Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan
kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Maka dalam
pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap
jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan
yang integral.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini
pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya.
Kesulitan belajar pada anak atau sering disebut disorders sangat erat
kaitannnya dengan pencapaian hasil akademik dan juga aktivitas sehari-hari. anak
yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau
lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman pengggunaan bahasa lisan
atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk
kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja, atau menghitung.
Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang
telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor
biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang
lazim disebut sebagai kesulitan dalam belajar spesifik, serta faktor psikologis
yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat
belajar.(Sumber : http://belajarpsikologi.com/pengertian-kesulitan-belajar/)
Kesulitan belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar biologi yang
diperolehnya. Hasil belajar diperoleh melalui penilaian pendidikan yang dilakukan
melalui ulangan akhir semester. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di

1
2

akhir semester. Ketuntasan siswa dalam pencapaian kompetensi tersebut dapat


dilihat melalui KKM (Muhibbin, 2010).
Ketidakberhasilan dalam proses belajar untuk mencapai ketuntasan bahan
tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, tetapi pada beberapa faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya namun digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor internal adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah
faktor yang diluar individu ( Slameto, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi Biologi
di SMA Negeri 1 Delitua, diketahui bahwa KKM Biologi adalah 70. Jika dilihat
dari faktor internal, (segi jasmaniah) siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
biologi sudah baik. Siswa belajar dengan kesehatan yang baik, tidak terdapat
siswa yang cacat mental. Namun, terdapat faktor internal dari segi psikologis yang
kurang berjalan baik. Hal ini tampak ketika melakukan observasi , terdapat siswa
yang tidak membawa buku pegangan biologi pada saat pelajaran biologi ini
menunjukkan kurangnya perhatian siswa pada mata pelajaran biologi, dan masih
adanya siswa yang memiliki nilai ulangan semester dibawah 70.
Dari hasil observasi juga didapat bahwa sebagian siswa berpendapat
bahwa mata pelajaran biologi itu merupakan mata pelajaran yang membosankan
dan sulit dipahami, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor dari sekolah, seperti
penggunaan model dan metode yang kurang bervariasi dalam pembelajaran,
fasilitas sekolah yang kurang memadai, dan kurangnya motivasi guru dalam
meningkatkan minat belajar siswa.
Berdasarkan pertimbangan pemikiran uraian diatas penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis faktor kesulitan belajar yang di dihadapi siswa dalam belajar
Biologi di SMA N 1 Delitua yang dibatasi pada faktor eksternal yaitu faktor
sekolah dan faktor internal yaitu psikologis, melalui penelitian yang akan
disajikan dalam bentuk skripsi dengan judul : “Analisis Kesulitan Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Biologi di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua Tahun
Pembelajaran 2013/2014”.
3

1.2. Identifikasi Masalah


Dari latar belakang seperti yang diuraikan di atas, maka yang menjadi
identifikasi masalah ini adalah :
1. Rendahnya hasil belajar biologi siswa
2. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari biologi
3. Kurangnya sarana dan prasarana
4. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa

1.3. Batasan Masalah


Untuk menghindari interpretasi yang meluas, maka penulis membatasi
masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana tingkat kesulitan belajar yang
dialami siswa pada tingkat kognitif siswa untuk mengetahui faktor – faktor apa
saja yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah yang telah disusun, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah
1. Apa saja faktor sekolah yang menyebabkan kesulitan belajar siswa pada
bidang studi biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua Tahun
Pembelajaran 2013/2014?
2. Apa saja faktor psikologis yang menyebabkan kesulitan belajar siswa pada
bidang studi biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua Tahun
Pembelajaran 2013/2014?
3. Berapa persentase faktor sekolah dan faktor psikologis dalam mempengaruhi
kesulitan belajar siswa pada bidang studi biologi di kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Delitua Tahun Pembelajaran 2013/2014?
4

1.5. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui faktor sekolah yang menyebabkan kesulitan belajar siswa pada
bidang studi biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua Tahun
Pembelajaran 2013/2014?
2. Mengetahui faktor psikologis yang menyebabkan kesulitan belajar siswa pada
bidang studi biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua Tahun
Pembelajaran 2013/2014?
3. Mengetahui persentase faktor sekolah dan faktor psikologis dalam
mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada bidang studi biologi di kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Delitua Tahun Pembelajaran 2013/2014?

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat memberikan masukan dalam
meningkatkan fasilitas pembelajaran di sekolah yang penting untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru biologi, penelitian ini dapat memberikan masukan dalam
pentingnya penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran dan metode
mengajar yang efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan motivasi dan semangat belajar
serta semakin aktif dalam proses belajar mengajar yang mengarah kepada
tercapainya tujuan pembelajaran dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami
siswa.

1.7. Defenisi Operasional


1. Kesulitan belajar yaitu suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang
dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan.
2. Kesulitan belajar yang dihadapi siswa dapat dipengaruhi oleh keadaan kelas
yang tidak kondusif.
5

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan
segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali
secara lisan sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan
oleh guru (Muhibbin,2010).
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang
tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua
kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan
belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan (Djamarah, 2011)
Menurut Slameto dalam buku Djamarah “belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya” (Djamarah, 2011).
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik
khususnya para guru.
Berhasil tidaknya pembelajaran tergantung pada makna dari apa yang di
pelajari. Harapan semua orang adalah bagaimana si pelajar memiliki prestasi yang
tinggi, sehingga setelah lulus dapat menjadi tenaga kerja yang siap pakai sesuai
dengan prestasinya.

5
6

2.1.2 Hasil Belajar


Jika konsep belajar telah diperhatikan dengan baik dalam proses belajar
mengajar, maka akan diperoleh suatu hasil belajar yang disebut dengan prestasi.
Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang telah terjadi dalam proses
belajar mengajar tersebut. Untuk mengetahui sejumlah hasil yang dicapai, maka
perlu penilaian, pengukuran atau evaluasi. Dalam pendidikan formal yaitu
sekolah, hasil belajar yang dimaksud dapat dilihat melaui tes yang dibuat oleh
pengajar. Demikian juga dengan hasil belajar biologi pada umumnya yang
dinyatakan dalam betuk nilai sehingga dapat dilihat bagaimana hasil belajar
biologi yang dicapai. Jika siswa memperoleh nilai tinggi , maka hasil belajarnya
adalah baik, dan juga sebaliknya jika siswa memperoleh nilai rendah, maka hasil
belajarnya tentu buruk.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimyati & Mudjiono (2006) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar
(Sudjana, 2009).
Benjamin S. Bloom (Dimyati & Mudjiono, 2006) menyebutkan enam jenis
perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
7

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-


bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Menurut Clark hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh kemampuan


yang dimiliki siswa sebesar 70% dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan yang
tidak terlepas dari factor motifasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar,
ketekunan sosial ekonomi yang merupakan bagian dari faktor eksternal dan
internal. Kemampuan siswa dan kualitas pengajaran mempunyai hubungan
berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan siswa
dan kualitas pengajaran, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa dan
sebaliknya jika semakin rendah kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, maka
hasil belajar siswa semakin buruk. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa perubahan pada setiap individu terjadi dari perbuatan belajar yang
menghasilkan prestasi belajar (Rayani, 2007).

2.1.3 Tujuan Belajar


Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah
laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui
belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek
kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya
adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S
Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga
ranah, yakni:
1. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir,
mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al
8

(Winkel, 1999; Dimyati & Mudjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari
yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
a. Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang
telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan
makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman,
yakni:
1) Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam
suatu bentuk ke dalam bentuk lain.
2) Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
3) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau
kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan
c. Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode
dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:
1) Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci
elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
2) Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara
elemen-elemen dalam suatu struktur.
3) Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan
relasi dari struktur kompleks.
e. Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru
dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk
struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat
dibedakan atas:
1) Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan
2) Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas
3) Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak
9

f. Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang


sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan
kriteria tertentu.
2. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan
penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom
(Bloom.,et.al,1971) dalam buku Dimyati terdiri dari 5 jenis perilaku yang
diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni:
a. Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena
atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan
kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut.
b. Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon
secara aktif terhadap fenomena atau stimuli.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat
memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau
kejadian tertentu.
d. Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk
menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai.
e. Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya
hidup seseorang.
3. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut
Simpson (Winkel, 1999;Fleishman et all, 1984) dapat diklasifikasikan atas:
a. Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang
atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing perangsang.
b. Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan
menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau
rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan
gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan.
10

d. Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian


gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.
e. Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk
melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa
komponen secara lancar, tepat, dan efisien.
f. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus
yang berlaku.
g. Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru
atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

2.1.4 Pengertian Kesulitan Belajar


Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan guna
menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yang efektif. Kegiatan dalam
proses pembelajaran meliputi kompetensi yang harus dicapai, pengaturan
penggunaan waktu luang, pengaturan ruang dan alat perlengkapan pelajaran di
kelas serta pengelompokkan siswa dalam belajar.
Istilah telah banyak dikemukakan untuk menunjukkan tentang anak-anak
yang menghadapi kesulitan dalam menghadapi proses pendidikan di bidang
tertentu sehingga tidak lulus sekolah. Antara lain, mereka yang tertinggal belajar,
kacau dalam interaksi sosial, menjauh dari pergaulan, berpaling terhadap
pengajaran, dikekang oleh budaya, perlu ditolong dari kesulitan belajar, lamban
belajar, dan jelek prestasinya. Sebagian para ahli mendasarkan pada tingkat
kecerdasan untuk mendefenisikan ketertinggalan dalam belajar. Mereka melihat
bahwa biasanya yang tertinggal dalam belajar itu adalah anak-anak yang tingkat
kecerdasannya rendah dibawah standar yang meliputi angka Antara 70-90.
Tampak sekali bahwa perbedaan para pakar ini karena mendasarkan pendefenisian
mereka pada pandangan-pandangan lama yang menganggap kecerdasan diukur
dari kemampuan kognitif secara umum (Mulyadi, 2010).
Pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang
ditandai dengan adanya hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga
11

memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya
hambatan-hambatan tertentu.
Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya
termasuk pengertian seperti : (1) learning disabilities (ketidakmampuan belajar)
adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala dimana
murid tidak mampu belajar sehingga hasil belajarnya dibawah potensi
intelektualnya; (2) learning disfunction (ketidakfungsian belajar) menunjukkan
gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya
tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan
psikologis lainnya; (3) under achiever (pencapaian rendah) adalah mengacu
kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal,
tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah; dan (4) slow learner (lambat belajar)
adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu
dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama (Mulyono, 2010).
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai
jenis manifestasi tingkah laku secara langsung ataupun tidak langsung. Gejala ini
akan tampak dalam aspek kognitif, motoris dan afektif, baik dalam proses hasil
belajar yang dicapai.
Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala
kesulitan belajar antara lain : (1) menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah
rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilki ;
(2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat
dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar, selalu tertinggal dari kawan-
kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan; (4)
menunjukan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura dan sebagainya; (5) menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti
membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak mau
bekerja sama dan sebagainya; dan (6) menunjukkan gejala emosional yang kurang
wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, dalam
12

menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan
sebagainya (Mulyadi, 2010).

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


2.1.5.1. Faktor Internal
Pada faktor internal ini dibagi atas faktor jasmaniah, faktor psikologis dan
faktor kelelahan.
2.1.5.1.1. Faktor Jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
Faktor ini menunjukkan hasil belajar yang berkaitan dengan kesehatan badan bagi
anak yang tertinggal dalam belajar. Keterbatasan fisik tertentu dapat mempersulit
dan terkait sekali dengan masalah ketertinggalan dalam belajar sebagaimana telah
sempurna pembatasannya dalam pelajaran ini. Kadang-kadang sebagian penyakit
ini menyebar diantara anak-anak yang tertinggal dalam belajar, seperti lemahnya
anggota badan, yang terkait dengan nilai anak lain yang biasanya mendapat nilai
unggul. Bahkan penyakit tersebut dapat menyebabkan mereka menjadi tertinggal
dalam belajar (Aziz, 2001).
1. Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagiannya
bebas dari penyakit, kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu ia akan cepat lelah,
kurang semangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah kurang
darah ataupun mengalami gangguan tubuh lainnya.
2. Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh ini juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika
hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
di usahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh
kecacatannya.
13

2.1.5.1.2. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,


dan motif.
1. Intelegensi
Intelegensi yaitu kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi pada umumnya akan
lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar
adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di atas
faktor yang lain.

2. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang tertinggi. Untuk dapat menjamin
hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajari. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik, diusahakan agar bahan pelajaran selalu menarik
perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan
bakatnya.

3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diamati seseorang
diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik bagi nya. Bahan pelajaran yang
14

menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena
minat menambah kegiatan belajar. Penelitian yang dilakukan Kusmiyati
(2007) di SMP mendapatkan data bahwa faktor yang dapat meningkatkan
minat belajar biologi, dapat berasal dari diri siswa, sekolah, guru, dan
orang tua. Faktor dari diri siswa yang belajar dengan mengembangkan
teknik belajar yang benar. Faktor yang berasal dari orang tua, misalnya
memberikan perhatian pada pelajaran anak, mendorong anak
memanfaatkan sarana di lingkungan rumah sebagai sumber belajar, dan
memberikan contoh dalam memilih tontonan televisi. Faktor dari sekolah,
misalnya menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran
seperti perpustakaan dan laboratorium. Guru dapat menyusun rencana
pembelajaran yang menarik, mudah dipahami dan memanfaatkan segala
sumber belajar di sekolah dan di lingkungan anak (Muhibbin, 2010).

4. Bakat
Bakat adalah “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat
adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat
mempengaruhi hasil belajar. Jika bahan pelajaran yang di pelajari siswa
sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya itu
(Muhibbin, 2010).

5. Motivasi
Menurut Noehi Nasution (1993) dalam buku Djamarah motivasi
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar. Dalam proses belajar mengajar
haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar
dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan
15

memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang


berhubungan/menunjang pelajaran. Dalam membentuk motif yang kuat
dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan pengaruh
lingkungan yang memperkuat. Jadi latihan/kebiasaan itu sangatlah perlu
dalam belajar

2.1.5.1.3. Faktor Kelelahan


Kelelahan dapat dibagi atas kelelahan jasmaniah dan kelelahan rohaniah.
Kelelahan jasmaniah ataupun kelelahan rohaniah mempengaruhi belajar. Agar
siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi
kelelahan dalam belajarnya sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari
kelelahan (Daryanto, 2010).

2.1.5.2. Faktor Eksternal


Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu yang
bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat belajar
yang kurang memadai dan sebagainya. Faktor eksternal yang dapat menyebabkan
kesulitan belaj ar pada siswa dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu : faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Daryanto, 2010).

2.1.5.2.1. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota kelarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
1. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas dengan penyataannya yang
mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anaknya
dalam belajar tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat
belajarnya, tidak mau tahu kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-
16

lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.


Bimbingan atau penyuluhan memegang peranan yang penting. Siswa yang
mengalami kesukaran dapat ditolong dengan memberikanbimbingan
belajar yang sebaik-baiknya. Tentu keterlibatan orang tua akan sangat
mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

2. Relasi Antara Anggota Keluarga


Relasi anatara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi Antara
orang tua dan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau
anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud
relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan
pengertian, dan diliputi oleh kebencian. Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga.
Hubungan yang baik adalah yang penuh pengertian dan kasih sayang,
disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman untuk menyukseskan
belajar anak sendiri.

3. Suasana Rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang
sering terjadi dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana
rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor
yang disengaja. Suasana rumah menyebabkan tingkat konsentrasi belajar
anak menjadi berbeda yang berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Suasana rumah yang gaduh tidak akan memberikan ketenangan kepada
anak yang belajar, suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar
dan banyak penghuninya. Suasana rumah memberikan pengaruh,
menjadikan anak tidak dapat belajar dengan baik apabila kondisi rumah
tidak nyaman.
17

4. Keadaan Ekonomi Keluarga


Keadaan ekonomi keluarga erat kaitannya dengan belajar anak yang
sedang belajar, selain harus terpengaruh kebutuhan pokoknya, misalnya
makan, pakaian, perlindungan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti
ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis dan lain-lain.
Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup
uang. Keluarga yang terlalu kaya raya, orang tua sering mempunyai
kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang
dan berfoya-foya ,akibatnya anak kurang atau tidak dapat memusatkan
perhatiannya untuk belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar
anak. Penelitian yang dilakukan Darmadi (2006) di Desa Sungai Pukat
Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Kalimantan Barat dengan
mengidentifikasikan pendapatan orang tua menjadi tingkat rendah
(600.000), tingkat sedang (600.000 - 900.000), dan tingkat tinggi (900.000
– 1.200.000) mendapatkan data bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan Antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa. Hal
ini mengidentifikasikan bahwa tinggi rendahnya pendapatan orang tua
mempengaruhi prestasi siswa di sekolah.

2.1.5.2.2. Faktor sekolah yang meliputi sumber belajar, pendekatan dan strategi
pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, laboratorium, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran
dan waktu sekolah, standar pelajaran, dan keadaan gedung belajar.
1. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
memfasilitasi belajar seseorang. Dalam biologi sumber belajar dapat
berupa : (1) sumber belajar cetak : buku, majalah, ensiklopedi, brosur,
koran, poster, denah dan lain-lain ; (2) sumber belajar mencetak : film,
slide, video, model, audio kaset dan lain-lain; (3) sumber belajar yang
berupa fasilitas : auditorium, perpustakaan, ruang belajar, lapangan; (4)
sumber belajar yang berupa kegiatan : wawancara, kerja kelompok,
18

observasi, simulasi, permainan dan lain-lain; (5) sumber belajar yang


berupa lingkungan dari masyarakat : taman, terminal, laboratorium dan
lain-lain.

2. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu : (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalam strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula,
yaitu : (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi
pembelajaran dapat dibedakanantara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
Penelitian yang dilakukan Yusuf dan Natalia (2005) dalam upaya
peningkatan hasil belajar biologi di kelas I 7 SLTPN 20 Pekanbaru,
mendapatkan data bahwa pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan
ketuntasan belajar siswa, meningkatkan nilai perkembangan dan
19

penghargaan kelompok siswa, dan aktivitas siswa dan guru juga terjadi
peningkatan kearah yang lebih baik.

3. Metode Mengajar
Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian
materi pelajaran kepada siswa (Muhibbin, 2010).
Dalam biologi terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
diantaranya : (1) ceramah ; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5)
laboratorium; (6) pengalaman lapangan dan (7) debat, dan sebagainya.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula.metode mengajar yang kurang baik itu dapat
terjadi, biasanya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai
bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak jelas. Guru
yang lama biasa cara mengajarnya dengan metode ceramah saja. Guru
yang progresif berani mencoba metode-metode baru, yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar-mengajar dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka
metode mengajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan seefektif
mungkin. Penilitian yang dilakukan Setiawan di kelas X 2 SMA
Laboratorium Singaraja mendapatkan data bahwa terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa yang di tunjukkan oleh peningkatan nilai hasil kerja
kelompok dari siklus I, siklus II, siklus III. Disamping itu terjadi
peningkatan penguasaan konsep-konsep biologi mulai dari siklus I, siklus
II, dan siklus III, yang berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran biologi. Dari penilitian ini, diketahui bahwa
metode diskusi melalui kerja kelompok dan pengajaran kontekstual
berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
Penilitian juga dapat dilakukan Rahim (2007) pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Olo-Oloho Kecamatan Pakue Kabupaten Kolaka Utara dan
mendapatkan data bahwa meningkatnya penguasaan siswa pada pokok
20

bahasan bilangan bulat dan pecahan tidak lepas dari penggunaan metode
yang bervariasi (metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian
tugas), karena metode bervariasi dapat membangkitkan keaktifan siswa
dalam respon pelajaran yang disajikan (Sinaga, 2011).

4. Media Pembelajaran
Media adalah perantara untuk menyampaikan pesan. Penentuan media
yang akan digunakan didasarkan pada apa yang akan diajarkan, bagaimana
diajarkan dan bagaimana akan dievaluasi dan siapa yang menjadi menjadi
siswa. Media pembelajaran biologi dapat berupa media elektronik, media
pembelajaran non elektronik dan media asli. Media elektronik dibedakan
menjadi media audio, media visual dan media audio visual. Belakangan
dengan munculnya komputer yang secara luas dapat diaplikasikan ke
dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan atau
pembelajaran. Beberapa contoh media elektronik adalah overhead
projector (OHP), slide projector, radio, televise, komputer dan
sebagainya. Media non elektronik adalah media yang dapat digunakan
tanpa bantuan alat-alat elektronikseperti media grafis, media model, chart,
poster, dan sebagainya. Media asli atau specimen merupakan obyek
sebenarnya yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Cakupan
media asli dalam pembelajaran biologi sangat luas, mulai dari bagian kecil
dari suatu obyek sampai ke obyek utuh lengkap dengan habitatnya.
Berdasarkan ukurannya mulai dari obyek yang besar sampai dengan obyek
mikroskopis yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.
Berdasarkan komposisinya media asli dibagi menjadi media segar dan
media awetan. Melalui media asli anak didik melihat langsung peristiwa
yang nyata, yang jauh lebih baik ketimbang sekedar membaca uraian atau
deskripsi mengenai obyek tersebut.
21

5. Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat penerapan teori yang sudah dibahas
sebelumnya di dalam kelas. Kegiatan di dalam laboratorium tidak disertai
semangat menemukan dan/atau semangat bertanya. Selama di dalam
laboratorium boleh dikatakan tidak ada diskusi mengenai berbagai gejala
yang teramati atau terukur. Laboratorium biologi yang baik harus
dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakai
laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang
berupa fasilitas umum (utilities) dan fasilitas khusus. Fasilitas umum
merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai
laboratorium contohnya penerangan., ventilasi sehingga keadaan di
laboratorium tidak pengap dan pembelajaran dapat berlangsung baik, air,
bak cuci (sinks), aliran listrik, gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan
mebel air, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi,
papan tulis, lemari alat, lemari bahan , dan ruang timbang, lemari asam,
perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain.

6. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
siawa, kegiatan sebahagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar
siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan
prinsip-prinsip seperti : (1) pelaksanaan kurikulum didasarkan pada
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang berguna bagi dirinya; (2) pelaksanaan kurikulum
memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatiakan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-
Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral; (3) kurikulum dilaksanakan
dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima
22

dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prisip tut wuri
handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsasung ngulada,; (4)
kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; (5) kurikulum
dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya
untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara
optimal. Dalam kurikulum kelas XI IPA SMA, jam pelajaran biologi
dialokasikan sebagaimana struktur kurikulum, dimana alokasi waktu satu
jam pelajaran adalah 45 menit. Mata pelajaran biologi kelas XI IPA
semester ganjil dan semester genap masing-masing memiliki 4 alokasi
waktu. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah
34-38 minggu (Sudibyo, 2006).

7. Relasi Guru dengan Siswa


Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa, proses
tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang da dalam proses itu sendiri, jadi
cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh hubungan dengan gurunya. Di
dalam hubungan relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diajarkannya sehingga
siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Guru yang berinteraksi
dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar itu
kurang lancar. Siswa merasa jauh dari guru maka akan segan berpastisipasi
secara aktif dalam belajar.

8. Relasi Siswa dengan Siswa


Guru perlu memperhatikan relasi antara siswa di dalam kelas. Hal ini
berguna agar siswa dapat saling membantu dalam pembelajaran, misalnya
melalui adanya kerja kelompok dengan metode diskusi yang akan
meningkatkan relasi siswa dengan siswa. Siswa-siswa yang mempunyai
sifat kurang dapat bergabung dengan teman lain mempunyai rasa rendah
23

diri, atau akan mengalami tekanan-tekanan batin, yang akan mengganggu


belajarnya, dan menyebabkan kesulitan tersendiri bagi anak tersebut
hingga membuatnya malas untuk belajar. Menciptakan relasi antara siswa
adalah perlu agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar
siswa.

9. Disiplin Guru
Kedisiplinan sekolah mencakup guru dalam mengajar dengan
melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan
administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman,
dan lain-lain. Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan kedisiplinan
kurang, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar. Kurang
bertanggungjawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, akhirnya tidak
ada sanksi. Hal mana dalam proses belajar-mengajar, siswa perlu disiplin,
untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Dengan demikian agar siswa
belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di
rumah dan di perpustakaan. Agar siswa berdisiplin maka haruslah guru
beserta staf yang lain ikut disiplin.

10. Pelajaran dan Waktu Sekolah


Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar-mengajar di
sekolah, waktu itu dapat pada pagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu
sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa
masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus beristirahat tetapi terpaksa
masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk
dan sebagainya. Sebaliknya siswa yang belajar di pagi hari, pikiran masih
segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu
kondisi badannya sudah lemah, misalnya pada sore hari, akan mengalami
kesulitan dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena
siswa sulit berkonsentrasi dan berpikir dalam kondisi badan yang lemah
24

tadi. Jadi memilih jam pelajaran yang tepat akan memberikan pengaruh
positif terhadap belajar anak.

11. Standar Pelajaran


Guru sebaiknya memberikan materi sesuai dengan batas standar. Hal
ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mengikuti pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Guru dapat menggunakan buku yang sesuai
dengan kelas yang akan diajarkan, agar materi yang diberikan tidak di atas
ukuran standar yang harus diterima siswa. Guru dalam memberikan
penyajian materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai (Rezeki, 2007).

12. Keadaan Gedung


Bangunan dan perabot-perabot sekolah hendaknya disesuaikan dan
memadai bagi kepentingan anak-anak didik, demi terbentuknya karakter
mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di waktu belajar,
bekerja dan bermain sesuai dengan bakat masing-masing. Untuk
mendukung pembelajaran biologi, maka di dalam gedung juga harus
disediakan fasilitas yang mendukung pembelajarannya, seperti
ditempelnya poster-poster yang berhubungan biologi di dinding gedung
yang akan memudahkan siswa mempelajarinya. Selain itu, untuk menjaga
kenyamanan siswa dalam belajar, hendaknya jumlah siswa disesuaikan
dengan ukuran gedung. Bangunan gedung kelas untuk satuan pendidikan
SMA memiliki kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik. Rasio
minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar
dengan peserta didikkurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas 30
m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m. Untuk ruang laboratorium biologi,
rasio minimum ruang laboratorium biologi 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas
minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan
25

persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang laboratorium biologi adalah 5m


(Sudibyo, 2006).

2.1.5.2.3. Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,


mass media, bentuk kehidupan masyarakat.
1. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan
sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih
jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Membatasi kegiatan siswa
dalam masyarakat sangatlah perlu, supaya jangan sampai mengganggu
belajarnya.

2. Mass Media
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap
siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek
juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Mass media yang dimaksud dapat
berupa media elektronik dan media non elektronik. Berdasarkan jenisnya
media, elektronik dapat dikelompokkan menjadi media audio, media
visual dan media audiovisual. Beberapa contoh media elektronik adalah
overhead projector (OHP), slide projector, radio, televisi, komputer, dan
sebagainya yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran biologi. Selain
media elektronik, dikenal juga media non elektronik. Kelompok kategori
media non elektronik didasarkan kepada cara pengelompokkan atau
klasifikasi media berdasarkan diperlukan tidaknya perangkat elektronik
untuk menjalankan media tersebut. Media non elektronik adalah media
yang dapat digunakan tanpa bantuan alat-alat elektronik seperti media
cetak, media grafis, model, chart, dan sebagainya. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman
26

bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik. Berita


pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup, bijaksana jangan
terlalu ketat.

3. Bentuk Kehidupan Masyarakat


Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang yang tidak terpelajar,
pejudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan
berpengaruh jelek kepada siswa yang berada disitu. Sebaliknya jika
lingkungan anak adalah orang terpelajar yang baik, mereka mendidik dan
menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan
masa depan anaknya, siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan
oleh orang-orang lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang
yang ada di lingkungannya. Perlu untuk mengusahakan lingkungan yang
baik agar dapat memberingaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga
dapat belajar dengan sebaik-baiknya (Djamarah, 2011).

2.1.6 Pencegahan Terhadap Kesulitan Belajar


Walas dan Kufman mengatakan bahwa pencegahan terhadap
ketertinggalan belajar dapat menghindarkan anak dan keluarganya dari
penderitaan kejiwaan yang dialaminya, dan juga dapat membawa manfaat yang
besar pada masyarakat baik dari segi ekonomi maupun sosial kemasyarakatan.
Berikut ini dituliskan secara ringkas usaha-usaha yang dapat diambil untuk
menangani anak-anak dari ketertinggalan dalam belajar (Sinaga, 2011).
1. Dari aspek kesehatan anak dapat dilakukan beberapa cara pencegahan
seperti : (1) harus memberi perawatan kesehatan yang cocok bagi ibu-ibu
ketika mengandung dan saat melahirkan dan tahapan berikutnya; (2) menjaga
kesehatan dengan baik untuk anak-anaknya pada tahun-tahun pertama dengan
memberinya makanan dan penjagaan yang penting untuk mencegah dari
penyakit yang menular; (3) memperbanyak pusat pemeliharaan kesehatan
untuk mempercepat pengungkapan yang mungkin di derita oleh anak pada
27

saat perkembangannya yang berbeda-beda; (4) mengadakan pemeriksaan


medis pada anak sebelum memasuki sekolah. Karena kebanyakan mereka
memasuki taman kanak-kanak pada usia dini. Sehingga, dapat mencegahnya
dari penyakit berbahaya yang dapat melumpuhkan kekuatannya,
mempengaruhi perkembangannya saat memenuhi kebutuhan hidupnya yang
mempengaruhi bebagai aspek psikologis, juga dalam keberhasilannya dalam
belajar.
2. Dari aspek yang terkait dengan keluarga dapat dilakukan beberapa cara
pencegahan seperti ; (1) menghindari ketegangan, perselisihan, dan
pertengkaran, secara umum terutama di depan anak; (2) menjaga suasana
keluarga yang sejuk yang dapat dirasakan oleh anak dengan rasa aman,
terteram, dan damai sehingga dapat mewujudkan perkembangan mental dan
kejiwaan yang sehat; (3) mencegah penambahan jumlah anak, sehingga
memungkinkan pemeliharaan yang baik, serta memperhatikan mereka secara
penuh; (4) memelihara suasana yang cocok bagi anak untuk menelaah
pelajarannya tanpa rasa tertekan, terpaksa, atau kelelahan; (5) menghindarkan
kekerasan terhadap anak secara terus-menerus, memberi sanksi tanpa alasan,
mengembangkan rasa percaya diri mereka, dan mengusahakan memberikan
pemahaman yang positif tentang dirinya; (6) menerima anak apa adanya, baik
kesuksesan belajarnya maupun kegagalannya, serta memelihara
kemampuannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Dari aspek yang terkait dengan sekolah dapat dilakukan beberapa cara
pencegahan seperti : (1) memenuhi program pendeteksian secara dini dan
sarana-sarananya; (2) kegiatan pengenalan terhadap anak yang tertinggal
dalam belajar harus dilakukan secara terus-menerus;(3) guru harus selalu
ambil bagian dalam kegiatan pendeteksian secara dini dengan menerapkan
metode dan sarana yang terpilih dan efektif; (4) guru harus melatih perhatian
mereka secara mendetail, sehingga memudahkan mereka mengungkapkan
berbagai macam cara atau kesulitan yang ada kaitannya dalam ketertinggalan
dalam belajar; (5) melakukan pendekatan edukatif terhadap siswa.
28

2.1.7 Kompetensi Profesional Guru


Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Kompetensi guru dapat dijabarkan
sebagai berikut : (1) memahami standar nasional pendidikan yang meliputi standar
isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, standar penilaian pendidikan; (2) mengembangkan KTSP yang
meliputi memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengembangkan
silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, menilai hasil belajar,
menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kemajuan zaman; (3) menguasai materi standar yang meliputi
menguasai bahan pelajaran, menguasai bahan pendalaman; (4) mengelola program
pembelajaran meliputi merumuskan tujuan, menjabarkan kompetensi dasar,
memilih dan menggunakan metode pembelajaran, memilih dan menyusun
prosedur pembelajaran, melaksanakan pembelajaran; (5) mengelola kelas meliputi
mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran, menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif; (6) menggunakan media dan sumber pembelajaran meliputi
memilih dan menggunakan media pembelajaran, membuat alat-alat pembelajaran,
menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran,
mengembangkan laboratorium, menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran,
menggunakan lingkungan lingkungan sebagai sumber belajar; (7) menguasai
landasan-landasan kependidikan meliputi landasan fsikologis, psikologis, dan
sosiologis; (8) memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik
meliputi memahami fungsi pengembangan peserta didik, melaksanakan
ekstrakurikuler dalam rangka pengembangan peserta didik, menyelenggarakan
bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik; (9)
memahami penelitian dalam pembelajaran meliputi mengembangkan rencana
29

penelitian, melaksanakan penelitian, menggunakan hasil penelitian untuk


meningkatkan kualitas pembelajaran; (10) menampilkan keteladanan dan
kepemimpinan dalam pembelajaran meliputi memberikan contoh perilaku
keteladanan, mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran; (11)
mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan meliputi mengembangkan
teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik,
mengembangkan konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan
peserta didik; (12) menilai hasil belajar siswa untuk kepentingan pengajaran; (13)
memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual meliputi
memahami strategi pembelajaran individual, melaksanakan pembelajaran
individual (Muhibbin, 2010).

2.2 Kerangka Berpikir


Biologi merupakan terminologi yang berasal dari kata bios yang berarti
hidup dan logos yang diartikan sebagai ilmu/pengetahuan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa biologi mencakup ilmu-ilmu atau pengetahuan yang
berhubungan dengan kehidupan di alam semesta. Pengetahuan tersebut dapat
berupa fakta, konsep, teori maupun generalisasi yang menjelaskan tentang gejala
kehidupan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang
alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan terhadap
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip
saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran biologi
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri
dan mempelajari alam disekitarnya.
Ilmu biologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam dengan metode
ilmiahnya dapat melatih siswa berpikir kritis, terampil, kreatif, menumbuhkan
sikap ilmiah dan dapat membedakan fakta dan opini. Untuk dapat menguasai ilmu
biologi dengan baik tidaklah mudah, sebab di dalam ilmu biologi selain
mempelajari teori-teori juga mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak, sehingga
untuk dapat mempelajari dan memahaminya dengan baik memerlukan
kemampuan daya pikir abstrak yang baik.
30

Namun demikian, pendekatan dalam proses pembelajaran ilmu biologi


tersebut belum tentu memberikan hasil belajar yang optimal, karena keberhasilan
dalam pendidikan atau proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal ini biasanya bakat, minat, dan intelegensi,
sedangkan faktor eksternal misalnya lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, bahwa setiap individu (siswa) memiliki
karakteristik yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun tidak
sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar siswa, khususnya dalam bidang ilmu biologi lebih sering
dijumpai dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Hal ini dapat dilihat
dari rendahnya nilai-nilai mereka dalam tes/hasil ujian biologi. Walaupun begitu,
kesulitan siswa dalam mempelajari bidang studi tersebut tidak boleh dianggap
sebagai suatu hal yang wajar dan biasa saja sehingga tidak ada upaya untuk
memperbaikinya.
Banyak materi yang harus diselesaikan atau dibahas dalam pelajaran
tertentu terkadang menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya tujuan yang
ingin dicapai dalam mempelajari pelajaran tersebut. Selain itu, kesulitan dalam
terjemahan atau pemahaman terhadap soal, kesulitan dalam pemahaman konsep,
dan kekeliruan dalam penggunaan istilah dapat menjadi penyebab kesulitan
mereka dalam menjawab soal-soal mengenai bidang studi biologi.
31

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Delitua yang
beralamatkan Jalan Pendidikan No. 1 Delitua, Deliserdang Sumatera Utara .
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2014 .

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi
Populasi merupakan objek penelitian yang diharapkan dapat dijadikan
sebagai sumber data yang diperlukan dalam penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua yang berjumlah 136 orang
siswa.

3.2.2. Sampel
Sampel diambil secara Purpossive Sampling (Sampel Bertujuan). Cara ini
diambil secara sengaja yaitu melalui nilai ujian semester asli (sebelum diberikan
remedial) dari siswa yang mengalami kesulitan belajar biologi kelas XI IPA.
Sampel yang diambil adalah 50 orang siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1
Delitua yang mengalami kesulitan belajar biologi.

3.3. Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kuantitatif
diskriptif, yaitu besarnya persentase kesulitan belajar siswa di kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Delitua.

31
32

3.4. Instrumen Penelitian


Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
digunakan instrumen pengumpul data yaitu angket tertutup tentang kesulitan
belajar yang diberikan kepada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua.
Dipandang dari bentuknya maka angket digolongkan angket pilihan ganda dan
skala bertingkat (rating scale). Rating scale atau skala bertingkat yaitu sebuah
pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
(Arikunto, 2009).
Angket kesulitan belajar terdiri dari 50 item yang disusun dengan bentuk
pilihan berganda. Dimana setiap item memiliki skor jawaban yang ada pada tabel
berikut :

Tabel 3.1. Skala Skor Jawaban Angket


Pilihan Bobot Keterangan
A 4 Baik
B 3 Cukup
C 2 Buruk
D 1 Buruk Sekali
Sumber : Arikunto (2009)

Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh


seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau
satu kategori yang bermakna nilai (Sudjana, 2009).
Angket ini akan diberikan langsung kepada siswa untuk dapat dijawab
oleh siswa tersebut sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. Angket ini
disusun berdasarkan indicator yang telah disusun peneliti dimana angket ini
berjumlah 50 item, dan kisi-kisi angket ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
33

Tabel 3.2. Kisi-kisi angket Analisis Kesulitan Belajar

No. Faktor-faktor kesulitan belajar No item Jumlah


1 Faktor Sekolah
a. Sumber belajar 1,2,3 3
b. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran 4,5 2
c. Metode Mengajar 6,7,8 3
d. Materi Pelajaran 9,10,11 3
e. Media Pembelajaran 12,13 2
f. Relasi Siswa dengan Guru 14,15,16 3
g. Relasi Siswa dengan Siswa 17,18,19 3
h. Disiplin Guru 20,21 2
i. Standar Pelajaran 22 1
j. Lingkungan Sekolah 23,24 2
II Faktor Psikologis
a. Intelegensi 25,26 2
b. Perhatian 27,28 2
c. Minat 29,30,31,32,33 5
d. Bakat 34,35 2
e. Motivasi 36,37,38 3
f. Psikiatrik 39,40 2

3.4.1. Validitas Instrumen Penilaian (Angket)


Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket faktor kesulitan
belajar dari segi eksternal yaitu faktor sekolah seperti, sumber belajar, pendekatan
dan strategi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, laboratorium,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung dan faktor
internal yaitu faktor psikologis seperti, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif.
Sebelum instrumen tersebut dijadikan sebagai alat pengumpulan data, maka
instrumen tersebut terlebih dahulu diberikan kepada ahli (validator) untuk
mengetahui kevalidtan angket.
Angket yang bernentuk multiple choice (Pilihan berganda) divalidkan oleh
ahli. Jenis validitas ini adalah validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan
kesanggupan alat penilai dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes
tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak
diukur. Selain validitas isi, juga digunakan validitas konstruksi, yang berkenaan
34

dengan kesanggupan alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian dengan


kesanggupan dalam materi yang diukurnya (Sudjana, 2009).

3.5. Rancangan/Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana setelah penelitian
dilakukan dan data diperoleh dan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
menganalisa data. Jenis data yang digunakan adalah jenis data kualitatif, yaitu
data tentang keadaan siswa didapatkan dari hasil penelitian angket. Angket
penelitian memuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan siswa
dengan sekolah pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Delitua Tahun
Pembelajaran 2013/2014.

3.6. Teknik Pengumpulan Data


Agar tujuan penelitian yang telah ditetapkan tercapai, perlu disusun
prosedur yang sistematis. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian
1. Menentukan tempat dan jadwal pelaksanaan penelitian.
2. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
3. Mempersiapkan instrument penelitian.
4. Melakukan validasi terhadap instrumen (angket) kepada validator.
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui faktor yang membuat
kesulitan siswa dalam mempelajari bidang studi biologi di kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Delitua dengan terrlebih dahulu menjelaskan cara pengisian
angket.
2. Melakukan pengolahan data. Adapun tahap pengolahan data adalah sebagai
berikut : (1) editing yaitu proses pemeriksaan penelitian di lapangan dari
data penyebaran angket; (2) koding yaitu apabila proses editing telah
selesai maka catatan-catatan dianggap cukup baik untuk menghasilkan data
yang diperlukan. Maka tahap selanjutnya adalah mengklasifikasi jawaban-
jawaban para responden menurut kategorinya. (3) tabulasi yaitu proses
35

perhitungan frekuensi yang terbilang dalam masing-masing kategori. Hal


ini selalu disajikan dalam bentuk tabel; (4) menghitung frekuensi.
Frekuensi didasarkan pada pedoman skala yaitu; a = 4; b = 3; c = 2; d = 1
(Sudjana, 2009).

Populasi

Sampel Kelas

Pemberian
Instrumen (angket)

Penilaian
Instrumen (angket)

Tabulasi dan frekuensi Perhitungan Persentase

Pengolahan Data
(Menganalisis faktor kesulitan belajar
berdasarkan hasil pengisian angket oleh siswa)

Gambar 3.1. Bagan Prosedur Penelitian


36

2.7 Teknik Analisis Data


Ada 3 langkah yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian, yaitu :
persiapan, tabulasi dan penetapan data terpercaya (Arikunto, 2009). Pada tahap
persiapan yang harus dilakukan adalah : (1) mengecek kelengkapan identitas
responden ; (2) mengecek kelengkapan data instrumen; (3) mengecek
kelengkapan isian data. Pada tahap tabulasi yang harus dilakukan adalah: (1)
memberi skor pada item-item angket; (2) menghitung keseluruhan skor. Pada
tahap penerapan data, teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif persentase. Teknik ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
kesulitan belajar siswa. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: (1)
meneliti hasil isian apakah angket telah lengkap atau belum; (2) memberi skor
masing-masing jawaban siswa; (3) memasukkan penjumlahan skor berdasarkan
kolom dan baris; (4) memasukkan jumlah skor tiap siswa kedalam rumus
persentase; (5) menetapkan kriteria tingkat kesulitan.

Rumus yang digunakan menurut Arikunto (2009) adalah :

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%

Keterangan :
n = Skor observasi yang dicapai
N = Skor ideal
% = Tingkat persentase kesulitan belajar

Sebelum dianalisis terlebih dahulu ditetapkan faktor-faktor yang


menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar dengan menggunakan model tabulasi
seperti Tabel 3.3.
37

Tabel 3.3. Tabulasi data angket faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam
belajar

No No. Item
Sampel 1 2 3 4 5 6 …… 50
1
2
….
40

%

Untuk mengetahui kriteria hasil perhitungan digunakan kriteria tingkat kesulitan


menurut Arikunto, (2009) yang dituliskan sebagai berikut :
Skor tertinggi (St) = 4 x ∑ item soal x N
Skor terendah (Sr) = 1 x ∑ item soal x N
Rentang skor = St – Sr
Interval skor = Rentang skor : 4
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%
38

Tabel 3.3. Kriteria tingkat kesulitan

Interval Skor Interval Persen Kriteria


….. < skor < ….. 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
….. < skor < ….. 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
….. < skor < ….. 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
….. < skor < ….. 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Dari tabel tabulasi data angket dan kriteria tingkat kesulitan belajar siswa,
maka dapat diperoleh gambaran seberapa besar kesulitan yang dialami siswa oleh
masing-masing faktor penyebab baik dari faktor sekolah maupun faktor
psikologis, faktor keluarga dan faktor biologis.
39

DAFTAR PUSTAKA

Admin, (2013). Pengertian Kesulitan Belajar , (online). Dalam


http://Belajarpsikologi.com/pengertian-kesulitan-belajar/, diakses 25
Desember 2013

Arikunto, S, (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bina Aksara,


Jakarta.

Aziz, S, (2001). Kelambanan Dalam Belajar Penyebab dan Cara


Penanganannya. Penerbit Gema Insani, Jakarta.

Darmadi, Hamid, (2006). Korelasi Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua
dengan Kualitas Pembelajaran Siswa di Sekolah (Studi Kasus di Desa
Sungai Pukat Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Kalimantan
Barat). Jurnal Mimbar Pendidikan 25:45-54.

Daryanto, (2010). Belajar dan Mengajar, Penerbit Yrama Widya, Bandung.

Dimyati & Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.

Djamarah, (2011). Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Muhibbin, S, (2010). Psikologi Pendidikan, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Mulyadi, (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap


Kesulitan Belajar Khusus, Penerbit Nuha Litera, Yogyakarta.

Mulyono, A, (2010). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka


Cipta, Jakarta.

Natalia, M & Yusuf, Y, (2005). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui
Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 1 7 SLTP
Negeri 20 Pekanbaru, Jurnal Biogenesis 2: 8-12.

Rayani, L, (2007). Hubungan Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar Biologi


Siswa Kelas XI SMA Dwi Tunggal Tanjung Morawa Tahun Ajaran
2006/2007, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Rezeki, S, (2007). Analisis Faktor Kesulitan Belajar Siswa Bidang Studi Biologi
Pokok Materi Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan di Kelas VIII SMPN
XIII Medan Tahun Ajaran 2006/2007, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
40

Sinaga, Heppi, (2011). Analisis Faktor Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Biologi di Kelas XII SMA N 5 Medan, Skripsi, FMIPA,
Unimed, Medan.

Slameto, (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit


Rineka Cipta Jakarta.

Sudibyo, B, (2006). Kumpulan Pemendiknas Tentang Standar Nasional


Pendidikan (SNP) dan Panduan KTSP, Penerbit Depdiknas, Jakarta.

Sudjana, N, (2009). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Penerbit PT.


Remaja Rosdakarya, Bandung.
41

Lampiran 1.
Kisi-kisi Angket Analisis Kesulitan Belajar Siswa SMA Negeri 1 Delitua Tahun
Pembelajaran 2013/2014

Variabel Indikator No. Item Jumlah


Faktor 1. Faktor
Kesulitan Sekolah
Belajar 1.1. Sumber  Siswa membaca buku yang
Siswa Belajar berhubungan dengan biologi selain 1
buku yang diwajibkan di sekolah.
 Siswa menambah pengetahuan
dengan melihat video pembelajaran 2 3
yang ditayangkan oleh guru.
 Bagaimana siswa mengingat
pelajaran dari video animasi 3
pembelajaran yang ditayangkan
guru.
1.2. Pendekatan  Siswa mengikuti remedial apabila 4
dan Strategi nilai biologi di bawah standar.
Pembelajaran  Siswa membuat contoh dari setiap 5 2
materi yang dijelaskan oleh guru.
1.3. Metode  Guru menggunakan metode yang 6 3
Mengajar berbeda-beda sehingga
menunjukkan variasi dalam belajar
biologi
 Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan 7
materi biologi yang belum
dimengerti
42

 Guru memberikan stimulasi kepada


siswa setelah materi selesai 8
diajarkan
1.4. Indikator  Siswa menghafal bahasa ilmiah 9 3
Materi yang terdapat pada pelajaran
Pelajaran biologi.
 Siswa dalam memahami materi 10
pelajaran semester 1
 Siswa dalam menanggapi pelajaran 11
biologi
1.5. Media  Siswa menonton acara televisi yang 12
berkaitan dengan biologi
 Siswa menggunakan media 2
internet untuk mencari pelajaran 13
yang berkaitan dengan biologi

1.6. Relasi  Siswa dan Guru biologi berdiskusi 14 3


Siswa tentang materi yang kurang
Dengan dipahami diluar jam pelajaran.
Guru  Siswa menciptakan kerjasama
yang baik dengan Guru biologi 15
dalam proses belajar-mengajar.
 Siswa mengerjakan tugas latihan
yang diberikan guru setelah selesai 16
proses belajar-mengajar
43

1.7. Relasi  Siswa dan temannya 17


Siswa mendiskusikan materi pelajaran
Dengan biologi di luar jam pelajaran di
Siswa sekolah
 Siswa dan teman kelompoknya 3
mengerjakan soal-soal biologi 18
 Siswa dan temannya mengulangi
praktikum biologi di rumah 19

1.8. Disiplin  Guru biologi tidak tepat waktu 20


Guru masuk ke dalam kelas untuk
mengajar. 2
 Guru biologi mengajarkan materi 21
sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan.
1.9. Standar  Siswa mengerjakan tugas sebaik 22 1
Pelajaran mungkin untuk mendapatkan nilai
yang tinggi.
1.10. Lingkun  Siswa membaca buku mengenai 23 2
gan Sekolah biologi di perpustakaan.
 Memadainya kondisi fisik, sarana
dan prasarana disekolah terhadap 24
kebutuhan belajar.
2. Faktor
Psikologis
2.1. Intelegensi  Siswa mengerjakan latihan dengan 25 2
mudah setelah guru menjelaskan.
 Siswa dapat mengingat semua 26
materi dalam jangka waktu yang
lama.
44

2.2. Perhatian  Siswa mempelajari materi biologi 27


akan diajarkan sebelum berangkat
ke sekolah.
 Siswa selalu memperhatikan 28 2
perkembangan pemahamannya
dalam biologi.
2.3. Minat  Siswa mengabaikan tugas-tugas 29
biologi yang sulit dipelajari.
 Siswa aktif membuat catatan 30
pelajaran biologi. 5
 Siswa mengumpulkan gambar- 31
gambar yang berbau biologi.
 Siswa menyukai pelajaran biologi 32

 Siswa sulit memahami pelajaran 33

biologi.
2.4. Bakat  Siswa melaksanakan suatu 34 2
penelitian ilmiah yang
berhubungan dengan biologi.
 Pelajaran biologi berhubungan
dengan bakat yang dimiliki oleh 35
siswa.
2.5. Motivasi  Siswa mengubah cara belajar 36
ketika hasil belajarnya rendah.
 Siswa membiasakan diri
mengulangi pelajaran biologi di 37 3
rumah
 Siswa menyelesaikan latihan
biologi sampai tuntas. 38
2.6. Indikator  Siswa banyak kegiatan, dan sulit 39 2
Psikiatrik berkonsentrasi terhadap pelajaran
45

biologi.
 Siswa tidak rajin, sehingga sulit 40
dalam mengikuti pelajaran biologi.
46

Lampiran 2. Angket Analisis Kesulitan Belajar Siswa SMA Negeri 1 Delitua


Angket ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kesulitan siswa
dalam belajar, maka jawablah dengan sebenar-benarnya. Anda tidak perlu takut
karena jawaban angket tidak berhubungan sama sekali dengan hasil ujian yang
akan Anda dapatkan pada mata pelajaran biologi. Apalagi ini hanya dijadikan
sebagai sumber data untuk menyusun skripsi. Atas partisipasi Anda saya ucapkan
terimakasih.

Petunjuk Pengisian Angket:


1. Tuliskan identitas anda pada bagian yang tersedia dibawah ini.
Nama :
Kelas :
2. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan baik, kemudian berilah
tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.

1. Apakah Anda menambah pengetahuan biologi dengan membaca buku


biologi selain yang diwajibkan di sekolah ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Apakah Anda menambah pengetahuan Anda dengan melihat video
pembelajaran yang ditayangkan oleh guru biologi ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Apakah Anda mengingat pelajaran dari video pembelajaran yang
ditayangkan oleh guru biologi ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
47

4. Apakah Anda mengikuti remedial apabila nilai ujian biologi yang


didapatkan berada di bawah standar ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Apakah Anda membuat contoh dari setiap materi pelajaran biologi yang
telah dijelaskan oleh guru?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Apakah dalam menyampaikan materi pelajaran guru menggunakan metode
yang berbeda-beda (ceramah, diskusi, Tanya-jawab, dll) sehingga
menunjukkan variasi dalam belajar biologi?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
7. Apakah dalam proses belajar-mengajar, guru memberikan kesempatan
kepada Anda untuk menanyakan materi biologi yang belum Anda
pahami ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Apakah guru memberikan simulasi kepada siswa setelah materi biologi
selesai diajarkan ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Apakah anda menghafal bahasa ilmiah yang terdapat pada pelajaran
biologi ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Apakah anda berpendapat bahwa materi pelajaran biologi semester 1 sulit
dipelajari ?
a. Tidak pernah c. Sering
b. Jarang d. Selalu
48

11. Apakah anda berpendapat bahwa dalam mempelajari materi pelajaran


biologi sangat membosankan ?
a. Tidak pernah c. Sering
b. Jarang d. Selalu
12. Apakah anda menonton acara televisi yang menyajikan tentang materi
biologi ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Apakah Anda mencari informasi tentang pelajaran biologi dari internet ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Apakah Anda dan guru biologi Anda berdiskusi tentang materi yang
kurang dipahami ketika ada waktu luang di luar jam pelajaran ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
15. Apakah Anda menciptakan kerjasama yang baik dengan Guru biologi
Anda dalam proses belajar-mengajar biologi ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
16. Setelah selesai proses belajar, apakah Anda mengerjakan tugas latihan
yang diberikan guru biologi?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
17. Apakah Anda dan teman Anda yang lain mendiskusikan materi pelajaran
biologi di luar jam pelajaran sekolah ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Apakah Anda mengerjakan soal-soal biologi dengan teman sekelompok
Anda untuk memecahkan masalah biologi yang kurang dipahami ?
a. Selalu c. Jarang
49

b. Sering d. Tidak pernah


19. Apakah Anda bersama dengan teman Anda menyempatkan diri
mengulangi praktikum di rumah guna meningkatkan pemahaman terhadap
materi biologi?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Apakah guru biologi Anda tepat waktu masuk ke dalam kelas untuk
mengajar?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
21. Apakah guru biologi Anda mengajarkan materi sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
22. Apakah Anda mengerjakan tugas sebaik mungkin untuk mendapatkan nilai
yang tinggi?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Apakah Anda membaca buku-buku yang menyangkut mata pelajaran
biologi di perpustakaan ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
24. Apakah kondisi fisik sekolah anda, sarana dan prasarana sudah memadai
untuk kebutuhan anda ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
25. Apakah Anda mengerjakan latihan dengan mudah setelah guru
menjelaskan materi biologi?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
50

26. Apakah Anda mengingat semua materi pelajaran biologi dalam jangka
waktu yang lama ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
27. Apakah Anda mempelajari materi biologi yang akan diajarkan ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
28. Apakah Anda memperhatikan perkembangan pemahaman Anda dalam
biologi ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
29. Apakah anda mengabaikan tugas-tugas biologi yang sulit dipelajari ?
a. Tidak pernah c. Sering
b. Jarang d. Selalu
30. Apakah Anda memperbaiki catatan pelajaran biologi yang kurang
lengkap ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
31. Apakah anda mengumpulkan gambar-gambar yang berhubungan dengan
biologi?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
32. Apakah anda menyukai pelajaran biologi ?
a. Sangat suka c. Kurang suka
b. Suka d. Tidak suka
33. Apakah anda setuju bahwa mata pelajaran biologi sulit untuk dipelajari ?
a. Tidak setuju c. Setuju
b. Kurang setuju d. Sangat setuju
51

34. Apakah anda melaksanakan suatu penelitian ilmiah yang berhubungan


dengan biologi ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
35. Apakah pelajaran biologi berhubungan dengan bakat yang Anda miliki ?
a. Sangat berhubungan c. Kurang berhubungan
b. Berhubungan d. Tidak berhubungan
36. Apakah Anda mengubah cara belajar ketika mendapatkan hasil belajar
biologi yang rendah ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
37. Apakah Anda membiasakan diri mengulang pelajaran biologi di rumah ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
38. Apakah Anda menyelesaikan latihan biologi sampai tuntas ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
39. Apakah anda memikirkan hal lain ketika pelajaran biologi berlangsung?
a. Tidak Pernah c. Sering
b. Jarang d. Selalu
40. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran
biologi?
a. Tidak Pernah c. Sering
b. Jarang d. Selalu

Sumber ; Sinaga, Heppi (2011) dan


www.http.blogspot.com.angket_analisi_kesulitan_belajar.html
52

Lampiran 8. Analisis Data Hasil Penelitian

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.


Adapun yang dianalisis adalah faktor kesulitan belajar dari faktor sekolah dan
faktor psikologis.

1. Faktor Sekolah :
Skor tertinggi (St) = 4 x 24 x 50 = 4800
Skor terendah (Sr) = 1 x 24 x 50 = 1200
Rentang skor = 4800 – 1200 = 3600
Interval skor = 3600 : 4 = 900
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.1. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
3900 < skor < 4800 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
3000 < skor < 3900 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
2100 < skor < 3000 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
1200 < skor < 2100 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 3145


N (skor ideal) = 4800

Maka, % = × 100%

= 65,52% (Kriteria menghambat)


53

1.1 Sumber Belajar


Skor tertinggi (St) = 4 x 3 x 50 = 600
Skor terendah (Sr) = 1 x 3 x 50 = 150
Rentang skor = 600 – 150 = 450
Interval skor = 450 : 4 = 112,5
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.2. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
487,5 < skor < 600 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
375 < skor < 487,5 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
262,5 < skor < 375 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
150 < skor < 262,5 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 339


N (skor ideal) = 600

Maka, % = × 100%

= 56,5% (Kriteria cukup menghambat)


54

1.2 Pendekatan dan Strategi Pembelajaran


Skor tertinggi (St) = 4 x 2 x 50 = 400
Skor terendah (Sr) = 1 x 2 x 50 = 100
Rentang skor = 400 – 100 = 300
Interval skor = 300 : 4 = 75
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.3. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
325 < skor < 400 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
250 < skor < 325 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
175 < skor < 250 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
100 < skor < 175 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 236


N (skor ideal) = 400

Maka, % = × 100%

= 59% (Kriteria cukup menghambat)


55

1.3 Metode Mengajar


Skor tertinggi (St) = 4 x 3 x 50 = 600
Skor terendah (Sr) = 1 x 3 x 50 = 150
Rentang skor = 600 – 150 = 450
Interval skor = 450 : 4 = 112,5
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.4. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
487,5 < skor < 600 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
375 < skor < 487,5 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
262,5 < skor < 375 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
150 < skor < 262,5 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 453


N (skor ideal) = 600

Maka, % = × 100%

= 75,5% (Kriteria menghambat)


56

1.4 Materi Pelajaran


Skor tertinggi (St) = 4 x 3 x 50 = 600
Skor terendah (Sr) = 1 x 3 x 50 = 150
Rentang skor = 600 – 150 = 450
Interval skor = 450 : 4 = 112,5
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.5. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
487,5 < skor < 600 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
375 < skor < 487,5 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
262,5 < skor < 375 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
150 < skor < 262,5 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 386


N (skor ideal) = 600

Maka, % = × 100%

= 64,33% (Kriteria menghambat)


57

1.5 Media
Skor tertinggi (St) = 4 x 2 x 50 = 400
Skor terendah (Sr) = 1 x 2 x 50 = 100
Rentang skor = 400 – 100 = 300
Interval skor = 300 : 4 = 75
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.6. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
325 < skor < 400 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
250 < skor < 325 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
175 < skor < 250 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
100 < skor < 175 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 255


N (skor ideal) = 400

Maka, % = × 100%

= 63,75% (Kriteria menghambat)


58

1.6 Relasi Siswa dengan Guru


Skor tertinggi (St) = 4 x 3 x 50 = 600
Skor terendah (Sr) = 1 x 3 x 50 = 150
Rentang skor = 600 – 150 = 450
Interval skor = 450 : 4 = 112,5
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.7. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
487,5 < skor < 600 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
375 < skor < 487,5 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
262,5 < skor < 375 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
150 < skor < 262,5 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 386


N (skor ideal) = 600

Maka, % = × 100%

= 64,33% (Kriteria menghambat)


59

1.7 Relasi Siswa dengan Siswa


Skor tertinggi (St) = 4 x 3 x 50 = 600
Skor terendah (Sr) = 1 x 3 x 50 = 150
Rentang skor = 600 – 150 = 450
Interval skor = 450 : 4 = 112,5
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.8. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
487,5 < skor < 600 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
375 < skor < 487,5 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
262,5 < skor < 375 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
150 < skor < 262,5 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 402


N (skor ideal) = 600

Maka, % = × 100%

= 67% (Kriteria menghambat)


60

1.8 Disiplin Guru


Skor tertinggi (St) = 4 x 2 x 50 = 400
Skor terendah (Sr) = 1 x 2 x 50 = 100
Rentang skor = 400 – 100 = 300
Interval skor = 300 : 4 = 75
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.9. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
325 < skor < 400 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
250 < skor < 325 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
175 < skor < 250 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
100 < skor < 175 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 266


N (skor ideal) = 400

Maka, % = × 100%

= 66,5% (Kriteria menghambat)


61

1.9 Standar Pelajaran


Skor tertinggi (St) = 4 x 1 x 50 = 200
Skor terendah (Sr) = 1 x 1 x 50 = 50
Rentang skor = 200 – 50 = 150
Interval skor = 150 : 4 = 37,5
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.10. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
162,5 < skor < 200 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
125 < skor < 162,5 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
87,5 < skor < 125 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
50 < skor < 87,5 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 178


N (skor ideal) = 400

Maka, % = × 100%

= 89% (Kriteria sangat menghambat)


62

1.10 Lingkungan Sekolah


Skor tertinggi (St) = 4 x 2 x 50 = 400
Skor terendah (Sr) = 1 x 2 x 50 = 100
Rentang skor = 400 – 100 = 300
Interval skor = 300 : 4 = 75
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.11. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
325 < skor < 400 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
250 < skor < 325 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
175 < skor < 250 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
100 < skor < 175 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 263


N (skor ideal) = 400

Maka, % = × 100%

= 65,75% (Kriteria menghambat)


63

2. Faktor Psikologis
Skor tertinggi (St) = 4 x 16 x 50 = 3200
Skor terendah (Sr) = 1 x 16 x 50 = 800
Rentang skor = 3200 – 800 = 2400
Interval skor = 2400 : 4 = 600
% Tertinggi = ( 4 : 4 ) x 100% = 100%
% Terendah = ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
Rentang % = 100% - 25% = 75%
Interval % = 75% : 4 = 18,75%

Tabel 8.3. Kriteria tingkat kesulitan belajar siswa


Interval Skor Interval Persen Kriteria
2600 < skor < 3200 81,25% < skor ≤ 100% Sangat Menghambat
2000 < skor < 2600 62,50% < skor ≤ 81,25% Menghambat
1400 < skor < 2000 43,75% < skor ≤ 62,50% Cukup Menghambat
800 < skor < 1400 25% < skor ≤ 43,75% Tidak Menghambat

Tingkat persentase kesulitan belajar (%) = × 100%, dimana :

n (skor nyata) = 236


N (skor ideal) = 400

Maka, % = × 100%

= 59% (Kriteria cukup menghambat)

Anda mungkin juga menyukai