BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan
segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali
secara lisan sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan
oleh guru (Muhibbin,2010).
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang
tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua
kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan
belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan (Djamarah, 2011)
Menurut Slameto dalam buku Djamarah “belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya” (Djamarah, 2011).
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik
khususnya para guru.
Berhasil tidaknya pembelajaran tergantung pada makna dari apa yang di
pelajari. Harapan semua orang adalah bagaimana si pelajar memiliki prestasi yang
tinggi, sehingga setelah lulus dapat menjadi tenaga kerja yang siap pakai sesuai
dengan prestasinya.
5
6
(Winkel, 1999; Dimyati & Mudjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari
yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
a. Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang
telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan
makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman,
yakni:
1) Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam
suatu bentuk ke dalam bentuk lain.
2) Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
3) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau
kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan
c. Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode
dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:
1) Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci
elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
2) Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara
elemen-elemen dalam suatu struktur.
3) Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan
relasi dari struktur kompleks.
e. Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru
dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk
struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat
dibedakan atas:
1) Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan
2) Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas
3) Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak
9
memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya
hambatan-hambatan tertentu.
Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya
termasuk pengertian seperti : (1) learning disabilities (ketidakmampuan belajar)
adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala dimana
murid tidak mampu belajar sehingga hasil belajarnya dibawah potensi
intelektualnya; (2) learning disfunction (ketidakfungsian belajar) menunjukkan
gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya
tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan
psikologis lainnya; (3) under achiever (pencapaian rendah) adalah mengacu
kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal,
tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah; dan (4) slow learner (lambat belajar)
adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu
dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama (Mulyono, 2010).
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai
jenis manifestasi tingkah laku secara langsung ataupun tidak langsung. Gejala ini
akan tampak dalam aspek kognitif, motoris dan afektif, baik dalam proses hasil
belajar yang dicapai.
Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala
kesulitan belajar antara lain : (1) menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah
rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilki ;
(2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat
dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar, selalu tertinggal dari kawan-
kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan; (4)
menunjukan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura dan sebagainya; (5) menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti
membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak mau
bekerja sama dan sebagainya; dan (6) menunjukkan gejala emosional yang kurang
wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, dalam
12
menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan
sebagainya (Mulyadi, 2010).
2. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang tertinggi. Untuk dapat menjamin
hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajari. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik, diusahakan agar bahan pelajaran selalu menarik
perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan
bakatnya.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diamati seseorang
diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik bagi nya. Bahan pelajaran yang
14
menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena
minat menambah kegiatan belajar. Penelitian yang dilakukan Kusmiyati
(2007) di SMP mendapatkan data bahwa faktor yang dapat meningkatkan
minat belajar biologi, dapat berasal dari diri siswa, sekolah, guru, dan
orang tua. Faktor dari diri siswa yang belajar dengan mengembangkan
teknik belajar yang benar. Faktor yang berasal dari orang tua, misalnya
memberikan perhatian pada pelajaran anak, mendorong anak
memanfaatkan sarana di lingkungan rumah sebagai sumber belajar, dan
memberikan contoh dalam memilih tontonan televisi. Faktor dari sekolah,
misalnya menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran
seperti perpustakaan dan laboratorium. Guru dapat menyusun rencana
pembelajaran yang menarik, mudah dipahami dan memanfaatkan segala
sumber belajar di sekolah dan di lingkungan anak (Muhibbin, 2010).
4. Bakat
Bakat adalah “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat
adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat
mempengaruhi hasil belajar. Jika bahan pelajaran yang di pelajari siswa
sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya itu
(Muhibbin, 2010).
5. Motivasi
Menurut Noehi Nasution (1993) dalam buku Djamarah motivasi
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar. Dalam proses belajar mengajar
haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar
dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan
15
2.1.5.2.1. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota kelarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
1. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas dengan penyataannya yang
mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anaknya
dalam belajar tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat
belajarnya, tidak mau tahu kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-
16
3. Suasana Rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang
sering terjadi dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana
rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor
yang disengaja. Suasana rumah menyebabkan tingkat konsentrasi belajar
anak menjadi berbeda yang berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Suasana rumah yang gaduh tidak akan memberikan ketenangan kepada
anak yang belajar, suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar
dan banyak penghuninya. Suasana rumah memberikan pengaruh,
menjadikan anak tidak dapat belajar dengan baik apabila kondisi rumah
tidak nyaman.
17
2.1.5.2.2. Faktor sekolah yang meliputi sumber belajar, pendekatan dan strategi
pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, laboratorium, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran
dan waktu sekolah, standar pelajaran, dan keadaan gedung belajar.
1. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
memfasilitasi belajar seseorang. Dalam biologi sumber belajar dapat
berupa : (1) sumber belajar cetak : buku, majalah, ensiklopedi, brosur,
koran, poster, denah dan lain-lain ; (2) sumber belajar mencetak : film,
slide, video, model, audio kaset dan lain-lain; (3) sumber belajar yang
berupa fasilitas : auditorium, perpustakaan, ruang belajar, lapangan; (4)
sumber belajar yang berupa kegiatan : wawancara, kerja kelompok,
18
penghargaan kelompok siswa, dan aktivitas siswa dan guru juga terjadi
peningkatan kearah yang lebih baik.
3. Metode Mengajar
Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian
materi pelajaran kepada siswa (Muhibbin, 2010).
Dalam biologi terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
diantaranya : (1) ceramah ; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5)
laboratorium; (6) pengalaman lapangan dan (7) debat, dan sebagainya.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula.metode mengajar yang kurang baik itu dapat
terjadi, biasanya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai
bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak jelas. Guru
yang lama biasa cara mengajarnya dengan metode ceramah saja. Guru
yang progresif berani mencoba metode-metode baru, yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar-mengajar dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka
metode mengajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan seefektif
mungkin. Penilitian yang dilakukan Setiawan di kelas X 2 SMA
Laboratorium Singaraja mendapatkan data bahwa terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa yang di tunjukkan oleh peningkatan nilai hasil kerja
kelompok dari siklus I, siklus II, siklus III. Disamping itu terjadi
peningkatan penguasaan konsep-konsep biologi mulai dari siklus I, siklus
II, dan siklus III, yang berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran biologi. Dari penilitian ini, diketahui bahwa
metode diskusi melalui kerja kelompok dan pengajaran kontekstual
berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
Penilitian juga dapat dilakukan Rahim (2007) pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Olo-Oloho Kecamatan Pakue Kabupaten Kolaka Utara dan
mendapatkan data bahwa meningkatnya penguasaan siswa pada pokok
20
bahasan bilangan bulat dan pecahan tidak lepas dari penggunaan metode
yang bervariasi (metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian
tugas), karena metode bervariasi dapat membangkitkan keaktifan siswa
dalam respon pelajaran yang disajikan (Sinaga, 2011).
4. Media Pembelajaran
Media adalah perantara untuk menyampaikan pesan. Penentuan media
yang akan digunakan didasarkan pada apa yang akan diajarkan, bagaimana
diajarkan dan bagaimana akan dievaluasi dan siapa yang menjadi menjadi
siswa. Media pembelajaran biologi dapat berupa media elektronik, media
pembelajaran non elektronik dan media asli. Media elektronik dibedakan
menjadi media audio, media visual dan media audio visual. Belakangan
dengan munculnya komputer yang secara luas dapat diaplikasikan ke
dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan atau
pembelajaran. Beberapa contoh media elektronik adalah overhead
projector (OHP), slide projector, radio, televise, komputer dan
sebagainya. Media non elektronik adalah media yang dapat digunakan
tanpa bantuan alat-alat elektronikseperti media grafis, media model, chart,
poster, dan sebagainya. Media asli atau specimen merupakan obyek
sebenarnya yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Cakupan
media asli dalam pembelajaran biologi sangat luas, mulai dari bagian kecil
dari suatu obyek sampai ke obyek utuh lengkap dengan habitatnya.
Berdasarkan ukurannya mulai dari obyek yang besar sampai dengan obyek
mikroskopis yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.
Berdasarkan komposisinya media asli dibagi menjadi media segar dan
media awetan. Melalui media asli anak didik melihat langsung peristiwa
yang nyata, yang jauh lebih baik ketimbang sekedar membaca uraian atau
deskripsi mengenai obyek tersebut.
21
5. Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat penerapan teori yang sudah dibahas
sebelumnya di dalam kelas. Kegiatan di dalam laboratorium tidak disertai
semangat menemukan dan/atau semangat bertanya. Selama di dalam
laboratorium boleh dikatakan tidak ada diskusi mengenai berbagai gejala
yang teramati atau terukur. Laboratorium biologi yang baik harus
dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakai
laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang
berupa fasilitas umum (utilities) dan fasilitas khusus. Fasilitas umum
merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai
laboratorium contohnya penerangan., ventilasi sehingga keadaan di
laboratorium tidak pengap dan pembelajaran dapat berlangsung baik, air,
bak cuci (sinks), aliran listrik, gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan
mebel air, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi,
papan tulis, lemari alat, lemari bahan , dan ruang timbang, lemari asam,
perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain.
6. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
siawa, kegiatan sebahagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar
siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan
prinsip-prinsip seperti : (1) pelaksanaan kurikulum didasarkan pada
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang berguna bagi dirinya; (2) pelaksanaan kurikulum
memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatiakan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-
Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral; (3) kurikulum dilaksanakan
dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima
22
dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prisip tut wuri
handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsasung ngulada,; (4)
kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; (5) kurikulum
dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya
untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara
optimal. Dalam kurikulum kelas XI IPA SMA, jam pelajaran biologi
dialokasikan sebagaimana struktur kurikulum, dimana alokasi waktu satu
jam pelajaran adalah 45 menit. Mata pelajaran biologi kelas XI IPA
semester ganjil dan semester genap masing-masing memiliki 4 alokasi
waktu. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah
34-38 minggu (Sudibyo, 2006).
9. Disiplin Guru
Kedisiplinan sekolah mencakup guru dalam mengajar dengan
melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan
administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman,
dan lain-lain. Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan kedisiplinan
kurang, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar. Kurang
bertanggungjawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, akhirnya tidak
ada sanksi. Hal mana dalam proses belajar-mengajar, siswa perlu disiplin,
untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Dengan demikian agar siswa
belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di
rumah dan di perpustakaan. Agar siswa berdisiplin maka haruslah guru
beserta staf yang lain ikut disiplin.
tadi. Jadi memilih jam pelajaran yang tepat akan memberikan pengaruh
positif terhadap belajar anak.
2. Mass Media
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap
siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek
juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Mass media yang dimaksud dapat
berupa media elektronik dan media non elektronik. Berdasarkan jenisnya
media, elektronik dapat dikelompokkan menjadi media audio, media
visual dan media audiovisual. Beberapa contoh media elektronik adalah
overhead projector (OHP), slide projector, radio, televisi, komputer, dan
sebagainya yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran biologi. Selain
media elektronik, dikenal juga media non elektronik. Kelompok kategori
media non elektronik didasarkan kepada cara pengelompokkan atau
klasifikasi media berdasarkan diperlukan tidaknya perangkat elektronik
untuk menjalankan media tersebut. Media non elektronik adalah media
yang dapat digunakan tanpa bantuan alat-alat elektronik seperti media
cetak, media grafis, model, chart, dan sebagainya. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2. Sampel
Sampel diambil secara Purpossive Sampling (Sampel Bertujuan). Cara ini
diambil secara sengaja yaitu melalui nilai ujian semester asli (sebelum diberikan
remedial) dari siswa yang mengalami kesulitan belajar biologi kelas XI IPA.
Sampel yang diambil adalah 50 orang siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1
Delitua yang mengalami kesulitan belajar biologi.
31
32
Populasi
Sampel Kelas
Pemberian
Instrumen (angket)
Penilaian
Instrumen (angket)
Pengolahan Data
(Menganalisis faktor kesulitan belajar
berdasarkan hasil pengisian angket oleh siswa)
Keterangan :
n = Skor observasi yang dicapai
N = Skor ideal
% = Tingkat persentase kesulitan belajar
Tabel 3.3. Tabulasi data angket faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam
belajar
No No. Item
Sampel 1 2 3 4 5 6 …… 50
1
2
….
40
∑
%
Dari tabel tabulasi data angket dan kriteria tingkat kesulitan belajar siswa,
maka dapat diperoleh gambaran seberapa besar kesulitan yang dialami siswa oleh
masing-masing faktor penyebab baik dari faktor sekolah maupun faktor
psikologis, faktor keluarga dan faktor biologis.
39
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi, Hamid, (2006). Korelasi Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua
dengan Kualitas Pembelajaran Siswa di Sekolah (Studi Kasus di Desa
Sungai Pukat Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Kalimantan
Barat). Jurnal Mimbar Pendidikan 25:45-54.
Dimyati & Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Natalia, M & Yusuf, Y, (2005). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui
Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 1 7 SLTP
Negeri 20 Pekanbaru, Jurnal Biogenesis 2: 8-12.
Rezeki, S, (2007). Analisis Faktor Kesulitan Belajar Siswa Bidang Studi Biologi
Pokok Materi Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan di Kelas VIII SMPN
XIII Medan Tahun Ajaran 2006/2007, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
40
Sinaga, Heppi, (2011). Analisis Faktor Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Biologi di Kelas XII SMA N 5 Medan, Skripsi, FMIPA,
Unimed, Medan.
Lampiran 1.
Kisi-kisi Angket Analisis Kesulitan Belajar Siswa SMA Negeri 1 Delitua Tahun
Pembelajaran 2013/2014
biologi.
2.4. Bakat Siswa melaksanakan suatu 34 2
penelitian ilmiah yang
berhubungan dengan biologi.
Pelajaran biologi berhubungan
dengan bakat yang dimiliki oleh 35
siswa.
2.5. Motivasi Siswa mengubah cara belajar 36
ketika hasil belajarnya rendah.
Siswa membiasakan diri
mengulangi pelajaran biologi di 37 3
rumah
Siswa menyelesaikan latihan
biologi sampai tuntas. 38
2.6. Indikator Siswa banyak kegiatan, dan sulit 39 2
Psikiatrik berkonsentrasi terhadap pelajaran
45
biologi.
Siswa tidak rajin, sehingga sulit 40
dalam mengikuti pelajaran biologi.
46
26. Apakah Anda mengingat semua materi pelajaran biologi dalam jangka
waktu yang lama ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
27. Apakah Anda mempelajari materi biologi yang akan diajarkan ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
28. Apakah Anda memperhatikan perkembangan pemahaman Anda dalam
biologi ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
29. Apakah anda mengabaikan tugas-tugas biologi yang sulit dipelajari ?
a. Tidak pernah c. Sering
b. Jarang d. Selalu
30. Apakah Anda memperbaiki catatan pelajaran biologi yang kurang
lengkap ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
31. Apakah anda mengumpulkan gambar-gambar yang berhubungan dengan
biologi?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
32. Apakah anda menyukai pelajaran biologi ?
a. Sangat suka c. Kurang suka
b. Suka d. Tidak suka
33. Apakah anda setuju bahwa mata pelajaran biologi sulit untuk dipelajari ?
a. Tidak setuju c. Setuju
b. Kurang setuju d. Sangat setuju
51
1. Faktor Sekolah :
Skor tertinggi (St) = 4 x 24 x 50 = 4800
Skor terendah (Sr) = 1 x 24 x 50 = 1200
Rentang skor = 4800 – 1200 = 3600
Interval skor = 3600 : 4 = 900
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
1.5 Media
Skor tertinggi (St) = 4 x 2 x 50 = 400
Skor terendah (Sr) = 1 x 2 x 50 = 100
Rentang skor = 400 – 100 = 300
Interval skor = 300 : 4 = 75
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
Maka, % = × 100%
2. Faktor Psikologis
Skor tertinggi (St) = 4 x 16 x 50 = 3200
Skor terendah (Sr) = 1 x 16 x 50 = 800
Rentang skor = 3200 – 800 = 2400
Interval skor = 2400 : 4 = 600
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%
Maka, % = × 100%