Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI SMP 13 BANDUNG

Oleh Hera Oktapiani

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Dimana pada fase tersebut terjadi
perkembangan baik secara fisiologi maupun psikologis. Namun pada umumnya proses
pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial). Terutama
pada anak laki-laki. Secara kognitif perkembangan otak anak perempuan lebih cepat matang
dari pada anak laki-laki, sehingga kebanyakan di sekolah SD, SMP, dan SMA anak
perempuan lebih banyak mendapatkan prestasi dibandingkan anak laki-laki. Namun pada
masa perkuliahan anak laki-laki akan mampu mendapatkan prestasi lebih banyak dari anak
perempuan hal ini dikarenakan saat memasuki masa perkuliahan otak anak laki-laki telah
matang sempurna.
Sebagaimana dijelaskan diatas setiap peserta didik yang ada disekolah tentu
mempunyai tumbuh kembang yang berbeda, hal ini ditentukan dari berbagai aspek, yaitu
aspek biologis, aspek kognitif, dan aspek sosio-emosional peserta didik. Aspek biologis
meliputi perubahan pada sifat fisik peserta didik yang semakin bertambah usia akan
mengarah kepada kematangan. Aspek kognitif meliputi perubahan pada pemikiran,
intelegensi dan bahasa individu, sedangkan Aspek sosio-emosional meliputi perubahan pada
relasi individu dengan orang lain, serta perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya.
Pada perkembangan fisiologis atau perkembangan fisik terjadi perkembangan yang
kompleks, dimana mulai terbentuk susunan organ yang lebih rumit, perkembangan ini akan
terus berlanjut hingga dewasa sampai semua susunan organ tubuh tersebut mencapai
kesempurnaa. Perkembangan fisiologi mencangkup beberapa aspek, diantaranya: 1)Sistem
saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; 2)Otot-otot yang
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motoric; dan 3) Kelenjar endokrin
yang menimbulkan munculnya pola perilaku baru.
Selain perkembangan fisiologis perkembangan kognitif juga akan berjalan dengan
beriringan, namun mencapai kematangan dengan waktu yang berbeda, tergantung pada
pengalaman belajar, aktifitas mental yang dialamai peserta didik, dan lainnya. Perkembangan
kognitif akan menghasilkan individu yang mampu untuk menghungungkan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu masalah ataupun kejadian yang ada disekianya. Piaget (1954)
mengungkapkan bahwa terdapat empat tahapan perkembangan kognitif diantaranya: 1)
Sensorik motoric; 2)Pra operasional; 3) Operasional konkret; 4)Formal operasional.
Tahapan-tahapan tersebut berlangung dari peserta didik lahir hingga dewasa.
Selanjutnya perkembangan yang terjadi adalah perkembangan secara sosio
emosional, seorang anak akan mampu menjadi pribadi yang baik bila berada pada lingkungan
yang mampu menbatu dia dalam mengembangkan sosio-emosionalnya. Tidak semua anak
yang berada pada lingkungan yang baik menjadi anak yang memilki pribadi yang baik juga,
namun bila anak tersebut berada pada lingkungan yang mampu mebuat dia berkembang
secara emosional maka dipastikan dia akan memilki kepribadian yang lebih baik.
Perkembangan ini akan terus tejadi sepanjang hayat, karena untuk mengendalikan emosi
memerlukan latihan dan pembelajaran secara berkala.
Perkembangan-perkembangan yang terjadi didalam diri peserta didik ini merupakan
hal yang harus diperhatikan oleh seoarang guru. Dengan begitu guru akan mampu
menerapkan treatment yang efektif dalam membantu perkembangan peserta didik tersebut.
Serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih berpihak serta menyenangkan bagi peserta
didik. Sehingga akan menjadi pembelajaran yang akan terus peserta didik ingat dan amalkan
dalam kehidupannya.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengobservasian terhadap perkembangan
diri peserta didik. Dengan sampel penelitian yang digunakan yaitu 5 peserta didik kelas IX
yang berlokasi di SMP Negeri 13 Kota Bandung. Lima peserta didik tersebut bernama 1)
Anindiya Nawari; 2) Arrumaisha; 3) Nadine; 4) Trioktava Aditya; 5) Bentang Pangestu, yang
diwawancarai di laboratorium IPA pada hari Jumat, tanggal 6 Oktober 2023.
Berikut hasil penelitian perkembangan fisiologis, perkembangan psikologis, dan motivasi
belajar peserta didik:
1. Perkembangan Fisiologis
Melalui observasi yang telah dilakukan, dalam perkembangan yang diamati
perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Peserta didik SMP kelas IX berada pada
rentang usia 15-16 tahun. Memiliki berat badn rata-rata berada di skala untuk perempuan 52
kg – 58 kg dan laki-laki 55 kg – 68 kg serta tinggi badan 155 cm – 162 cm yang merupakan
skala berat badan dan tinggi badan Ideal usia tersebut, ini menunjukan peserta didik ini
menerimana cukup gizi dan asupan makanan yang baik sehingga pertumbuhan berlangsung
normal. Mayoritas peserta didik berkulit sawo matang khas kulit Indonesia dan memiliki
rambut berwarna hitam yang menandakan meraka tidak melakukan perubahan warna rambut,
sesuai ketentuan sekolah. Pertumbuhan tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk
postur yang sempurna disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Peserta didik
sudah mengalami pubertas sejak usia 13 – 14 tahun ketika mereka duduk di bangku SMP,
yang ditunnjukan dengan adanya minat pada lawan jenis, dan untuk perempuan disertai
dengan haid. Pengelihatan peserta didik sangat baik, dari kelima peserta didik yang
diwawancarai tidak ada satu pun yang menggunakan kacamata, padahal peserta didik aktif
menggunakan smartphone dan laptop. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik menjaga
kesehatan matanya dengan baik.
Perkembangan anatomis ditunjukan dengan adanya perubahan kuantitatif pada indeks
tinggi badan, berat badan. Dalam perkembangan seksualitas remaja, berjalan dengan stabil,
pertumbuhan akan melambat saat mencapai usia 20 – 21 tahun.
2. Perkembangan Psikologis (kognitif, emosi, sosial dan moral/spiritual)
Pada saat pengamatan kami lakukan, mata pelajaran Sejarah Indonesia sedang
berlangsung. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab atau
model pembelajran langsung. Guru menjelaskan materi, saat itu materi yang diberikan
mengenai “Dampak Kolonialisme dan Imperialisme”. Selama penjelasan materi tersebut
berlangsung ada beberapa peserta didik yang terlihat kurang bersemangat dan mengantuk
serta menundukan kepalanya padahal di depan sedang ada guru yang menjelaskan atau
mungkin sebaliknya.
Setelah diberikan kesempatan bertanya hanya sedikit peserta didik yang aktif
bertanya, padahal seharusnya diusia perkembangan mereka sudah mampu berpikir kritis
mungkin hal ini terjadi karena peserta didik tidak terbiasa dalam mengemukakan
pendapatnya. Guru sudah berusaha memberikan pertanyaan pemantik untuk peserta didik,
beberapa peserta didik berhasil menjawab dan mengembangkan pemikirannya dengan
mengaitkan materi hari ini dengan materi sebelumnya dan materi pelajaran lain yang
berhubungan.
Pada pembelajaran selanjutnya metode yang digunakan adalah presentasi kelompok
yang dilakukan oleh peserta didik tersebut dengan menyapaikan meteri terkait yang telah
daismpaikan oleh gurunya. Sedangkan guru hanya memperhatikan presentasi yang di
tampilkan. Pembelajaran pada metode ini kurang efektif karena, peserta didik hanya
mementingkan tugas presentasinya selesai, tidak mementingkan teman-temannya mengerti
materi yang disampaikan atau tidak, bahkan peserta didik yang menjadi pendengar pun tidak
memperhatian apa yang disampaikan oleh temannya, hal ini ditunjukan dengan sesi tanya
jawab yang tidak berlangsung dengan efektif.
Pada saat pembelajaran berlangsung peserta didik mulai bisa memecahkan suatu
permasalahan tetapi dalam memecahkan permasalahan masih membutuhkan orang dewasa
dalam hal ini guru dan teman sebayanya yang lebih mampu atau lebih mengerti permasalahan
tersebut. Guru hanya memberikan bantuan kepada peserta didik selama tahap awal
pembelajaran saja, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan materi dan menjelaskan kepada teman-temannya dan memberikan tugas
pekerjaan rumah mengenai materi yang telah dipelajari. Berdasarkan pengamatan yang kami
lakukan emosi anak yang terjadi adalah:
1) Rasa ingin tahu. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan rasa ingin tahu pada
peserta didik kurang tercapai karena peserta didik tidak aktif dalam bertanya.
2) Cemas. Para peserta didik merasakan kecemasan karena tidak semuanya mengerti
materi yang di terima. Sehingga akan menimbulkan rasa khawatir tidak mengerti dan saat
ujian takut mendapatkan nilai yang buruk.
3) Rasa senang dan gembira. Peserta didik yang senang dengan materi yang
disampaikan akan aktif mengikuti pembelajaran, sedangkan yang tidak suka dengan materi
yang disampaikan akan cenderung diam dan menutup diri atas materi yang disampaikan
ataupun sibuk mengobrol ataupun bermain HP pada saat pembelajaran.
4) Marah. Timbul rasa marah ketika ada peserta didik yang berisik karena tidak suka
dengan materi yang disampaikan sehingga mengganggu konsentrasi teman-temannya yang
sedang belajar.
5) Kasih sayang. Antara peserta didik saling menumbuhkan rasa kasih sayang. Mereka
menjalin hubungan pertemanan dan persahabatan, saling menimbulkan rasa simpati dan
empati kepada sesama teman.
6) Egois. Timbul rasa ingin menang sendiri diantara teman sekelas, peserta didik ingin
diperhatikan saat sedang presentasi tetapi ketika temannya tampil sibuk dengan kegiatannya
sendiri.
7) Sopan Santun. Peserta didik memiliki etika ketika berbicara dengan orang yang lebih
tua, seperti salim dan sapa ketika bertemu guru, menyapa warga sekolah.
8) Pada saat pengamatan yang kami amati peserta didik sudah bisa menyelesaikan
tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh gurunya.
Hal ini terlihat dari peserta didik yang membuat materi dan mempresentasikannya
kepada teman-temannya. Peserta didik juga terbiasa berdoa ketika mulai dan selesai kegiatan
belajar, penerapan pembiasaan religius ini dibangun dirumah dan disekolah sehingga peserta
didik terbiasa melakukan tanpa perlu lagi diperintah oleh guru.
Pada tahap perkembangan ini peserta didik belum menemukan jati diri mereka atau
identitas diri mereka salah satu penyebabnya adalah sifat yang masih labil dalam mengambil
keputusan dengan implusif tanpa memikirkan akibat jangka panjangnya, tidak mau berbaur
dengan teman sebayanya, masih memilki sikap semaunya. Sifat yang masih labil ini
menimbulkan adanya ikut-ikutan dalam kegiatan negatif. Contohnya: peserta didik izin ke
guru mapel untuk pergi ke toilet padahal pergi ke kantin disaat pelajaran sedang berlangsung
dan menggunakan HP diluar kegiatan pembelajaran ketika guru sedang menjelaskan.
Pembentukan relasi atau interaksi antara lawan jenis sudah mulai terlihat yaitu ketika
mereka pergi ke kantin bersama dan ketika mereka duduk berduaan di depan kelas, beberapa
peserta didik ditanya mereka mengaku memiliki pasangan atau biasa disebut pacar. Peserta
didik juga sudah mulai memikirkan akan estetika dalam berpenampilan. Ini terlihat dari gaya
rambut mereka, memakai wangi-wangian, dan memakai atribut sekolah dengan rapi.
3. Motivasi belajar peserta didik
Pada saat pembelajaran, motivasi peserta didik dalam belajar cenderung bervariatif
dan lebih dominan tinggi, setelah melalui kegiatan wawancara dengan peserta didik 80% dari
mereka ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi, peserta didik pun sudah
menemukan jurusan dan Perguruan Tinggi Negeri yang menjadi idaman mereka. Karena
tujuan yang ingin dicapainya sudah ada maka peserta didik dalam belajar memiliki motivasi
serta semangat yang tinggi ketika belajar.
Motivasi yang tinggi tersebut dapat terlihat ketika mereka mengikuti kegiatan belajar
mengajar, peserta didik memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Hal itu tergambarkan seperti peserta didik mau
memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru dan antusias ditunjukan oleh peserta
didik lebih tinggi ketika guru memberikan pembelajaran menggunakan media pembelajaran.
peserta didik pun tidak malu bertanya ketika merasa ada penjelasan atau materi yang belum
mereka mengerti.
Sebagian peserta didik juga sudah mampu mengatur jam belajar mereka, dengan jam
masuk sekolah pada hari senin pukul 06.30 WIB dan pulang pukul 15.10 WIB diselingi
jadwal ekstrakurikuler pada hari Jumat, sebagian peserta didik berhasil mengumpulkan tugas
dengan tepat waktu, itu menunjukan bahwa peserta didik sudah mampu membagi waktu
sesuai dengan kegiatannya masing-masing. Disela-sela istirahat beberapa peserta didik
keperpustakaan untuk membahas dan berdiskusi tentang pembelajaran yang belum mereka
pahami 100%.
Peserta didik juga sudah mampu menghadapi kesulitan dalam belajar, misalnya saja
ada soal yang tidak bisa ia kerjakan, maka peserta didik tidak ragu menanyakan dan mencari
solusi untuk menyelesaikan masalahnya dan peserta didik yang sudah menguasai tersebut
tidak ragu untuk membantu teemannya yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Bisa dikatakan bahwa motivasi peserta didik untuk belajar cukup tinggi karena ada dorongan
adanya tujuan yang mereka ingin capai sehingga mereka akan berjuang untuk mendapatkan
yang mereka inginkan.

Anda mungkin juga menyukai