Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANALISIS KASUS PERKEMBANGAN ANAK

( YATIM PIATU )

Dosen Pengampu:
Wilda Ansar, S.Psi., MA.
Dr. Haerani Nur, S.Psi., M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 9

Nurul Inayah FM (230701502105)


Nurpajrianti (230701500007)
Qanitah Nur Ariqah (230701502064)

Kelas H

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
Deskripsi Kasus

Kasus ini melibatkan seorang anak laki-laki bernama Abi, yang berusia 10 tahun. Abi
adalah anak yang tinggal di Panti Asuhan Harapan Mandiri. Ia tinggal bersama ibu panti dan
30 anak yang bersekolah. Secara fisik, Abi menunjukkan pertumbuhan yang sehat dan dapat
memahami apa yang orang lain bicarakan, serta dapat berkomunikasi dengan baik.

Abi memiliki minat dalam belajar dan menunjukkan kemampuan akademis yang baik.
Ia sekarang menginjak kelas 5 SD. Meskipun Abi memiliki potensi atau kemampuan
akademis yang baik, tantangan dalam pendidikan muncul karena perubahan lingkungan. Dia
perlu dukungan tambahan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.

Abi memiliki kemampuan sosial yang baik diluar lingkungan panti asuhan, tetapi ia
mengalami kesulitan dalam membangun hubugan sosial dengan teman-teman sesama anak
panti. Serta, Abi kadang-kadang menunjukkan kecenderungan merasa canggung dalam
situasi baru.

Karena kurangnya interaksi dengan anak-anak panti, Abi menjadi bebas ketika berada
diluar lingkungan panti sehingga berprilaku dan serta mengucapakan kata-kata yang tidak
sesuai dengan usianya. Disamping itu, Abim juga menghadapi kesulitan dalam
mengekspresikan emosinya. Emosinya yang tidak terkendali terkadang memengaruhi
perilakunya dan interaksinya dengan sesama penghuni panti.
1. Identifikasi Masalah

a. Perkembangan Kognitif

Pada kasus diatas yang telah di paparkan, perkembangan kognitif Abi cukup
baik, ia sekarang sudah menginjak kelas 5 SD. Abi cukup baik dalam hal
akademik di sekolah. Di panti asuhan tersebut juga terdapat 30 anak dan
ketigapuluh anak tersebut bersekolah kecuali anak yang masih balita. Hasil
wawancara pengurus panti tentang perkembangan kognitif Abi pun semuanya
baik. Abi cukup baik dan pintar di sekolah.

b. Perkembangan Sosial

Menurut (Syukur, 2015) di dalam perkembangan sosial anak sudah memiliki


kemampuan bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan
usianya dan menjadi anak yang mudah bergaul. Dari hasil pengamatan, Abi
memiliki sedikit permasalahan pada perkembangan sosialnya. Abi memiliki sifat
yang pemalu ketika diajak berbicara oleh orang lain. Dan juga perilaku Abi di
dalam panti asuhan berbeda ketika Abi berada di luar panti asuhan. Seperti, ketika
berada di dalam panti asuhan Abi menjadi pendiam, sedangkan ketika di luar Abi
sangat aktif dan suka bercanda bersama temannya.

c. Perkembangan Moral

Dari hasil pengamatan kami, perkembangan moral Abi kurang baik.


Perkembangan moral yang ditunjukkan oleh anak yaitu mengucapkan kata-kata
yang seharusnya tidak pantas mereka ucapkan. Anak sering mengikuti bahasa-
bahasa tidak sopan yang sering mereka dengar langsung di lingkungan sekitar.
Menurut (Agusriani, 2021) pengembangan nilai moral mengarah pada
pembentukan perilaku anak melalui pembiasaan yang dilakukan dalam kehidupan
sehrai-hari. Pada anak-anak, nilai moral akan terlihat dari mampu tidaknya anak
tersebut membedakan antara yang baik dan yang buruk, jujur, tidak berkata
kasar, dan menghormati guru. Pendidikan moral berkaitan dengan karakter,
nilai-nilai budi pekerti sehingga anak memiliki kesadaran dan komitmen
untuk menerapkan kebaikan hingga dewasa kelak. Berbeda halnya jika
anak tidak memiliki perkembangan moral yang baik maka anak akan
berperilaku tidak sopan, tidak mau membantu orang lain, mementingkan diri
sendiri sehingga dampaknya akan merugikan diri sendiri hingga orang lain
dan berdampak pada pengasingan di lingkungan sosial.

d. Perkembangan Emosi

Dalam perkembangan emosi Abi, Abi memiliki emosi yang agresif akan
sesuatu yang ingin dia dapatkan. Seperti halnya ketika diberikan sesuatu perilaku
Abi perilakunya menjadi argesif dan seperti tidak ingin membagikannya dengan
anak yang lain. Menurut (Syukur, 2015) perkembangan emosi anak sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sebisa mungkin dibuat menyenangkan
oleh para pengasuh panti asuhan.

2. Hal Positif Yang Ditemukan

Namun hal positif yang ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya kemandirian
yang tumbuh dalam diri anak-anak yang hidup dan tinggal di panti asuhan. Menurut
(Tabi’in, 2020) panti asuhan mempunyai peran yang sangat penting dalam
mengembangkan kemandirian anak yang sudah tidak mempunyai orang tua. Bentuk pola
asuh yang diterapkan di panti asuhan dapat menumbuhkan sikap mandiri anak dalam
aktivitas sehari-hari, yaitu anak dapat membersihkan tempat main setelah selesai bermain,
anak mampu mandi sendiri tanpa bantuan orang tua, anak mampu memakai dan memilih
baju sendiri dan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari anak.

Menurut (Khorunnisa, 2015) Peran yang didapat anak asuh dari pengurus penti
asuhan adalah peran sebagai orang tua asub sebagi pengganti peran orang tua mereka
yang mana pengurus panti asuhan berperan sebagai pendorong (motivasi) yaitu sebagai
penyemangat anak untuk terus belajar dan memaknai pentingnya ilmu yang didapat;
fasilitator adalah melengkapi/memenuhi keperluan anak asuh seperti fasilitas belajar, alat-
alat belajar, sarana transportasi, serta anak-anak diberi kebebasan dalam menentukan
sekolah yang mereka inginkan dan tentunya disesuaikan lagi dengan nilai yang mereka
miliki; dan pembimbing yaitu berperan sebagai panutan bagi anak dalam melakukan
segala hal. Dengan peran sebagai orang tua asuh, pengurus berusaha memberikan sesuatu
yang baik bagi mereka yaitu dengan memberikan mereka fasilitas pendidikan,
mengajarkan akan kemandirian, mengajarkan untuk saling menghormati baik sesama
anak-anak di panti maupun dengan orang yang lebih tua seperti pengurus panti asuhan,
serta melatih dan memberikan pelatihan keterampilan bagi anak asuh.

3. Indetifikasi Penyebab

Salah satu penyebab memiliki sedikit permasalahan pada perkembangan


sosialnya, perkembangan moral dan juga perkembangan emosi yang kurang baik, karena
faktor lingkungannya. Dalam perkembangan emosi Abi yang agresif dan tidak ingin
membagi apa yang diberikan, Abi belum dapat mengontrol dan mengelola emosi dengan
baik. Setyowati menguraikan, Emosi adalah seluruh perasaan yang dialami seseorang
misalnya suka, duka, tertekan, marah, semangat, cinta dan sebagainya. Perasaan tertentu
itu akan memengaruhi cara berpikir tentang perasaan itu, dan pada tindakannya
(Setyowati, 2013). Anak yatim piatu seringkali menghadapi ketidakstabilan dalam
lingkungan mereka, termasuk perpindahan tempat tinggal, pergantian pengasuh, atau
perubahan sekolah. Ketidakstabilan ini dapat menciptakan rasa tidak aman dan
kecemasan emosional.

Dampak negatif dari lingkungan yang tidak baik dapat mengakibatkan


perkembangan moral menjadi tidak baik, seperti Abi yang berbahasa yang tidak pantas di
ucapkan oleh anak seusianya. Lingkungan sosial, termasuk teman sebaya, sekolah, dan
masyarakat sekitar, dapat berperan penting dalam membentuk nilai-nilai moral anak
yatim piatu. Jika lingkungan ini tidak mendukung perkembangan moral yang baik, anak
mungkin terpapar pada perilaku yang kurang baik. Menurut Shaffer, pengertian moral
adalah kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya
dengan masyarakat dan kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan buruk
yang ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai
anggota sosial. Intisari menurut penulis. Moral menuut Shaffer berarti menjadi penilaian
perilaku kita dalam masyarakat atau kelompok sosial, sehingga jika moral kita baik akan
berdampak postif dan jika moral itu buruk maka akan berdampak pada diri kita serta
tercemarnya nama baik dalam lingkup lingkungan sosial sekitar.

Abi memiliki sedikit permasalahan pada perkembangan sosialnya. Abi memiliki


sifat yang pemalu ketika diajak berbicara oleh orang lain. Dan juga perilaku Abi di
dalam panti asuhan berbeda ketika Abi berada di luar panti asuhan. American Academy
of Pediatrics (2012) menyatakan bahwa perkembangan sosial mengacu pada kemampuan
anak untuk: memiliki pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan secara
lengkap baik emosi positif maupun emosi negatif, mampu menjalin hubungan dengan
anak-anak lain dan orang dewasa disekitarnya, serta secara aktif mengeks-plorasi
lingkungan melalui belajar. Pada tahapan ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri
dan belum mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Anak belum mengerti
bahwa lingkungan memiliki cara pandang yang berbeda dengan dirinya (Suyanto, 2005).
Perkembangan sosial dapat dipetakan dalam beberapa aspek. Kostelnik, Soderman dan
Waren (Yahro, 2009) menyebutkan bahwa perkembangan sosial meliputi komperensi
sosial dan tanggung jawab sosial. Kompetensi sostal menggam-barkan keefektifan
kemampuan anak dalam beradaptasi dengan lingkugan so-stalnya.

4. Solusi Yang Dilakukan

Panti sosial asuhan anak dalam penyelenggaraannya menjalankan fungsi


pengasuhan pengganti orang tua, yang mana didalamnya terdapat fungsi pemenuhan
kebutuhan pendidikan anak. Secara umum pengurus panti melakukan upaya
pemenuhan hak dan kebutuhan anak sesuai dengan hak yang didapatkan anak dalam
keluarganya sendiri baik secara formal dan informal. Hal ini dilakukan untuk
mewujudkan kemandirian anak di masyarakat dan memperbaiki kualitas
kesejahteraan anak di masa depan. Dalam kasus Abim, Solusi yang kiranya dilakukan
berdasarkan permasalahan diatas ialah :

- Melibatkan Abi dalam kegiatan sosial di panti asuhan, seperti kelompok


diskusi atau kegiatan kelompok lainnya, untuk meningkatkan keterampilan
bersosialisasinya.
- Menggali hubungan dengan orang tua asuh Abi untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang lingkungan di luar panti asuhan dan
membantu mengatasi perubahan perilaku Abi.
- Menerapkan pendekatan pendidikan moral dengan memberikan contoh
perilaku positif, membimbing anak-anak dalam mengenali perbedaan antara
perilaku baik dan buruk.
- Menerapkan teknik manajemen emosi, seperti pelatihan relaksasi atau
kegiatan seni yang dapat membantu Abi mengelola emosinya dengan lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anzani, R., & Insan, I. (2020). Perkembangan Sosial Emosi pada Anak Usia Prasekolah.
PANDAWA, 2(2), 180-193.

Tabi'in, A. (2020). Pola Asuh Demokratis sebagai Upaya Menumbuhkan Kemandirian Anak
di Panti Asuhan Dewi Aminah. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early
Childhood Education, 3(1), 30-43.

Syukur, Abdul. (2015). Peran Pengasuh Membentuk Sikap Sosio Emosional Anak (Studi
Syukur, A. (2015). peran pengasuh membentuk sikap sosio emosional anak (Studi
kasus di panti asuhan). Jurnal PG-PAUD Trunojoyo: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Anak Usia Dini, 2(1), 1-7.

Khoirunnisa, S., Ishartono, I., & Resnawaty, R. (2015). Pemenuhan kebutuhan pendidikan
anak asuh di panti sosial asuhan anak. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, 2(1).

Killen, M., & Smetana, J. G. (2015). Origins and development of morality. In M. E. Lamb &
R. M. Lerner (Eds.), Handbook of child psychology and developmental science (7th
ed., Vol. 3, pp. 701–749). John Wiley & Sons.

Efiyanti, A. Y., & Nurwahyuni, E. (2019). Fenomena Kehidupan Remaja Yatim/Piatu di


Dusun Sendang Biru Kabupaten Malang. Jurnal Konseling Indonesia (JKI), 4(2), 48-
56.

Stevanus, K., & Setiarini, M. (2022). Perkembangan Emosional Remaja Yatim Piatu.
MAGENANG: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, 3(1), 44-53.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai