NIM :5192131002
KELAS : PTE B 2019
M.KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
4. Berikan contoh perubahan tingkah laku yang disebabkan karena belajar dan kematangan?
Jawab : Berbicara mengenai perkembangan mungkin tidak akan pernah ada habisnya,
karena setiap yang hidup pasti mengalami perkembangan. Perkembangan sebagai rentetan
perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna.
Perkembangan selalu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu
bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari
masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Dari beberapa tahap-tahap perkembangan akan menghasilkan suatu “kematangan” baik itu
kematangan jasmani maupun kematangan mental. Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa
inggris disebut dengan maturation, yang merupakan suatu potensi yang dibawa individu
sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya, serta turut mengatur tingkah laku
individu. Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental
psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan. Misalnya: Balita bisa
berjalan apabila pertumbuhan fisiknya telah siap dan perkembangan mentalnya juga telah
siap. Maka akan terjadi kematangan untuk berjalan.
Sedangkan “Belajar” menurut Elizabeth B. Horluck yaitu: “Learning is development that
comes from exercise and effot; through learning children acquire competence in using their
hereditary resources”. Jadi belajar ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha
dengan belajar itulah anak memiliki berbagai kemampuan, pengetahuan dan sebagainya.
Atau dengan kata lain, semua aspek perkembangan yang diperoleh si anak itu terjadi karena
belajar, tanpa belajar anak tidak mungkin tahu apa-apa dan tidak akan bisa apa-apa.
Adapun kaitanya dengan proses perkembangan mental psikologis kematangan untuk fisik
berfungsi sebagai perquisite atau keuntungan untuk perkembangan, misalnya
perkembangan bicara/ bahasa tidak mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung
oleh pematangan alat bicara. Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi
sebagai pemberi atau bahan dasar untuk belajar. Dan posisi belajar dalam proses
perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan berfungsi sebagai penentu
atau sebab terjadibnya perkembangan. Tanpa melalui belajar mental psikologis anak tidak
mungkin akan dapat dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka manusia
tidak akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan pribadi manusia itu
merupakan hasil perpaduan unsur kematangan dan belajar.
Dalam beberapa toeri-teori yang mempengaruhi perkembangan juga dijelaskan,dalam Teori
Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern, perkembangan seseorang merupakan hasil
proses kematangan dan belajar. Teori Naturalisme perkembangan seseorang terutama
ditentukan oleh faktor alam, bakat pembawaan, keturunan, termasuk didalamnya
kematangan seseorang. Sementara itu, Teori Empirisme berpendapat bahwa perkembangan
seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak itu berada dan tumbuh
– kembang, termasuk didalamnya lingkungan keluarga, sekolah, dan belajar anak. Contoh:
perkembangan bakat atau kemampuan seorang anak yang berbakat di bidang musik tidak
akan optimal apabila tidak mendapat kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak yang
sudah ada atau dibawa sejak lahir akan berkembang optimal apabila lingkungan
mendukungnya. Dukungan itu diantaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta
kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat penting dalam proses
perkembangan. Tanpa adanya unsur kematangan tersebut perkembangan sulit untuk di
wujudkan. Dan adanya kematangan juga diperoleh dari belajar, karena dengan belajar
seseorang akan lebih matang dalam bidang yang digelutinya. Kematangan dan belajar
merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam proses
perkembangan manusia. Seperti salah satu isi dari prinsip-prinsip perkembangan, yang
menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
5. Jelaskan dan berikan contoh dari fungsi otak kiri dan kanan?
Jawab : Otak kiri
Lebih baik dalam melakukan kegiatan seperti membaca, menulis, menghitung
Lebih banyak berpikir menggunakan logika
Lebih ahli dalam matematika
Lebih mementingkan fakta
Otak kanan:
Banyak berimajinasi
Sering melamun mencari ide
Cenderung menyukai seni
Lebih sering menggunakan intuisi dalam memahami sesuatu
6. Jelaskan 4 tahapan perkembangan menurut teori piaget serta berikan contohnya?
Jawab : 1). Tahap Sensorimotor (dari kelahiran – 2 tahun)
Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman
indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan (otot) mereka
(menggapai, menyentuh)-oleh karena itu disebut sebagai sensorimotor. Pencapaian kognitif
yang penting di usia bayi adalah object permanance, yaitu pemahaman bahwa objek dan
kejadian terus eksis bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau
disentuh. Menjelang akhir priode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dan dirinya
dunia di sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.
(2). Tahap Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih egosentris dan intuitif. Pemikiran pra-operasional di bagi menjadi
2 subtahap : fungsi simbolis dan pemikiran intuitif.
a.Subtahap fungsi simbolis (usia 2 – 4 tahun).
Pada tahap ini, penggunaan bahasa mulai berkembang dan kemunculan sikap bermain
adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis. Anak kecil mulai mencoret-coret
gambar orang, rumah, mobil, awan, dan benda lainnya. pemikiran pra-operasional masih
mengandung dua keterbatasan : egosentris dan animisme. Egosentris adalah
ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sendiri dengan perspektif orang
lain.
Animisme adalah kepercayaan bahwa objek tak bernyawa punya kualitas “kehidupan” dan
bisa bergerak. Contoh : “pohon itu mendorong daun dan membuatnya gugur” atau “ trotoar
itu mmebuat ku terjatuh”.
b.Subtahap pemikiran intuitif (usia 4 – 7 tahun).
Disebut tahap pemikiran intuitif karena mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu
tetapi mereka mengetahui tanpa menggunakan pemikiran rasional. Tahap pra-oprasional ini
menunjukkan karaktersitik pemikiran yang disebut centration yaitu pemokusan (pemusatan)
perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karaktersitik lainnya. centration
tampak jelas dalam kurangnya conservation dari anak, yaitu ide bahwa beberapa
karaktersitik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilannya. Contoh :
orang dewasa tahu bahwa volume air akan tetap sama meski dia dimasukkan ke dalam
wadah yang bentuknya berlainan. Tetapi, bagi anak kecil tidak demikian. Menurut Piaget,
anak pada tahap pra-operasional juga tidak bisa melakukan apa yang disebut operation
(operasi) yaitu representasi mental yang dapat di balik (reversible). Contoh : seorang anak
kecil mungkin tahu bahwa 4 + 2 = 6, tetapi tidak tahu kebalikannya, yaitu 6 – 2 = 4 adalah
benar.
(3). Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun)
Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika matematika
menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Pada tahap ini, anak
secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara
fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini. Misalnya, ada dua lempung
berbentuk bola dengan ukuran sama. Kemudian bola lempung tersebut duabh menjadi
bentuk panjang dan ramping. Anak itu ditanya lempung mana yang lebih banyak, yang
berbentuk bola atau yang panjang. Jika anak itu berusia 7 atau 8 tahun, besar kemungkinan
mereka akan menjawab bahwa jumlah lempung dlaam kedua bentuk tersebut adalah sama.
Tahap ini juga ditandai dengan seriation yaitu operasi konkret yang melibatkan stimulus
pengurutan di sepanjang dimensi kuantitatif (seperti panjang). Contoh : seoprang guru
meletakkan delapan batang lidi dengan panjang yang berbeda-beda secara acak di atas
meja. Guru kemudian meminta murid untuk mengurutkan batang itu berdasarkan
panjangnya. Pemikir operasional konkret dapat secara bersamaan memahami bahwa setiap
batang harus lebih panjang dari batang sebelumnya atau batang sesudahnya harus lebih
pendek dari sebelumnya.Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas adalah
transivity yaitu kemampuan untuk mengombinasikan hubungan sceara logis untuk
memahami kesimpulan tertentu. Misalnya, dalam kasus batang lidi tadi, tiga batang (A, B,
dan C) berbeda panjangnya. A adalah yang paling panjang, B panjangnya menengah, dan C
adalah yang paling pendek. Si anak memahami bahwa jika A>b, dan B>C, maka A>C ?
menurut Piaget, pemikir konkret operasional bisa memahaminya.
(4). Tahap Operasional Formal (usia 7 – 15 tahun)
Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret,
dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Pemikir operasional konkret perlu
melihat elemen konkret A, B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B =
C, maka A = C. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan ini
walau problem ini hanya disajikan secara verbal.
7. Jelaskan perkembangan kognitif dan belajar, bahasa dan belajar, sosial dan belajar?
Jawab : a.Teori Peaget Tentang Perkembangan Intelektual.
Jean Peaget pada mulanya adalah seorang ahli biologi. Sebuah profesi yang jauh dari
seorang ahli psikologi pendidikan. Dia tidak begitu tertarik dengan pendidikan, melainkan
pada genetik epistemonologhy, atau studi terhadap perkambangan ilmu pengetahuan. Teori
Piaget ini lahir dari hasil observasi terhadap anaknya, metode penelitiannya sangat berbeda
dengan tradisi Behavioris yang masyur di Amerika Setikat. Hasil penelitian Peaget ini
berpengaruh pada pandangan Behavioris terhadap perkembangan dan pembelajaran.
b.Perkembangan (Sebuah Defenisi)
Untuk mengilustrasikan konsep perkembangan dapat dilihat dari perubahan–perubahan
yang bertahan lama pada seorang pelajar akibat dari kombinasi pembelajaran, pengalaman
dan kedewasaan. Perubahan yang terjadi akibat interaksi pembelajaran, kedewasaan dan
pengalaman.
c.Kondisi Keseimbangan (The Drive For Equilibrium)
Ide ini lahir dari studi piaget akan kebutuhan seseorang pada keterarahan
(piaget,1952,1959). Seorang membutuhkan keterarahan , struktur dan pengetahuan
terhadap eksistensi mereka, yang mana oleh Piaget dinamakan kondisi keseimbangan atau a
state of balance. Keseimbangan meliputi tes pemahaman seseorang yang berlawanan
dengan dunia nyata. Ketika pemahaman seseorang menjelaskan bukti yang mereka teliti
mereka mendapatkan keseimbangan. Ketika mereka tidak dapat menjelaskan apa yang
mereka ketahui melalui pemahaman dasar mereka, ketidak seimbangan terjadi dan
penyelidikan pada pemahaman baru dan bagus dimulai.
d.Organisasi Dan Adaptasi ( Pembentukan Pola)
Organisasi adalah proses pembentukan skema : skema adalah pola – pola mental atau
sistem yang menggambarkan cara berpikir seseorang terhadap dunia atau skema adalah
sesuatu yang terstruktur dalam pikiran.
Adaptasi adalah proses menyesuaikan skema – skema dari pengalamam antara satu dengan
yang lain untuk memelihara keseimbangan. Contoh, jika kita belajar mengendarai mobil
dengan transmisi otomatis dan kita membeli satu dengan sebuah tongkat penggeser, kita
harus menyesuaikan skema untuk mengakomodasi perseneling dengan sebuah penggeser
standar. Adaptasi terdiri dari dua proses timbal – balik , akomodasi dan asimilasi.
Akomodasi adalah sebuah bentuk adaptasi dimana skema yang ada dimodifikasi dalam
respon pengalaman baru seperti belajar mengemudi tadi. Asimilasi adalah sebuah bentuk
adaptasi pengalaman alamiah dipadukan dalam sebuah skema yang ada. Akomodasi dan
asimilasi dimaksudkan untuk memelihara keseimbangan disisi lain, jika pengetahuan yang
baru hanya diasimilasikan dalam bentuk skema mereka tidak akan berubah dan
perkembangan tidak akan terjadi. Proses asimilasi dan akomodasi bersatu untuk memajukan
perkembangan kognitif pada anak.
3)Bahasa, sebuah alat untuk refleksi diri dan regulasi diri. Fungsi bahasa adalah sebagai alat
komunikasi, refleksi diri dan regulasi.
Teori Vygotsky, penerapan-penerapan intruksional. Perkembangan dalam teori Vygotsky
menekankan urgensi dan signifikansi bahasa dalam pembelajaran yang terjadi dalam
orientasi aktivitas, dan situasi sosial.
a.Zona Perkembangan Proximal
Perkembangan proximal adalah tingkat profisiensi di luar apa yang dapat dilakukan sendiri
oleh anak dan representa rata-rata tugas yang harus diselesaikan dengan bantuan orang lain
yang lebih dewasa atau teman sebaya. Pada zona perkembangan ini, bantuan dibutuhkan
untuk mendapatkan kesuksesan.
Aplikasi perkembangan proximal dalam pengajaran meliputi taksiran danseleksi terhadap
aktivitas pembelajaran dan penyediaan suppor instruksional untuk menolong siswa kearah
kesuksesan.
4.PENGARUH PEAGET DAN VYGOSTKY TERHADAP KONSTRUKTIVISME
a.Konstruktivisme: Sebuah Perkembangan Berdasarkan Pandangan Pengajaran dan
Pembelajaran
Pada pembahasan ini adalah mengenai perkembangan, pembelajaran, dan pengajaran akan
menciptakan sebuah revolusi. Konstruktivisme menekankan pada aktivitas pelajar yang
merupakan acuan dalam mengembangkan proses belajar mengajar.
Pandangan Piaget dan Vygotsky tentang konstruksi pengetahuan. Meskipun mereka tidak
bersepakat terhadap beberapa poin dengan konsep konstruktivisme, keduanya adalah
constructivist.Piaget lebih menekankan kepada kemampuan masing-masing individu dalam
menciptakan pengetahuan baru sedangkan Vygotsky memfokuskan pada transmisi alat
pengetahuan yaitu budaya dan bahasa.
b.Aplikasi Ide-ide Konstruktivisme dalam Pengajaran
Konstruktivisme adalah sebuah konsep yang hebat. Ia menolong para guru untuk memahami
dengan baik teori Piaget dan Vygotsky dan bagaimana penerapannya dalam ruangan.
Konstruktivisme memiliki implikasi penting dalam perkembangan dan pembelajaran. Ia
menyarankan kepada para guru untuk mendapatkan pengalaman, membimbing diskusi, dan
menanamkan pentingnya peranan sportivitas dalam proses pembentukan siswa. Pengajaran
didasarkan pada prinsip-prinsip constructivist untuk mendapatkan keahlian.
5.PERKEMBANGAN BAHASA DAN INTERDEPENDENSI SELURUH TOPIK
a.Perkembangan Bahasa
Bagi Piaget, interaksi sosial adalah salah satu tes keabsahan skema dan interaksi sosial dapat
terjadi walaupun tanpa bahasa. Bagi Vygotsky, bahasa adalah alat untuk berpikir dan
bertindak. Dengan kata lain, bahasa adalah inti dari teori yang dikemukakan oleh Vygotsky.
b.Teori Kemampuan Berbahasa
Psikolog yang melakukan studi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada
manusia memiliki perbedaan pandangan dalam melihat bagaimana cara memperoleh
bahasa.
1)Teori Behavorist
Menurut Behaviorist, kemahiran berbahasa merupakan keahlian khusus manusia yang
didukung oleh alam/lingkungan. Perkembangan bahasa pada manusia tidak dapat
dilepaskan dari kemampuan diri dan interaksi sosial.
2)Teori kognitif sosial
Teori ini menekankan bahwa kemahiran berbahasa pada seorang anak diperoleh dari hasil
imitasi terhadap orang tuanya, dan pada saat dewasa kemahiran bahasanya diperkuat oleh
interaksi sosial. Kedua teori diatas, memiliki perasaan intuitif. Anak-anak kemugkinan
memperoleh bahasa melalui observasi dan pendengaran sesuatu yang berada diluar dari
dirinya
3)Teori psikolinguitik
Pada dasarnya seluruh manusia belajara berbicara. Meskipun beraneka ragam, bahasa
memiliki satu bentuk dasar seperti subjek kata kerja dalam struktur kalimat yang sudah
menguinfersal. Noam Chomsky (1972) bapak dari teori psikolingustik perkembangan
mengemukakan hipotesa bahwa anak-anak memiliki pembawaan kemampuan untuk
mempelajari sebuah bahasa baru. Menurutnya, LAD (language acquisition aevice) adalah
sebuah skil dalam diri anak-anak yang memungkinkan untuk memahami aturan-aturan
berbicara dan memanfaatkannya.
c.Sebuah Pandangan Konstruktifis terhadap Perkembangan Bahasa
Sebagaimana pemaparan sebelumnya, menurut vygotsky, bahasa adalah sentral
perkembangan kognitif. Bahasa mempasilitasi interaksi sosial dan menjadi wahana transmisi
budaya serta regulasi internal proses budaya.
Anak-anak menggunkan bahasa sebagai instrumen untuk berinteraksi dengan orang-orang
dewasa atau teman sebayanya oleh karenanya, orang dewasa harus menyesuaikan bahasa
yang dugunakannya ketika berkomunikasi dengan anak-anak. Orang dewasa harus lebih
banyak menggunakan kata-kata sederhana dan kalimat-kalimat pendek.
d.Tahap-Tahap Kemahiran Berbahasa
Anak-anak melalui beberapa tahap ketika belajar bericara dalam proses ini, mereka banyak
membuat kesalahan da bahasa yang dugunakannya tidak sesempurna bahasa yang
dugunakan oleh orang dewasa. Adapun tahap-thap kemahiran berbahasa sebagai berikut :
1)Bahasa permulaan atau menetapkan dasar
Belajar berbahasa pada mulanya dimulaia diatas ayunan. Interaksi kita denga dunia luar
menjadi dasar perkembangan bahasa Overgenaralization dan undergeneralization menjadi
dasar pijakan untuk melangkah kearah yang lebih jauh atau ketahap yang lebih tinggi atau
Overgenaralization terjadi ketika seorang anak menggunakan kata yang mengandung makna
luas. Sedangkan undergeneralization terjadi ketika sang anak menggunakan satu kata yang
menggunakan cakupanya sempit.
2)Fine-tuning bahasa
Selama umur 2 tahun, anak menguraikan dan fine-tuning pembicaraan yang dicopinya
bentuk present tens diuraikan untuk memasukkan bentuk-bentuk kata kerja sebagai
berikut :
Present Progressif : I eating
past Regular : He looked
past ireguler : jimmy went
person irregular: she does it
3)Perkembangan yang lebih maju
Pada umur tiga tahun, seorang anak belajar menggunakan kalimat-kalimat yang lebih selektif
dan strategis. Subjek dan kata kerja dibalik untuk mengungkapkan pertanyaan, dan
statemen yang positif dimodifikasi untuk membentuk statmen negative. Contoh ; “he hit
him” dimodifikasi menjadi “he didn’t hit him” dan dibalik menjadi “Did he hit him ?”.
4)Kompleksitas berbahasa
Penggunaan gambar adalah salah satu proses pertumbuhan bahasa yang menjadikannya
makin sempurna dan menjadikan anak-anak dapat menggambarkan dan berpikir tentang
lingkungan.
e.Implikasi Instruksional Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa adalah merupakan proses alamiah yang difasilitasi oleh kesempatan-
kesempatan memanfaatkan bahasa dalam aktivitas sehari-hari. Para guru dapat
mengintruksikan kepada para siswa untuk mengekspresikan dirinya secara verbal dan dalam
bentuk tulisan ketika mereka memecahkan persoalan dan menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
The Whole Languange
Pendekatan The Whole Languange untuk perkembangan pemberantasan buta huruf
dibentuk untuk menjadi sebuah jembatan antara berbicara dan menulis. Khususnya pada
level elementary. Berdasarkan pad aide “what I can think about”. What I can talk about I can
write. What i can read” (R. Allen, 1976.p.51)