Anda di halaman 1dari 19

LAYANAN BIMBINGAN

BELAJAR

1
A. Layanan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk


layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di
sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-
kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak
selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya
intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan
mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang
memadai.

2
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui
tahap-tahap :
1. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar.
Selain banyaknya siswa yang berhasil gemilang
dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa
yang gagal. Seperti angka-angka rapor rendah, tidak
naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan lain
sebagainya. Secara umum siswa-siswa seperti itu
dapat dipandang sebagai siswa yang mengalami
masalah belajar. Secara lebih luas masalah belajar
tidak terbatas pada contoh-contoh yang telah
disebutkan itu. Masalah belajar memiliki bentuk
yang banyak ragamnya, yang pada umunya dapat
digolongkan atas :
3
 Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang
diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
Misalnya, anak memiliki intelegensi yang tinggi, tetapi
ia tidak dapat menggunakan dan menerapkan secara
optimal ketika ia mendapatkan suatu materi.
 Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa
yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau
memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan
tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan belajarnya yang amat tinggi itu. Misalnya,
anak yang memiliki IQ tinggi ia mampu untuk
menerima materi-materi pelajaran, tetapi disatu sisi ia
tidak mampu berinteraksi secara sosial ( berelasi
dengan orang lain ) dengan baik, cenderung egois.
4
 Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa
yang memiliki bakat akademik yang kurang
memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
Misalnya, anak memiliki kemampuan dan minat
belajar yang rendah.
 Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan
siswa yang kurang bersemangat dalam belajar;
mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
Misalnya, anak tidak mempunyai motivasi dalam
dirinya sendiri, suka bermalas-malasan saat
mendapat tugas ( malas mengerjakan ), bisa juga
karena dari pihak luar ( keluarga, lingkungan, teman
) tidak mendukung ia untuk berkembang.
5
 Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar,
yaitu kondisi siswa yang kegiataan atau perbuatan
belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur-ngulur waktu, membenci guru, tidak mau
bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya.

6
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti tersebut
dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui :
Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk
mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai
tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya.
Siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran
apabila dia menguasai sebagian besar materi yang
berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari
konsep belajar tuntas ( mastery learning )yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap siswa dapat
mencapai hasil belajar sebagai yang diharapkan jika dia
diberi waktu yang cukup dan bimbingan yang memadai
untuk mempelajari bahan yang disajikan.
7
Tes Kemampuan Dasar
Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi
tertentu. Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur
atau diungkapkan dengan mengadministrasikan tes
intelegensi yang sudah baku. Beberapa tes yang terkenal
dalam bidang ini antara lain ialah Progresif Matrices (PM),
Wechler Intelligence Scale ( WAIS dan WISC ), Stanford
Binet Intelligence Scale ( SBIS ).
Hasil belajar yang dicapai siswa seyogianya dapat
mencerminkan tingkat kemampuan dasar yang dimilikinya.
Siswa yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai
hasil belajar tinggi pula. Bilamana seorang siswa mencapai
hasil belajar lebih rendah dari teraan intelegensi yang
dimilikinya, maka siswa yang bersangkutan digolongkan
sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar.
8
Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu
faktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil
belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang
dilakukan siswa dalam belajar. Sebagian sikap dan
kebiasaan siswa belajar itu dapat diketahui dengan
mengadakan pengamatan dalam kelas. Misalnya,
dalam hal mengerjakan tugas-tugas, membaca buku,
membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang
berhubungan dengan belajar siswa.

9
Untuk mengungkap sikap dan kebiasaan yang lebih luas
telah dikembangkan alat yang berupa “Skala Sikap dan
Kebiasaan Belajar”. Salah satu diantaranya yang paling
popular ialah Survey of Study Habits and Attitudes
(SSHA) yang disusun oleh W.F. Brown dan W.H.
Holtzman (versi 1954 dan 1960). Alat ini dapat
mengungkapkan derajat cara siswa mengerjakan tugas-
tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam
menerima pengajaran, dan kebiasaan dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Dengan memperhatikan
derajat sikap dan kebiasaan belajar siswa itu akan dapat
diketahui siswa-siswa mana yang sikap dan kebiasaan
belajarnya sudah memadai dan perlu terus dipelihara,
serta siswa-siswa mana yang memerlukan bantuan
khusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar
yang belum sebagaimana dikehendaki itu. 10
Tes Diagnostik
Tes diagnostik merupakan instrument untuk mengungkapkan
adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang
pelajaran tertentu. Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus
dapat diketahui kekuatan dan kelemahan siswa. Makin sedikit siswa
membuat kesalahan pada tes diagnostik, makin kuatlah siswa pada
materi pelajaran yang bersangkutan dan sebaliknya.
Analisis hasil belajar atau Karya
Analisis hasil belajar atau karya merupakan bentuk lain dari tes
diagnostik. Tujuannya sama, yaitu mengungkapkan kesalahan-
kesalahan yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Analisis hasil belajar merupakan prosedur yang pelaksanaanya
dilakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil
belajar yang ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik
atau gambar, bentuk tiga dimensiyang berupa mode, maket, dan
bentuk-bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan keterampilan
11
tangan lainnya, serta gerak dan suara.
2. Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah
Belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti
diutarakan di depan perllu mendapat bantuan agar
masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat
mempengaruhi proses perkembangan siswa. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan adalah:
 Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk
bantuan yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar
dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.
12
 Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan
yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang
siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka
memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana
untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
 Peningkatan Motivasi Belajar
Alasan mengapa siswa belajar sangat bersifat subjektif,
yang mana semua alas an itu merupakan hal-hal yang
mendorong siswa untuk belajar.Guru, konselor, dan staf
sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa
meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur-
prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan:
13
memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong
untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan
atau sasaran yang hendak dicapai
menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan
minat siswa
menciptakan suasana pemelajaran yang menantang,
merangsang, dan menyenangkan
memberi hadiah (penguatan) dan hukuman bila mana perlu
menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis
antara guru dan murid, serta antara murid dan murid
menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak
menentu (seperti suasana yang menakutkan,
mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan)
melengkapi sumber dan peralatan belajar

14
d.Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan
belajar yang efektif. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada
siswa yang mengamalkan sikap dan kebiasaan yang tidak
diharapkan dan tidak efektif. Apabila siswa memiliki sikap dan
kebiasaan seperti itu, maka dikhawatirkan siswa yang
bersangkutan tidak akan mencapai hasil belajar yang baik,
karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau
bahkan perjuangan yang keras.
Untuk itu siswa hendaknya didorong untuk meninjau sikap
dan kebiasaannya dengan prinsip-prinsip belajar dibawah ini:
Belajar berarti melibatkan diri secara penuh, lebih dari sekedar
membaca bahan-bahan yang tercetak dalam buku-buku teks.
Efisiensi belajar akan meningkat apabila perbuatan belajar itu
didasarkan atas rencana atau tujuan yang nyata dan hasil dapat
diukur.
15
Kata-kata, ungkapan-ungkapan, dan kalimat-kalimat
yang ada dalam bahan yang dipelajari baru dibaca
dengan penuh pengertian.
Sebagian bahan belajar hanya dapat dipelajari dengan
baik kalau menggunakan seluruh metode belajar.
Belajar dalam suasana terpaksa tidak memberikan
harapan besar untuk berhasil dengan baik.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai
hasil belajar yang baik diperlukan adanya suasana hati
yang aman, kesehatan yang baik, tidur teratur, dan
rekreasi yang memadai.

16
Lebih jauh, sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak
tumbuh secara kebetulan, melainkan sering kali perlu
ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh
guru-guru konselor, dan orang tua siswa. Untuk itu siswa
hendaklah dibantu dalam hal:
Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
Mengatur waktu belajar, baik di sekolah maupun di rumah.
Memilih tempat belajar yang baik.
Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya,
seperti buku-buku teks dan referensi lainnya.
Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan, misalnya,
kapan membaca secara garis besar, kapan secara terinci, dan
sebagainya.
Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahui kepada guru, teman atau siapa pun juga. 17
Dalam layanan bimbingan belajar peran guru dan
konselor adalah saling membantu, mengisi, dan
menunjang. Guru sebagai penguasa lapangan dan
penggerak kegiatan pembelajaran siswa, sedangkan
konselor sebagai arsitek, penasihat dan penyumbang
data, masukan dan pertimbanngan bagi ditetapkannya
layanan bimbingan belajar.

18
TERIMA KASIH

19

Anda mungkin juga menyukai