0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
35 tayangan13 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang pilar-pilar belajar menurut UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. (2) Jenis-jenis masalah belajar seperti learning disorder, learning disfunction, under achiever, slow learner, dan learning disabilities. (3) Cara mengatasi masalah belajar dengan menggunakan pendekatan yang tepat sesuai jenis masalahnya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang pilar-pilar belajar menurut UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. (2) Jenis-jenis masalah belajar seperti learning disorder, learning disfunction, under achiever, slow learner, dan learning disabilities. (3) Cara mengatasi masalah belajar dengan menggunakan pendekatan yang tepat sesuai jenis masalahnya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang pilar-pilar belajar menurut UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. (2) Jenis-jenis masalah belajar seperti learning disorder, learning disfunction, under achiever, slow learner, dan learning disabilities. (3) Cara mengatasi masalah belajar dengan menggunakan pendekatan yang tepat sesuai jenis masalahnya.
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FEBUARI 2019 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak dalam kandungan, calon bayi tumbuh dari segumpal darah sampai membentuk embrio. Setelah lahir pun, bayi akan melakukan kegiatan belajar untuk tumbuh kembangnya melalui peran orang di sekelilingnya. Perkembangan bayi juga tidak lepas dari kemampuan akal dan pikiran yang diberikan Tuhan YME sebagai pembeda dengan makhluk hidup lainnya. Seiring berjalannya waktu, mereka akan memasuki dunia pendidikan baik itu formal maupun non formal. Dunia pendidikan memiliki andil besar dalam pembentukan karakter, pengetahuan, dan tingkah laku manusia. Tidak jarang kita melihat berita di media elektronik tentang perlakuan siswa ke pengajar kurang sopan ataupun sebaliknya. Persoalan yang ditimbulkan pun dengan alasan yang tidak mendasar, seperti mereka emosi diperingatkan guru agar tidak merokok, merasa minder karena bimbingan skripsi yang tidak lekas selesai karena terbentur dengan masalah belajar, dan sikap lainnya. Bila kita amati, mayoritas sikap tersebut dilakukan dalam proses belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Jangan sampai dalam dunia pendidikan khususnya di dalam proses belajar kita kehilangan pedoman belajar. Sebagaimana sebuah rumah, maka butuh pondasi untuk menguatkannya. Begitu pula dalam proses belajar memerlukan pilar sebagai pedoman dan acuan dalam proses belajar. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja pilar-pilar belajar menurut UNESCO? 2. Apa yang dimaksud dengan masalah belajar? 3. Bagaimana cara mengatasi masalah belajar? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pilar pilar belajar menurut UNESCO. 2. Untuk mengetahui arti dari masalah belajar. 3. Untuk mengetahui cara-cara mengatasi masalah belajar. BAB II PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang UNESCO
1. Pengertian UNESCO UNESCO kepanjangan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. UNESCO merupakan organisasi internasional di bawah PPB yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan pendidikan, sains, dan kebudayaan dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan pada keadilan, peraturan hukum, dan HAM. Tugas utamanya adalah memajukan kerja sama antarbangsa di bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan 2. Tujuan UNESCO Adapun tujuan berdirinya organisasi UNESCO antara lain: a. Meningkatkan kerjasama antar negara di dunia di bidang pendidikan, sains dan kebudayaan. b. Melakukan kegiatan pemberantasan buta huruf (buta aksara) dan kewajiban belajar bagi seluruh rakyat negara-negara anggota. c. Mengangkat martabat dan derajat kehidupan manusia B. Pilar Pendidikan Menurut UNESCO 1. Learning to Know (Belajar Mengetahui) Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya. Untuk mengimplementasikan “learning to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa. 2. Learning to Do (Belajar Melakukan Sesuatu) Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata 3. Learning to Be (Belajar Menjadi Sesuatu) Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Contoh : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal. 4. Learning to Live Together (Belajar Hidup Bersama) Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together). Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia. C. Masalah Belajar 1. Pengertian Masalah Belajar Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi masalah belajar adalah kesulitan yang dialami seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau pun perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik 2. Jenis-Jenis Masalah Belajar a. Learning Disorder (Kekacauan Belajar) Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : Siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah gemulai. b. Learning Disfunction Merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : Siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. c. Under Achiever Mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : Siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa- biasa saja atau malah sangat rendah. d. Slow Learner (Lambat Belajar) Adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. e. Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar) Mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. 3. Gejala Masalah Belajar a. Menunjukkan prestasi yang lemah di bawah rata-rata. b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. d. Selalu tertinggal dengan teman- temannya. e. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar (suka menunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui, acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, selalu sedih, sering tidak sekolah) 4. Faktor Masalah Belajar a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Antara lain faktor fisiologi (bersifat fisik) dan faktor psikologi (keadaan jiwa dan rohani). 1) Faktor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan jasmani seseorang, antara lain anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar,sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui inderanya 2) Faktor Psikologis adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa, seperti ; a) Intelegensia yaitu kecerdasan yang erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu b) Bakat yaitu potensi kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. c) Minat yaitu dorongan atau keinginan dalam diri seseorang pada objek tertentu. d) Motivasi yaitu keadaan internal manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu ; 1) Faktor Sosial a) Lingkungan Keluarga i. Orang tua, meliputi cara orang tua mendidik, hubungan orang tua dan anak serta bimbingan dari orang tua dapat membuat anak kesulitan belajar. Contoh ; cara didik orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak tentram, tidak senang dirumah dan lebih mencari teman sebayanya. Sebaliknya orang tua yang lemah, sukam emanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan tergantung pada orang tua hingga malas berusaha, malas menyelesaikan tugas, hingga prestasinya menurun. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. ii. Suasana Rumah/Keluarga, contoh ; suasana yang sangat gaduh dan ramai atau pun suasana yang selalu tegang, anak akan slalu terganggu konsentrasinya, sehingga sulit untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak. iii. Keadaan Ekonomi Keluarga, contoh keluarga yang ekonominya rendah sudah pasti akan menjadi masalah dalam belajar karena untuk membeli alat-alat tulis, uang sekolah dan biaya lainnya. Sebaliknya keluarga yang ekonominya berlebihan anaknya cenderung enggan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang. iv. Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik, agar mendorong anak untuk belajar. b) Lingkungan Guru i. Guru, dapat juga menjadi faktor masalah dalam belajar siswanya. Guru yang tidak kualifield, hubungan guru dengan murid kurang baik, serta metode pengajaran guru. Semua itu dapat membuat murid kesulitan belajar ii. Hubungan antar murid. Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Maka guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong royong dalam belajar bersama, agar kondisi belajar individual siswa berlangsung dengan baik. iii. Metode pengajaran. Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Sedangkan guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru yang dapar membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa. c) Lingkungan Masyarakat i. Teman bergaul. Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik, akan mudah menular kepada anak lain. ii. Pola Hidup Lingkungan. Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. iii. Kegiatan dan alam masyarakat. Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olahraga dan lain sebagainya. Jika kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar. iv. Media, meliputi bioskop, internet, surat kabar yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugas belajar 2) Faktor Non Sosial a) Sarana dan Prasarana Sekolah. i. Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka guru perlu mendalami dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. ii. Media pendidikan, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium, komputer, layanan internet. iii. Keadaan gedung, gedung yang sudah tua dan tidak direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang, sehingga akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa. iv. Sarana Belajar, sarana belajar yang kurang lengkap tentu akan mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya juga mempengaruhi hasil belajar siswa b) Waktu Belajar Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak, makaada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak istirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari, sebab mereka masih segar dan jasmani dalam kondisi baik. c) Rumah Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak akan berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa d) Alam Berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siswa pun akan kurang optimal 5. Mengatasi Masalah Belajar Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapat perahatian agar masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal dengan cara ; a. Perbaikan Pengajaran Perbaikan meruapakan suatu bentuk layanan yang diberikan pada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah- masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan- kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa. b. Progam Pengayaan Kegiatan Pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Siswa yang cepat dalam belajar mempunyai waktu yang lebih dalam belajar untuk itu mereka memerlukan tugas tambahan. c. Peningkatan Motivasi Belajar Di sekolah sebagian siswa mungkin telah memiliki motif yang kuat untuk belajar, tetapi sebagian lainnya belum. Tingkah laku siswa seperti kurang bersemangat, malas, bosan dan sebagainya dapat dijadikan indikator kurang kuatnya motivasi dalam belajar. d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tapi masih ada siswa yang bersikap dan berkebiasaan belajar yang tidak diharapkan. Bila siswa tidak memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik dikhawatirkan mereka tidak akan mencapai hasil belajar yang baik. e. Layanan konseling individual Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan tatap muka ini, klien dapat menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan pada konselor dan masalah itu dapat dicermati dan diupayakan pengentasannya melalui pembahasan dengan konselor. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, maka kami menyimpulkan ; 1. Pilar-pilar belajar menurut UNESCO ada 4 yaitu ; a. Learning to know (belajar menngetahui) b. Learning to do (belajar melakukan sesuatu) c. Learning to be (belajar menjadi sesuatu) d. Learning to live together (belajar hidup bersama) 2. Masalah belajar adalah kesulitan yang dialami seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau pun perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik 3. Langkah mengatasi masalah belajar, diantaranya ; a. Perbaikan Pengajaran b. Progam Pengayaan Kegiatan c. Peningkatan Motivasi Belajar d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik e. Layanan konseling individual B. Saran Diharapkan untuk penulis selanjutnya lebih menambah konteks masalah- masalah belajar yang biasa ditemukan serta solusi untuk penanggulangannya.