Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS HASIL PENILAIAN SERTA PENGGUNAANNYA DALAM

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMIDIAL


MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Evaluasi Pendidikan yang Dibimbing
Oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si

Oleh:
Kelompok 3
Offering C/2012
Arwinda Probowati

(120341421929)

Badriyatur Rahma F.

(120341421934)

Elsa Dewi Nur Bawati

(120341421937)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis hasil
penilaian serta penggunaannya dalam diagnosis kesulitan belajar dan pengajaran
remidial dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam kepada baginda nabiullah
Muhammad SAW selaku tokoh reformasi yang mengajarkan kepada kebenaran
khususnya bagi umat muslim yang telah menunjukan kepada jalan kebenaran dan
kebaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen
pengampu dan penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan terutama kepada:
1. Dr. Hadi Suwono, M.Si, selaku dosen pembimbing matakuliah Evaluasi
Pendidikan.
2. Para asisten dosen Evaluasi pendidikan yang juga ikut membantu dan
berpartisipasi dalam perkuliahan dan membantu dalam penyelesaian makalah.
3. Tidak lupa dan yang paling penting adalah ucapan terimakasih kepada kedua
orang tua, adik dan kakak yang sudah mendoakan, memberikan masukan,
dorongan, arahan dan semangat yang tak ternilai agar penyususn bisa secepatnya
menyelesaikan makalah ini.
4. Teman-teman yang telah berbagi ilmu selama masa perkuliahan.
5. Serta banyak pihak yang tidak dapat disebutkan keseluruhannya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala saran dan masukan sangat diperlukan guna lebih baik untuk
penulisan makalah selanjutnya.
Malang, Januari 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebuah proses belajar-mengajar di dunia pendidikan tidak


selamanya mengalami kelancaran. Selalu saja ada hambatan dalam
proses tersebut. Umumnya hambatan yang terjadi seperti adanya
kesulitan belajar dalam diri peserta didik. Kesulitan belajar tersebut
akan berdampak pada penurunan prestasi akademik dari peserta
didik. Dampak tersebut seyogianya dapat diatasi dengan berbagai
cara seperti diadakannya penyelidikan terhadap penyebab kesulitan
belajar yang terjadi pada peserta didik agar dapat ditemukan solusi
yang tepat dalam menangani peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar tersebut.
Tindak lanjut yang biasanya dilakukan oleh seorang pendidik
salah satunya adalah dengan mengadakan remedial Guru sebagai
pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas

perkembangan

peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus


memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar
dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan
dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami
kesulitan

belajar.

Guru

harus

memahami

faktor-faktor

yang

memengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar


akan bersumber pada faktor yang memengaruhi proses dan hasil
belajar. Dengan melihat hasil belajar peserta didik, guru akan
mengetahui kelemahan siswa beserta sebab-musabab kelemahan
itu.
Jadi

dengan

mengadakan

penilaian

sebenarnya

guru

mengadakan diagnosis siswa tentang kelebihan dan kelemahan


serta kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajarnya. Dengan

diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, akan lebih mudah


mencari cara untuk mengatasinya. Hal inilah yang mendasari
diperlukannya sebuah konsep diagnostik kesulitan belajar serta
pengajaran remedial yang dilakukan untuk mengatasi salah satu
masalah penting di dunia pendidikan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)?
2. Bagaimana kedudukan DKB dalam pembelajaran?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar?
4. Bagaimana Prosedur pelaksanaan DKB?
5. Apa yang dimaksud dengan pengajaran remedial dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)
2. Mengetahui kedudukan DKB dalam pembelajaran
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar
4. Mengetahui Prosedur pelaksanaan DKB
5. Mengetahui yang dimaksud dengan pengajaran remedial dalam pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar


Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar
menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada
peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung
jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami
kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis
kesulitan belajar.
Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua
istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis
dan kesulitan belajar. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya
mengenai pengertian diagnosis antara lain, menurut Harriman
dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah
suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola
gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan
terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah.
Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses
menentukan hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau
ketidakmampuan

dengan

ujian,

dan

melalui

ujian

tersebut

dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang

dijumpai , yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang


dihadapi.

Maka

dapat

disimpulkan

bahwa

diagnosis

adalah

penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar


belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejalagejala yang tampak.
Setelah kita pahami pengertian diagnosis, selanjutnya kita
bahas mengenai kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu
gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan
adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang
telah ditetapkan. bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya
suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi actual).
Blassic dan Jones juga mengatakan bahwa peserta didik yang
memiliki

intelegensi

normal,

tetapi

menunjukkan

satu

atau

beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik


dalam

persepsi,

ingatan,

perhatian

ataupun

dalam

fungsi

motoriknya.
Jadi kesulitan belajar yang dialami peserta didik tidak selalu
disebabkan oleh intelejensi atau angka kecerdasannya yang rendah.
Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik
dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan
lingkungan belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar
merupakan proses menentukan masalah atau ketidakmampuan
peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang
penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
kesulitan atau hambatan belajar yang nampak. Berikut ini akan

dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri


dkk (1990) sebagai berikut :
1. Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan
dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons
yang bertentangan.
2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala
anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar
dengan berbagai sebab sehingga hasil belajar yang dicapai berada
dibawah potensi intelektualnya.
3. Learning Disfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada
gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik,
walaupun anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental,
gangguan alat indera ataupun gangguan psikologis yang lain.
4. Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada
anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal
tetapi prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah.
5. Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang
disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga
setiap melakukan kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi
intelektual yang sama.
B.

Kedudukan

Diagnosis

Kesulitan

Belajar

dalam

Pembelajaran
Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran
ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan
oleh guru yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau

baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam


belajarnya atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk
nilai rendah. Artinya peserta didik belum mampu menguasai bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
Kaitannya dengan konsep belajar tuntas (mastery learning)
tingkat penguasaan bahan pelajaran biasanya ditetapkan antara
75% - 90%. Bila peserta didik belum mampu menguasai bahan
pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik
tersebut harus dibantu sampai mencapai penguasaan bahan
pelajaran seperti yang telah ditetapkan.John B. Carol (1986)
mengatakan

apabila

peserta

didik

diberi

kesempatan

menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka


menggunakan dengan sebaik-baiknya maka mereka akan mencapai
tingkat hasil belajar seperti yang diharapkan. Jadi setiap peserta
didik yang memiliki kecakapan normal, apabila diberi kecukupan
waktu cukup untuk belajar , mereka akan mampu menyelesaikan
tugas-tugas

belajarnya

selama

kondisi

yang

tersedia

menguntungkan. Lebih lanjut Caroll mengatakan bahwa hasil


belajar peserta didik dipengaruhi oleh :
1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang
telah ditentukan
2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan
pelajaran
3. Bakat yang dimiliki peserta didik
4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajarannya.

5. Kemampuan peserta didik untuk mendapat manfaat yang optimal


dari keseluruhan proses pembelajaran yang sedang dihadapi.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Latar

belakang

terjadinya

kesulitan

belajar

atau

ketidakberesan dalam belajar banyak sekali macam ragamnya.


Tetapi bila penyebab kesulitan belajar itu dikaitkan dengan faktorfaktor yang berperanan dalam belajar, maka penyebab kesulitan
belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor internal) yang
meliputi:

kemampuan

intelektual,afeksi

seperti

perasaan

dan

percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis


kelamin,

kebiasaan

belajar,

kemampuan

mengingat,

dan

kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan


merasakan (Fontana, 1981). Sedang faktor yang berasal dari luar
pelajar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan
dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas
pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang
berupa

hardware

maupun

software

serta

lingkungan,

baik

lingkungan social maupun lingkungan alam.


Menyimak faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
tersebut di atas, maka peserta didik mengalami kesulitan belajar
atau ketidakberesan dalam belajar, ditunjukkan oleh hasil belajar
yang rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti yang
dikemukakan oleh Noehi Nasution. (1992: 215)
1. Rendahnya kemampuan intelektual anak
2. Gangguan perasaan atau emosi
3. Kurangnya motivasi untuk belajar

4. Kurang matangnya anak untuk belajar


5. Usia yang terlampau muda
6. Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7. Kebiasaan belajar yang kurang baik
8. Kemampuan mengingat yang rendah
9. Terganggunya alat-alat indra
10. Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dan
11. Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.
Untuk lebih lengkapnya, marilah kita simak pandangan ahli
yang lain yang berkaitan dengan permasalahan belajar yang
dialami peserta didik, baik faktor internal maupun eksternal.
Dimyati dan Mudjiono(1994: 228-235) mengemukakan faktor-faktor
internal yang mempengaruhi proses belajar sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan ajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasilan belajar

10. Kebiasaan belajar


11. Cita-cita siswa
Sedang faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar
meliputi:
1. Guru sebagai Pembina siswa belajar
2. Sarana dan prasarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan social siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar dapat disajikan dalam bentuk
diagram sebagai berikut
D. Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
Guru dalam proses pembelajaran menghadapi peserta didik
yang beranekaragam karakteristiknya. Perbedaan peserta didik
berkaitan dengan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi,
sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan keluarganya
dan

lain-lainnya.

Perbedaan

ini

cenderung

berakibat

adanya

perbedaan dalam belajar bagi setiap peserta didik baik dalam


kecepatan

belajarnya

maupun

keberhasilan

belajar

yang

dicapainya.
Langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu :
1. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami
kesulitan belajar.
Dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun non
psikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui :
a. Analisis Perilaku

Peserta

didik

yang

mengalami

kesulitan

belajar

dapat

diketahui melalui observasi atau laporan proses pembelajaran.


Dalam proses pembelajaran dapat diketahui :
1) Cepat lambatnya menyelesaikan tugas
2) Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
3) Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok
4) Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial
b. Analisis Prestasi Belajar
Dapat dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis
hasil belajar serta menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar
peserta didik harus menggunakan norma yaitu Penilaian Acuan
Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar
Dapat kita lakukan dengan cara mengetahui dalam mata
pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi, kemudian
aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta
didik.
Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami
kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor
prestasi yang diperoleh peserta didik dengan nilai rata-rata dari
masing-masing bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui aspek
atau bagian mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik
dapat dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan tes.
3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Dapat dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada
pada diri peserta didik (internal) dan faktor-faktor yang berada di
luar peserta didik (eksternal) yang menghambat proses belajar dan
atau pembelajaran.
4. Memperkirakan Alternatif Bantuan

Langkah

yang

akan

ditempuh

dengan

cara

menjawab

beberapa pertanyaan berikut ini:


a. Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitannya?
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan
peserta didik?
c. Kapan dan dimana pertolongan dapat diberikan kepada peserta
didik?
d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan?
5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya
Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan
atau

usaha

penyembuhan

yang

diperlukan

peserta

didik

Selanjutnya rencana pemberian bantuan harus disesuaikan dengan


jenis kesulitan yang dialami peserta didik.
Bantuan dapat diberikan melalui program remedial atau pengajaran
perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referal yaitu
mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
6. Tindak Lanjut
Ini merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatankegiatan sebagai berikut:
a. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah
ditetapkan pada langkah sebelumnya
b. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan
pertolongan kepada peserta didik

c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi


terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki

kesalahan

atau

ketidaktepatan

bantuan

yang

diberikan
d. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam
menangani kesulitan yang dialami peserta didik
Sedang faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses
belajar meliputi:
1. Guru sebagai Pembina siswa belajar
2. Sarana dan prasarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan social siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah

E. Pengajaran Remedial Dalam Proses Pembelajaran.


Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar
misalnya tidak mampu menyerap bahan pembelajaran dengan baik,
tidak dapat konsentrasi dalam belajar, tidak mampu mengerjakan
tes dan sebagainya. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
sehingga prestasi belajarnya rendah, maka guru atau konselor
harus memberikan layanan bimbingan dengan baik. Layanan
tersebut lebih dikenal dengan pengajaran
remedial sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik
yang tidak mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan
pengayaan atau enrichement.

1. Pengajaran Remedial dalam Pembelajaran


Remedial merupakan bentuk pengajaran yang bersifat kuratif
(penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Pengajaran remedial
merupakan bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk
menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang
menjadi penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau
kesulitan dalam belajar bagi peserta didik.
Menurut Warkitri dkk. (1990), pengajaran remedial sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran karena :
a. Tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai
kemampuannya.
b. Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat tercapai perubahan
tingkah laku siswa secara bulat sebagai hasil belajar
c. Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan suatu
teknik bimbingan belajar. Salah satu teknik bimbingan belajar
adalah pengajaran remedial
Dengan demikian dalam pengajaran remedial, guru harus
mampu menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik
lebih mampu mengembangkan diri.
Secara umum, pengajaran remedial bertujuan membantu
siswa mencapai mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus,
pengajaran remedial bertujuan membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar agar mencapai prestasi yang diharapkan melalui
proses penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam proses
belajar mengajar.

Pengajaran

remedial

merupakan

bagian

terpenting

dari

keseluruhan proses pembelajaran, mempunyai banyak fungsi dalam


membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, antara
lain
a. Fungsi korektif, adalah usaha untuk memperbaiki atau meninjau
kembali sesuatu yang dianggap keliru.
b. Fungsi pemahaman, dalam pengajaran remedial terjadi proses
pemahaman terhadap pribadi peserta didik, baik dari pihak guru,
pembimbing, maupun peserta didik itu sendiri.
c. Fungsi penyesuaian, dalam pnegajaran remedial peserta didik
dibantu untuk belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan
yang dimiliki sehingga tidak merupakan beban bagi peserta didik.
d. Fungsi pengayaan, dalam pengajaran remedial guru berusaha
membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar dengan
menyediakan atau menambah berbagai materi pengajaran yang
tidak atau belum disampaikan dalam pengajaran biasa.
e.

Fungsi

akselerasi,

dalam

pengajaran

guru

berusaha

mempercepat pengajaran dengan menambah frekuensi pertemuan


dan materi pengajaran.
f. Fungsi terapeutik, pengajaran remedial mengandung unsur
terapeutik karena secara langsung atau tidak langsung berusaha
menyembuhkan beberapa gangguan atau hambatan peserta didik.
Terdapat

pendekatan-pendekatan

dalam

pengajaran

antara lain
a. Pendekatan kuratif dalam pengajaran remedial

remedial,

Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang


pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai
beberapa bagian dari peserta didik yang tidak mampu menguasai
seluruh bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan kuratif
dapat dilakukan dengan cara :
1) Pengulangan (repetation), dapat dilakukan setiap akhir jam
pertemuan, akhir unit pelajaran atau setiap pokok bahasan.
2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement),
Layanan pengayaan dapat ditujukan kepada peserta didik yang
mempunyai kelemahan ringan dan secara akademik mungkin
peserta didik tersebut cerdas. Dapat dilakukan dengan memberikan
pekerjaan rumah atau pekerjaan di kelas pada saat pelajaran
berlangsung.
3) Percepatan (acceleration)
Layanan percepatan ini diberikan kepada peserta didik yang
berbakat namun menunjukkan kesulitan psikososial.
b. Pendekatan preventif dalam pengajaran remedial
Pendekatan preventif diberikan kepada peserta didik yang
diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan program
yang akan ditempuh. Guru meng-klasifikasikan kemampuan siswa
didik menjadi tiga golongan, yaitu peserta didik yang mampu
menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan, peserta
didik yangdiperkirakan akan mampu menyelesaikan program lebih
cepat dari waktu yang ditentukan, dan peserta didik yang tidak
dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan.

Sesuai penggolongan tersebut maka teknik layanan yang dapat


dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini peserta didik
diberi pelajaran, waktu, dan tes yang sama.
2) Kelompok individual, pengajaran disesuaikan dengan keadaan
peserta didik, sehingga setiap peserta didik mempunyai program
tersendiri.
3)

Layanan

pengajaran

dengan

kelas

khusus,

peserta

didik

mengikuti program pembelajaran yang sama dalam satu kelas.


Peserta

yang

mengalami

kesulitan

dalam

bidang

tertentu

disediakan kelas khusus remedial. Bagi yang cepat belajarnya


disediakan program pengayaan.
c. Pendekatan pengembangan dalam pengajaran remedial
Pengajaran remedial yang bersifat pengembangan merupakan
upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya
pembelajaran.

Sasarannya

agar

peserta

didik

dapat

segera

mengatasi hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti


pembelajaran.Dalam pengajaran remedial juga terdapat beberapa
metode.
Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu :
a. Metode pemberian tugas.
Metode ini dilaksanakan dengan cara memberi tugas atau
kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar.
b. Metode diskusi

Diskusi adalah suatu bentuk interaksi antarindividu dalam


kelompok untuk membahas suatu masalah. Diskusi digunakan
dalam pengajaran remedial untuk memperbaiki kesulitan belajar
dengan memanfaatkan interaksi individu dalam kelompok.
c. Metode tanya-jawab
Tanya jawab dalam pengajaran remedial dilakukan dalam
bentuk dialog antara guru dengan peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Tanya jawab dilakukan secara individu maupun
secara kelompok dengan peserta didik.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok dalam pengajaran remedial diusahakan agar
terjadi interaksi diantara anggota dalam kelompok. Kelompok
sebaiknya heterogen artinya dalam satu kelompok terdiri dari pria
dan wanita, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan
peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar.

e. Metode tutor sebaya


Tutor

sebaya

ialah

peserta

didik

yang

ditunjuk

untuk

membantu teman-temannya atau peserta didik lainnya yang


mengalami kesulitan belajar. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan tutor sebaya adalah:
1) Mendapat persetujuan dari peserta didik yang mengikuti program
perbaikan

2) Mempunyai prestasi akademik yang baik, kreatif, dan dapat


menerangkan bahan yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
mengikuti program perbaikan
3) Tidak sombong, sabar, telaten, hubungan sosialnya bagus, tidak
pelit, dan suka menolong sesama teman
f. Metode pengajaran individual
Pengajaran individual dalam pengajaran remedial yaitu proses
pembelajaran yang hanya melibatkan seorang guru dan seorang
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
F. Pelaksanaan Pengajaran Remidial
Yang telah dikemukakan oleh Warkitri dkk. (1990) bahwa
untuk melaksanakan pengajaran remedial harus mengikuti langkah
langkah sebagai berikut:
1. Penelaahan kembali kasus
Langkah ini merupakan langkah penting sabagai titik tolak
kegiatan selanjutnya. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran

yang

jelas

tentang

kasus

yang

di

hadapi

dan

kemungkinan pemecahannya. Dalam langkah ini guru diharapkan


memperoleh

gambaran

tentang

peserta

didik

yang

perlu

mendapatkan layanan, tingkat kesulitan yang dialami peserta didik,


letak terjadinya kesulitan, bagian ranah yang mengalami kesulitan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan peserta didik.
2. Pemilihan alternatif tindakan
Berdasarkan temuan dan uraian pada langkah pertama, maka
dapat disimpulkan karakteristik kasus atau permasalahan dan

alternatif pemecahannya. Karakteristik kasus atau permasalahan


yang dihadapi peserta didik dapat digolongkan menjadi kasus yang
berat, cukup berat, dan ringan. Kasus yang ringan yaitu apabila
peserta didik belum menemukan cara belajar yang baik. Kasus yang
cukup berat yaitu apabila peserta didik telah mampu menemukan
cara belejar tetapi belum berhasil karena hambatan psikologis.
Kasus dikatakan berat bila siswa belum mampu menemukan cara
belajar yang baik dan memiliki hambatan emosional.
a. Apabila kasus ringan, tindakan yang ditempuh adalah pemberian
pengajaran remedial.
b. Apabila kasusnya berat dan cukup berat, maka sebelum
melaksanakan pengajaran remedial, peserta didik harus diberi
layanan konseling untuk mengatasi hambatan emosional yang
mempengaruhi kegiatan belajarnya.
3. Pemberian layanan khusus
Layanan khusus disini maksudnya adalah layanan konseling,
yang bertujuan agar peserta didik yang mengalami kasus atau
permasalahan terbebas dari hambatan emosional, sehingga dapat
mengikuti pembelajaran secara wajar.
Berikut ini kasus atau permasalahan peserta didik dan cara
mengatasi yang dapat ditangani oleg guru bidang studi :
a. Kasus kurang motivasi dan minat belajar, cara mengatasinya :
menghindarkan

peserta

didik

dari

pertanyaan

pertanyaan

negative yang dapat melemahkan semangat belajar, termasuk


memarahi, merendahkan, dan membandingkan dengan orang lain
yang

lebih

sukses.

Disamping

itu

perlu

diciptakan

suasana

kompetitif yang sehat, mendorong agar lebih berhasil dalam belajar

pada waktu= waktu berikutnya, member hukuman yang bijaksana


bila terjadi kealpaan dan member hadiah baik verbal maupun non
verbal atau material dan non material bila memperoleh kesuksesan.
b. Kasus sikap negative terhadap guru, cara mengatasinya dengan
cara menciptakan hubungan yang akrab antara guru dengan
peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya,
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan menciptakan
iklim atau suasana social yang sehat dalam kelas.
c.

Kasus

kebiasaan

belajar

yang

salah,

cara

mengatasinya

menunjukan cara belajar yang salah, memberikan kesempatan


untuk berlatih dan belajar dengan pola-pola belajar yang baru.
d.

Kasus

ketidak

cocokan

antara

keadaan

pribadi

dengan

lingkungan dan program studinya, cara mengatasinya dengan cara


memberikan layanan informasi tentang pemilihan program studi
dan cara belajarnya serta prospek dari program studi yang dipilih
oleh peserta didik.
4. Pelaksanaan pengajaran remedial
Setelah langkah ketiga terpenuhi, selanjutnya pelaksanaan
pengajaran remedial. Adapun sasaran pokok langkah ini adalah
meningkatkan prestasi dan kemampuan peserta didik dalam
menyesuaikan diri dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
guru.
5. Pengukuran kembali hasil belajar
Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya diadakan
pengukuran terhadap perubahan pada diri peserta didik yang

bersangkutan. Pengukuran ini untuk mengetahui kesesuaian antara


rencana dengan pencapaian hasil yang diperolehnya.
6. Re-evaluasi dan re-diagnostik
Hasil pengukuran pada langkah kelima ditafsirkan dengan
menggunakan cara dan criteria seperti pada proses pembelajaran
yang sesungguhnya. Hasil penafsiran tersebut akan menghasilkan
tiga kemungkinan sebagai berikut:
a. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaiannya mencapai criteria keberhasilan minimum seperti
yang diharapkan.
b. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaian drinya, tetapi belum sepenuhnya memadai criteria
keberhasilan minimum yang diharapkan.
c. Peserta didik menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam
prestasinya maupun kemampuan penyesuaian dirinya.
Sebagai tindak lanjut dari pengajaran remedial ini ada tiga
kemungkinan kegiatan yang harus ditempuh guru, yaitu:
a. Bagi peserta didik yang berhasil, diberi rekomendasi untuk
melanjutkan ke program pembelajaran utama tahap berikutnya.
b. Bagi peserta didik yang belum sepenuhnya berhasil, sebaiknya
diberi pengayaan dan pengukuhan prestasi sebelum diperkenankan
melanjutkan ke program selanjutnya.
c. Bagi peserta didik yang belum berhasil, sebaiknya dilakukan rediagnostik untuk mengetahui letak kelemahan, kesalahan atau
kekurangan pengajaran remedial yang telah dilakukan, sehingga

mungkin perlu adanya ulangan dengan alternative yang sama atau


alternative yang lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan
masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar
dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau
dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau
hambatan belajar yang Nampak
2. Keberhasilan belajar peserta
pembelajaran

ditandai

dengan

didik

dalam

proses

penguasaan

bahan

pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang diwujudkan


dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik
3. penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri pelajar (faktor internal) yang meliputi:
kemampuan intelektual,afeksi seperti perasaan dan
percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia,

jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat,


dan kemampuan pengindraan seperti melihat,
mendengarkan, dan merasakan(Fontana, 1981). Sedang
faktor yang berasal dari luar pelajar (faktor eksternal)
meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi
proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas
pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik
yang berupa hardware maupun software serta lingkungan,
baik lingkungan social maupun lingkungan alam.
4. Langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar
yaitu :
a. Mengidentifikasi

peserta

didik

yang

diperkirakan

mengalami kesulitan belajar.


b. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar
c. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
d. Memperkirakan Alternatif Bantuan
e. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya
f. Tindak Lanjut
5. untuk melaksanakan pengajaran remedial harus mengikuti
langkah langkah sebagai berikut:
1. Penelaahan kembali kasus
2. Pemilihan alternatif tindakan
3. Pemberian layanan khusus
4. Pelaksanaan pengajaran remedial
5. Pengukuran kembali hasil belajar
6. Re-evaluasi dan re-diagnostik
B. Saran
Alangkah lebih baik jika makalah ini dilengkapi dengan jurnal hasil penelitian
terhadap diagnosa hasil belajar. Karena kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini

DAFTAR RUJUKAN
Carrol, John.B. 1986. Introduction in Benjamin Lee Whorf, Language,
Thought, and Reality. Edited by john B. carrol . Cambridge,
Mass : I.M.T, press
Dimyati & Mudjiono, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fontana, D. 1981. Psychologi For Teacher.London. A. Wheathon
Nasution, Noehi, dkk. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dikti
Depdikbud
Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Warkitri, H. et al. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta :
Karunika

Anda mungkin juga menyukai