BAB V
Permasalahan dalam evaluasi
Dalam dunia pendidikan, penilaian dan evaluasi tidak bisa dipisahkan dan
pasti akan selalu dilakukan dalam pembelajaran. Penilaian dan evaluasi bentujuan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik apakah sudah memenuhi standar
kompentensi lulusan (SKL) atau belum. Setandar kopetensi kelulusan (SKL)
merupakan klasifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap (aspek),
pengetahuan (kongnitif), dan keterampilan (pisikomotor), yang digunakan sebagai
pedoman dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui
apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan
memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hasur terampil melakasanakan
penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui yang dicapai oleh sisiwa
setelah melaksanakan peroses pembelajaran. Profesional lisme menjadi tuntutan guru
dalam pembelajarannya. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani benda hiup
yang berupa anak-anak atau siswa dengan karekteristik yang berbeda-beda. Pekerjaan
guru menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan peserta
didiknya, sedangkan kemampuan dirinya mengalami staknisasi. Dan yang terlihat
dalam pendidikan saat ini adalah permasalahan guru dalam melakukan evaluasi.
Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya terus
menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan upaya balik (feed back)
terhadap peroses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar menhajar selanjutnya. Dengan
demikian proses belajar mengajar terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil
optimal.
Pada mata pelajaran penjas, evaluasi sering dilakukan pada proses akhir
pelajaran, karna keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua
materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan
berikutnya di awal pelajaran siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan
dengan materi tersebut.
Dalam melakukan evaluasi, penilaian tikdak mutlak dengan tertulis. Bisa juga
dengan tes keterampilan/ peraktek, lisan atau tanya jawab. Kegiatan tersebut
dirasakan lebih peraktis bagi guru penjas, karna hasil pembelajaran tersebut langsung
bisa diamati oleh guru maupun oleh siswa lain. Evaluasi pada tahapan ini mempunyai
kelemahan yaitu anak yang mudah gugup atau belum siap tampil walaupun ia sudah
mengusai materi karna rasa gugupnya itu.
Setiap guru dalam melaksanakan evaluasi harus paham dengan tujuan dan
manfaat dari evaluasi atau penilaian tersebut. Tetap ada juga guru yang tidak
menghiraukan tentang kegiatan ini, yang terpenting iya masuk kelas untuk mengajar,
mau ia laksanakan evaluasi di akhiri pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas
pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum. Ini yang menjadi
permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini.
Kegagalan dalam melakukan evaluasi diperoleh dari berbagai pihak,
diantaranya dari:
Kesulitan belajar lerning disability adalah suatu gejala yang tampak pada
peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah
norma yang telah ditetapkan. Dari proses pisikologi dasar yang mencangkup
permasalahan dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Kesulitan belajar
menunjukan pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk
kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan,
berbicara, menulis, menalar, atau dalam bidang matematika.
Blasic dan jhones mengatakan bahwa kesulitan belajar itu menunjukan bahwa
adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi
akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi aktual). Dengan kata lain bahwa
peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar bila perestasi belajar yang
dicapai tidak dengan kapasitas intelegensinya.
Kesulitan belajar tampil sebagai suatu kondisi ketidak mampuan yang nyata
pada orang-orang yang memiliki itelegensi rata-rata hingga superior dalam berbagi
kondisi. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan,
pekerjaan, sosial atau segala aktivitas sehari-hari.
b. Memory disorder
Adalah ketidak mampuan untuk mengingat apa yang telah dilihat atau
didengarkan ataupun dialami. Anak dengan masala memori visual
dapat memiliki kesulitan dalam me-recall kata-kata yang ditampilkan
secara visual. Hal serupa juga dialami oleh anak dengan masalah
ingatan auditoriya yang mempengaruhi perkembangan bahasa lisanya.
c. Gangguan presepsi visual dan motorik
Anak-anak dengan gangguan presepsi visual tidak dapat memahami
rambu-rambu lalulintas, tanda panah, kata-kata, yang tertulis, dan
symbol visula yang lain. Mereka tidak dapat menangkap arti dari
sebuah gambar, angka bahkan pemahaman terhadap dirinya.
d. Thinking disorder
Adalah kesulitan dalam oprasi kongnitif pada pemecahan ,asalah
pembentukan konsep dan asosiasi. Thinking disorder berhubungan
dekat dengan gangguan erbahasa verbal.
e. Language disorder
Merupakan kesulitan belajar yang paling umum dialami pada anak
pra-sekolah. Biasanya anak-anak ini tidak berbicara atau merespon
dengan benar terhadap instruksi atau pernyataan verbal.
Dari permasalahan tersebut, maka evaluasi merupakan hal penting yang harus
dilaksanakan walupun banyak halangan dalam melaksanakannya.
Peranan pendidikan dari orang tua siswa merupakan suartu pembelajaran yang
secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk menjadi makluk sosial yang dipenuhi
[ertimbangan dalam memilih keputusan di masyarakat. Walupun terkadang apa yang
disampaikan oleh orang tua banyak berlandasan pada mitos maupun tahayul.
berdasarkan info yang diprtoleh, guru perlu melakukan refleksi tahap bagian
demi bagian dari aktivitas mengajar kita. Jika hasil pencermatan yang dilakukan diri
sendiri mungkin masih keliru sehingga mengakibatkan hasil refeleksi yang keliru
pula. Sehingga akibat, sangat mungkin upaya-upaya perbaikan yang dilakukan belum
membawa hasil, demikian letak kelemahan atau bahkan kesalahan yang telah
dilakukan.
Lebih dari semua itu, aktivitas evaluasi diri membutuhkan kesungguhan dan
kesabaran. Memerlukan pencermatan atas informasi yang ada dan kemudian
melakukan refleksi dan refleksi lagi jelas membutuhkan kesungguhan dan kesabaran.
Dengan membiasakan diri, maka akan menjadi tradisi yang baik dalam proses
memperbaiki kualitas pengajaran kita.