Anda di halaman 1dari 13

PILAR PILAR BELAJAR MENURUT UNESCO

DAN MASALAH MASALAH BELAJAR

OLEH

FRIDA MARGARINA 18050634045


SEPTIARI NAWANKSARI 18050634046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FEBUARI 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejak dalam kandungan, calon bayi tumbuh dari segumpal darah
sampai membentuk embrio. Setelah lahir pun, bayi akan melakukan
kegiatan belajar untuk tumbuh kembangnya melalui peran orang di
sekelilingnya. Perkembangan bayi juga tidak lepas dari kemampuan akal
dan pikiran yang diberikan Tuhan YME sebagai pembeda dengan makhluk
hidup lainnya. Seiring berjalannya waktu, mereka akan memasuki dunia
pendidikan baik itu formal maupun non formal. Dunia pendidikan
memiliki andil besar dalam pembentukan karakter, pengetahuan, dan
tingkah laku manusia.
Tidak jarang kita melihat berita di media elektronik tentang perlakuan
siswa ke pengajar kurang sopan ataupun sebaliknya. Persoalan yang
ditimbulkan pun dengan alasan yang tidak mendasar, seperti mereka emosi
diperingatkan guru agar tidak merokok, merasa minder karena bimbingan
skripsi yang tidak lekas selesai karena terbentur dengan masalah belajar,
dan sikap lainnya. Bila kita amati, mayoritas sikap tersebut dilakukan
dalam proses belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Jangan sampai dalam dunia pendidikan khususnya di dalam proses
belajar kita kehilangan pedoman belajar. Sebagaimana sebuah rumah,
maka butuh pondasi untuk menguatkannya. Begitu pula dalam proses
belajar memerlukan pilar sebagai pedoman dan acuan dalam proses
belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pilar-pilar belajar menurut UNESCO?
2. Apa yang dimaksud dengan masalah belajar?
3. Bagaimana cara mengatasi masalah belajar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pilar pilar belajar menurut UNESCO.
2. Untuk mengetahui arti dari masalah belajar.
3. Untuk mengetahui cara-cara mengatasi masalah belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang UNESCO


1. Pengertian UNESCO
UNESCO kepanjangan dari United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization. UNESCO merupakan organisasi internasional di
bawah PPB yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan
pendidikan, sains, dan kebudayaan dalam rangka meningkatkan rasa
saling menghormati yang berlandaskan pada keadilan, peraturan hukum,
dan HAM. Tugas utamanya adalah memajukan kerja sama antarbangsa di
bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan
2. Tujuan UNESCO
Adapun tujuan berdirinya organisasi UNESCO antara lain:
a. Meningkatkan kerjasama antar negara di dunia di bidang pendidikan,
sains dan kebudayaan.
b. Melakukan kegiatan pemberantasan buta huruf (buta aksara) dan
kewajiban belajar bagi seluruh rakyat negara-negara anggota.
c. Mengangkat martabat dan derajat kehidupan manusia
B. Pilar Pendidikan Menurut UNESCO
1. Learning to Know (Belajar Mengetahui)
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari
informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk
mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar
mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa
yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya. Untuk mengimplementasikan
“learning to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu
menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut
untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya
dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.
2. Learning to Do (Belajar Melakukan Sesuatu)
Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan
sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam
ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan
secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan
untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali
manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil
berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang
bermakna bagi kehidupan.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi
siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta
bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan
sesuatu) dapat terealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak
dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat
dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama
bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan
seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan
pengetahuan semata
3. Learning to Be (Belajar Menjadi Sesuatu)
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari
proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan
sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar
berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat,
belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses
pencapaian aktualisasi diri.
Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan
fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya.
Contoh : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila
diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa
yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi
fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri
siswa secara utuh dan maksimal.
4. Learning to Live Together (Belajar Hidup Bersama)
Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses
pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam
lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu
menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran
diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam
bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).
Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai,
terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi
seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian
antar ras, suku, dan agama
pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas
kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan
moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian
maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat
yang bermartabat di mata masyarakat dunia.
C. Masalah Belajar
1. Pengertian Masalah Belajar
Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan
kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi masalah belajar adalah
kesulitan yang dialami seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
atau pun perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik
2. Jenis-Jenis Masalah Belajar
a. Learning Disorder (Kekacauan Belajar)
Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena
timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan,
akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh :
Siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate,
tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam
belajar menari yang menuntut gerakan lemah gemulai.
b. Learning Disfunction
Merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat
indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : Siswa yang
memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi
atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola
volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan
baik.
c. Under Achiever
Mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : Siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong
sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-
biasa saja atau malah sangat rendah.
d. Slow Learner (Lambat Belajar)
Adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok
siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)
Mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau
menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya.
3. Gejala Masalah Belajar
a. Menunjukkan prestasi yang lemah di bawah rata-rata.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
d. Selalu tertinggal dengan teman- temannya.
e. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar (suka menunda tugas,
mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal
yang tidak diketahui, acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, mudah
tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, selalu sedih,
sering tidak sekolah)
4. Faktor Masalah Belajar
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu
sendiri. Antara lain faktor fisiologi (bersifat fisik) dan faktor
psikologi (keadaan jiwa dan rohani).
1) Faktor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan
dengan jasmani seseorang, antara lain anak yang kurang sehat
dapat mengalami kesulitan belajar,sebab ia mudah capek,
mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang
semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini penerimaan dan
respon pelajaran berkurang, saraf otak tak mampu bekerja secara
optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan
mengorganisir bahan pelajaran melalui inderanya
2) Faktor Psikologis adalah suatu keadaan yang berhubungan
dengan keadaan kejiwaan siswa, seperti ;
a) Intelegensia yaitu kecerdasan yang erat kaitannya dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu
b) Bakat yaitu potensi kecakapan dasar yang dibawa sejak
lahir.
c) Minat yaitu dorongan atau keinginan dalam diri seseorang
pada objek tertentu.
d) Motivasi yaitu keadaan internal manusia yang mendorong
untuk berbuat sesuatu.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor
eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu ;
1) Faktor Sosial
a) Lingkungan Keluarga
i. Orang tua, meliputi cara orang tua mendidik, hubungan
orang tua dan anak serta bimbingan dari orang tua
dapat membuat anak kesulitan belajar. Contoh ; cara
didik orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan
menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal
ini akan berakibat anak tidak tentram, tidak senang
dirumah dan lebih mencari teman sebayanya.
Sebaliknya orang tua yang lemah, sukam emanjakan
anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar,
menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak
mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan
tergantung pada orang tua hingga malas berusaha,
malas menyelesaikan tugas, hingga prestasinya
menurun. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua
dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu,
atau bahkan terpisah.
ii. Suasana Rumah/Keluarga, contoh ; suasana yang
sangat gaduh dan ramai atau pun suasana yang selalu
tegang, anak akan slalu terganggu konsentrasinya,
sehingga sulit untuk belajar. Sedangkan suasana rumah
yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang,
akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi
anak.
iii. Keadaan Ekonomi Keluarga, contoh keluarga yang
ekonominya rendah sudah pasti akan menjadi masalah
dalam belajar karena untuk membeli alat-alat tulis,
uang sekolah dan biaya lainnya. Sebaliknya keluarga
yang ekonominya berlebihan anaknya cenderung
enggan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang.
iv. Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga,
akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi,
anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik,
agar mendorong anak untuk belajar.
b) Lingkungan Guru
i. Guru, dapat juga menjadi faktor masalah dalam belajar
siswanya. Guru yang tidak kualifield, hubungan guru
dengan murid kurang baik, serta metode pengajaran
guru. Semua itu dapat membuat murid kesulitan belajar
ii. Hubungan antar murid. Guru yang kurang bisa
mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan
mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling
bersaing secara tidak sehat. Maka guru harus mampu
membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong
royong dalam belajar bersama, agar kondisi belajar
individual siswa berlangsung dengan baik.
iii. Metode pengajaran. Guru yang hanya bisa mengajar
dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi
bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja.
Sedangkan guru yang progresif, adalah guru yang
berani mencoba metode-metode baru yang dapar
membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
c) Lingkungan Masyarakat
i. Teman bergaul. Pergaulan dan teman sepermainan
sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk
kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus
memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai
mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku
yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak
baik, akan mudah menular kepada anak lain.
ii. Pola Hidup Lingkungan. Pola hidup tetangga yang
berada di sekitar rumah anak itu berada, punya
pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
iii. Kegiatan dan alam masyarakat. Kegiatan dalam
masyarakat dapat berupa karang taruna, menari,
olahraga dan lain sebagainya. Jika kegiatan tersebut
dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat
kegiatan belajar.
iv. Media, meliputi bioskop, internet, surat kabar yang ada
disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar
apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan
untuk itu, hingga lupa akan tugas belajar
2) Faktor Non Sosial
a) Sarana dan Prasarana Sekolah.
i. Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki,
bahwa dalam proses belajar mengajar yang
dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka guru perlu
mendalami dengan baik dan harus mempunyai
perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak
belajar secara individual.
ii. Media pendidikan, seperti buku-buku di perpustakaan,
laboratorium, komputer, layanan internet.
iii. Keadaan gedung, gedung yang sudah tua dan tidak
direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam
kelas yang masih kurang, sehingga akan menghambat
lancarnya kondisi belajar siswa.
iv. Sarana Belajar, sarana belajar yang kurang lengkap
tentu akan mempengaruhi kualitas belajar, dan pada
akhirnya juga mempengaruhi hasil belajar siswa
b) Waktu Belajar
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah
siswa banyak, makaada siswa yang harus terpaksa sekolah
di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak
istirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka
mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Berbeda
dengan anak yang belajar di pagi hari, sebab mereka masih
segar dan jasmani dalam kondisi baik.
c) Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta
perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana
umum untuk kegiatan anak akan berpengaruh buruk
terhadap kegiatan belajar siswa
d) Alam
Berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk
melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun
berlangsung, tentu kondisi belajar siswa pun akan kurang
optimal
5. Mengatasi Masalah Belajar
Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapat perahatian
agar masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami
masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal dengan cara ;
a. Perbaikan Pengajaran
Perbaikan meruapakan suatu bentuk layanan yang diberikan pada
seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-
masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.
b. Progam Pengayaan Kegiatan
Pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada
seseorang atau sekelompok orang siswa yang sangat cepat dalam
belajar. Siswa yang cepat dalam belajar mempunyai waktu yang
lebih dalam belajar untuk itu mereka memerlukan tugas tambahan.
c. Peningkatan Motivasi Belajar
Di sekolah sebagian siswa mungkin telah memiliki motif yang kuat
untuk belajar, tetapi sebagian lainnya belum. Tingkah laku siswa
seperti kurang bersemangat, malas, bosan dan sebagainya dapat
dijadikan indikator kurang kuatnya motivasi dalam belajar.
d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar
yang efektif. Tapi masih ada siswa yang bersikap dan berkebiasaan
belajar yang tidak diharapkan. Bila siswa tidak memiliki sikap dan
kebiasaan belajar yang baik dikhawatirkan mereka tidak akan
mencapai hasil belajar yang baik.
e. Layanan konseling individual
Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan
langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan
tatap muka ini, klien dapat menyampaikan masalah-masalah yang
dirasakan pada konselor dan masalah itu dapat dicermati dan
diupayakan pengentasannya melalui pembahasan dengan konselor.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka kami menyimpulkan ;
1. Pilar-pilar belajar menurut UNESCO ada 4 yaitu ;
a. Learning to know (belajar menngetahui)
b. Learning to do (belajar melakukan sesuatu)
c. Learning to be (belajar menjadi sesuatu)
d. Learning to live together (belajar hidup bersama)
2. Masalah belajar adalah kesulitan yang dialami seseorang untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan atau pun perubahan-perubahan ke arah
yang lebih baik
3. Langkah mengatasi masalah belajar, diantaranya ;
a. Perbaikan Pengajaran
b. Progam Pengayaan Kegiatan
c. Peningkatan Motivasi Belajar
d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
e. Layanan konseling individual
B. Saran
Diharapkan untuk penulis selanjutnya lebih menambah konteks masalah-
masalah belajar yang biasa ditemukan serta solusi untuk penanggulangannya.

Anda mungkin juga menyukai