Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

ANALISIS FUNGSI KAWASAN DAN KEMAMPUAN LAHAN

“KEC. PELANGIRAN DAN TELUK BELENGKONG”

Disusun Oleh Kelompok 10 :

1. Hana Pebrina Sihite 17136142


2. Fahen Dayanda 17136135
3. Livia Ananda 17136022
4. Yoga Edi Pratama 17136075

PRODI GEOGRAFI

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
A. FUNGSI KAWASAN
1. Pengertian Fungsi Kawasan
Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Bab 1
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 20 yang mengatakan bahwa kawasan adalah wilayah
yang memiliki fungsi utama lindung dan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Kawasan penyangga merupakan batas antara kawasan lindung dan kawasan


budidaya. Penggunaan lahan yang diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun
dengan system wanatani (agroforestry) dengan pengolahan lahan sangat minim
(minimum tillage). Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi kawasan
merupakan pengklasifikasian lahan berdasarkan karakteristik fisiknya berupa lereng,
jenis tanah, dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga,
budidaya tanaman tahunan, dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan
mempunyai fungsi utama dan spesifik.

2. Klasifikasi Fungsi Kawasan

Menurut Buku Petunjuk Penyusunan Pola RLKT (Rehabilitasi Lahan dan


Konservasi Tanah), fungsi kawasan dibedakan berdasarkan kriteria tersebut.
a. Kawasan Lindung
Yaitu suatu wilayah yang keadaan sumberdaya alam air, flora dan fauna, seperti
hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air, alur sungai, dan
kawasan lindung lainnya sebagaimana diatur dalam Kepres 32 Tahun 1990. Suatu satuan
lahan ditetapkan sebagai fungsi kawasan lindung apabila besar skor kemampuan
lahannya ≥175, atau memenuhi salah satu/beberapa syarat berikut:
 Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40 %.
 Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol,
 dan renzina) dengan kemiringan lapangan lebih dari 15 %.
 Merupakan jalur pengaman aliran air/sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di
kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai.
 Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius 200 meter di
sekeliling mata air.
3. Metode Analisis Fungsi Kawasan
Untuk dasar pembagian kriteria fungsi kawasan diatur dalam SK Menteri Pertanian
No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara
penetapan hutan lindung dan hutan produksi. Berikut ini pembagian kriteria penetapan
fungsi kawasan. Tiga faktor yang dinilai sebagai penentu fungsi kawasan suatu wilayah,
yaitu:
1. Kelerengan lapangan
2. Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi

3. Intensitas hujan harian rata-rata


Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengolahan peta topografi, peta tanah, dan
peta curah hujan.Klasifikasi dan nilai skor dari ketiga faktor di atas berturut-turut adalah
seperti tabel di bawah.
Tabel 1. Kemiringan Lereng

Kelas Kelerengan (%) Klasifikasi Nilai Skor


I 0-8 Datar 20
II 8-15 Landai 40
III 15-25 Agak Curam 60
IV 25-40 Curam 80
V >40 Sangat Curam 100
Sumber : SK Meteri Pertanian No.837 / KPTS/UM/11/1980
Tabel 2. Jenis Tanah

Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Nilai Skor


I Aluvial, Gleisol, Tidak Peka 15
Hideomorf Kelabu,
Planosol, dan Latrik
II Latosol Kurang Peka 30
III Brown Forest Soil, Non Agak Peka 45
Calcic, Brown
Mediteran
IV Andosol, Laterit, Peka 60
Grumusol, Pedsolik
V Regosol, Litosol, Sangat Peka 75
Organosol, Renzina
Sumber: SK Menteri Pertanian No.837 / KPTS/UM/11/1980
Tabel 3. Curah Hujan

Kelas Intentitas Hujan Klasifikasi Nilai Skor


(mm/hari)
I 0-13,6 Sangat Rendah 10
II 13,6-20,7 Rendah 20
III 20,7-27,7 Sedang 30
IV 27,7-34,8 Tinggi 40
V >34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber: SK Menteri Pertanian No.837 / KPTS/UM/11/1980
Tabel 4. Arahan Klasifikasi Fungsi Kawasan

Kela Arahan Fungsi Pemanfaaatan Lahan Nilai Skor


s
I Kawasan Fungsi Lindung >175 ((Kemiringan
lereng <40%)
II Kawasan Fungsi Penyangga 125-174 (Kemiringan
lereng 16-25)

III Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman 75-124 (Kemiringan


Setahun lereng 15-20 %)

IV Kawasan fungsi budidaya tanaman <75 (Kemiringan


semusim & permukiman 8%)

Sumber: SK Menteri Pertanian No.837 / KPTS/UM/11/1980

4. Langkah Kerja
a. Prosedur pembuata peta lereng
 Delinasi kontur-kontur yang seragam
 Buatlah gari singgung setiap kontur pada kontur yang seragam
 Hitung perbedaan nilai kontur
 Ukur dengan penggaris panjang garis singgung
 Hitung garis singgung sesungguhnya dari yang sudah diperoleh
 Hitunglah lereng sesuai prinsip segitiga y/x
Keterangan : y = beda kontur, x = jarak sesungguhnya
 Tentukan skor setiap lereng berdasarkan tabel 1

b. Prosedur pembuatan peta curah hujan

 Peta curah hujan yang digunakan merupakan peta curah hujan isohyet
 Salin garis-garis curah hujan yang melewati wilayah
 Tentukan intensitas hujan per hari
 Tentukan skor intensitas hujan harian rata-rata berdasarkan tabel 3

c. Prosedur pembuatan peta jenis tanah


 Salin pembagian jenis tanah
 Cek di buku tanah untuk menentukan klasifikasi jenis tanah
 Untuk pengklasifikasian jenis tanah, menggunakan klasifikasi USDA/Arsyad
 tentukan skor setiap hasil jenis tanah sesuai tabel 2

d. Overlay ketiga peta (peta lereng, peta curah hujan, peta jenis tanah) dengan
skornya sehingga kita mendapatkan total skor (skor lereng + skor curah hujan +
skor jenis tanah) setiap satuan lahan.
e. Tetapkan setiap satuan lahan apakah termasuk kawasan budidaya, kawasan
penyangga atau kawasan lindung sesuai dengan tabel 4
Bagan Alir Fungsi Kawasan

5. Hasil Analisis Fungsi Kawasan Kecamata Pelangiran Dan Teluk Belengkong

K Kode
Kode tanah L L Curah
Poligo Total Fungsi
tanah Lereng Lereng Curah hujan hujan
n Skor kawasan
Jenis Skor Tingkat
Jumlah Skor
tanah kemiringan Skor
<13.5
Organosol mm/hari
1 (5) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
<13.5
Aluvial mm/hari
2 (2) 15 0-8% 20 (5,21) 10 45 IV
<13.5
Organosol mm/hari
3 (3) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
<13.5
Organosol mm/hari
4 (3) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
<13.5
Organosol mm/hari
5 (4) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
<13.5
Organosol mm/hari
6 (5) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
7 Organosol 75 0-8% 20 <13.5 10 105 III
mm/hari
(4) (5,21)
<13.5
Organosol mm/hari
8 (5) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III

Gambar Peta fungsi kawasan kec. Pelangiran dan teluk belengkong

6. Kesimpulan
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa :
Lereng berada di kelas kemiringan 0-8% dengan skor 20 dan kategori datar
Jenis tanah no 5,4,3 yaitu Organosol dengan skor 75 dan kriterianya sangat peka
Jenis tanah no 2 yaitu aluvial dengan skor 15 dan kategori tidak peka. Sedangkan curah
hujan tertinggi pada wilayah ini yaitu 1900, sehingga 1900/365 = 5,21 dengan nilai skor
10 dan kategori sangat rendah.
Sehingga untuk fungsi kawasan : skor Lereng+ skor Curah hujan+ skor Tanah
1. Jenis tanah (5) 75+10+20 = 105 cocok untuk kawasan budidaya tanaman tahunan
(fungsi kawasan III)
2. Jenis tanah (4) 75+10+20 = 105 cocok untuk kawasan budidaya tanaman tahunan
(fungsi kawasan III)
3. Jenis tanah (3) 75+10+20 = 105 cocok untuk kawasan budidaya tanaman tahunan
(fungsi kawasan III)
4. Jenis tanah (2) 15+10+20 = 45 cocok untuk tanaman semusim dan pemukiman
(fungsi kawasan IV)
B. Kemampua Lahan

1. Pengertian Kemampuan Lahan


Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagaiusaha
pertanian yang paling intensif yang termasuk juga tindakan pengelolaannya tanpa
menyebabkan tanahnya menjadi rusak dalam jangka waktu yang terbatas. Lahan yang
mempunyai kemampuan yang baik memiliki sifat fisik dan kimia yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman sehingga akan mampu mendukung pertumbuhan dan produksi
tanaman secara optimal dan berkesinambungan.

Klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Clasification) adalah penilaian


lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokkannya kedalam
beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat
dalam penggunaan nya secara lestari. Klasifikasi kesesuain lahan (Land Suitability
Clasification) adalah penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian dan
pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relative lahan atau kesesuaian absolut lahan
bagi suatu penggunaan tertentu.

2. Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan

Lahan digolongkan kedalam tiga kategori utama yaitu kelas, subkelas dan satuan
kemampuan atau pengelolaan.
Tabel 5. Kelas Kemampuan Lahan

No Kelas Kemampuan Lereng (%)


1 I A 0-3
2 II B 3–8
3 III C 8 – 15
4 IV D 15 – 30
5 V E 30 – 45
6 VI F 45 – 65
7 VII G >65
Sumber : Arsyad
Sistem kemampuan lahan menurut USDA mempumyai VIII kelas kemampuan lahan,
dimana kelas I-IV merupakan kelas yang diusahakan untuk pertanian sedangkan kelas V-
VIII merupakan kelas yang tidak dapat diusahakan untuk usaha pertanian.

Kelas I ,Tanah pada kelas ini hanya mempunyai sedikit factor pembatas tetap dank
arena itu resiko kerusakannya juga kecil. Tanah-tanah yang tergolong pada kelas ini sangat
baik dan dapat diusahakan untuk segala macam usaha pertanian.

Kelas II, Tanah pada kelas ini mempunyai sedikit factor pembatas yang dapat
mengurangi pilihan penggunaannya atau membutuhkan tindakan konservasi yang sedang.
Kelas III, Tanah pada kelas ini mempunyai lebih banyak factor pembatas daripada
tanah pada kelas II, dan apabila digunakan untuk usaha pertanian akan memerlukan
tindakan konservasi yang serius, yang umumnya lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun
pemeliharaannya.

Kelas IV, Tanah pada kelas ini mempunyai factor pembatas yang lebih besar daripada
kelas III, sehingga jenis penggunaan atau jenis tanaman yang diusahakan juga sangat
terbatas. Tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curam (15%-30%) sehingga
sangat peka terhadap erosi,drainase nya jelek,solumnya dangkal dan kapasitas menahan air
rendah.

Kelas V, Tanah pada kelas ini terletak pada tempat datar atau agak cekung,selalu
basah atau tergenang air atau terlalu banyak batu diatas permukaan tanah. Karena itu pada
kelas ini tidak sesuai untuk usaha pertanian tanaman semusim. Namun lebih sesuai untuk
ditanami dengan vegetasi permanen seperti tanaman makanan ternak atau dihutankan.

Kelas VI,Tanah pada kelas ini terletak pada daerah yang mempunyai lereng cukup
curam sehingga mudah tererosi atau telah mengalami erosi yang sangat berat atau
mempunyai solum yang sangat dangkal sekali. Berdasarkan hal tersebut,tanah ini tidak
sesuai sebagai lahan pertanian namun lebih sesuai untuk vegetasi permanen seperti padang
rumput,tanaman pakan ternak,atau dihutankan.

Kelas VII,Tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curam,telah tererosi
berat,solum sangat dangkal dan berbatu.Karena itu tanah ini hanya cocok ditanami dengan
vegetasi permanent.

Kelas VIII,Tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam,permukaan
sangat kasar,tertutup batuan lepas atau batuan singkapan atau tanah pasir di pantai. Karena
itu pada kelas ini dibiar pada keadaan alami dibawah vegetasi alami(cagar alam,hutang
lindung,atau tempat rekreasi.

a. Lereng

Lereng untuk klasifikasi kemampuan lahan dibedakan yaitu :

L0 : datar (0-3%)
L1 : landai/berombak (3-8%)
L2 : agak miring/bergelombang (8-15%)
L3 : miring/berbukit (15-30%)
L4 : agak curam (30-45%)
L5 : Curam (45-65%)
L6 : sangat curam (>65%)
b. Tekstur Tanah

Yang dimaksud tekstur disini adalah tekstur tanah atas, dimana tanah-tanah yang
belum terganggu. Tekstur dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yaitu :
T1 : halus meliputi liat dan liat berdebu
T2 : agak halus meliputi liat berpasir,lempung liat berdebu,lempung berliat,lempung
liat berpasir.
T3 : sedang, meliputi debu,lempung berdebu dan lempung.
T4 : agak kasar meliputi lempug berpasir
T5 : kasar meliputi pasir berlempung dan pasir
c. Permeabilitas

Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk melalukan air dan udara. Secara
kuantitatif yang dimaksud dengan permeabilitas adalah kecepatan aliran air pada tanah
jenuh per satuan waktu pada gradient hidrolik tertentu. Permeabilitas dapat dikelompokkan
atas tujuh kelas yaitu :

P0 : sangat lambat (<0,125 cm/jam )


P1 : lambat (0,125-0,5 cm/jam)
P2 : agak lambat (0,5-2,0 cm/jam)
P3 : sedang (2,0-6,25 cm/jam)
P4 : agak cepat (6,25-12,5 cm/jam)
P5 : cepat (12,5-25,0 cm/jam)
P6 : sangat cepat (>25,0 cm/jam)
d. Kedalaman solum

Kedalaman solum merupakan ketebalan dari seluruh horizon A dan horizon B atau
kedalaman perakaran tanaman. Kedalaman solum dikelompokkan atas empat kelas yaitu :

K0 : dalam (>90 cm )
K1 : sedang (50-90 cm )
K2 : dangkal (25-50 cm)
K4 :sangat dangkal (<25 cm)
e. Drainase

Drainase menggambarkan tata air dalam tanah yang dapat dilihat dari warna profil
tanah. Berdasarkan hal tersebut,drainase dapat dikelompokkan atas enam kelas, yaitu :

D0 : baik dimana tanah mempunyai peredaran udara yang baik,seluruh profil tanah
dari lapisan atas sampai lapisan bawah berwarna seragam,tidak terdapat bercak-
bercak.

D1 : agak baik, dimana tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat
bercak-bercak berwarna kuning,coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bawah.

D2 : agak buruk, lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara yang baik,jadi pada
lapisan ini terdapat bercak tapi seluruh lapisan bawah penuh dengan vercak.

D3 : buruk, tanah lapisan atas sedikit bercak dan lapisan bawah penuh bercak.

D4 : sangat buruk, seluruh lapisan tanah penuh bercak.


D5 :sangat-sangat buruk, tanah selalu tergenang atau terendam air .

f. Erosi

Penilaian erosi didasarkan pada gejala erosi yang sudah terjadi. Erosi dapat
dikelompokkan atas lima kelas, yaitu :

E0 : tidak ada erosi


E1 : ringan jika <25% tanah lapisan atas hilang
E2 : sedang jika 25-75% tanah lapisan atas hilang
E3 : berat jika >75 % tanah lapisan atas hilang dan <25 % tanah lapisan bawah juga
hilang.
E4 : sangat berat, jika >25 % tanah lapisan bawah hilang.

3. Metode Analisis Kemampuan Lahan


Metode yang digunakan dalam analisis Kemampuan lahan adalah metode
matching dengan faktor-faktor dari Arsyad( 2000), dengan mempertimbangkan yang
tertinggi sebagai penentu kelas kemampuan lahan.
Tabel 6. Kriteria Kelas Kemampuan Lahan

No Unit Lahan Kriteria Harkat


.
1. Lereng
L1 Datar ( 0-3 %) 1
L2 Landai/berobak (3-8%) 2
L3 Agak Miring/Bergelombang (8-15%) 3
L4 Miring/Berbukit (15-30%) 4
L5 Agak Curam (30-45%) 5
L6 Curam (45-65%) 6
L7 Sangat Curam (>65%) 7
2 Tekstur Tanah
T1 Sedang, meliputi debu, lempung berdebu, dan lempung 1
T2 Agak halus, meliputi liat berpasir, lempung liat berpasir 2
T3 Halus, meliputi liat dan liat berdebu 3
T4 Agak kasar, meliputi lempung berpasir 4
T5 Kasar, meliputi pasir berlempung dan pasir 5
3 Permeabilitas
P1 Sedang (2,0-6,25 cm/jam) 1
P2 Agak lambat (0,5-2,0 cm/jam) 2
P3 Agak cepat (6,25-12,5 cm/jam) 3
P4 Lambat (0,125-25,0 cm/jam) 4
P5 Cepat (12,5-25,0 cm/jam) 5
P6 Sangat lambat (<0,125 cm/jam) 6
P7 Sangat cepat (>25,0 cm/jam) 7
4 Solum
K1 Dalam (>90 cm) 1
K2 Sedang (50-90 cm) 2
K3 Dangkal (25-50 cm) 3
K4 Sangat Dangkal (<25 cm) 4
5 Drainase
D1 Baik, dimana tanah mempunyai peredaran udara yang 1
baik, seluruh profil tanah dari lapisan atas sampai lapisan
bawah berwarna seragam, tidak terdapat bercak-bercak
D2 Agak baik, tanah mempunyai peredaran uadara yang 2
baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning
coklat atau kelabu dilapisan atas atau bawah
D3 Agak buruk, lapisan tanah atas mempunyai peredaran 3
udara yang baik, jadi pada lapisan ini tidak terdapat
bercak, tapi seluruh lapisan bawah penuh dengan bercak
D4 Buruk, tanah lapisan atas sedikit bercak dan lapisan 4
bawah penuh dengan bercak
D5 Sangat buruk, seluruh lapisan tanah penuh dengan bercak 5
D6 Sangat-sangat buruk, tanah selalu tergenang atau 6
terendam air
6 Erosi
E1 Tidak ada erosi 1
E2 Ringan, jika <25 % tanah lapisan atas hilang 2
E3 Sedang, jika 25-75% tanah lapisan atas hilang 3
E4 Berat , jika >75% tanah lapisan atas hilang dan <25% 4
tanah lapisan bawah juga hilang
E5 Sangat berat , jika >25 % tanah lapisan bawah hilang 5
7 Singkapan Batuan
B1 Tidak ada (<2% luas areal) 1
B2 Sedikit (2-10% luas areal) Dimana pengelolaan tanah dan 2
penanganan agak terganggu
B3 Sedang (10-50% luas areal) Dimana pengelolaan tanah 3
dan penanganan sudah terganggu
B4 Banyak (50-90% luas areal) Dimana pengelolaan tanah 4
dan penanganan sangat terganggu
B5 Sangat banyak (>90% luas areal) Dimana pengelolaan 5
tanah tidak dapat di garap sama sekali
8 Ancaman Banjir
O1 Tidak pernah, dimana dalam periode 1 tahum tidak 1
pernah terjadi banjir lebih dari 24 jam
O2 Kadang-kadang banjir menutupi tanah >25 jam dan tidak 2
teratur dalam periode kurang dari 1 tahun
O3 Selama 1 bulan lebih tanah tertutup banjir >24 jam 3
O4 Selama 2-5 bulan dalam 1 tahun tanah selalu tertutup 4
banjir >24 jam
O5 Selama >6 bulan tanah selalu tertutup banjir >24 jam 5

4. Data yang Dibutuhkan


1. Peta Lereng
2. Peta Satuan Lahan

5. Langkah Kerja
a. Buat peta kemiringan lereng 7 kelas
b. Tentukan skor bedasarkan parameter Kemampuan Lahan menurut Arsyad
c. Buat Peta Satuan Lahan
d. Overlay kedua peta tersebut
e. Pengisian tabel untuk kelas kemampuan lahan. Untuk mengisi tabel, menggunakan
metode matching (disesuaikan dengan buku tanah
f. Setelah tabel terisi, tentukan satuan lahan tersebut termasuk kelas kemampuan lahan
menurut Arsyad dan tentukan faktor pembatasnya.

6. Bagan Alir Kemampuan Lahan

Peta Topografi Peta Satuan lahan

Peta Lereng Peta Jenis Tanah

Matching

Peta Kemampuan Lahan


7. Hasil Analisis Kemampuan Laha Kecamatan Pelangiran Dan Teluk Belengkong

Kedalama
Land Unit Jenis Tanah Lereng Tekstur n Drainase PH
Sangat
1 Organosol (5) 3% -  Dalam Terhambat masam
Sangat
2 Organosol (4) 3%  - Dangkal Terhambat masam
Sangat
3 Organosol (3) 3%  - Dangkal Terhambat masam
4 Aluvial (2) 3% Agak halus Sedang Terhambat Netral

Land Jenis Tekstu Drainas Kelas kemampuan


Unit Tanah Lereng r Kedalaman e lahan
1 5 A (L0)  - K0 D4 IV
2 4 A (L0)  - K2 D4 IV
3 3 A (L0)  - K2 D4 IV
4 2 A (L0) T2 K1 D4 IV

Gambar peta kemampuan lahan kecamatan pelangiran dan teluk belengkong

8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data diatas disimpulkan bahwa kelas kemampuan laha di kecamatan
pelangiran dan teluk belengkong berada pada kelas IV yaitu :
Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam lahan kelas IV lebih
besar dari pada tanah-tanah di dalam kelas III, dan pilihan tanaman juga lebih terbatas.
Jika digunakan untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan
tindakan konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku,
saluran bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk
memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan
untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya, tanaman rumput,
hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam. Hambatan atau
ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas IV disebabkan oleh salah satu atau
kombinasi faktor-faktor berikut: (1) lereng yang miring atau berbukit (> 15% – 30%), (2)
kepekaan erosi yang sangat tinggi, (3) pengaruh bekas erosi yang agak berat yang telah
terjadi, (4) tanahnya dangkal, (5) kapasitas menahan air yang rendah, (6) selama 2 sampai
5 bulan dalam setahun dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam, (7) kelebihan air
bebas dan ancaman penjenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah didrainase
(drainase buruk), (8) terdapat banyak kerikil atau batuan di permukaan tanah, (9) salinitas
atau kandungan Natrium yang tinggi (pengaruhnya hebat), dan/atau (1) keadaan iklim
yang kurang menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.

Hermon,Dedi.2015.Geografi Bencana Alam.Jakarta : Rajawali Press

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang

Kepres 32 Tahun 1990 tentang kawasan lindung

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor :


837/Kpts/Um/11/1980 Tanggal : 24 Nopember 1980 Tentang KRITERIA DAN TATA
CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG

Pasal 1 ayat 20 tentang kawasan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan RI Nomor P


50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan

SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria


dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi.

UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Pasal 1 ayat 20 tentang kawasan

Anda mungkin juga menyukai