Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN

DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN

Titania Sai Dipri (201810515116)

Kelas 3-A4 Psikologi

Program Studi Ilmu Psikologi

Fakultas Psikologi

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan


masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu dimana individu
berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari
luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut (Hurlock,1980). Masa remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa. Pada masa
remaja suasana hati bisa berubah dengan sangat cepat, meski suasana hati
remaja berubah sangat cepat, hal tersebut belum tentu gejala atau masalah
psikologis. Masa remaja masa untuk mencari jati diri dan harus
menyesuaikan diri terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Remaja perlu menyeimbangkan interaksi antara diri dengan lingkungan
sekitar.
Berdasarkan observasi peneliti di Panti Asuhan Muhammadiyah
Cabang Pauh pada tanggal 20 September 2013 ditemukan bahwa ada
beberapa anak asuh yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan
peraturan panti asuhan, seperti: beberapa anak asuh masih egois, senang
apabila mengganggu orang lain, berkata kotor dan bertengkar dengan
temannya, kurang menghargai pengasuh dan teman sepanti, kurang mampu
menahan diri, kurang peka terhadap keadaan sekitar, ada juga anak asuh
yang suka mencari perhatian orang yang baru datang ke panti seperti suka
menangis dengan suara keras dan suka mengganggu teman-temannya dan
kurang bisa berinteraksi dengan tamu yang mengunjungi panti asuhan atau
masyarakat di sekitar panti seperti hanya bermain di lingkungan panti
asuhan saja tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar panti asuhan
Hasil wawancara peneliti dengan 5 orang anak asuh pada tanggal 20
September 2013 diketahui bahwa anak asuh sulit untuk menyesuaikan diri
dengan pengasuh, dikarenakan masa lalu ketika bersama orang tua , anak
asuh cenderung dididik dengan keras atau otoriter, menyebabkan trauma
pada diri anak asuh sehingga mempunyai masalah dengan penyesuian diri
dengan pengasuh, beberapa anak asuh tidak pernah bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar, anak asuh beranggapan masyarakat sekitar itu hanya
memperolok- olok mereka saja dan di sekolah anak asuh juga sering
dicemooh oleh teman-temannya karena tinggal di panti asuhan. Di sini
terlihat anak asuh tidak mampu menyesuaikan dirinya baik di lingkungan
panti maupun lingkungan luar panti. Sedangkan hasil wawancara dengan
salah satu pengasuh panti asuhan Muhammadiyah pada hari Jum’at 20
September 2013 terungkap bahwa beberapa anak asuh masih sulit mengatur
jadwal belajar, mengatur piket harian, sering bermusuhan sesama anak asuh,
sulit untuk bersosialisasi dengan orang baru, suka memilih-milih teman
sehingga ada beberapa anak yang terisolir sehingga ia tidak mempunyai
teman, sering mencemooh sesama teman, masalah yang dihadapi pengasuh
juga dikarenakan usia dari anak asuh berbeda-beda sehingga sulit untuk
menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
Dari fenomena di atas, dapat dilihat penyesuaian diri anak asuh
masih mengalami masalah-masalah sehingga ia sulit untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan panti meliputi pengasuh dan teman sebaya dan
lingkungan luar panti meliputi masyarakat sekitar panti dan sekolah. Oleh
sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Masalah-masalah yang
Dialami Anak Asuh Dalam Penye-suaian Diri dengan Lingkungan”.
Ali dan Asrori (2011, p. 175) menyatakan bahwa penyesuaian diri
dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon
mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil
menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik,
serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam
diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.
Penyesuaian diri bagi remaja sangat penting karena dapat tercipta
kesehatan jiwa dan mental remaja dan proses bagaimana remaja mencapai
keseimbangan hidup dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan.
Dalam penyesuaian diri remaja berusaha untuk dapat berhasil dalam
mencapai kebutuhan dalam dirinya tetapi banyak remaja yang tidak bisa
untuk menyesuaikan diri untuk mencapai kebutuhannya sehingga nantinya
cenderung pendiam, kurang percaya diri , tertutup, dan suka menyendiri
serta tidak nyaman bila diantara situasi yang asing baginya.

HARUS ADA SUB BAB TERSENDIRI MENGENAI ASPEK2


Aspek-Aspek Penyesuaian Diri Menurut Alberlt & Emmons (2002)
penyesuaian diri memiliki 4 (empat) aspek, yang terdiri dari:
a. Aspek self-knowledge( INI TULISAN BHS INGGRIS DIMIRINGKAN)
dan self-insight. Aspek self-knowledge dan selfinsight yaitu kemampuan dalam
memahami dirinya sendiri bahwa dirinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal
ini dapat diketahui dengan pemahaman emosional pada dirinya, yang berarti
adanya kesadaran akan kekurangan dan disertai dengan sikap yang positif
terhadap kekurangan tersebut maka akan mampu menutupinya.
b. Aspek self-objectifity dan self-acceptance, bersikap realistik setelah mengenal
dirinya sehingga mampu menerima keadaan dirinya.
c. Aspek self-development dan self-control, mampu mengarahkan diri, menyaring
rangsangan-rangsangan dari luar, ide-ide, prilaku, emosi, sikap, dan tingkahlaku
yang sesuai. Kendali diri dapat mencerminkan individu tersebut matang dalam
menyelesaikan masalah kehidupannya.
d. Aspek Satisfaction, menganggap bahwa segala sesuatu yang dikerjakan
merupakan pengalaman yang apabila tercapai keinginannya maka menimbulkan
rasa puas dalam dirinya.

HaRUS ADA SUB BAB TERSENDIRI MENGENAI FAKTOR2


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Menurut Fatimah
(2006), proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor - faktor yang
menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal. Adapun
faktor internal yaitu : faktor fisiologis, faktor psikologis yang mencakup faktor
pengalaman, seperti : persepsi, kematangan emosi, harga diri dan lain-lain, faktor
belajar, determinasi diri, dan faktor konflik. Sedangkan faktor eksternal meliputi
kematangan sosial, moral, faktor lingkungan, agama dan budaya.
Unsar, Erol, dan Sut (2016) mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang
mencakup sumber daya yang dirasakan oleh individu yang diberikan dari orang
lain sehingga individu merasa diperhatikan dihargai dan dianggap menjadi bagian
dari kelompok. Kemudian, dukungan sosial dapat berperan dalam meningkatkan
kesehatan individu yang berasal dari orang-orang yang memiliki pengalaman
positif, berperan aktif dalam kehidupan sosial dan mampu dalam mengatasi stres.
Begitu juga lingkungan di panti asuhan, lingkungan panti asuhan menjadi
tempat utama penyesuaian diri remaja panti asuhan karena di tempat itu mereka
tinggal dan berinteraksi dengan orang lain. Pada dasarnya banyak remaja yang
tinggal di panti asuhan pernah mengalami masalah dalam penyesuaian diri yang
membuatnya tidak percaya diri, pendiam, dan tertutup.
Remaja membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan. Dukungan sosial
lingkungan pada remaja dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan dapat
melakukan sesuatu yang bermanfaat. Bila dukungan sosial remaja di terima oleh
lingkungan sekitar maka remaja akan merasa dihargai dan dicintai sebab
mendapatkan umpan timbal balik dari lingkungan nya.
Dukungan sosial didefinisikan oleh House dalam Smet, (1994) yang
melibatkan satu atau lebih aspek-aspek berikut ini:
a. Dukungan Emosional, yaitu mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan Penghargaan, terjadi
lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif bagi
b. orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain.
c. Dukungan Instrumental, yaitu mencakup bantuan langsung untuk
mempermudah perilaku yang secara langsung menolong individu. Misalnya
bantuan benda, pekerjaan dan waktu.
d. Dukungan Informatif, yaitu mencakup pemberian nasehat, saran-saran, atau
umpan balik
Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Myers (dalam Maslihah,
2011:107) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor utama mendorong
seseorang untuk memberikan dukungan sosial adalah sebagai berikut:

a. Empati

Turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan mengantisipasi emosi dan
motivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan
kesejahteraan orang lain.

b. Norma-norma dan nilai sosial

Selama dalam masa pertumbuhan dan perkembangan pribadi, individu menerima


norma-norma dan nilai-nilai sosial dari lingkungan sebagai bagian dari
pengalaman sosial seseorang. Norma-norma dan nilai-nilai tersebut akan
mengarahkan individu untuk bertingkah laku dan menjelaskan kewajiban-
kewajiban dalam kehidupan. Dalam ruang lingkungan sosial individu didesak
untuk memberikan pertolongan kepada orang lain supaya dapat mengembangkan
kehidupan sosialnya.

c. Pertukaran sosial

Hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan, informasi.


Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan kondisi hubungan
interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran secara timbal balik
ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain lebih percaya bahwa orang
lain akan menyediakan.

Berdasarkan pemaparan diatas, kenyataannya terlihat pada remaja awal di


panti asuhan memiliki permasalahan dengan penyesuaian diri. Remaja awal di
panti asuhan juga memerlukan dukungan dan dari individu-individu terdekat yang
akan membantu remaja awal dalam proses penyesuaian diri. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melihat ada atau tidaknya hubungan positif antara
dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada remaja awaldi panti asuha.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara dukungan
sosial dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan”?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara


dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada remaja di panti asuhan

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memerikan manfaat dan menambah


wawasan untuk melakukan pengembangan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Adapun manfaat yang di harapkan : Penelitian bertujuan untuk mengetahui secara
empirik hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada remaja di
panti asuhan.

a) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memajukan bidang ilmu Psikologi sosial,
selain itu penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi referensi untuk
penelitian lain.

b) Bagi Peneliti Selanjutnya


Peneliti ini diharapkan memberi manfaat sebagai bahan informasi dan
referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis bidang
yang sama .

1.5 Uraian Kebaruan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Rahma(2011) dengan judul “Hubungan


efikesi diri dan dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan”.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel efikasi
diri dan dukungan sosial memiliki pengaruhyang signifikan dengan penyesuaian
diri dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) dan F = 20,528. Nilai R
(koefisien korelasi) sebesar 0,695. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis diterima
yakni bahwa efikasi diri dan dukungan sosial mempunyai peran yangsignifikan
dengan penyesuaian diri pada remaja yang tinggal dipanti asuhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Stephani Gunandar (2012) dengan


judul “Hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja di panti
asuhan”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan
menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuian
diri remaja di panti asuhan. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial
berpengaruh terhadap penyesuaian diri pada remaja. Sedangkan dari sumbangan
efektif variabel dukungan sosial menunjukkan hasil 11,5%. Hal ini menunjukkan
bahwa dukungan sosial hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap
penyesuaian diri pada remaja di panti asuhan. Berarti masih terdapat 88,5%
variabel- variabel lain yang mempengaruhi penyesuaian diri. Misalnya : kondisi
lingkungan, penentu kultural, kondisi fisik, penentu psikologis, perkembangan
dan kematangan pada remaja dan lain-lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Ratih Tricahyani (2016) dengan
judul “Hubungan antar dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada remaja
awal di panti asuhan kota denpasar”. Berdasarkan keseluruhan uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara dukungan
sosial dan penyesuaian diri pada remaja awal di panti asuhan. Sumbangan efektif
penyesuaian diri pada remaja awal di panti asuhan adalah sebesar 31,2%.
Melalui deskripsi data penelitian diketahui sebagian besar subjek penelitian
memiliki dukungan sosial yang tinggi. Deskripsi data penelitian pada variabel
penyesuaian diri pada remaja awal di panti asuhan, menunjukan bahwa
sebagian besar subjek penelitian memiliki penyesuaian diri dengan mayoritas
sedang. Berdasarkan uji data tambahan jenis kelamin, diketahui tidak ada
perbedan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan tingkat
penyesuaian diri pada remaja awal di panti asuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Maria Stephani Gunandar (2017) dengan
judul “Hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan dengan penyesuaian
diri mahasiswa baru yang merantau”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dukungan sosial orang tuadengan penyesuaian diri
mahasiswa baru yang merantau. Peneliti menggunakan analisis korelasi
Product Moment dari Pearson untuk mengungkap hubungan antara
kedua variabel tersebut. Analisis korelasi menunjukkan angka korelasi
sebesar 0,317 dengan taraf signifikansi 0,002 (p < 0,01). Hal ini berarti
hipotesis penelitian diterima, yakni terdapat hubungan antara dukungan
sosial orang tuadengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru yang
merantau. Hubungan yang terjadi di antara kedua variabel tersebut adalah
hubungan yang positif, artinya semakin tinggi dukungan sosial dari orang
tuamaka semakin tinggi pula penyesuaian diri mahasiswa baru yang
merantau. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orang tua makin
rendah juga penyesuaian diri mahasiswa baru yang merantau. Selain
itu, pada penelitian ini, variabel dukungan sosial orang tuamemberikan
sumbangan efektif sebesar 0, 100 terhadap variabel penyesuaian diri. Bila
diubah menjadi bentuk persentase, maka variabel dukungan sosial
orang tua memberikan sumbangan efektif sebesar 10% terhadap variabel
penyesuaian diri.

Penelitian yang dilakukan oleh Ferdhila syifa Widowati (2018) dengan


judul “Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan penerimaan diri remaja di
panti asuhan”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa terdapat hubungan signifikan dengan arah positif antara dukungan sosial
teman sebaya dengan penerimaan diri remaja panti asuhan. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil koefisien korelasi = 0,654 dengan signifikan 0,000 < 0,01 yang
artinya semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi
penerimaan diri remaja panti asuhan. Oleh karena itu hipotesis awal penelitian ini
diterima. Ketika teman sebaya memberikan dukungan kepada remaja, maka
remaja panti asuhan akan merasa diterima dan mempengaruhi penerimaan dirinya.
Perbaiki lay out, format dan penulisannya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyesuaian Diri

2.1.1 Definisi Penyesuaian Diri

Menurut Schneide (Dalam Gufron & Risnawati, 2014 penyesuaian


diri adalah usaha manusia untuk menguasai tekanan akibat dorongan
kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan
dan tuntutan lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu
dengan realitas. Penyesuaian diri menurut kamus psikologi (Caplin, 2011)
adalah variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan
dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan.

Berdasarkan teori-teori diatas, peneliti memahami bahwa penyesuaian diri


adalah usaha manusia untuk mengubah diri sesuai lingkungannya.

2.1.2 Aspek-aspek penyesuaian diri

Menurut Buchori (2002), penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu:


a. Penyesuaian pribadi. Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan individu
untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Individu menyadari sepenuhnya siapa
dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak
obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab,
kecewa, dan tidak percaya diri. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak
adanya goncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa
tidak puas, rasa kurang, dan keluhan terhadap nasib yang dialami. Sebaliknya,
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan,
ketidakpuasan, dan keluhan terhadap nasib yang dialami.

b. Penyesuaian Sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial


tempat individu berinteraksi dengan orang lain, mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau
masyarakat secara umum. Setiap individu merupakan bagian dari masyarakat
yang saling memengaruhi satu sama lain yang mempunyai aturan, hukum, adat,
dan nilai-nilai yang dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari. Individu dituntut dapat
mematuhi normanorma dan peraturan sosial kemasyarakatan.

Hurlock (2008) mengemukakan aspek-aspek dalam penyesuaian diri,


yaitu:

a. Penampilan nyata. Overt performance yang diperlihatkan individu sesuai


dengan norma yang berlaku di dalam kelompoknya, berarti individu dapat
memenuhi harapan kelompok dan dapat diterima menjadi anggota kelompok
tersebut.

b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok. Individu mampu menyesuaikan


diri secara baik dengan setiap kelompok yang dimasukinya, baik teman sebaya
maupun orang dewasa.

c. Sikap sosial. Individu mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan


terhadap orang lain, ikut pula berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya
dengan baik dalam kegiatan sosial.
d. Kepuasan pribadi. Kepuasan pribadi ditandai dengan adanya rasa puas dan
perasaan bahagia karena dapat ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok dan
mampu menerima diri sendiri apa adanya dalam situasi sosial.

2.1.3 Bentu-bentuk Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (dalam Ali dan Asrori, 2006), penyesuaian sosial


sama dengan kemampuan atau kapasitas untuk bereaksi secara efektif dan wajar
pada kenyataan sosial, situasi sosial dan hubungan sosial. Schneiders (dalam Ali
dan Asrori, 2006) mengemukakan beberapa ciri orang dengan penyesuaian diri
yang baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Bentuk penyesuaian diri sosial dibagi tiga.

1. Penyesuaian diri di lingkungan keluarga

Adapun ciri-ciri penyesuaian diri yang baik di lingkungan keluarga adalah sebagai
berikut :

a. Relasi yang baik antara anggota keluarga

b. Mau menerima otoritas orang tua

c. Kemampuan menerima tanggung jawab keluarga dan menerima batasan-


batasan dalam tingkah laku

d. Membantu keluarga untuk meraih tujuan individu atau kelompok

e. Bebas dari pengaruh keluarga secara bertahap dan hidup mandiri

2. Penyesuaian diri di lingkugan sekolah

Adapun ciri-ciri penyesuaian diri yang baik di lingkungan sekolah adalah sebagai
berikut :

a. Mau menerima dan menghormati otoritas (tata tertib sekolah) Menerima


wewenang dan peraturan dari kepala sekolah dan guru tanpa disertai rasa marah
ataupun rasa enggan.
b. Mampu menjalin hubungan dengan teman dan guru Mempunyai relasi yang
baik dengan teman, guru dan orang-orang di lingkungan sekolah tanpa diwarnai
perasaan yang kurang baik seperti kebencian, iri hati dan penolakan.

c. Mau menerima tanggung jawab sebagai murid maupun sebagai bagian dari
institusi, dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan perannya sebagai
murid dan mampu menjaga nama baik sekolah.

d. Tertarik dan mau berpartisipasi dalam kegiatan sekolah Mau melibatkan diri
pada kegiatan-kegiatan yang diadakan pada lingkungan sekolah serta adanya
keinginan diri ikut aktif dalam aktivitas tersebut.

3. Penyesuaian diri di lingkungan masyarakat

Penyesuaian diri yang baik di lingkungan masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut :

a. Keinginan untuk mengenal dan menghormati hak-hak orang lain yang berbeda
dengan dirinya dan tidak melanggar hak orang lain serta tidak mengutamakan dan
memaksakan diri sendiri.

b. Melibatkan diri dalam relasi dengan orang lain dan mengembangkan


persahabatan, tidak menciptakan suasana yang dapat mengakibatkan
kesalahpahaman dengan orang lain dan mengembangkan keinginan untuk
bersahabat dengan orang lain.

c. Minat dan simpati terhadap kesejahteraan orang lain.

d. Sifat murah hati dan altruisme

e. Menghargai nilai-nilai dan integritas hukum, tradisi dan kebiasaan masyarakat.


Menerima aturan yang ada, tidak hanya sekedar mengikutinya tanpa mengerti
maksud aturan tersebut, memperhatikan baik buruknya nilai yang berlaku di
masyarakat
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri dikelompokkan


menjadi dua kelompok menurut Soeparwoto (2004) yang terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

1) Motif, merupakan dorongan-dorongan sosial seperti dorongan untuk


berprestasi, dorongan untuk menjadi lebih unggul didalam lingkungan, dorongan
untuk bersosialisasi.

2) Self-concept atau konsep diri, bagaimana individu memandang dirinya sendiri


serta sikap yang dimilikinya, baik terkait degan dimensi fisik, karakteristik
individual dan motivasi diri. Selain itu, 17 meliputi kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh dirinya, dan juga kekurangan atau kegagalan dirinya. Individu yang
memiliki konsep diri yang positif akan mampu menyesuaiakan diri dan
menyenangkan dibandingkan dengan individu yang memiliki konsep diri yang
buruk.

3) Persepsi, adalah proses pengamatan dan penilaian melalui kognitif maupun


afeksi individu terhadap objek, peristiwa dalam pembentukan konsep baru.

4) Sikap, merupakan kesiapan atau kesediaan individu untuk bertindak. Individu


dengan sikap yang baik cenderung lebih mudah dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan dibandingkan dengan individu yang memiliki sikap tidak baik.

5) Intelegensi dan minat, intelegensi sebagai langkah awal dalam berinteraksi atau
proses penyesuaian diri, dengan intelegensi individu dapat menganalisis dan
menalar, selain itu degan adanya minat terhadap sesuatu akan membatu
mempercepat proses penyesuaian diri individu.

6) Kepribadian, prinsipnya individu yang memiliki kepribadian ekstrovert


cenderung mudah menyesuaiakan diri dibandingkan dengan individu yang
memiliki kepribadian introvert.
b. Faktor eksternal

1) Keluarga Keluarga merupakan pintu awal individu dalam belajar berinteraksi


dengan individu lainnya. Pada dasarnya pola asuh akan menentukan kemampuan
penyesuaian diri individu, keluarga yang menganut pola asuh demokrasi akan
memberikan kesempatan lebih kepada individu untuk berproses dalam
penyesuaian diri secara lebih baik.

2) Kondisi Sekolah Sekolah dengan lingkungan kondusif akan sangat mendukung


individu agar dapat bertindak dalam proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya secara selaras.

3) Kelompok Sebaya Kelompok sebaya akan mempengaruhi proses penyesuaian


diri individu, kelompok sebaya dapat menjadi sarana yang baik dalam proses
penyesuana diri. Namun, ada juga yang sebaliknya sebagai penghambat proses
penyesuaian diri individu.

4) Prasangka Sosial Prasangka sosial akan menghambat proses penyesuaian diri


individu apabila masyarakat memberikan label yang negatif kepada individu
seperti nakal, suka melanggar peraturan, menentang orang tua dan sebagainya. 19
5) Hukum dan Norma Hukum dan norma akan membentuk penyesuaian diri yang
baik, apabila masyarakat konsekuen dalam menegakkan hokum dan norma yang
berlakku di dalam masyarakat.

Hurlock (2008) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi


penyesuaian diri individu di sekolah atau kampus, yaitu:

1) Teman-teman sebaya. Individu dengan teman-teman sebayanya mulai


belajar bahwa standar perilaku yang dipelajari mereka di rumah sama dengan
standar teman dan beberapa yang lain berbeda. Oleh karena itu, individu akan
belajar tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang dapat diterima dan apa
yang dianggap sebagai perilaku yang tidak dapat diterima.

2) Guru atau dosen. Secara langsung guru atau dosen dapat memengaruhi
konsep diri individu dengan sikap terhadap tugas-tugas pelajaran serta perhatian
terhadap siswa atau mahasiswa. Guru atau dosen yang memiliki penyesuaian diri
baik biasanya penuh kehangatan dan bersikap menerima siswa atau mahasiswa.
3) Peraturan sekolah. Peraturan sekolah memperkenalkan pada individu
perilaku yang disetujui dan perilaku yang tidak disetujui oleh anggota kelompok
tempat individu belajar, apa yang dianggap salah dan benar oleh kelompok sosial.

2.2 Dukungan sosial

2.2.1 Definisi dukungan sosial

Serason (Desiningrum, 2010) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah


keberadaan, kesedihan, kepedulian dari orang-orang yang dapat di andalkan,
menghargai dan menyayangi kita. House mendefiniskan bahwa dukungan sosial
sebagai hubungan interpersonal dalam menggali informasi, perhatian emosional,
evaluasi dan bantuan melalui interaksi dengan lingkungan .

Uchico (Sarafino 2011) dukungan sosial mengacu pada kenyamanan,


peduli, harga diri, atau bantuan yang tersedia untuk seseorang dari orang lain atau
kelompok. Dukungan bisa datang dari pasangan atau kekasih banyak sumber
orang tersebut, organisasi keluarga, teman, dokter, atau komunitas. Orang yang
mendapatkan dukungan sosial percaya bahwa mereka di cintai, dihargai, dan
bagian dari jaringan sosial, seperti keluarga atau komunitas organisasi, yang dapat
membantu pada saat dibuyuhkan, jadi dukungan sosial mengacu pada tindakan
benar-benar dilakukan oleh orang lain untuk mendapat dukungan.

Sarafino (2011) mengungkapkan bahwa individu yang mendapatkan


dukungan sosial percaya bahwa mereka di cintai, dihargai, serta dianggap sebagai
bagian xdari jaringan sosial, seperti keluarga dan organisasi kemasyarakatan.

Menurut Antonucci (dalam Sarafino, 2011) tidak semua orang mendapat


dukungan sosial yang mereka butuhkan. Banyak faktor yang menentukan apakah
orang dapat menerima dukungan.

Berdasarkan teori-teori diatas, peneliti memahami bahwa dukungan sosial


adalah menginginkan umpan balik dari seseorang unruk dicintai, dihargai, dan di
terima
2.2.2 Aspek dukungan sosial

Menurut Weiss (dalam kartika, 2008), menyatakan ada enam aspek


dukungan sosial yang disebut dengan “The Social Provision Scale” yaitu :

a. Aspek kerekatan emosional (emotional attachment)

Kerekatan emosional ini biasanya ditimbulkan dengan adanya perasaan


nyaman/aman terhadap orang lain atau sumber yang mendapatkan dukungan
sosial. Dan hal semacam ini sering dialami dan diperoleh dari pasangan
hidup,keluarga, teman maupun guru yang memiliki hubungan yang harmonis.

b. Aspek Integrasi Sosial (Social Integration)

Didalam aspek ini, individu dapat mermperoleh perasaan bahwa dia memiliki
suatu kelompok dimana kelompok tersebut tempatnya utuk berbagi minat,
perhatian serta melakukan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Dan
aspek dukungan semacam ini memungkinkan individu tersebut bisa
mendapatkanrasa aman, dimiliki serta memiliki dalam kelompok.

c. Adanya pengakuan (reanssurance of worth)

Individu yang memiliki prestasi dan berhasil karena keahlian maupun


kemampuannya sendiri akan mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari orang
lain. Biasanya dukungan semacam ini berasal dari keluarga dan lingkungan
tempat individu tersebut tinggal.

d. Ketergantungan yang dapat diandalkan

Dukungan sosial ini ada sebuah jaminan buat seseorang yang lagi bermasalah dan
dia menanggap ada orang lain yang dapat diandalkan untuk membantunya dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dukungan seperti ini biasanya berasal dari
keluarga.

e. Bimbingan (guidance)

Aspek dukungan sosial jenis ini adalah suatu hubungan sosial yang terjalin antara
murid dengan guru. Dan memberikan dampak positive serta memungkinkan
individu itu mendapatkan informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
f. Kesempatan untuk mengasuh (opportunity of nurturance)

Pengertian dari aspek ini adalah suatu aspek yang penting dalam hubungan
interpersonal individu dengan orang lain dan individu tersebut memiliki perasaan
dibutuhkan.

2.2.3 Bentuk-Bentuk dukungan sosial

Menurut Sarafino (2007), dikutip (dalam Dyah Ika Rahma).Terdapat

berberapa bentuk Dukungan Sosial :

a. Dukungan emosional

Dukungan ini dapat berupa ungkapan empati, simpati, kasih sayang,kepedulian


seseorang terhadap orang lain. Contohnya guru terhadap muridnya, terapis
terhadap kliennya dan masih banyak lagi.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan adalah suatu bentuk dukungan yang berupaungkapan


yang diberikan oleh orang tua, guru bahkan orangorang disekelilingnya dalam hal
membantu anak membangun kompetensi dan mengembangkan harga diri anak.
Pemberian dukungan ini dapat juga membantu individu untuk melihat segi-segi
positive yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain yang
berfungsi sebagai pembentukan rasa kepercayaan diri dan kemampuan

serta merasa dihargai dan bisa berguna saat individu tersebut dalam tekanan atau
masalah.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan yang berupa material dan lebih
bersifat bantuan, sumbangan dana, uang dan lain sebagainya.

d. Dukungan Informasi

Suatu bentuk dukungan, yang lebih bersifat nasihat, memberitahukan hal yang
baik, terhadap apa yang sudah dilakukan oleh individu tersebut

2.2.4 Faktor-faktor dukungan sosial


Myers ( dalam Anggun, 2010), mengemukakan terdapat dua faktor yang
paling utama penyebab yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan
sosial kepada orang lain yaitu :

a. Empati

Seseorang individu yang memiliki kemampuan berempati dengan orang lain, akan
sangat mudah untuk merasakan perasaan orang disekelilingnya dan mengalami
sendiri beban emosional yang dirasakan orang lain. Selain itu jiwa berempati
dengan orang lain merupakan bentuk motivasi yang utama dalam bersikap
maupun berprilaku dalam hal menolong.

b. Norma- norma

Selama dalam fase pertumbuhan dan perkembangannya, seorang individu sudah


diterapkan dan ditanamkan suatu norma, nilai-nilai dalam proses perkembangan
kepribadiannya. Semua hal itu didapat dari keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Karena dengan adanya norma ini bisa lebih mengarahkan individu menjadi
pribadi-pribadi yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya serta dapat
mengembangakan kehidupan sosial.

2.3 Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri

Menurut Blumer (Rhoton dkk, 2010) menyatakan bahwa manusia itu


bertindak atas dasar segala sesuatu bermakna bagi dirinya, dan makna tersebut
dapat dikembangkan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Hal ini terkait
dengan motivasi individu, interaksi sosial merupakan salah satu dari dukungan
sosial dimana dalam mencapai sesuatu seseorang juga membutuhkan dukungan
dari selain dirinya yaitu motivasi dari lingkungan atau sosialnya (Martin &
Dowson, 2009).

2.4 Kerangka Berfikir


Pada kerangka berfikir peneliti ingin mengetahui pola hubungan antara
variabel, apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian
diri di panti asuhan,

Terdapat dua variabel dalam penelitian yaitu :

Penyesuaian
Dukungan
Diri
Sosial

1. Variabel bebas
Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah Dukungan Sosial yang
selanjutnya di sebut variabel X
2. Variabel Terikat
Variabel terikatnya adalah Penyesuaian Diri yang selanjutnya di sebut
variabel Y

2.5 Hipotesis

Berdarakan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat di


rumuskansebagai berikut :

1. Hipotesis Alternatif(HA) :”Ada hubungan antara dukungan


sosial dengan penyesuain diri di panti asuhan”
2. Hipoteis nihil(HO) :”Tidak ada hubungan antara
dukungan sosial dengan penyesuaian diri di panti asuhan”
\\

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menggunakan


teknik korelasi, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel dengan
variabel lainnya. Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk kedalam
korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi
pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain.

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2013). Variabel adalah konsep yang mempunyai
variasi atau yang menjadi pembeda.

Variabel bebas (independent variable) variabel bebas adalah variabel yang


mempengaruhi. Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah dukungan sosial.
Variabel terikat (dependent variable) variabel yang di pengaruhi . Variabel
terikat (Y) pada penelitian ini ada penyesuin diri.

3.3 Definisi operasional variabel

3.3.1 Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan menginginkan umpan balik dari seseorang


unruk dicintai, dihargai, dan di terima. Untuk mengukur dukungan sosial remaja,
penulis menggunakan skala dukungan sosial yang disusun berdasarkan empat
jenis dukungan sosial menurut Sarafino dalam Oktavia, L (2002, h.17-18) yaitu
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan
informasi. Semakin inggi skor yang diperoleh dari skala dukungan sosial maka
semakin tinggi dukungan sosialnya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang
diperoleh maka semakin rendah dukungan sosialnya.

3.3.2 Penyesuain Diri

Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mengubah diri sesuai


lingkungannya. Untuk mengukur penyesuaian diri remaja, penulis menggunakan
skala yang disusun berdasarkan aspek penyesuaian diri yaitu aspek self
knowledge dan self insight, aspek self objectifity dan self acceptance, aspek self
development dan self control, aspek satisfaction yang dikemukakan oleh Pramadi
(1996, h.240).

3.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh remaja yang tinggal di Panti Asuhan
Darul Hadlonah Kudus dengan total jumlah ± 63 orang dengan kriteria subjek :

1. Seluruh remaja yang tinggal di Panti Asuhan Darul Hadlonah Kudus


yang berusia antara 13 sampai 18 tahun
2. Mereka masih duduk dibangku SMP dan SMU

Jumlah populasi ± 63 orang dan jumlah subjek penelitian sebanyak 55


orang.
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu validitas dan reliabilitas

3.5.1 Instrumen Penelitian

Meetode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini


dikumpulkan dengan menggunakan metode skala. Skala yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua macam yaitu skala yang mengungkap :penyesuaian diri dan
dukungan sosial

3.5.2 Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial merupaka skala khusus yang di rancang untuk


dukungan sosial untuk mengukur dukungan sosial di panti asuhan. Skala ini di
bentuk berdasarkan aspek yang dikatakan oleh house yaitu emosional, dukungan
penghargaan dukungan instrumen , dukungan informatif.

3.5.3 Skla Penyesuaian Diri

Sedangkan skala penyesuaian diri merupakan skala yang di rancang untuk


penyesuaian diri untuk mengukur penyesuaian diri di panti asuhan. Skala ini di
bentuk berdasarkan sapek yang dikemukan oleh kala penyesuaian diri yang
berdasarkan aspek dari Menurut Alberlt & Emmons (2002) yang terdiri atas :
aspek self-knowledge dan self-insight, aspek self-objectifity dan self-acceptance,
aspek self development dan self-control.

3.5.4 Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas Alat Ukur


Pengukuran validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi yang
memastikan bahwa item sudah baik dan benar dengan cara item diturunkan secara
tepat melaluiindikator perilaku sehingga item selaras dengan indikator perilaku
dan dimensinya (Perianto, 2015).

b.Uji reliabilitas alat ukur

Menurut Sugiono (2005) dalam Suharto (2009)serangkaian pengukuran


atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang
dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Item yang valid dicari
koefisiennya dengan teknik Cronbach Alpha. (Hair et al., 2010: 92) Cronbach’s
Alpha merupakan sebuah ukuran keandalan yang memiliki nilai berkisar dari nol
sampai satu

3.6Analisis Data

Analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan uji


asumsi (uji normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan) dan uji hipotesis

3.6.1 Uji normalitas

Uji normalitas di gunakan untuk mengetahui apakah data yang di peroleh


terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji normalitas pada variabel dukungan
sosial menunjukkan nilai K-S Z sebesar 0,953 dengan p sebesar 0,324 (p>0,05),
sedangkan uji normalitas pada variabel penyesuaian diri menunjukkan nilai K-S Z
sebesar 0,709 dengan p sebesar 0,696 (p>0,05). Dari uji asumsi yang telah dilaku
kan ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki sebaran data
normal.

3.6.2 Uji linearitas hubungan

Uji linearitas hubungan digunakan untuk mengetahui apakah data variabel


X (dukungan sosial) dan variabel Y (penyesuaian diri) memiliki hubungan yang
linear atau tidak. Hasil uji linieritas di atas menunjukkan linieritas antara
dukungan sosial dengan penyesuaian diri. Hal ini ditunjukkan dengan hasil dari
deviasi linieritas (p>0,05) yaitu sebesar 0,182 yang artinya dari uji asumsi yang
telah dilakukan memiliki hubungan linier.

3.6.3 Uji hipotesis

Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian korelasi yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel dukungan sosial dengan
penyesuaian diri. Uji hipotesis dengan teknik korelasi Product Moment hasilnya
adalah rxy sebesar 0,339 dengan p sebesar 0,011 (p<0,05), berarti ada hubungan
antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri. Semakin tinggi dukungan sosial
maka semakin tinggi penyesuaian diri pada remaja dan semakin rendah dukungan
sosial maka semakin rendah pula penyesuaian diri pada remaja. Untuk itu
hipotesis yang diajukan oleh penulis diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmah, Silfia, Asmidir Ilyas, dan Nurfarhanah. 2014. Masalah-Masalah Yang


Dialami Anak Panti Asuhan Dalam Penyesuaian Diri Dengan Lingkungan. Volum
3. Number 3.
Aristya, Nur, Dela, Anizar Rahayu. 2018 . Hubungan Dukungan Sosial Dan
Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri Remaja Kelas X Sma Angkasa 1 Jakarta.
Volum 2. Number 2.
Gunandar, Stephani, Maria, Muhana Sofiati Utami. 2017. Hubungan Antara
Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru
Merantau. Volum 3. Number 2.
Tricahyani, R.A . 2016. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian
Diri Pada Remaja Awal Di Panti Asuhan Kota Den Pasar.
Destianti, Citra. 2016 . Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian
Diri Pada Gelandangan Dan Pengemis Di Panti Sosial Bina Karya Pengudi Luhur
Bekasi.

https://www.universitaspsikologi.com/2018/08/penyesuaian-diri-teori-faktor-bentuk-
jenis-baik-dan-buruk.html?m=1 (diakses tanggal 24 november 2019)

Anda mungkin juga menyukai