DI SUSUN OLEH :
Dosen Pengampu :
Khairani, M.Pd
2022- 2023
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu aktifitas belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didiknya dengan bantuan sumber belajar atau hubungan timbal balik yang terjadi antara
pendidik dengan peserta didik untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran dilakukan untuk membantu peserta didik dalam proses belajarnya sehinga
peserta didik mampu memahami apa saja yang telah dipelajari baik di kelas maupun diluar kelas.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Bab 1 Pasal 2 mengatakan bahwa
pendidikan agama islam merupakan pendidikan memberi ilmu pengetahuan, memebentuk sikap
dan kharakter, keahlian peserta didik dalam melaksanakan ajaran agama yang telah diperoleh.
Sedangkan pengertian lainnya menyebutkan bahwa pendidikan agama islam nmerupakan suatu
bentuk upaya untuk meningkatkan, dan membimbing peserta didik dalam mempelajari agama
islam secara konsisten
Dalam pembelajaran keaktifan siswa sangat dibutuhkan dalam prosesnya karena dapat
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan aktif dalam belajar karena dapat
berdampak pada ingatan siswa tentang materi yang telah diajarkan. Keterlibatan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar dapat tertampung dalam ingatan siswa. Setiap konsep akan
lebih mudah untuk dipahami dan diingat apabila disajikan dengan model dan metode yang tepat.
Pada saat siswa belajar secara pasif, siswa mengalami proses tanpa ada rasa ingin tahu, tanpa
pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil belajar siswa. Pada saat siswa belajar secara
aktif, mereka mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu, misalnya dengan cara aktif bertanya.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan
yang sama juga terjadi di SMP Negeri 35 Padang di mana kegiatan pembelajaran ditemukan
keragaman masalah, salah satunya tentang rendahnya keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat
ditunjukkan dari: 1) Siswa yang mengajukan pertanyaan hanya sebesar 20,85%, 2) Siswa yang
menjawab pertanyaan hanya sebesar 18,5%, 3) Siswa yang mengerjakan soal di depan kelas
hanya sebesar 26,31%.
Untuk menanggulangi kejadian ini seorang guru harus dapat mengembangkan suatu teori
belajar yang tepat serta dapat diterapkan pada peserta didiknya, yang dapat melibatkan siswa
secara aktif dan menyenangkan. Salah satu strategi pembelajaran aktif yang dapat membuat
siswa aktif adalah problem solving learning (pembelajaran berbasis dengan pemecahan masalah)
problem solving adalah model yang mengutamakan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar
untuk memperkuat daya nalar yang digunakan oleh peserta didik agar mendapatkan pemahaman
yang lebih mendasar dari materi yang disampaikan. Seperti yang diungkapkan Pepkin (dalam
Shoimin, 2017, hlm. 135) bahwa metode problem solving adalah suatu model pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti
dengan penguatan keterampilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah secara umum dari penelitian ini yaitu,
“Bagaimanakah upaya meningkatkan aktifitas belajar pendidikan agama islam melalui model
pembelajaran problem solving di kelas VI SDN 08 TAROK DIPO.”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalaah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
aktifitas belajar pendidikan agama islam melalui problem solving pada kelas VI SDN 08
TAROK DIPO.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Bagi Siswa, penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe problem solving pada
pokok bahasan ayo membayar zakat diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar
PAI dan siswa dapat belajar secara mandiri.
b. Bagi guru, Sebagai acuan untuk memilih pembelajaran yang efektif dan efisien guna
menemukan cara dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa pada saat belajar dan
dapat menentukan tindakan yang diperlukan guna meningkatkan aktifitas belajar siswa.
Bagi sekolah, Dapat memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna
meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 08 TAROK DIPO.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Aktivitas Belajar
a. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Haling, 2006).
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat. Belajar merupakan hasil dari
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilaku. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah bahwa bentuk input dan output dari stimulus dalam bentuk tanggapan.
Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses
internal tersebut adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan
sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial (Dimyati dan
Mudjiono, 2006).
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya
tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi
(Djamarah et al., 2010).
Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan,
sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh sebab itu, belajar adalah proses aktif
yaitu proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah
suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang
dipelajari. (Jamil Suprihatiningrum 2016: 14)
Belajar merupakan suatu proses, atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil
belajar merupakan dampak dari kegiatan atau proses belajar, hasil belajar bukan hanya
suatu penguasaan hasil latihan, melainkan pengubahan kelakuan. (Oemar Hamalik 2009:
27)
Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
penegrtian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. (Sardiman A.M. 2009: 21)
Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu
secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati
secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman
(latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar
sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan, serta nilai-nilai, dan sikap.
b. Aktifitas belajar
Menurut Whipple dalam Hamalik (2009), keaktifan belajar siswa adalah suatu proses
belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan
emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif
dan psikomotor selama siswa berada di dalam kelas.
Dimyati dan Mujiono (2006) menyatakan bahwa keaktifan belajar siswa merupakan
proses pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian yang melibatkan
intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka model pembelajaran Problem Solving adalah suatu
model pembelajaran yang diterapkan dengan mengangkat atau memberikan suatu
permasalahan yang kemudian permasalahan tersebut harus dihadapi oleh peserta didik. Maka
model pembelajaran Problem Solving ini menuntut siswa untuk dapat berpikir dengan kritis
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
a) Mendorong siswa untuk berfikir aktif dan kreatif dalam mencari bentuk bentuk
pemecahan masalah sepenuh hati dan teliti. Meskipun harus melalui trial and error
(terus mencoba, meskipun mengalami kesalahan).
b) Mendorong siswa untuk berfikir kritis
c) Mendorong siswa untuk belajar sambil bekerja (learning by doing).
d) Memupuk rasa tanggung jawab.
e) Mendorong siswa untuk tidak berfikir sempit, fanatik.
Kedua, yaitu penelitian Apridin Penerapan Metode Problem Solving dalam Belajar Siswa
Kelas VI pada Mata Pelajaran Fiqih di MI NW Dasan Agung Mataram berkesimpulan Hasil
penelitian tersebut adalah 1) penerapan metode problem solving membantu siswa mengatasi
kesulitan belajar karena metode ini membuat siswa menjadi lebih aktif dalam memecahkan
masalah yang diberikan guru. Siswa juga menjadi lebih kreatif dan bertanggung jawab dalam
memecahkan suatu masalah; 2) kendala yang dialami siswa di MI Mataran adalah kesulitan
memahami penjelasan guru
Ketiga yaitu penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Arik Budi Suwiknyo, dengan judul
“Penggunaan metode problem solving untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika kelas Va SDN 1 Terbanggi Sumbing Kecamatan Gunung Sugih Tahun Pelajaran
2011/2012”. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa penelitian ini adalah penelitian PTK
yaitu menggunakan siklus 1 dan siklus 2 dengan kesimpulan penggunakan metode problem
solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas Va SDN 1 Terbanggi
Sumbing Kecamatan Gurung Sunggih Tahun Pelajaran 2011/2012.
4. Kerangka Berpikir
Guru dan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang terpenting,
dimana guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Pembelajaran dapat dikatakan
berhasil apabila terjadi interaksi yang aktif antara guru dan siswa, serta antara siswa satu
dengan siswa yang lainnya
Keaktifan belajar siswa sangatlah penting untuk menjadi penentu keberhasilan proses
pembelajaran hingga mencapai tujuan yang diharapkan. Namun kenyataanya dalam proses
pembelajaran masih didominasikan oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Hal tersebut
terjadi pada mata pelajaran PAI
Penerapan suatu metode pembelajaran suatu ha1 yang sangat penting dalam
meningkatkan keaktifan belajar siswa. Oleh karena itu guru harus memilih metode
pembelajaran yang tepat, efektif, efesien dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Model Problem Solving dapat mambantu untuk mengatasi masalah keaktifan belajar
siswa. Karena model problem solving menitik beratkan pada siswa untuk aktif untuk
memiliki daya pikir tinggi dalam menganalisa masalah dan membuat siswa merasa dilibatkan
dalam pembelajaran dimulai dari memberi gagasan diskusi dan dapat hingga dapat
memecahkan masalah. Model problem solving ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
proses pembelajaran.
Dari model yang telah ditentukan diharapkan siswa dapat memahami materi yang
dijelaskan dengan daya berfikirnya sesuai dengan kegiatan yag telah dilakukannya selama
proses pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran dapat dikatakan sangat bermakna
karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
5. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritis diatas maka penulis dapat berhipotesis dengan diterapkan
model pembelajaran Problem solving pada mata pelajaran PAI dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas atau
(disingkat PTK) merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilaksanakan di kelas. PTK
umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru
berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah dan atau di tempat ia
mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas sesuai namanya bersifat terbatas dalam arti keluasan objek dan sasaran yang
menjadi pusat perhatian penelitiannya.
Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki pola mengajar guru, memperbaiki perilaku siswa,
meningkatkan praktik pembelajaran, dan mengubah kerangka kerja guru dalam mengajar
sehingga terjadi peningkatan pelayanan professional guru.
B. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 08 Tarok Dipo
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 08 Tarok Dipo
yang berjumlah 28 siswa.
3. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan Februari tahun 2023
C. Prosedur Penelitian
Siklus I
a) Perencanaan
Semua rencana yang akan dilaksanakan oleh seorang peneliti dalam penelitian untuk
menyelesaikan suatu masalah yang sedang diteliti.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan ini dilakukan pada 3 tahap yaitu tahap pengenalan dilanjutkan kan tahap inti
dan penyimpulan
Pelaksanaan yaitu
c) Pengamatan
Pada tahap observasi ini observer yaitu kolaborator mengadakan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan hal–hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati cara belajar dan hasil belajar
siswa
d) Refleksi
Menilai keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut dengan melakukan evaluasi pada
semua tindakan yang sudah dilakukan selama proses pembelajaran yaitu mengadakan
kegiatan menganalisis, menjelaskan dan menyimpulkan data yang sudah diperoleh. Hasil dari
refleksi ini digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
Siklus II
a) Perencanaan
b) Pelaksanaan
c) Pengamatan
d) Refleksi
D. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, hasil observasi dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilah mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain
Data yang didapat berupa hasil observasi kekatifan belajar siswa dalam pembelajaran PAI
dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar siswa yang telah dirancang
1. Data observasi
keaktifan belajar siswa Dari data hasil observasi keaktifan belajar siswa akan dibagi menjadi tiga
kategori skala ordinal yaitu baik, cukup, dan kurang. Seperti klasifikasi pada tabel.
Skor Kategori
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
Analisi data keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran PAI menggunakan format
observasi. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Data yang diperoleh dari observasi merupakan data kualitatif dan dikonversi ke
dalam bentuk penskoran kuantitatif berdasarkan jumlah siswa yang memunculkan tiap indikator.
Pada pengolahan data ini digunakan rumus
Persentase = X 100%
Adapun kriteria
80-100 % = Baik
60-79 % = Cukup
˂60 = Kurang llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
b. Siswa
N NAMA L P
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28