Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alifia Zuanita Rahmasari

NIM : 22108244146
Kelas : RPL
Matkul : Landasan Pendidikan SD

Gaya Belajar, Masalah Anak, dan Kebutuhan Anak SD


I. Gaya Belajar
Ghufron dan Risnawita, (2014: 8) menjelaskan bahwa individu adalah satu kesatuan
yang masing-masing mempunyai ciri khas, oleh karenanya tidak ada individu yang sama.
Satu individu dengan individu lainnya berbeda. Perbedaan individu dapat dilihat dari dua
segi yaitu horizontal dan vertikal. Perbedaan horizontal adalah perbeddaan setiap individu
dalam aspek psikologis seperti tingkat kecerdasan, minat, bakat, ingatan, emosi,
kepribadian dan lain sebagainya. Sedangkan perbedaan dari segi vertikal adalah perbedaan
individu dalam aspek jasmani seperti bentuk, ukuran, kekuatan dan daya tahan. Antara
siswa satu dengan yang lainnya memiliki kepribadian, intelegensi, jasmani, sosial dan
emosi yang berbeda. Ada yang lambat dan ada yang cepat dalam menangkap informasi atau
dalam hal proses menerima informasi dalam pembelajaran. Ada yang sesuai dengan gaya
belajar tertentu dan ada yang tidak sesuai dengan gaya belajar tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda-
beda. Gaya belajar merupakan cara tercepat dan terbaik yang dimiliki individu dalam
menerima, menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang diterimanya. Menurut De
Porter dan Hernacki secara umum gaya belajar dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu:
1) gaya belajar visual (melihat, mengamati, memandang).
2) gaya belajar auditori (menerima informasi menggunakan indra pendengaran
(audio)).
3) gaya belajar kinestetik (bergerak, bekerja dan menyentuh).
Gaya belajar memiliki peran penting dalam pendidikan, terutama dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Barbara Prashing mengungkapkan bahwa gaya belajar siswa
yang sesuai dengan cara mereka melakukan kegiatan belajar akan memberi dampak positif,
seperti dapat meningkatkan prestasi belajar mereka, peran guru sangat mempengaruhi
dalam proses belajar dan kesuksesan siswa. Dengan mengenali gaya belajar siswa, guru
dapat merancang kegiatan pembelajaran dengan beragam model, strategi dan metode yang
sesuai. Setiap guru harus mengetahui gaya belajar semua siswanya. Ada berbagai cara
untuk mengenali gaya belajar siswa, yaitu dengan pengamatan langsung, observasi secara
mendetail, atau dengan memberikan angket kepada siswa tetapi untuk kelas tinggi saja.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk pembelajaran di kelas, antara lain:
1) Metode ceramah, guru dapat memperhatikan anak didiknya yang mendengarkan
dan tekun.
2) Metode memutarkan film/video/gambar/poster, guru dapat melihat anak
didiknya yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual.
3) Metode praktik dan stimulasi, anak didik dengan gaya belajar kinestetik akan
sangat antusias dalam menggunakan metode seperti ini.
Gaya belajar sangat penting dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran
yang sesuai dengan minat dan gaya belajar siswa; akan meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi atau informasi yang dipilih serta dapat menciptakan pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan bagi guru maupun siswa.
II. Masalah Anak Usia Sekolah Dasar
Banyak ahli mengemukakan pengertian dari sebuah masalah. Ada yang melihat
masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, ada yang melihatnya
sebagai tidak memenuji kebutuhan seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai
suatu hal yang tidak mengenakkan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah
sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang
lain, hal tersebut perlu dihilangkan. Berkaitan dengan permasalahan dalam dunia
pendidikan, lebih khususnya permasalahan yang terjadi pada anak sekolah dasar yang
memiliki beragam masalah, antara lain:
a) Permasalahan Fisik Anak Sekolah dasar
1. Obesitas (kegemukan), merupakan isu utama yang terjadi pada anak usia sekolah
dasar. Obesitas mengakibatkan gangguan pada kesehatan jantung dan sesak nafas,
kurang percaya diri dan berkurangnya kelincahan.
2. Kondisi medis, umumnya anak mengalami sakit dalam berbagai kondisi medis
(terkena virus, flu atau migrain).
3. Penglihatan.
4. Kesehatan gigi.
5. Gangguan pendengaran, disebabkan oleh berbagai hal, misalnya; bawaan lahir,
kecelakaan, penyakit yang diderita.
6. Kekurangan gizi baik, dapat terjadi karena kekurangan asupan makanan yang
dibutuhkan anak pada saat perkembangan dan faktor keturunan.
b) Permasalahan Psikis Anak Sekolah Dasar
1. Keterlambatan akademik, keadaan dimana tidak dapat memanfaatkan
intelegensinya secara optimal.
2. Lambat belajar.
3. Bakat akademik yang kurang memadai.
4. Penguasaan materi lebih rendah dari yang dipersyaratkan.
5. Off task behavior, perilaku muncul selama proses pembelajaran tetapi tidak
mendukung kegiatan belajar. Contoh: bicara sendiri selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, melanggar tata tertib sekolah, tidak semangat mengerjakan
tugas.
6. Tidak ada motivasi.
7. Pesimisme defensif, berharap ketika anak mengalami kegagalan tetap dapat diterima
dan dimaklumi oleh lingkungan atas kegagalan yang anak lakukan tersebut.
8. Gangguan keterampilan motorik, mengalami gangguan parah dalam perkembangan
koordinasi motorik yang tidak disebabkan oleh keterbelakangan mental ataupun
gangguan fisik yang lain. Contoh: kesulitan mengancing baju, kesulitan
menggambar dan menulis.
9. Dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sekedar menulis.
10. Dyskalkulia, anak memiliki masalah pada kemampuan berhitung, namun anak
tersebut belum tentu bodoh dalam hal lain.

c) Permasalahan Emosional Anak Sekolah Dasar


1. Kebrutalan atau kebringasan, anak memperlihatkan bentuk-bentuk tindakan yang
merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu, misalnya
berkelahi, berhohong, mencuri dan merusak.
2. Hyperaktif, memiliki pusat perhatian yang mudah teralih, tingkat kegiatan fisik
yang tinggi dan rentang perhatian yang pendek.

d) Permasalahan Stress Anak Sekolah Dasar


1. Perceraian orang tua.
2. Kematian orang tua.
3. Percekcokan sehari-hari.
4. Hidup dalam jerat kemiskinan.

e) Permasalahan Sosial Anak Sekolah Dasar


1. Pembangkangan, bentuk tingkah laku melawan.
2. Agresi, perilaku menyerang balik secara fisik (non verbal) maupun kata-kata
(verbal).
3. Bertengkar, tindakan berselisih apabila terganggu dengan sikap atau perilaku anak
yang lain.
4. Persaingan, keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang
lain.

III. Kebutuhan Anak SD


Kebutuhan merupakan pengertian yang mengacu pada keadaan fisiologis
seseorang, sehingga dorongan atau motif lebih merupakan akibat psikologis dari suatu
kebutuhan (Sumadi, 1970 & Lefton, 1982). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer
seperti makan, minum, tidur dan sebuah perlingungan. Sedangkan kebutuhan psikologis
merupakan kebutuhan sekunder untuk mengembangkan kepribadian seseorang, contohnya:
kebutuhan untuk dikasihi, kebutuhan untuk memiliki sesuatu. Kebutuhan psikologis lebih
bersifat rumit. Maslow (1954) membagi berbagai aspek kebutuhan secara berjenjang
menjadi 7 aspek kebutuhan yang setidaknya dimiliki oleh anak usia sekolah dasar, antara
lain yaitu:
1. Kebutuhan jasmani, kebutuhan yang bervariasi seperti porsi makan dan minum yang
meningkat juga membutuhkan makanan yang bergizi guna menunjang pertumbuhan
fisik dan kecerdasan.
2. Kebutuhan kasing sayang, anak sekolah dasar sudah ingin memiliki teman, hal
tersebut sejalan dengan kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi teman. Hal
tersebut juga berlaku terhadao benda dan lain-lain.
3. Kebutuhan untuk memiliki, anak sekolah dasar pada kelas rendah masih suka memuji
diri sendiri dan membandingkan dengan temannya, sehingga kebutuhan untuk memiliki
dan dimiliki masih sangat dominan.
4. Kebutuhan aktualisasi diri, anak mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang
dimiliki sehingga anak berusaha memenuhi kebutuhan dengan sikap bersaing agar bisa
mewujudkan keinginannya.

Anda mungkin juga menyukai