Anda di halaman 1dari 15

KESULITAN BELAJAR : KONSEP DASAR, GEJALA DAN EFEK SOSIO

PSIKOLOGISNYA (AUTISME, HIPERAKTIF, DAN DISLEXIA)

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi


Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Tutut Handayani, M.Pd. I

Disusun Oleh :
M Arian Faza (1920201080)

PGMI 02 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS


ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Desember 2020

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada

dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan


dalam belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang
berkemampuan kurang saja. Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang
berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga
mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar
itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang
rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-
intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Apa pengertian kesulitan belajar?
b. Apa sajakah faktor-faktor kesulitan belajar?

c. Apa gejala dan efek sosio psikologis kesulitan belajar?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian kesulitan belajar
b. Untuk mengetahui Faktor-faktor kesulitan belajar
c. Untuk mengetahui gejala dan efek sosio psikologis kesulitan belajar

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar


Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang
untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang
memuaskan. Namun, dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa
itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang

terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita


pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan
rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang
berkemampuan kurang itu terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang
berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak
mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan
kapasitasnya.
Kesulitan belajar adalah terjemahan dari bahasa inggris learning
disability. Terjemahan tersebut kurang tepat karena learning artinya
ketidakmampuan.1 Kesulitan belajar adlah suatu gejala yang tampak pada
peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau
dibawah norma yang ditetapkan.2 Kesulitan belajar adalah suatu gangguan
dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.3
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat
menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpamengalami
kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam
belajarnya mengalami berbagai kesulitan. "Kesulitan belajar siswa
ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis,
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang
dicapainya berada di bawah semestinya.3
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam
pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan
dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif
1 Mulyono Abdurrahman, (1998) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta, h. 6.
2 Sugihartiono, dkk, (2007), Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press, h. 149. 3
Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 7-8.
3 Syamsuddin Abin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. h. 45, cet. 1. 5
Ibid., Hlm. 47.
maupunafektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala
kesulitan belajar, antara lain :5
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilaiyang
dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar,tapi nilai yang
diperolehnya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya danselalu
tertinggal dari kawan-kawannya dari aktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu didalam
atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam
kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah,
tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Dari sini timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning
difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja,
tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu
kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-
rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat
tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan di mana
siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi
belajar yang rendah. Siswa yang mengalami masalah dengan belajarnya
biasanya ditandai adanya gejala: (1) prestasi yang rendah atau di bawah
rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas; (2) hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat dalam melakukan tugas
belajar (Entang, 1983:13). Kesulitan belajar bahkan dapat menyebabkan
suatu keadaan yang sulit dan mungkin menimbulkan suatu keputusasaan
sehingga memaksakan seorang siswa untuk berhenti di tengah jalan. Adanya
kesulitan belajar pada seorang siswa dapat dideteksi dengan kesalahan-
kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes. Kesalahan
adalah penyimpangan terhadap jawaban yang benar pada suatu butir soal.
Ini berarti kesulitan siswa akan dapat dideteksi melalui jawaban-jawaban
yang salah dalam mengerjakan suatu soal.
Siswa yang berhasil dalam belajar akan mengalami perubahan dalam
aspek kognitifnya. Perubahan tersebut dapat dilihat melalui prestasi yang
diperoleh di sekolah atau melalui nilainya. Dalam kenyataannya masih
sering dijumpai adanya siswa yang nilainya rendah. Rendahnya nilai atau
prestasi siswa ini adanya kesulitan dalam belajarnya. Menurut Entang
(1983:12) bahwa siswa yang secara potensial diharapkan akan mendapat
nilai yang tinggi, akan tetapi prestasinya biasa-biasa saja atau mungkin lebih
rendah dan teman lainnya yang potensinya lebih kurang darinya, dapat
dipandang sebagai indikasi bahwa siswa mengalami masalah dalam
aktivitasnya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
menghalangi atau memperlambat seorang siswa dalam mempelajari,
memahami serta menguasai sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
adalah segala sesuatu yang membuat tidak lancar (lambat) atau menghalangi
seseorang dalam mempelajari, memahami serta menguasai sesuatu untuk
dapat mencapai tujuan. Adanya kesulitanbelajar dapat ditandai dengan
prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok
kelas, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan dan
lambat dalam melakukan tugas belajar. Siswa yang mengalami kesulitan
belajar akan sukar dalam menyerap materi-materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru sehingga ia akan malas dalam belajar, serta tidak
dapat menguasai materi, menghindari pelajaran, serta mengabaikan tugas-
tugas yang diberikan guru.

B. Faktor-faktor Yang Menimbulkan Kesulitan Belajar


Fenomena kesulitan belajar (learning difficult) seorang siswa biasanya
tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan
perilaku (misbehavior) siswa seperti suka berteriak-teriak didalam kelas,
mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering kabur dari
sekolah. Menurut Ross, kesulitan belajar banyak disebabkan oleh adanya
gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian
selektif.
Mengingat akan hal-hal tersebut, sudah tidak disangsingkan lagi bahwa
didalam pendidikan terdapat bermacam-macam kesulitan yang disebabkan
oleh keadaan atau pembawaan anak itu sendiri maupun oleh lingkungan dan
atau oleh si pendidik sendiri.4 Secara garis besar, faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni faktor intern siswa dan faktor
ekstern siswa.
a. Faktor intern siswa7
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko
fisik siswa, yakni:
1.Bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas inteligensi
siswa.
2.Bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap.
3.Bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunya alat-alat indra
penglihatan dan pendengaran.
b. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini
meliputi:
1.Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara
ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2.Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum
area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3.Lingkungan sekolah contohnya adalah kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang
berkualitas rendah dan lain-lain.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain
4 Ngalim Purwanto, (2007), Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT Remaja Rosdakarya , h. 89. 7
Mulyono Abdrurrahman, Op.Cit., h. 13.
yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa yaitu factor keturunan,
kerusakan pada fungsi otak, biokimia, deprivasi lingkungan, kesalahan nutrisi.
Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah
sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar).
Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul
sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang
menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
1) Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
2) Disgrafia (disgrapia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3) Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas
secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan
diantaranya memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya,
kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin
hanya disebabkan oleh adanya minimal brain disfunction, yaitu gangguan
ringan pada otak.5 Sehingga berbagai faktor yang dialami oleh peserta
didik yang telah disebutkan diatas dalam kesulitan belajar sangat
menentukan dan juga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

C. Gejala dan Efek Sosio Psikologisnya


1. Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi
kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain. Di samping itu, autisme juga menyebabkan gangguan perilaku
dan membatasi minat penderitanya. Autisme sekarang disebut sebagai
gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD). Hal ini
karena gejala dan tingkat keparahannya bervariasi pada tiap penderita.
Gangguan yang termasuk dalam ASD adalah sindrom Asperger, gangguan
perkembangan pervasif (PPD-NOS), gangguan autistik, dan childhood
disintegrative disorder.
Gejala dan tingkat keparahan autisme dapat berbeda pada tiap
penderitanya. Pada penderita autisme dengan gejala yang ringan, aktivitas

5 Muhibbin Syah, (2013), Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, h. 56.
sehari-hari masih dapat dilakukan dengan normal. Tetapi bila gejala
tergolong parah, penderita akan sangat membutuhkan bantuan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.Gejala yang muncul adalah terkait
dengan cara penderita berkomunikasi dan berinteraksi. Sekitar 80-90%
penderita, mulai menampakkan gejala pada usia 2 tahun. Pada kasus yang
jarang, gejala autisme nampak pada usia di bawah 1 tahun atau baru
muncul setelah penderita beranjak dewasa.6
a. Gejala Terkait Komunikasi dan Interaksi Sosial
Sekitar 25-30% anak dengan autisme kehilangan kemampuan
berbicara, meski mereka mampu berbicara saat kecil. Sedangkan 40%
anak penderita autisme tidak berbicara sama sekali. Gejala lain terkait
komunikasi dan interaksi sosial adalah:
1.Tidak merespons saat namanya dipanggil, meskipun kemampuan
pendengarannya normal.
2.Tidak pernah mengungkapkan emosi, dan tidak peka terhadap
perasaan orang lain.
3.Tidak bisa memulai atau meneruskan percakapan, bahkan hanya
untuk meminta sesuatu.
4.Sering mengulang kata (echolalia), tapi tidak memahami
penggunaannya secara tepat.
5.Sering menghindari kontak mata dan kurang menunjukkan ekspresi

b. Gejala Pada Pola Perilaku


1.Sensitif terhadap cahaya, sentuhan, atau suara, tapi tidak merespons
terhadap rasa sakit.
2.Rutin menjalani aktivitas tertentu, dan marah jika ada perubahan.
3.Memiliki kelainan pada sikap tubuh atau pola gerakan, misalnya
selalu berjalan dengan berjinjit.
4.Melakukan gerakan repetitif, misalnya mengibaskan tangan atau
mengayunkan tubuh ke depan dan belakang.
5.Hanya memilih makanan tertentu, misalnya makanan dengan
tekstur tertentu.

6 http : //www.alodokter.com/autisme/penyebab diakses pada hari Selasa 15 Desember 2020.


2. Hiperaktif
Hambatan perilaku yang dialami anak dalam perkembangannya
dapat berasal dari aspek sosial, emosi, kognisi dan fisik. Hambatan
perkembangan anak yang banyak bermunculan saat ini, salah satunya
adalah gangguan hiperaktif. Kondisi di Indonesia semakin lama jumlah
anak yang terdiagnosa mengalami gangguan hiperaktifitas semakin
meningkat, yang pada umumnya disertai dengan masalah kesulitan
belajar, perilaku dan masalah emosional lainnya.7
Penyebab semakin banyaknya anak yang mengalami gangguan
hiperaktif adalah faktor psikososial atau faktor diluar anak sendiri. Seperti
stres, kesulitan disekolah, kesulitan dengan kontak sosial, manja,
traumatik, penyakit dalam keluarga, tingkat kelas terlalu tinggi atau
terlalu rendah, hereditas, gangguan pada masa prenatal dan perinatal. Dan
juga kerusakan otak seperti misalnya penyakit pada saat hamil, epilepsy,
kecelakaan, disfungsi minimal otak pada anak premature); dan alergi
terhadap makanan tertentu (misal pada bumbu masak: MSG atau vetsin).8
Anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif yang tidak
tertangani dengan baik akan menimbulkan dampak yang panjang dan
kompleks. Dampak kompleksitas yang ditimbulkan salah satunya
berkaitan dengan perkembangan kognitif dan psikomotorik yaitu: sulit
mengatur aktifitas, tidak bisa fokus terhadap tugas, tidak bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan gagal dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik. Sedangkan yang dimaksud dengan gangguan
hiperaktifitas menurut National Medical Series (dalam Hamidi, 2006)
adalah suatu peningkatan aktifitas motorik sehingga pada tingkatan
tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya
pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Gangguan hiperaktifitas akan
menimbulkan dampak bagi diri sendiri berkaitan dengan kemampuan
intelektual, kemampuan dalam berhubungan sosial dan gangguan
7 Gamayanti, I. L., Kumara, A., dan Sumaryono, S. (2005). Pengembangan Media Audio Visual Elektronik
untuk Penanganan Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktifitas(GPPH) pada Anak. Laporan Penelitian
(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
8 Gamayanti, I. L. (2000). Aspek Psikologis Anak Dengan Gangguan Pemusatan Hiperaktifitas, Suatu Ilustrasi
Khusus, Makalah (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Gadjah Mada dan Pusat Pengkajian dan Pengamatan Tumbuh Kembang Anak.
perilaku.9
Gangguan ini menimbulkan disfungsi utama yaitu gangguan
tingkah laku, sosial-emosional dan kognitif sehingga menyebabkan
kegagalan pada bidang akademik dan penyesuaian perilaku terhadap
lingkungannya. Dampak tersebut akan menjadi Kendala bagi anak untuk
mengembangkan diri secara optimal karena didalam masyarakat sendiri
seringkali dianggap anak yang nakal ataupun bodoh dan seringkali tidak
tertangani secara benar.10
Kondisi psikomotorik yang dimiliki anak hiperaktif tidak sesuai
dengan kondisi psikomotorik usia anak-anak normal yang lainnya.
Kondisi tersebut akan membawa kesulitan perkembangan sampai pada
usia perkembangan selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan anak hiperaktif
kurang memiliki kemampuan mengelola psikomotoriknya dan kurang
bisa fokus terhadap aktifitas yang sedang dilakukan.

Perlunya suatu penanganan yang khusus bagi anak-anak yang


mengalami gangguan hiperaktif, agar mempunyai kemampuan mengelola
psikomotorik sehingga dapat fokus terhadap tugas yang sedang
ditekuninya. Berbagai macam cara telah dilakukan oleh berbagai ahli
untuk menangani anak hiperaktif. Salah satunya adalah melalui terapi
perilaku, saat ini banyak terapi perilaku yang berkembang dengan
berbagai metode yang ditawarkan untuk membantu anak-anak hiperaktif.
Salah satunya dengan menggunakan teknik terapi air atau yang lebih
dikenal dengan terapi Akuatik. Aktivitas Akuatik adalah sebuah aktivitas
dengan menggunakan media air secara umum media tersebut dapat
berupa kolam renang ataupun tempat sejenis yang mempunyai
karakteristik sama yaitu dapat digunakan sebagai tempat untuk
melakukan berbagai bentuk aktivitas fisik.11

9 Hamidi, Z. (1996). Deteksi Dini Gejala-gejala Hiperaktifitas pada Anak.Surabaya: Tinjauan Kepustakaan. Fakultas
kedokteran Universitas Airlangga.
10 Saputro, D. (2001). Penatalaksanaan Strategis Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas
(GPPH/ADHD). Anima Indonesia Psychological Journal. Vol 17 (1), h. 11-17
11 Rithaudin, A. (2008). Model Permainan di Air sebagai Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi anak Sekolah Dasar
kelas bawah (tesis). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Disleksia
Definisi disleksia menurut Critchley (1970) adalah kesulitan membaca,
menulis, dan mengeja (disotografi), tanpa adanya gangguan sensorik perifer.
Dalam arti tidak memiliki kelemahan pada pendengaran, penglihatan,
inteligensi, emosional primer atau lingkungan kurang menunjang.
Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada
seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam
melakukan aktifitas membaca dan menulis. Meskipun mengalami kesulitan
menulis huruf dan tentunya kesulitan belajar, bukan berarti disleksia
merupakan ketidakmampuan intelektual.
Selain mempengaruhi kemampuan menyusun kalimat, membaca dan
menulis, disleksia juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa
pengidapnya. Sedangkan perkembangan kemampuan standar tetap normal,
seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan daya sensorik pada indera
perasa.
Disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis,
melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti
petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif,
kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan
dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi,
memahami irama musik, dan sebagainya. Gangguan disleksia ini
adakalanya diikuti dengan gangguan penyerta lain seperti mengompol
sampai usia empat tahun keatas, nakal dan suka mengganggu teman serta
membuat onar di kelas. Entah apa alasannya, tetapi penderita disleksia
90%nya adalah laki-laki.Walaupun tidak menyebabkan kematian atau cacat
menetap, anak disleksik akan mengalami kesulitan saat di sekolah, dimulai
dari usia sekolah paling dasar. Hal ini tentu akan menghambat prestasi
akademik anak.12

12 http://beritamadani.co.id/2016/10/15/anak-dengan-kesulitan-belajar-spesifik-disleksia-dan-disgrafia/ diakses
pada hari Selasa 15 Desember 2020.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
1. Kesulitan belajar adalah segala sesuatu yang membuat tidak lancar
(lambat) atau menghalangi seseorang dalam mempelajari, memahami
serta menguasai sesuatu untuk dapat mencapai tujuan. Adanya
kesulitanbelajar dapat ditandai dengan prestasi yang rendah atau di bawah
rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas, hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan dan lambat dalam melakukan
tugas belajar.
2. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko fisik
siswa. Sedangkan Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa.
3. Autisme adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi
kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain.
4. Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang
yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan
aktifitas membaca dan menulis.
B. Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan salah satu suber pembelajaran
bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi babnyak pihak,
utamanya bagi penyusun dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. 2018. Autisme- Gejala,penyebab dan mengobati. http :


//www.alodokter.com/autisme/penyebab diakses pada hari Selasa 15
Desember 2020.

Gamayanti, I. L. 2000. Aspek Psikologis Anak Dengan Gangguan Pemusatan


Hiperaktifitas, Suatu Ilustrasi Khusus, Makalah (tidak diterbitkan).
Yogyakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Gadjah Mada dan Pusat Pengkajian dan Pengamatan Tumbuh
Kembang Anak.

Gamayanti, I. L., Kumara, A., dan Sumaryono, S. 2005. Pengembangan Media


Audio Visual Elektronik untuk Penanganan Gangguan Pemusatan
Perhatian/Hiperaktifitas(GPPH) pada Anak. Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hamidi, Z. 1996. Deteksi Dini Gejala-gejala Hiperaktifitas pada Anak.Surabaya:


Tinjauan Kepustakaan. Fakultas kedokteran Universitas Airlangga.

Madani. 2017. Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik Disleksia dan Disgrafia.
http://beritamadani.co.id/2016/10/15/anak-dengan-kesulitan-belajar-spesifik
-disleksia-dan-disgrafia/ diakses pada hari Selasa 15 Desember 2020.

Muhibbin, Syah. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Mulyono Abdurrahman. 1998. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta : PT Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Rithaudin, A. 2008. Model Permainan di Air sebagai Pembelajaran Pendidikan


Jasmani bagi anak Sekolah Dasar kelas bawah (tesis). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

Saputro, D. 2001. Penatalaksanaan Strategis Gangguan Pemusatan Perhatian dan


Hiperaktifitas (GPPH/ADHD). Anima Indonesia Psychological Journal. Vol
17 (1), hal 11-17.

Sugihartiono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

Syamsuddin, A. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai