Dosen Pengampu :
Dr. Tutut Handayani, M.Pd. I
Disusun Oleh :
M Arian Faza (1920201080)
PGMI 02 2019
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Apa pengertian kesulitan belajar?
b. Apa sajakah faktor-faktor kesulitan belajar?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian kesulitan belajar
b. Untuk mengetahui Faktor-faktor kesulitan belajar
c. Untuk mengetahui gejala dan efek sosio psikologis kesulitan belajar
BAB II PEMBAHASAN
5 Muhibbin Syah, (2013), Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, h. 56.
sehari-hari masih dapat dilakukan dengan normal. Tetapi bila gejala
tergolong parah, penderita akan sangat membutuhkan bantuan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.Gejala yang muncul adalah terkait
dengan cara penderita berkomunikasi dan berinteraksi. Sekitar 80-90%
penderita, mulai menampakkan gejala pada usia 2 tahun. Pada kasus yang
jarang, gejala autisme nampak pada usia di bawah 1 tahun atau baru
muncul setelah penderita beranjak dewasa.6
a. Gejala Terkait Komunikasi dan Interaksi Sosial
Sekitar 25-30% anak dengan autisme kehilangan kemampuan
berbicara, meski mereka mampu berbicara saat kecil. Sedangkan 40%
anak penderita autisme tidak berbicara sama sekali. Gejala lain terkait
komunikasi dan interaksi sosial adalah:
1.Tidak merespons saat namanya dipanggil, meskipun kemampuan
pendengarannya normal.
2.Tidak pernah mengungkapkan emosi, dan tidak peka terhadap
perasaan orang lain.
3.Tidak bisa memulai atau meneruskan percakapan, bahkan hanya
untuk meminta sesuatu.
4.Sering mengulang kata (echolalia), tapi tidak memahami
penggunaannya secara tepat.
5.Sering menghindari kontak mata dan kurang menunjukkan ekspresi
9 Hamidi, Z. (1996). Deteksi Dini Gejala-gejala Hiperaktifitas pada Anak.Surabaya: Tinjauan Kepustakaan. Fakultas
kedokteran Universitas Airlangga.
10 Saputro, D. (2001). Penatalaksanaan Strategis Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas
(GPPH/ADHD). Anima Indonesia Psychological Journal. Vol 17 (1), h. 11-17
11 Rithaudin, A. (2008). Model Permainan di Air sebagai Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi anak Sekolah Dasar
kelas bawah (tesis). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Disleksia
Definisi disleksia menurut Critchley (1970) adalah kesulitan membaca,
menulis, dan mengeja (disotografi), tanpa adanya gangguan sensorik perifer.
Dalam arti tidak memiliki kelemahan pada pendengaran, penglihatan,
inteligensi, emosional primer atau lingkungan kurang menunjang.
Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada
seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam
melakukan aktifitas membaca dan menulis. Meskipun mengalami kesulitan
menulis huruf dan tentunya kesulitan belajar, bukan berarti disleksia
merupakan ketidakmampuan intelektual.
Selain mempengaruhi kemampuan menyusun kalimat, membaca dan
menulis, disleksia juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa
pengidapnya. Sedangkan perkembangan kemampuan standar tetap normal,
seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan daya sensorik pada indera
perasa.
Disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis,
melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti
petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif,
kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan
dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi,
memahami irama musik, dan sebagainya. Gangguan disleksia ini
adakalanya diikuti dengan gangguan penyerta lain seperti mengompol
sampai usia empat tahun keatas, nakal dan suka mengganggu teman serta
membuat onar di kelas. Entah apa alasannya, tetapi penderita disleksia
90%nya adalah laki-laki.Walaupun tidak menyebabkan kematian atau cacat
menetap, anak disleksik akan mengalami kesulitan saat di sekolah, dimulai
dari usia sekolah paling dasar. Hal ini tentu akan menghambat prestasi
akademik anak.12
12 http://beritamadani.co.id/2016/10/15/anak-dengan-kesulitan-belajar-spesifik-disleksia-dan-disgrafia/ diakses
pada hari Selasa 15 Desember 2020.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
1. Kesulitan belajar adalah segala sesuatu yang membuat tidak lancar
(lambat) atau menghalangi seseorang dalam mempelajari, memahami
serta menguasai sesuatu untuk dapat mencapai tujuan. Adanya
kesulitanbelajar dapat ditandai dengan prestasi yang rendah atau di bawah
rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas, hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan dan lambat dalam melakukan
tugas belajar.
2. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko fisik
siswa. Sedangkan Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa.
3. Autisme adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi
kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain.
4. Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang
yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan
aktifitas membaca dan menulis.
B. Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan salah satu suber pembelajaran
bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi babnyak pihak,
utamanya bagi penyusun dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Madani. 2017. Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik Disleksia dan Disgrafia.
http://beritamadani.co.id/2016/10/15/anak-dengan-kesulitan-belajar-spesifik
-disleksia-dan-disgrafia/ diakses pada hari Selasa 15 Desember 2020.