga siswa X, Y dan Z yang bermasalah tidak berhenti
pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru
kelas, juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkembangan
perubahan tingkah laku klien agar klien lebih mantap untuk bertindak positif. Gambaran lebig
jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
Gambar 4.2 : Perkembangan Kepribadian Siswa
1. D. Pembahasan Umum
Berdasarkan tindakan pada siklus I; belum memberikan hasil yang berarti karena guru selaku
konselor pada aspek attending dan pada spek Eklektif masih berekspresi kaku, muram dan
marah karena konselor sering mengalihkan pandangan, terutama saat klien berbicara. Maka
data pada score penilaian pada siklus I adalah 40,00 predikat nilai kurang baik dalam
konselor menangani permasalahan belajar siswa.
Attending siklus II, ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria, konselor sudah
melakukan kontak pandang terhadap klien, melakukan anggikan kepala tanda setuju,
menggeleng sebagai tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala konselor tegak juga
kecondongan tubuh konselor belum bermakna sesuai kebutuhan (konselor dapat mengusap
kepala klien sebagai tanda kasih sayang penuh perhatian) kesabaran mendengarkan perlu
dipertahankan, dan meningginya suara konselor agar dihindari apabila klien diam/klien
memberikan respon terhadap pertanyaan guru/konselor hasil score penilaian pada siklus II =
50,00
Kemudian hasil pada siklus III melalui pengoptimalan penghampiran klien secara tenag,
ramah, sabar, ceria, akrab, penuh perhatian, dan kasih sayang; membuat klien merasa
nyaman, aman, tenang, tersentuh dan dekat;sehingga pada siklus III hasil pengamatan
menunjukan perkembangan; yaitu 88,33 predikat amat baik.
Berdasarkan Data Hasil Observasi perkembangan Kepribadian Siswa pada Siklus I, II, dan III
menunjukan perkembangan hasil yang meningkat pada siklus berikutnya yaitu : 30,80 ; 41,66
kemudian pada siklus III meningkat lagi menjadi 61,66 srta rata-rata kepribadian siswa
adalah 44,72 ; hal ini berarti penanganan-penanganan bimbingan konseling dengan
menggunakan Pendekatan Eklektif Attending menunjukan keberhasilan penelitian tindakan
kelas.
Berdasarkn data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III setelah dibandingkan,
diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat
dipergunakan untuk membandingkan tolak ukur dan merefleksikan peneliti dan guru selaku
konselor atas kelemahan yang terekam, data yang disajikan, berupa tabel yang memuat secara
nominal dan setelah ditentukannya diskripsi kearah kecenderungan tindakan guru selaku
konselor dan reaksinya dalam bentuk partisifasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak
berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria,
gembira, menerima nasehat, dan merencanakan tindakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. A. Kesimpulan
Setelah Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pendekatan Eklektif Attending merupakan langkah efektif untuk mengatasi
permasalahan siswa.
2. Pendekatan Eklektif Attending memberi kemudahan perubahan sikap pada siswa yang
bermasalah karena permasalahan belajar dapat diatasi melalui komunikasi dengan
bahasa anak sendiri
3. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending layak dipergunakan dan dikembangkan oleh
guru, serta perlu diadakan penelitian kelanjutan
1. B. Saran
Peneliti mengajak rekan-rekan guru selaku pembimbing siswa :
1. Gunakanlah Pendekatan Eklektif Attending guna mengatasi permasalahan siswa
2. Tingkatkanlah partisifasi siswa dalam Proses Belajar Mengajar melalui proses
motivasi guru kepada siswa secara selektif
3. Perlu pengembangan dan tindak lanjut penelitian tindakan kelas
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun (2003). Pedoman Studi Psikologi Pendidikan. IKIP Bandung
Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. (2004). Belajar dan Menifestasinya. Bandung : Rajawali
Depdiknas (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
Jakarta : Depdiknas
H.M. Arifin. (2003). Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : PT Golden Terayon
Press.
Ketut Sukardi (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya :
Usaha Nasional
Nana Syaodih dan Moh. Surya (1998). Pengantar Psycologi Jihad I. Bandung : FIP IKIP
Bandung
Moh. Surya (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP IKIP Bandung.
Prayitno, dkk (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Rhineka Cipta
Sadirman, A.M (1998). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan
Calon Guru. Bandung : Rajawali
Suharjono (1995). Direktorat Pendidikan Guru dan tenaga Teknis. Jakarta : Dikdasmen
Sugiharto.(2005). Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG
Sutopo (1996). Metode Pengumpulan Data. Surabaya : Usaha Nasional
Wakiri H, dkk (1990). Materi Pokok Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. UT : PMAK 817
Karunia Jakarta
Wilis, Sofyan, S (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Jakarta : Alfa Beta
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAN PENELITIAN
No
Kegiatan
Alokasi Waktu
Keterangan
Persiapan
9 hari
1. Penyusunan Proposal
2. Penyusunan Instrimen untuk
6 hari
1 hari
Pelaksanaan
1 hari
4 hari
atau artifak
4. Refleksi
2 hari
Pelaksanaan Siklus 2
6 hari
Pelaksanaan Siklus 3
6 hari
Pelaksanaan Laporan
15 hari
Jumlah
51 hari
Singajaya,
Peneliti,
Suryana, S.Pd
NIP. 132165183
2009
Lampiran 2
HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU SIKLUS I, II, III
NO
Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk
akrab berhadapan atau berdampingan
Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berpikir bersama klien
10
11
12
13
Penilaian
3
14
15
16
17
18
19
20
Lampiran 3
HASIL OBSERVASI KEPRIBADIAN SISWA
No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah
SIKLUS I
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat
JUMLAH
> 75 = baik
60 = sedang
< 60 = kurang
PREDIKAT
No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
SIKLUS II
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Predikat
JUMLAH
> 75 = baik
60 = sedang
< 60 = kurang
PREDIKAT
No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
SIKLUS III
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
JUMLAH
1 = Kurang
Predikat
PREDIKAT
Keterangan :
1. Tidak berbicara kotor
2. Tidak bertengkar
3. Membuka diri, berterus terang
4. Bekerjasama
5. Berani bertanya dan berpendapat
6. Berpartisifasi aktif
7. Berani berpendapat
8. Ceria, gembira
9. Menerima nasehat
10. Merencanakan tindakan
> 75 = baik
Lampiran 4
FORMAT WAWANCARA GURU
No
PERTANYAAN
JAWABAN
10
11
12
13
14
Peneliti,
Singajaya,
..
Responden,
2009
Lampiran 5
FORMAT WAWANCARA SISWA
No
1
PERTANYAAN
Selamat siang, silahkan duduk! Nampaknya ada
sesuatu yang terjadi benarkah demikian?
10
JAWABAN
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Singajaya . 2009
Responden,
Peneliti,
..