PRODI GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
2020
A. FUNGSI KAWASAN
1. Pengertian Fungsi Kawasan
Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Bab 1
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 20 yang mengatakan bahwa kawasan adalah wilayah
yang memiliki fungsi utama lindung dan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
4. Langkah Kerja
a. Prosedur pembuata peta lereng
Delinasi kontur-kontur yang seragam
Buatlah gari singgung setiap kontur pada kontur yang seragam
Hitung perbedaan nilai kontur
Ukur dengan penggaris panjang garis singgung
Hitung garis singgung sesungguhnya dari yang sudah diperoleh
Hitunglah lereng sesuai prinsip segitiga y/x
Keterangan : y = beda kontur, x = jarak sesungguhnya
Tentukan skor setiap lereng berdasarkan tabel 1
Peta curah hujan yang digunakan merupakan peta curah hujan isohyet
Salin garis-garis curah hujan yang melewati wilayah
Tentukan intensitas hujan per hari
Tentukan skor intensitas hujan harian rata-rata berdasarkan tabel 3
d. Overlay ketiga peta (peta lereng, peta curah hujan, peta jenis tanah) dengan
skornya sehingga kita mendapatkan total skor (skor lereng + skor curah hujan +
skor jenis tanah) setiap satuan lahan.
e. Tetapkan setiap satuan lahan apakah termasuk kawasan budidaya, kawasan
penyangga atau kawasan lindung sesuai dengan tabel 4
Bagan Alir Fungsi Kawasan
K Kode
Kode tanah L L Curah
Poligo Total Fungsi
tanah Lereng Lereng Curah hujan hujan
n Skor kawasan
Jenis Skor Tingkat
Jumlah Skor
tanah kemiringan Skor
<13.5
Organosol mm/hari
1 (5) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
<13.5
Aluvial mm/hari
2 (2) 15 0-8% 20 (5,21) 10 45 IV
<13.5
Organosol mm/hari
3 (3) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
<13.5
Organosol mm/hari
4 (3) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
<13.5
Organosol mm/hari
5 (4) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
<13.5
Organosol mm/hari
6 (5) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
7 Organosol 75 0-8% 20 <13.5 10 105 III
mm/hari
(4) (5,21)
<13.5
Organosol mm/hari
8 (5) 75 0-8% 20 (5,21) 10 105 III
6. Kesimpulan
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa :
Lereng berada di kelas kemiringan 0-8% dengan skor 20 dan kategori datar
Jenis tanah no 5,4,3 yaitu Organosol dengan skor 75 dan kriterianya sangat peka
Jenis tanah no 2 yaitu aluvial dengan skor 15 dan kategori tidak peka. Sedangkan curah
hujan tertinggi pada wilayah ini yaitu 1900, sehingga 1900/365 = 5,21 dengan nilai skor
10 dan kategori sangat rendah.
Sehingga untuk fungsi kawasan : skor Lereng+ skor Curah hujan+ skor Tanah
1. Jenis tanah (5) 75+10+20 = 105 cocok untuk kawasan budidaya tanaman tahunan
(fungsi kawasan III)
2. Jenis tanah (4) 75+10+20 = 105 cocok untuk kawasan budidaya tanaman tahunan
(fungsi kawasan III)
3. Jenis tanah (3) 75+10+20 = 105 cocok untuk kawasan budidaya tanaman tahunan
(fungsi kawasan III)
4. Jenis tanah (2) 15+10+20 = 45 cocok untuk tanaman semusim dan pemukiman
(fungsi kawasan IV)
B. Kemampua Lahan
Lahan digolongkan kedalam tiga kategori utama yaitu kelas, subkelas dan satuan
kemampuan atau pengelolaan.
Tabel 5. Kelas Kemampuan Lahan
Kelas I ,Tanah pada kelas ini hanya mempunyai sedikit factor pembatas tetap dank
arena itu resiko kerusakannya juga kecil. Tanah-tanah yang tergolong pada kelas ini sangat
baik dan dapat diusahakan untuk segala macam usaha pertanian.
Kelas II, Tanah pada kelas ini mempunyai sedikit factor pembatas yang dapat
mengurangi pilihan penggunaannya atau membutuhkan tindakan konservasi yang sedang.
Kelas III, Tanah pada kelas ini mempunyai lebih banyak factor pembatas daripada
tanah pada kelas II, dan apabila digunakan untuk usaha pertanian akan memerlukan
tindakan konservasi yang serius, yang umumnya lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun
pemeliharaannya.
Kelas IV, Tanah pada kelas ini mempunyai factor pembatas yang lebih besar daripada
kelas III, sehingga jenis penggunaan atau jenis tanaman yang diusahakan juga sangat
terbatas. Tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curam (15%-30%) sehingga
sangat peka terhadap erosi,drainase nya jelek,solumnya dangkal dan kapasitas menahan air
rendah.
Kelas V, Tanah pada kelas ini terletak pada tempat datar atau agak cekung,selalu
basah atau tergenang air atau terlalu banyak batu diatas permukaan tanah. Karena itu pada
kelas ini tidak sesuai untuk usaha pertanian tanaman semusim. Namun lebih sesuai untuk
ditanami dengan vegetasi permanen seperti tanaman makanan ternak atau dihutankan.
Kelas VI,Tanah pada kelas ini terletak pada daerah yang mempunyai lereng cukup
curam sehingga mudah tererosi atau telah mengalami erosi yang sangat berat atau
mempunyai solum yang sangat dangkal sekali. Berdasarkan hal tersebut,tanah ini tidak
sesuai sebagai lahan pertanian namun lebih sesuai untuk vegetasi permanen seperti padang
rumput,tanaman pakan ternak,atau dihutankan.
Kelas VII,Tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curam,telah tererosi
berat,solum sangat dangkal dan berbatu.Karena itu tanah ini hanya cocok ditanami dengan
vegetasi permanent.
Kelas VIII,Tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam,permukaan
sangat kasar,tertutup batuan lepas atau batuan singkapan atau tanah pasir di pantai. Karena
itu pada kelas ini dibiar pada keadaan alami dibawah vegetasi alami(cagar alam,hutang
lindung,atau tempat rekreasi.
a. Lereng
L0 : datar (0-3%)
L1 : landai/berombak (3-8%)
L2 : agak miring/bergelombang (8-15%)
L3 : miring/berbukit (15-30%)
L4 : agak curam (30-45%)
L5 : Curam (45-65%)
L6 : sangat curam (>65%)
b. Tekstur Tanah
Yang dimaksud tekstur disini adalah tekstur tanah atas, dimana tanah-tanah yang
belum terganggu. Tekstur dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yaitu :
T1 : halus meliputi liat dan liat berdebu
T2 : agak halus meliputi liat berpasir,lempung liat berdebu,lempung berliat,lempung
liat berpasir.
T3 : sedang, meliputi debu,lempung berdebu dan lempung.
T4 : agak kasar meliputi lempug berpasir
T5 : kasar meliputi pasir berlempung dan pasir
c. Permeabilitas
Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk melalukan air dan udara. Secara
kuantitatif yang dimaksud dengan permeabilitas adalah kecepatan aliran air pada tanah
jenuh per satuan waktu pada gradient hidrolik tertentu. Permeabilitas dapat dikelompokkan
atas tujuh kelas yaitu :
Kedalaman solum merupakan ketebalan dari seluruh horizon A dan horizon B atau
kedalaman perakaran tanaman. Kedalaman solum dikelompokkan atas empat kelas yaitu :
K0 : dalam (>90 cm )
K1 : sedang (50-90 cm )
K2 : dangkal (25-50 cm)
K4 :sangat dangkal (<25 cm)
e. Drainase
Drainase menggambarkan tata air dalam tanah yang dapat dilihat dari warna profil
tanah. Berdasarkan hal tersebut,drainase dapat dikelompokkan atas enam kelas, yaitu :
D0 : baik dimana tanah mempunyai peredaran udara yang baik,seluruh profil tanah
dari lapisan atas sampai lapisan bawah berwarna seragam,tidak terdapat bercak-
bercak.
D1 : agak baik, dimana tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat
bercak-bercak berwarna kuning,coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bawah.
D2 : agak buruk, lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara yang baik,jadi pada
lapisan ini terdapat bercak tapi seluruh lapisan bawah penuh dengan vercak.
D3 : buruk, tanah lapisan atas sedikit bercak dan lapisan bawah penuh bercak.
f. Erosi
Penilaian erosi didasarkan pada gejala erosi yang sudah terjadi. Erosi dapat
dikelompokkan atas lima kelas, yaitu :
5. Langkah Kerja
a. Buat peta kemiringan lereng 7 kelas
b. Tentukan skor bedasarkan parameter Kemampuan Lahan menurut Arsyad
c. Buat Peta Satuan Lahan
d. Overlay kedua peta tersebut
e. Pengisian tabel untuk kelas kemampuan lahan. Untuk mengisi tabel, menggunakan
metode matching (disesuaikan dengan buku tanah
f. Setelah tabel terisi, tentukan satuan lahan tersebut termasuk kelas kemampuan lahan
menurut Arsyad dan tentukan faktor pembatasnya.
Matching
Kedalama
Land Unit Jenis Tanah Lereng Tekstur n Drainase PH
Sangat
1 Organosol (5) 3% - Dalam Terhambat masam
Sangat
2 Organosol (4) 3% - Dangkal Terhambat masam
Sangat
3 Organosol (3) 3% - Dangkal Terhambat masam
4 Aluvial (2) 3% Agak halus Sedang Terhambat Netral
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data diatas disimpulkan bahwa kelas kemampuan laha di kecamatan
pelangiran dan teluk belengkong berada pada kelas IV yaitu :
Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam lahan kelas IV lebih
besar dari pada tanah-tanah di dalam kelas III, dan pilihan tanaman juga lebih terbatas.
Jika digunakan untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan
tindakan konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku,
saluran bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk
memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan
untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya, tanaman rumput,
hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam. Hambatan atau
ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas IV disebabkan oleh salah satu atau
kombinasi faktor-faktor berikut: (1) lereng yang miring atau berbukit (> 15% – 30%), (2)
kepekaan erosi yang sangat tinggi, (3) pengaruh bekas erosi yang agak berat yang telah
terjadi, (4) tanahnya dangkal, (5) kapasitas menahan air yang rendah, (6) selama 2 sampai
5 bulan dalam setahun dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam, (7) kelebihan air
bebas dan ancaman penjenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah didrainase
(drainase buruk), (8) terdapat banyak kerikil atau batuan di permukaan tanah, (9) salinitas
atau kandungan Natrium yang tinggi (pengaruhnya hebat), dan/atau (1) keadaan iklim
yang kurang menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA