Anda di halaman 1dari 23

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DI KELAS VI SDN 8


TAROK DIPO

DI SUSUN OLEH :

Hilda Nofrianti ( 20329130)

Yuni Desi Mulyani ( 20329108)

Dosen Pengampu :

Khairani, M.Pd

DEPARTEMEN ILMU AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022- 2023

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu aktifitas belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didiknya dengan bantuan sumber belajar atau hubungan timbal balik yang terjadi antara
pendidik dengan peserta didik untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Pembelajaran dilakukan untuk membantu peserta didik dalam proses belajarnya sehinga
peserta didik mampu memahami apa saja yang telah dipelajari baik di kelas maupun diluar kelas.

Menurut UU Nomor 23 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, kegiatan


pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan
menggunakan sumber belajar sehingga terjadinya proses pembelajaran yang melibatkan semua
komponen-komponen yang saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Bab 1 Pasal 2 mengatakan bahwa
pendidikan agama islam merupakan pendidikan memberi ilmu pengetahuan, memebentuk sikap
dan kharakter, keahlian peserta didik dalam melaksanakan ajaran agama yang telah diperoleh.
Sedangkan pengertian lainnya menyebutkan bahwa pendidikan agama islam nmerupakan suatu
bentuk upaya untuk meningkatkan, dan membimbing peserta didik dalam mempelajari agama
islam secara konsisten

Dalam pembelajaran keaktifan siswa sangat dibutuhkan dalam prosesnya karena dapat
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan aktif dalam belajar karena dapat
berdampak pada ingatan siswa tentang materi yang telah diajarkan. Keterlibatan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar dapat tertampung dalam ingatan siswa. Setiap konsep akan
lebih mudah untuk dipahami dan diingat apabila disajikan dengan model dan metode yang tepat.

Pada saat siswa belajar secara pasif, siswa mengalami proses tanpa ada rasa ingin tahu, tanpa
pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil belajar siswa. Pada saat siswa belajar secara
aktif, mereka mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu, misalnya dengan cara aktif bertanya.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan
yang sama juga terjadi di SMP Negeri 35 Padang di mana kegiatan pembelajaran ditemukan
keragaman masalah, salah satunya tentang rendahnya keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat
ditunjukkan dari: 1) Siswa yang mengajukan pertanyaan hanya sebesar 20,85%, 2) Siswa yang
menjawab pertanyaan hanya sebesar 18,5%, 3) Siswa yang mengerjakan soal di depan kelas
hanya sebesar 26,31%.

Untuk menanggulangi kejadian ini seorang guru harus dapat mengembangkan suatu teori
belajar yang tepat serta dapat diterapkan pada peserta didiknya, yang dapat melibatkan siswa
secara aktif dan menyenangkan. Salah satu strategi pembelajaran aktif yang dapat membuat
siswa aktif adalah problem solving learning (pembelajaran berbasis dengan pemecahan masalah)
problem solving adalah model yang mengutamakan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar
untuk memperkuat daya nalar yang digunakan oleh peserta didik agar mendapatkan pemahaman
yang lebih mendasar dari materi yang disampaikan. Seperti yang diungkapkan Pepkin (dalam
Shoimin, 2017, hlm. 135) bahwa metode problem solving adalah suatu model pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti
dengan penguatan keterampilan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah secara umum dari penelitian ini yaitu,
“Bagaimanakah upaya meningkatkan aktifitas belajar pendidikan agama islam melalui model
pembelajaran problem solving di kelas VI SDN 08 TAROK DIPO.”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalaah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
aktifitas belajar pendidikan agama islam melalui problem solving pada kelas VI SDN 08
TAROK DIPO.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Bagi Siswa, penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe problem solving pada
pokok bahasan ayo membayar zakat diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar
PAI dan siswa dapat belajar secara mandiri.
b. Bagi guru, Sebagai acuan untuk memilih pembelajaran yang efektif dan efisien guna
menemukan cara dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa pada saat belajar dan
dapat menentukan tindakan yang diperlukan guna meningkatkan aktifitas belajar siswa.

Bagi sekolah, Dapat memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna
meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 08 TAROK DIPO.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Aktivitas Belajar

a. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Haling, 2006).

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat. Belajar merupakan hasil dari
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilaku. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah bahwa bentuk input dan output dari stimulus dalam bentuk tanggapan.

Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses
internal tersebut adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan
sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial (Dimyati dan
Mudjiono, 2006).

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya
tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi
(Djamarah et al., 2010).

Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan,
sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh sebab itu, belajar adalah proses aktif
yaitu proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah
suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang
dipelajari. (Jamil Suprihatiningrum 2016: 14)

Belajar merupakan suatu proses, atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil
belajar merupakan dampak dari kegiatan atau proses belajar, hasil belajar bukan hanya
suatu penguasaan hasil latihan, melainkan pengubahan kelakuan. (Oemar Hamalik 2009:
27)

Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
penegrtian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. (Sardiman A.M. 2009: 21)

Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu
secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati
secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman
(latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar
sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan, serta nilai-nilai, dan sikap.

b. Aktifitas belajar

Meningkatkan Aktivitas dalam artian meningkat berarti naik. Sedangkan aktivitas


berasal dari kata “Aktif”, secara istilah adalah kegiatan untuk melakukan sesuatu. Jadi
meningkatkan aktivitas adalah usaha untuk menaikkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar mengajar. Sehingga terjadi interaksi yang efektif antara guru dan
siswa. “Aktivitas tersebut meliputi “perhatian siswa saat guru memberikan penjelasan,
respon dalam mengajukan permasalahan, melakukan penyelidikan, menjawab soal dari
guru dan siswa lain, mengemukakan pendapat saat diminta guru, dan memberikan
tanggapan terhadap pendapat siswa lain”.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan
prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebagai
rasionalitasnya, hal ini juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.
Menurut Hamalik, adapun nilai-nilai aktivitas dalam pengajaran bagi siswa sebagai
berikut :

1. Para siswa mancari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.


2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua
dengan guru.

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas


siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa
merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran.

Menurut Whipple dalam Hamalik (2009), keaktifan belajar siswa adalah suatu proses
belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan
emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif
dan psikomotor selama siswa berada di dalam kelas.

Dimyati dan Mujiono (2006) menyatakan bahwa keaktifan belajar siswa merupakan
proses pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian yang melibatkan
intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa.

Dapat disimpulkan bahwasanya keaktifan belajar merupakan proses pembelajaran


yang di optimalisasikan antara keterlibatan siswa berdasarkan fisik, mental intelektual
emosional untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal dalam bidang kognitif, afektif
dan psikomotor.
Keaktifan Belajar Memiliki Indikator

1. Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, memperhatikan gambar,


mengamati demonstrasi atau mengamati pekerjaan orang lain.
2. Kegiatan lisan (oral activities), yaitu kemampuan menyatakan, merumuskan,
diskusi, bertanya atau interupsi.
3. Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian
bahan, diskusi atau mendengarkan percakapan.
4. Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, mengerjakan soal,
menyusun laporan atau mengisi angket.
5. Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu melukis, kejadian, pola, atau
gambar.
6. Kegiatan emosional (emotional activities), yaitu menaruh minat, memiliki
kesenangan atau berani.
7. Kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat
atau membuat model.
8. Kegiatan mental, yaitu mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat
hubungan-hubungan atau membuat keputusan.

c. Pendidikan Agama Islam


Menurut Muhaimin, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dipahami dan
dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan sunnah.
Berdasarkan peraturan menteri agama republik Indonesia No 13 tahun 2014 bab 1
pasal 1 ayat 1 mengatakan “pendidikan agama islam adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama islam atau menjadi ahli dalam agama
islam dan mengamalkan ajaran agama islam”
Abuddin Nata, pendidikan Islam adalah “upaya membimbing, mengarahkan, dan
membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu
kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses program yang terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani
ajaran agama Islam pengembangan manusia kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam Pendidikan Agama Islam

2. Model Pembelajaran Problem Solving

Pembelajaran problem soliving merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada


pemahaman, solusi, identifikasi kekeliruan dan mencari alternatif. Metode pemecahan
masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan
jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
(Jumanta Hamdayama 2016: 115)

Model pembelajaran Problem Solving merupakan cara memberikan pengertian dengan


menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang suatu masalah
untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah.
Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan mengecek silang validitas
informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solving melatih siswa berfikir kritis dan
metode ini melatih siswa memecahkan dilema (Firli, dkk, 2017: 2).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka model pembelajaran Problem Solving adalah suatu
model pembelajaran yang diterapkan dengan mengangkat atau memberikan suatu
permasalahan yang kemudian permasalahan tersebut harus dihadapi oleh peserta didik. Maka
model pembelajaran Problem Solving ini menuntut siswa untuk dapat berpikir dengan kritis
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Rahim (2001) mendefinisikan metode problem solving (metode pemecahan masalah)


sebagai metode pembelajaran yang digunakan untuk merangsang pelajar berpikir.
Karenanya, metode ini akan banyak memanfaatkan metode-metode lain yang dimulai dari
pencarian data sampai kepada penarikan kesimpulan. Selain itu, metode ini juga akan
melibatkan banyak kegiatan dengan bimbingan dari guru kepada siswa. Adapun langkah-
langkah pelaksanaannya pembelajaran problem solving menurut Alex Sobur (2009: 243)
langkah-langkah dalam problem solving, antara lain.

a) memahami masalah atau problema,


b) mengumpulkan keterangan atau data,
c) merumuskan hipotesis,
d) menilai/mengkaji hipotesis,
e) mengadakan eksperimen atau percobaan,
f) membentuk kesimpulan.

Kelebihan metode problem solving adalah

a) Mendorong siswa untuk berfikir aktif dan kreatif dalam mencari bentuk bentuk
pemecahan masalah sepenuh hati dan teliti. Meskipun harus melalui trial and error
(terus mencoba, meskipun mengalami kesalahan).
b) Mendorong siswa untuk berfikir kritis
c) Mendorong siswa untuk belajar sambil bekerja (learning by doing).
d) Memupuk rasa tanggung jawab.
e) Mendorong siswa untuk tidak berfikir sempit, fanatik.

Kekurangan metode problem solving yaitu

a) Tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah/problem, yang justru harus


dipecahkan.
b) Kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf perkembangan dan
kemampuan siswa.
c) Banyak menimbulkan resiko.
d) Kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat. Mengenai proses pemecahan masalah
yang ditempuh siswa.
e) Memerlukan waktu dan perencanaan yang matang.

3. Penelitian yang relevan


Pertama Penelitian Luqoni yang berjudul Penerapan Metode Problem Solving untuk
Meningkatkan Kompetensi Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MtsN
Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi memiliki kesimpulan Kompetensi hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Fiqih mengalami peningkatan yang bagus dan memuaskan. Peningkatan
hasil belajar terlihat dari berbagai aspek belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kedua, yaitu penelitian Apridin Penerapan Metode Problem Solving dalam Belajar Siswa
Kelas VI pada Mata Pelajaran Fiqih di MI NW Dasan Agung Mataram berkesimpulan Hasil
penelitian tersebut adalah 1) penerapan metode problem solving membantu siswa mengatasi
kesulitan belajar karena metode ini membuat siswa menjadi lebih aktif dalam memecahkan
masalah yang diberikan guru. Siswa juga menjadi lebih kreatif dan bertanggung jawab dalam
memecahkan suatu masalah; 2) kendala yang dialami siswa di MI Mataran adalah kesulitan
memahami penjelasan guru

Ketiga yaitu penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Arik Budi Suwiknyo, dengan judul
“Penggunaan metode problem solving untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika kelas Va SDN 1 Terbanggi Sumbing Kecamatan Gunung Sugih Tahun Pelajaran
2011/2012”. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa penelitian ini adalah penelitian PTK
yaitu menggunakan siklus 1 dan siklus 2 dengan kesimpulan penggunakan metode problem
solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas Va SDN 1 Terbanggi
Sumbing Kecamatan Gurung Sunggih Tahun Pelajaran 2011/2012.

4. Kerangka Berpikir

Guru dan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang terpenting,
dimana guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Pembelajaran dapat dikatakan
berhasil apabila terjadi interaksi yang aktif antara guru dan siswa, serta antara siswa satu
dengan siswa yang lainnya

Keaktifan belajar siswa sangatlah penting untuk menjadi penentu keberhasilan proses
pembelajaran hingga mencapai tujuan yang diharapkan. Namun kenyataanya dalam proses
pembelajaran masih didominasikan oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Hal tersebut
terjadi pada mata pelajaran PAI
Penerapan suatu metode pembelajaran suatu ha1 yang sangat penting dalam
meningkatkan keaktifan belajar siswa. Oleh karena itu guru harus memilih metode
pembelajaran yang tepat, efektif, efesien dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Model Problem Solving dapat mambantu untuk mengatasi masalah keaktifan belajar
siswa. Karena model problem solving menitik beratkan pada siswa untuk aktif untuk
memiliki daya pikir tinggi dalam menganalisa masalah dan membuat siswa merasa dilibatkan
dalam pembelajaran dimulai dari memberi gagasan diskusi dan dapat hingga dapat
memecahkan masalah. Model problem solving ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
proses pembelajaran.

Dari model yang telah ditentukan diharapkan siswa dapat memahami materi yang
dijelaskan dengan daya berfikirnya sesuai dengan kegiatan yag telah dilakukannya selama
proses pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran dapat dikatakan sangat bermakna
karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar.

5. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritis diatas maka penulis dapat berhipotesis dengan diterapkan
model pembelajaran Problem solving pada mata pelajaran PAI dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas atau
(disingkat PTK) merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilaksanakan di kelas. PTK
umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru
berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah dan atau di tempat ia
mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas sesuai namanya bersifat terbatas dalam arti keluasan objek dan sasaran yang
menjadi pusat perhatian penelitiannya.

Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki pola mengajar guru, memperbaiki perilaku siswa,
meningkatkan praktik pembelajaran, dan mengubah kerangka kerja guru dalam mengajar
sehingga terjadi peningkatan pelayanan professional guru.

B. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 08 Tarok Dipo
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 08 Tarok Dipo
yang berjumlah 28 siswa.
3. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan Februari tahun 2023
C. Prosedur Penelitian

Gambar. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I

a) Perencanaan

Semua rencana yang akan dilaksanakan oleh seorang peneliti dalam penelitian untuk
menyelesaikan suatu masalah yang sedang diteliti.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan ini dilakukan pada 3 tahap yaitu tahap pengenalan dilanjutkan kan tahap inti
dan penyimpulan

Pelaksanaan yaitu

 Guru membuka kelas dengan salam


 Guru memberi stimulus memberi pertanyaan
 Guru membagi siswa berberapa kelompok
 Guru menjelaskan langkah pembelajaran melalui pemecahan masalah
 Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa
 Guru memberikan Studi Kasus kepada siswa melalui lembar kerja siswa
 Siswa Merumuskan masalah Kemampuan ini diperlukan untuk mengetahui dan
merumuskan masalah secara jelas.
 Siswa Menelaah masalah Untuk menggunakan model problem solving, menelaah
masalah diperlukan agar peserta didik dapat menggunakan pengetahuan untuk
memerinci dan menganalisis masalah dari berbagai sudut.
 Siswa Menentukan pilihan penyelesaian Tahap ini akan membuat peserta didik
mampu untuk membuat alternatif penyelesaian serta kecakapan menilai pilihan
dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

c) Pengamatan

Pada tahap observasi ini observer yaitu kolaborator mengadakan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan hal–hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati cara belajar dan hasil belajar
siswa

d) Refleksi

Menilai keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut dengan melakukan evaluasi pada
semua tindakan yang sudah dilakukan selama proses pembelajaran yaitu mengadakan
kegiatan menganalisis, menjelaskan dan menyimpulkan data yang sudah diperoleh. Hasil dari
refleksi ini digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

a) Perencanaan

b) Pelaksanaan
c) Pengamatan

d) Refleksi

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
suatu kegiatan yang dilakukan oleh supervisior untuk mengamati guru yang sedang
melaksanakan tugasnya baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melakukan
pencatatan-pencatatan atas kegiatannya tersebut.
Tabel 1. Kisi Kisi Angket Observasi

Variabel Sub Variabel Indikator


Keaktifan Visual 1. Siswa memperhatikan
media yang digunakan
sewaktu guru
KEAKTIFAN menjelaskan materi
BELAJAR 2. Siswa membaca buku
SISWA sesuai dengan materi

Keaktifan Lisan 3. Siswa memberikan ide


atau usulan dalam
proses pemecahan
masalah
4. Siswa mengajukan
argumentasi
5. Siswa menjawab
pertanyaan yang
dianjurkan oleh guru

Keaktifan Mendengar 6. Siswa menyimak atau


memperhatikan ketika
menjelakan materi
7. Siswa mendengarkan
teman yang sedang
presentasi

Keaktifan Menulis 8. Siswa mengerjakan


Lembar kerja siswa
9. Siswa membuat tulisan
akan pemecahan
masalah

Keaktifan Mengambar 10. Siswa membuat peta


konsep sesuai materi
yang dibahas

Keaktifan Motorik 11. Siswa melakukan


percobaan atau
melakukan demonstrasi
saat proses
pembelajaran

Keaktifan Mental 12. Siswa mampu


mengingat materi yang
telah dibahas
13. Siswa mampu
memecahkan masalah
yang dihadapi serta
membuat keputusan ,
membuat kesimpulan

Keaktifan emosional 14. Siswa berani


mengemukakan
pendapat atau bertanya

D. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, hasil observasi dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilah mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain
Data yang didapat berupa hasil observasi kekatifan belajar siswa dalam pembelajaran PAI
dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar siswa yang telah dirancang
1. Data observasi
keaktifan belajar siswa Dari data hasil observasi keaktifan belajar siswa akan dibagi menjadi tiga
kategori skala ordinal yaitu baik, cukup, dan kurang. Seperti klasifikasi pada tabel.

Tabel 2. Klasifikasi keaktifan belajar

Skor Kategori
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang

Analisi data keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran PAI menggunakan format
observasi. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Data yang diperoleh dari observasi merupakan data kualitatif dan dikonversi ke
dalam bentuk penskoran kuantitatif berdasarkan jumlah siswa yang memunculkan tiap indikator.
Pada pengolahan data ini digunakan rumus

Persentase = X 100%
Adapun kriteria
80-100 % = Baik
60-79 % = Cukup
˂60 = Kurang llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Profil Sekolah
SDN 08 Tarok Dipo berdiri pada tahun 1977 dengan nama SD Inpres 3/77 Simpang
Tarok. Pada tahun 1990 SD Inpres 3/77 Simpang Tarok berubah nama menjadi SDN 24
Tarok Dipo. Kemudian pada tahun 2001 berubah nama lagi dari SDN 24 Tarok Dipo
menjadi SDN 08 Tarok Dipo. SDN 08 Tarok Dipo berakreditasi A dengan menggunakan
kurikulum 2013 untuk belajar.
a. Visi
Bertaqwa, unggul dalam prestasi, disiplin, berbudaya dan berwawasan
lingkungan.
b. Misi
1. Meningkatkan keimanan, semangat religious, kedisiplinan dan
kekeluargaan pada seluruh warga sekolah
2. Mewujudkan keunggulan dalam prestasi akademik dan non akademik
3. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan serta
mewujudkan pembelajaran yang berkualitas
4. Menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter
5. Menanamkan sikap peduli dan sadar lingkungan
6. Mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dan bebas pencemaran
7. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih dan mendukung
pembelajaran
c. Tujuan

2. Keadaan Pegawai dan Siswa


a. Pegawai

Tabel 3. Data Guru Dan Pegawai Sdn 08 Tarok Dipo


NO Data Guru/Staf TU Laki-laki Perempuan Total (Jiwa)
1 Guru Tetap 2 12 14
2 Guru Honorer 1 2 3
3 Taata Usaha - 2 2
4 Penjaga Sekolah - 1 1
5 Perpustakaan - 1 1
6 Satpam - 1 1
Jumlah 3 19 22

b. Siswa

N NAMA L P
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai