Anda di halaman 1dari 43

BERFIKIR KRITIS

1. Tujuan pembelajaran umum


Di harapkan anda dapat memahami tentang berfikir kritis.
2. Tujuan pembelaran khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang di uraikan pada Bab
ini , di harapkan anda dapat :
a. Menjelaskan pengertian berfikir kritis
b. Menjelaskan manfaat dan fungsi berfikir kritis
c. Menjelaskan asumsi berfikir (think)
d. Memahami elemen berfikir kritis
e. Memahami model berfikir kritis dalam keperawatan
f. Memahami analisis berikir kritis
g. Memahami berfikir logis dan kreatif
h. Memahami karakteristik berfikir kritis
i. Memahami pemecahan masalah dalam berfikir kritis
j. Memehami proses dalam pengambilan keputusan berfikir kritis dalam
keperawatan
3. Pokok-pokok materi
a. Pengertian berfikir kritis
b. Manfaat dan fungsi berfikir kritis
c. Asumsi berfikir (think)
d. Elemen berfikir kritis
e. Model berfikir kritis dalam keperawatan
f. Analisis berfikir kritis
g. Berfikir logis dan kreatif
h. Karaktersitik berfikir kritis
i. Proses pengambilan keputusan berfikir kritis dalam keperawatan.
BERPIKIR KRITIS
A. Pengertian berfikir kritis
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkeseimbangan
mencangkup interkasi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi . sedangkan
berfikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam
keperawatan yang di dalam nya di pelajari definisi, elemen berfikir kritis,
model berfikir kritis, analisis berfikir kritis, berfikir logis dan kreatif.
Karakteristik berfikir kritis, pemecahan masalah dan langkah-langkah
pemecahan masalah, proses pengambilan keputusan, fungsi berfikir kritis ,
model penggunaan atribut proses intuisi, indicator, dan prinsip utama.
Anda sebagai seorang perawat merupakan pembagian dari pemberi
pelayanan kesehatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakana proses keperawatan akan selalu di tuntut untuk berfikir kritis
dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan
dengan kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada anda tentang
pemberian asuhan keperawatan komperhensif dan bermutu. Seseorang yang
berfikir dengan kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu
berbeda., meskipun objek nya sama. Dengan kata lain, tersedianya
pengetahuan baru , seseorang professional harus selalu melakukan sesuatu
dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmiah memberikan hasil yang lebih
baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain. Selanjutnya, apakah anda
mengetahui pengertian berfikir kritis? Coba anda sebutkan pengrtian berfikir
kritis menurut anda, tuliskan jawaban anda pada kolom dibawah ini!
Menurut para ahli (Potter dan Perry,2005), berpikir kritis adalah suatu
proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk mengintervensikan atau
mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan
berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman (dalam Baters, 1983) berfikir kritis adalah pengujian
secararasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,
masalah, kepercayaan dan tindakan. Berpikir kritis adalah suatu proses
pengujian yang menitikberatkan pendapat atau fakta yang mutakhir dan
mengintervensikan suatu kesimpulan tentang adanya perspekstif pandangan
baru.
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis, setidaknya anda
harus paham dari komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen berpikir
kritis meliputi pengetahuan dasar, pengalaman, kompotensi, sikap dalam
berfikir kritis, standar/karakteristik kritis.
Keterampilan koginitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
mememerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi,
tangan-tangan dan dukungan.
B. Manfaat dan fungsi berpikir kritis
1. Manfaat berpikir kritis
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis
adalah denominatur umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh
dalam pemikiran yangdisiplin dan mandiri.
Sebagai seorang perawat tentu anda sering dihadapkan pada situasi
yang kritis dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien. Anda
harus bertindak cepat-tepat dalam mengambil keputusan tanpa harus
merugikan dan membahayakan diri pasien atau diri sendiri.
Anda dapat menggunakan proses berpikir ini sepanjang waktu sejalan
dengan keterlibatan anda dalam pelayanan keperawatan dan menerapkan
pengetahuan yang anda miliki sehingga jadi lebih mampu untuk
membentuk asumsi, ide-ide dan membuat simpulan yang valid. Semua
proses tersebut tidak terlepasdari sebuah proses berpikir dan belajar,
secara garis besar manfaat berfikir kritis bagi perawat sebagai berikut:
a. Penerapan profesionalisme
Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.
Diperlukan oleh perawat karena perawat setiap hari mengambil
keputusan, perawat menggunakan keterampilan berpikir,
menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya
dan menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
b. Penting dalam membuat keputusan
Menurut kozier, berpikir kritis ditujukan pada situasi, rencana,
aturan yang terstandar dan mendahului dalam menggunakan
pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan
keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih
tindakan. Pelaksanaan keperawatan :
1) Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam
menguji hipotesis
2) Tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan
3) Evaluasi keperawatan, mengkaji efektivitas tindakan, perawat
harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan
kebutuhan dasar klien
4) Perlukah diulangi keperawatan
c. Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus
beragumentasi untuk menentukan, menjelaskan kebenaran,
mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan
terhadap suatu tuntutan/tuduhan.
Menurut Bandman and Bandman terkait dengan konsep berpikir
dalam keperawatan adalah :
1) Berhubungan dengan situasi perdebatan
2) Debat tentang suatu isu
3) Upaya untuk memengaruhi individu/kelompok
4) Penjelasan yang rasional
d. Penerapan proses keperawatan
Perawat berpikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan,
mengumpulkan data dan validasi, perawat melakukan observasi
berpikir kritis dalam pengumpulan data, mengelola dan
menggunakan ilmu-ilmu lain terkait. Perumusan diagnosis
keperawatan :
1) Tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, menentukan
masalah dan argumen secara rasional lebih terlatih, lebih tajam
dalam masalah
2) Perencanaan keperawatan, pembuatan keputusan
3) Investigasi berpikir kritis terhadap tujuan guna mengeksplorasi
situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah untuk menuju
pada hipotesis atau keputusan secara terintegrasi.

Berpikir kritis menurut bandman and bandman (1988)

1) Pengujian yang rasional terhadap ide-ide


2) Pengaruh
3) Asumsi
4) Prinsip-prinsip
5) Argumen
6) Kesimpulan-kesimpulan
7) Isu-isu
8) Pernyataan
9) Keyakinan
10) Aktivitas

Pengujian berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan dan


kreativitas.

2. Fungsi berpikir kritis dalam keperawatan


Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam
keperawatan.
a. Menggunakan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan
sehari-hari
b. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
c. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan
d. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan
e. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan
yang dilakukan
f. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan
g. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan
h. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan
i. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas
keperawatan
j. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan
k. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
keperawatan
l. Mencari alasan-alasan krieria, prinsip-prinsip dan aktivitas nilai-nilai
keputusan
m. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan
3. Asumsi berpikir (think)
Berpikir, perasaan dan berbuat dilakukan komponen dasar bersama
atau sejalan pada saat melakukan perawatan. Berpikir tanpa melakukan
sesuatu adalah sia-sia, bekerja tanpa berpikir adalah sangat berbahaya,
berpikir atau berbuat tanpa disertakan perasaan tidak mungkin. Metode
berpikir kritis menurut Freely Debate adalah individual decision group,
persuasion, propaganda, coercion.
4. Elemen berpikir kritis
Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen,
pemecahan masalah, keperawatan, serta kriteria yang digunakan dengan
komponen keterampilan, dan sikap berpikir kritis. Elemen berpikir kritis
antara lain :
a. Menentukan tujuan
b. Menyusun pertanyaan atau membuat rangka masalah
c. Menunjukan bukti
d. Menganalisis konsep
e. Asumsi
Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian.
Kriteria elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitian dan
keterkaitan.

C. Model berpikir kritis dalam keperawatan


Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan
keperawatan, dapat digunakan tiga model yaitu feeling, vision, examine
model.
1. Feeling model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktivitas
keperawatan dan perhatian. Misalnya, aktivitas dalam pemeriksaan tanda
vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian pada pernyataan,
serta pikiran klien.
2. Vision model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir,
mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan
hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan
kesehatan klien. Beberapa kritis ini digunakan unruk mencari prinsip-
prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk
merespons ekspresi.
3. Examine model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi.
Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini
digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari,
menguji, melihat konfirmasi kolaborasi, menjelaskan dan menentukan
manfaat sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Model berpikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli sebagai
berikut :
a. Costa and colleagues
Menurut Costa and collageus (dalam bandman dan Bandinan,
1988) klasifikasi berpikir dikenal sebagai “the six Rs” yaitu :
1) Remembering (mengingat)
2) Repeating (mengulang)
3) Reasoning (memberi alasan)
4) Reoganizing (reorganisasi)
5) Relating (berhubugan)
6) Reflecting (merenungkan)
b. Lima model berpikir kritis
Model berpikir kritis dibagi menjadi lima, yaitu :
1) Total recall
2) Habitz (kebiasaan)
3) Inquiry (penyelidikan/menanyakan keterangan)
4) New ideas and creativity
5) Know how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)

Ada empat alasan berpikir kritis, yaitu dedukatif, induktif,


aktivitas informal, aktivitas tiap hari, dan praktik. untuk menjelaskan
lebih mendalam tentang definisi tersebut, alasan berpikir kritis untuk
menganalisa penggunaan bahasa. perumusan masalah, penjelasan
dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan,
membedakan antara baik dan buruknya argument serta mencari
kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta
tindakan yang dilakukan.

D. Analisa Berpikir Kritis


1. Analisis kritis merupakan suatu cara untuk mencoba memahami
kenyataan kejadian atau peristiwa dan pernyataan yang ada dibalik
makna yang jelas atau makna langsung. Analisis kritis mensyaratkan
sikap untuk berani mennetang apa yang dikatakan atau dikemukakan oleh
pihak-pihak yang berkuasa
2. Analisa kritis merupakan suatu kapasitas potensi yang dimiliki oleh
semua orang, demikian analisis kritis tetap akan tumpul dan tidak
berkembang apabila tidak diasah atau dipraktikkan
3. Analisis kritis merupajan upaya pribadi atau upaya kolektif
4. Analisis kritis menentukan kemungkinan suatu kesempatan yang lebih
baik untuk memperbaiki kenyataan atau situasi yang telah dianalisis
5. Peran terpentng untuk melaksanakan analisis kritis bukanlah serangkaian
langkah atau pertanyaan yang berangkat dari ketidak tahuan menuju
pencerahan
6. Analisis kritis juga mencoba memahami riwayat pernyataan situasi atau
masalah yang perlu dipahami. Analisis kritis mengkaji situasi atau
peristiwa yang tengah dalam proses perubahan.
E. Berpikir logis dan kreatif
Berpikir logis adalah penalaran atau keterampilan berpikir dengan tepat,
ketepatan berpikir sangat tergantung pada jalan pikiran yang logis dalam
berpikir secara logis. Kita harus terampil untuk mengerti fakta, memahami
konsep hubungan dalam menarik kesimpulan.
Berpikir kreatif adalah berpikir lintas bidang yang ditandai dengan
karakteristik berpikir. Di samping itu, berpikir kreatif juga menuntut adanya
peningkatan diri terhadap tugas yang tinggi yang artinya kreativitas menuntut
disiplin yang tinggi dan konsisten terhadap bidang tugas.
F. Karakteristik berpikir kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah sebagai berikut :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intektual membentuk suatu konsep.
Sementara itu, konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian, konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang
digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan
dalam otak.
2. Rasional dan beralasan
Artinya, argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomenanya.
3. Reflektif
Artinya, bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi
atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Artinya, pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir
kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik
atau lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Artinya mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkakn menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinann
Berfikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, menciptakan suatu pemikiran baru dan alternative suatu
tindakan yang akan diambil.
8. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berfikir kritis mempunyai
sikap skeptic, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respect
terhadap berbagai data dan pendapat, respeck terhadap kejelasan dan
ketelitian, mencari pandangan-pandangan lainya yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggap baik.
9. Kriteria
Dalam berfikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.
Untuk sampai kearah mana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argument dapat disusun
dari beberapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria
yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standardisasi maka haruslah
berdasarkan relevansi, keakuratan fakta-fakta, berdasakan sumber yang
kredibel, teliti tidak benar dari logika yang kellru, logika yang konsisten,
dan pertimbangan yang matang.
10. Sudut pandang
Artinya, cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Sesorang yang berfikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Sedangkan menurut Siti Maryam, R (2008:25) berpendapat
“standar/karakteristik berpikir kritis meliputi standar intelektual dan standar
profesional”, yaitu:
1. Standar intelektual
a. Rasional dan memiliki alasan yang tepat
Berpikir kritis dilakukan jika ada alasan yang tepat dan rasional suatu
keadaan, bukan karena dugaan tertentu.
b. Refleks
Berpikir kritis dilakukan dengan fokus kepada masalah dan
mengumpulkan data yang sesuai.
c. Menyelidiki
Ketika berpikir kritis kita harus mengkaji masalah secara menyeluruh.
d. Otonomi berpikir
Pengambilan keputusan dalam berpikir kritis dilakukan oleh pemikiran
diri sendiri tanpa pengaruh dari orang lain.
e. Kreatif
Orang yang berpikir kritis harus kreatif dalam membuat ide dan
keputusan berdasarkan teori untuk menyelesaikan masalah.
f. Terbuka
Berpikir kritis dilakukan dengan mengkaji kembali alasan- alasan
orang lain yang telah digunakan dalam pengambilan keputusan dengan
cara terbuka.
g. Mengevaluasi
Berpikir kritis dilakukan dengan mengevaluasi kembali suatu penilaian
atau keputusan terhadap suatu masalah.
2. Standar profesional
a. Pengalaman
Pengalaman dapat memberikan suatu sarana untuk menguji
pengetahuan perawat. Menggunakan salah satu pengalaman dapat
dijadikan sebagai batu loncatan untuk membangun dan mendapatkan
pengetahuan yang baru , membuat suatu perbandingan, dan
menstimulasi pikiran yang lebih inovatif.
b. Dasar pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan perawat yaitu informasi dan teori dari ilmu
pengetahuan keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan.
c. Kode etik keperawatan.

G. Pemecahan masalah dalam berfikir kritis


Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya
masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan
apa yang seharusnya ada” pemecahan masalah dan pengammbilan keputusan
yang efektif di prediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir
kritis dan mengemmbangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role
mode di lingkungan kerjanya.
Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Mengetahui hakikat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan
3. Mengolah fakta dan data
4. Menentukan beberapa alternative pemecahan masalah
5. Memilih cara pemecahan alternative yang dipilih
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil
7. Evaluasi
H. Proses pengambilan keputusan berpikir kritis dalam keperawatan
Keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi
praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan.
Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan dan
kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan
perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis harus
memiliki kemampuan menyelesailan masalah dan mengambil keputusan yang
efekif baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengamblan keputusan bukan merupakan
bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan
membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam
praktik. Pengamblan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan
menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif.Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengamblan keputusan.
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Pengamblan keputusan tidak dilakukan secara sembrono, tetapi harus
berdasarkan pada sistematika tertentu:
a. Tersedianya sumber sumber untuk melaksanakan keputusan yang
akan diambil:
b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia;
c. Falsafah yang dianut organisasi;
d. Situasi lingkungan irternal dan eksternil yang akan merengaruhi
administrasi dan manajemen di dalam osganisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta- fakta yang terkumpul
dengan sistematis
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilh dari berbagai
alternatif yang telah dianalisis secara matang

Proses intuisi merupakan pendorong utama untuk bernalar logis (masuk


akal) sekaligus pemicu aktivitas berpikir bagi siswa. Untuk itu, perlu adanya
upaya pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif untuk
tercapainya kemampuan berpikir yang diharapkan mampu mengoptimalkan,
serta memupuk sikap positif dan pola berpikir yang membudaya dalam
mengatasi permasalahan sesungguhnya. Salah satu solusi yang dipandang
tepat untuk mewujudkan tuntutan tersebut adalah pendekatan kontekstual
berbasis intuisi sebagai suatu pendekatan yang diawali dengan informasi
informal dalam menyelesaikan masalah berkonteks yang dirancang secara
khusus.

Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari


beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku
berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek.

1. Relevance, yaitu keterkaitan dari pernyataan yang dikemukakan.


2. Importance, yaitu penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang
dikemukakan.
a. Novelty, yaitu kebaruan dari isi pikiran baik dalam membawa ide-ide
atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide
orang lain.
b. Outside material, yaitu menggunakan pengalamannya sendiri atau
bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan.
c. Ambiguity clarified, yaitu mencari penjelasan atau informasi lebih
lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
d. Linking ideas, yaitu senantiasa menghubungkan fakta, ide atau
pandangan, serta mencari data baru dari informasi yang berhasil
dikumpulkan.
e. Justification, yaitu memberikan bukti-bukti, contoh atau justifikasi
terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk
didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntingan
dan kerugian dari suatu situasi atau solusi.

Beberapa pendapat dari ahli tentang indikator bahwa seseorang telah


berpikir kritis pada suatu situasi tertentu, seperti wade (dalam potter &
perry, 2005) yang mengidetifikasi delapan karakteristik berpikir kritis
meliputi:

1. Kegiatan merumuskan pertanyaan,


2. Membatasi permasalahan
3. Menguji data
4. Menganalisis berbagai pendapat
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6. Menghindari penyederhadaan berlebihan
7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8. Menoleransi ambiguitas
DAFTAR PUSTAKA

Budiono. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Kemenkes. (2016)


Maryam, Siti, dkk. Buku Ajar Berpikir Kritis Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.
(2008)
MATA KULIAH ANALISA DATA
BERPIKIR KRITIS

Disusun Oleh :

Ade Amelia 2720160008 Pathiah 2720160060


Adinda Rosdiana D 2720160009 Devi Dwi Setyamukti 2720160070
Warnengsih 2720160032 Ayu Try Mulhani 2720160075
2720160005
Nur’aini Ratu R W Mauryda Dwitya 2720160082
1
Ananda Fitra 2720160053 Naufilatun 2720160083
Vina Nur Marisca 2720160055 Yuliza Nur Fadhila 2720160089
Indah Noviyanti 2720160056 Suci Rahmadayati M 2720160093
Ulpah 2720160058 Desi Harianni 2720160101
Dinanti Lestari 2720160059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SEMESTER VIII
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Dewi Kurniati
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan-Indonesia
Email : dewikurniati.dk02@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan, Berpikir kritis merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki perawat.
Namun, metode pembelajaran yang biasa dilaksanakan belum dapat memfasilitasi
pengembangan kemampuan berfikir kritis mahasiswa keperawatan secara optimal. Berfikir
adalah merupakan salah satu fungsi otak dan fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik jika
tubuh dalam keadaan sehat dan lingkungan yang memberikan rangsangan. Untuk
melaksanakan proses perawatan perawat dituntut melakukan aktifitas kognitif dalam berpikir
kritis yang diperlukan beberapa komponon antara lain: pengetahuan, pengkajian, kompetensi,
sikap dan standar berpikir kritis dalam proses keperawatan mulai dari proses Pengkajian,
Diagnosis keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan dan evaluasi yang semuanya
merupakan standar praktek keperawatan professional. Perawat dalam memenuhi secara
komperhensif menggunakan keterampilan kritis dan professional sehingga pelayanan yang
diberikan bermutu bagi pasien maupun perawat sendiri.

Kata kunci : Berpikir kritis

ABSTRACT

Introduction, Critical thinking is the main ability that nurses must have. However, learning
methods that are commonly implemented have not been able to optimally facilitate the
development of critical thinking skills of nursing students. Thinking is one of the functions of
the brain and this function can work well if the body is in a healthy state and the environment
that provides stimulation. To carry out the process of nursing nurses are required to perform
cognitive activities in critical thinking that required several components including:
knowledge, assessment, competence, attitudes and standards of critical thinking in the
nursing process starting from the process of Assessment, Nursing Diagnosis, Nursing
Planning, Implementation and evaluation which all constitute standards of professional
nursing practice. Nurses in fulfilling comprehensively use critical and professional skills so
that the services provided are quality for both patients and nurses themselves.

Keywords: Critical think


PENDAHULUAN

Berpikir kritis (critical thinking) merupakan kompetensi utama yang menunjang


praktik klinik keperawatan (Simpson & Courtney 2002). Berpikir kritis merupakan pondasi
bagi perawat untuk melakukan penalaran, mengidenti-fikasi dan mengatasi masalah pasien
dan mengambil keputusan klinik. Sebagai luarannya, berpikir kritis secara signifikan
berpengaruh terhadap perilaku caring (Mulyaningsih, 2011), kualitas
asuhan keperawatan (Aprisunadi, 2012), dan mendukung keamanan pasien (Alfaro-LeFevre
2011). Sehingga, berpikir kritis menjadi capaian belajar utama dalam pendidikan
keperawatan (Wilkinsom, 2011). Untuk melaksanakan proses perawatan perawat dituntut
melakukan aktivitas kognitif dalam berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis tumbuh pada
saat anda memperoleh pengetahuan baru dalam prkatik keperawatan. Kataoka-Yahiro dan
Saylor (1994) mengembang-kan model berpikir kritis yang meliputi tiga tingkat pemikiran
kritis, yaitu: dasar, kompleks, dan komitmen. Berpikir kritis dalam pendidikan keperawatan
merupakan komponen penting dari akuntabilitas profe- sional dan asuhan keperawatan
berkualitas. Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat berpikir kritis untuk memproses data
yang kompleks dan membuat keputusan yang cerdas mengenai perencanaan dan pengelolaan
mengingat pentingnya hal tersebut dalam pembuatan keputusan, problem solving dan clinical
judgment, sedangkan kepercayaan diri mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan
individu, dari kemampuan individu untuk berpikir optimis dan bertahan melalui kesulitan,
serta pengembangan rasa percaya diri adalah komponen utama pengambilan keputusan
yang benar dalam konteks klinis. (Carlos et al., 2014; Ludenberg & Kim, 2016; Shin,
Jung, Shin, & Kim, 2006).
Walaupun berpikir kritis dan kepercayaan diri merupakan hal yang penting, namun tidak
semua mahasiswa mampu melakukan hal tersebut, hal tersebut di sebabkan oleh beberapa
faktor seperti pada penelitian Shea & Bidjerano (2009) menyatakan bahwa faktor penting
dalam pengembangan pemikiran kritis tergantung pada tingkat kenyamanan mahasiswa
dan agar instruktur dapat mengembangkan hal tersebut maka instruktur harus membantu
mahasiswa mendapatkan kenyamanan dan keperca-yaan diri dalam melakukan kegiatan
untuk mengembangkan keterampilan. Oleh karena itu, lingkungan belajar dapat
mempengaruhi pengembangan kemampua berpikir kritis dan harus dieksplorasi lebih lanjut.
Pada penelitian Purvis (2009) yang mewawaarai dan mengidentifikasi maha- siswa
keperawatan di dapatkan bahwa metode ujian atau metode penilaian mempengaruhi
pengembangan keterampi-lan berpikir kritis mereka. Selain itu, pada penelitian Kumm,
Godfrey, Richards, Hulen, & Ray (2016) didapatkan hasil bahwa mahasiswa mengalami
kelemahan di beberapa aspek salah satunya dalam berpikir kritis. Sehingga, penelitian
tersebut menyarankan untuk mengetahui lebih jauh tentang metode pembelajaran yang
tepat untuk mempersiapkan mahasiswa. Selain itu, pada penelitian Syahreni & Waluyanti
(2007) didapatkan hasil bahwa pengalaman belajar sangat penting dalam proses
pembelajaran di FIKUI, dengan pengalaman belajar mahasiswa akan memperoleh
keterampilan berpikir kritis, prosedur, berinteraksi dengan klien, dan teman sejawat serta
dengan tim kesehatan lain dalam pemberian asuhan keperawatan.
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi juga kebiasaan seseorang
untuk bertanya, mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih
tentang suatu masalah (Facione, 1990).

METODE
Literature Review ini menganalisis Artikel Jurnal dan buku-buku referensi yang berfokus
pada metode pembelajaran Klinik yang mengaplikasikan kemampuan berpikir kritis dalam
proses keperawatan.

HASIL
Berdasarkan hasil yang di dapatkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan proses
pengaplikasian berpikir kritis dalam Keperawatan terdapat beberapa tahap, antara lain :

Pemikiran Kritis Dasar


Pada tahap pemikiran kritis dasar, pelajar mempercayai bahwa para ahli memiliki jawaban
yang benar untuk setiap masalah. Berpikir adalah nyata dan berdasar pada setiap masalah.
Contohnya, sebagai mahasiswa-mahasiwi keperawatan, anda menggunakan standar
operasional rumah sakit pada saat memasukkan kateter Foley. Anda akan mengikuti aturan
tahap demi tahap tanpa mempertimbangkan kebutuhan klien secara individual (contoh :
posisi untuk mengurangi nyeri atau membatasi gerakan klien). Anda tidak memiliki
pengalaman yang cukup untuk mengantisipasi bagaimana menerapkan prosedur secara
individual. Pemikiran Kritis Dasar adalah satu tahap awal untuk mengembangkan suatu
penjelasan (Kataoka-Yohiro dan Saylor, 1994). Pemikir kritis pada tingkat dasar belajar
menerima bagaimana berbagai opini dan nilai yang berbeda dari beberapa ahli (contoh :
model instruktur dan staf perawat).
Pemikiran Kritis Kompleks
Pemikiran Kritis Kompleks mulai dapat memisahkan dirinya dari suatu aturan. Mereka
menganalisis dan memeriksa pilihan-pilihan dengan lebih independen. Kemampuan berpikir
dan keinginan untuk melihat pendapat para ahli secara lebih luas mulai terbentuk. Perawat
belajar bahwa solusi alternatif dan mungkin bertolak belakng mungkin diperlukan. Pada
pemikiran kompleks, setiap solusi memiliki keuntungan dan resiko masing-masing yang
harus dipikirkan dengan hai-hati sebelum menentukan keputusan terakhir.

Komitmen
Tingkat ketiga dari pemikiran kritis adalah komitmen (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994).
Pada tahap ini seseorang dapat mengantisipasi keadaan untuk menentukan suatu pilihan tanpa
bantuan orang lain. Apapun keputusan yang anda ambil, anda akan mempertanggung
jawabkan alternatif kompleks pada suatu masalah. Pada tingkat komitmen, anda memilih
tindakan yang sesuai dengan alternatif pemecahan yang ada dan mendukungnya.

PEMBAHASAN
Berpikir dan belajar adalah proses yang berkaitan. Seiring berjalannya waktu, pengetahuan
dan pengalaman klinis akan meningkatkan kemampuan anda untuk melakukan observasi,
penilaian, serta membuat suatu pilihan. Pada umumnya, definisi pemikiran klinis
menitikberatkan pada pikiran logis dan alasan yang mendasarinya (Di Vito-Thomas,2005).
Pemikir yang kritis akan memperhatikan apa yang penting dalam sebuah situasi,
membayangkan dan mengeksplorasi semua alternatif, mempertimbangkan kode etik, dan
kemudian membuat suatu keputusan.
Berpikir kritis adalah sebuah komitmen untuk berpikir jernih, tepat dan akurat, serta bertidak
sesuai dengan keadaan.
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampun kognitif, tetapi juga kebiasaan seseorang
untuk bertanya, mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih
tentang suatu masalah. Perawat yang menerapkan pemikiran kritis dalam bekerja akan fokus
terhadap penyelesaian masalah dan membuat keputusan, serta tidak akan membuat keputusan
yang terburu-buru ataupun ceroboh. Perawat yang bekerja dalam situasi kritis seperti di unit
gawat darurat sering bertindak terlalu cepat pada saat ada masalah. Namun, perawat tersebut
telah berlatih disiplin dalam membuat suatu keputusan untuk menghindari keputusan yang
terlalu cepat dan tidak tepat. Belajar berpikir kritis akan membantu anda untuk merawat
klien dimana anda akan menjadi seorang pemberi saran, dukungan, daan akhirnya dapat
membantu klien untuk menentukan pilihan terkait dengan perawatan (Facione dan Facione,
1996) menentukan konsep untuk berpikir kritis. Ilmu keperawatan berkembang sangat cepat
dan akan selalu ada informasi baru yang dapat diterapkan dalam praktik.
Berpikir kritis merupakan tanda atau standar untuk perawat professional yang kompeten.
Kemampuan untuk berpikir kritis, meningkatkan praktik klinik dan mengurangi kesalahan
pada penilaian klinis adalah visi dari praktek keperawatan (Di vito-Thomas, 2005).
Menurut Gaberson & Oermann, (2010) pemikiran kritis memungkinkan perawat membuat
penilaian yang beralasan dan terinformasi dalam setting praktik dan memutuskan apa yang
harus dilakukan dalam situasi tertentu. Begitupun dengan kepercayaan diri merupakan
komponen utama pengambilan keputusan yang benar dalam konteks klinis dan untuk proses
penilaian terkait. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri untuk bereaksi
terhadap situasi darurat meningkat saat faktor seperti latihan berulang dan latihan simulasi
hadir (Carlos et al.,2014).
Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, penting untuk mempelajari bagaimana
menghubungkan pengetahuan dan teori dengan praktik. Kemampuan anda untuk mengelola
pengetahuan yang anda dapatkan di kelas, dari membaca atau dari hasil diskusi dengan
pelajar lain, dan kemudian menerapkannya pada saat anda merawat klien adalah hal yang
menantang.
Krulik dan Rudnick (Fachrurazi, 2011) mengklasifikasikan keterampilan berpikir ke dalam
empat tingkat, yaitu: 1) menghafal (recall thinking), 2) dasar (basic thinking), 3) kritis
(critical thinking), 4) kreatif (creative thinking). Selanjutnya, King (1997) mengelompokkan
keempat tingkatan berpikir tersebut menjadi dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan
berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir dasar hanya
terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis, misalnya menghafal dan mengulang
informasi yang pernah dipeolehnya. Sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi
kemampu-an pemecahan masalah, pengambilan keputusan berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Hal ini menunjukkkan bahwa salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah
kemampuan berpikir kritis.
Baron dan Stemberg (1987) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu pikiran yang
difokuskan untuk memutuskan apa yang diyakini untuk dilakukan. Definisi ini merupakan
gabungan dari lima hal dasar dalam berpikir kritis yaitu praktis, reflektif, masuk akal,
keyakinan dan tindakan. Pendapat serupa juga diungkapkan Ennis (1991) yang
mendefinisikan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses penggunaan kemampuan
berpikir secara rasional dan reflektif yang bertujuan untuk mengambil keputusan tentang apa
yang diyakini atau dilakukan. Hal penting tentang berpikir ktitis menurut Ennis (2011), yaitu
berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian tentang sesuatu yang dilakukan dengan penuh
kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Dimana salah satu tujuan utama yang sangat
penting adalah untuk membantu seseorang membuat suatu keputusan yang tepat dan terbaik
dalam hidupnya. Selain itu, Ennis (1991) juga mengungkapkan bahwa ada enam unsur dasar
berpikir kritis yang harus dikembangkan dalam pembelajaran yaitu; fokus, alasan,
kesimpulan, situasi, kejelasan dan pemeriksaan secara menyeluruh. Langkah awal dari
berpikir kritis adalah fokus terhadap masalah atau mengidentifikasi masalah dengan baik,
mencari tahu apa masalah yang sebenarnya dan bagaimana membuktikannya. Langkah
selanjutnya adalah memformulasi argumen -argumen yang menunjang kesimpulan mencari
bukti yang menunjang alasan dari suatu kesimpulan sehingga kesimpulan dapat diterima atau
dengan kata lain alasan yang diberikan harus dan sesuai dengan kesimpulan. Jika alasan yang
dikemukakan sudah tepat, maka harus ditunjukkan seberapa kuatkah alasan itu dapat
mendukung kesimpulan yang dibuat. Situasi juga merupakan hal penting yang harus
diperhatikan dalam berpikir kritis karena aktifitas berpikir juga dipengaruhi oleh lingkungan
atau situasi yang ada disekitar sehingga kesimpulan juga harus disesuaikan dengan situasi
yang sebenarnya. Selain itu, istilah-istilah yang dipakai dalam suatu argumen harus jelas
sehingga kesimpulan dapat dibuat dengan tepat dan hal penting terakhir yang harus dilakukan
adalah memeriksa secara menyeluruh apa yang sudah ditemukan, dipelajari dan disimpulkan.
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen esensial dari akuntabilitas
profesional dalam asuhan keperawatan. Perawat diminta untuk bisa berfikir kritis dengan
menggunakan pengetahuan mengenai ilmu keperawatan nya secara menyeluruh agar bisa
memberikan perawatan yang efektif (Billings, 2009). Seorang perawat harus memiliki
kemampuan untuk menggali setiap perubahan yang terjadi pada kondisi pasien, memberikan
pelayanan keperawat-an mandiri, dan tanggap terhadap berbagai permintaan dan bisa
menentukan prioritas. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang
mumpuni dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dengan baik serta bisa
berkomunikasi dengan lancar dan jelas (Fero et al, 2009).
Perawat akan menemukan berbagai situasi dengan masyarakat dan pasien, anggota keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga penting berpikir kritis pada setiap situasi. Perawat
harus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dan
pengalaman baru yang menyangkut pasien dengan cara berpikiran terbuka, kreatif, percaya
diri dan bijaksana. Perawat memiliki peranan penting dalam mengambil keputusan klinis
yang tepat dan akurat. Pengambilan keputusan klinis merupakan hal yang membedakan
antara perawat dan staf teknis. Perawat profesional akan mengambil tindakan yang cepat dan
tepat ketika keadaan klien memburuk, mendeteksi jika pasien mengalami komplikasi serta
memiliki inisiatif untuk mengatasinya, potter dan Perry dalam Aprisunadi, (2011).
Lulusan perawat akan sering di hadapkan pada pasien dengan berbagai macam situasi dan di
tuntut untuk mampu berpikir kritis dan sistematis untuk menganalisa sesuai penyakit yang
diderita pasien, (Indriasari, 2016). Haryanto, (2014) men-dukung pendapat tersebut dengan
menjelaskan rentang perawatan pasien di Rumah Sakit bervariasi mulai dari kasus yang
ringan hingga kasus yang kompleks, sehingga menuntut perawat untuk berpikir kritis dan
mempunyai waktu tanggap yang cepat.
Berpikir kritis memiliki kaitan dalam proses pengambilan keputusan dan penilaian klinis
yang akan menjadi penentu pemberian tindakan yang cepat maupun pemberian asuhan
keperawatan yang profesional.
Facione, (2016) mengatatakan terdapat enam sub skill dalam berpikir kritis yaitu, interpretasi,
analisis, evaluasi, inferen, penjelasan dan relugasi diri. (Potter dan Perry, 2013),
menejelaskan penerapannya dalam keperawatan. Interpretasi adalah proses memahami dan
menyatakan makna dari banyak bentuk pengalaman, situasi, data, pemeriksaan atau kriteria.
Interpretasi bagian sub skill yang mengkategorikan, signifikasi dan menjelaskan makna
(Facione, 2013). Perawat dapat mencari data secara berkala dan sistematis agar dapat
mengetahui data yang kurang (Potter & Perry, 2013). Analisis merupakan proses
mengidentifi-kasi hubungan inferensial dan aktual di antara pertanyaan, pernyataan, konsep,
deskripsi untuk mengungkapkan keyakinn-an, penilaian, pegalaman, alasan, informasi atau
pendapat (Facione, 2013). Analisis meliputi pengujian data, pendeteksian argumen (Potter &
Perry, 2013).
Evaluasi yaitu representasi dari laporan atau deskripsi dari persepsi, pengalaman dan
menaksir hubungan inferensial, deskripsi atau bentuk representasi lainnya (Facione,2013).
Evaluasi dalam kepera-watan digunakan untuk melihat situasi secara objektif dan
menggunakan kriteria untuk menentukan hasil yang diharapkan atau tindakan keperawatan,
evaluasi dilakukan pada tindakan yang telah perawat kerjakan (Potter & Perry, 2013).
Inference berarti mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang dipelukan untuk membuat
kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan informasi yang relavan dan menyimpulkan konsekuensi dari data
(Facione,2013). Dalam keperawatan aplikasi inferensi yaitu melihat arti dari data yang
dikumpulkan dan menentukan signifikansi nya, apakah terdapat hubungan antar data, apakah
data tersebut dapat membantu untuk mengetahui adanya masalah pasien (Potter & Perry,
2013). Penjelasan yaitu mampu menyatakan hasil-hasil dari penalaran seseorang, penalaran
tersebut dari sisi konseptual (Facione, 2013). Dalam keperawatan di aplikasikan untuk
menjelaskan penemuan dan kesimpulan yang dibuat oleh perawat, menggunakan semua
pengetahuan dan pengalaman perawat untuk menentukan cara yang tepat dalam merawat
pasien (Potter & Perry,2013). Relugasi diri adalah secara sadar diri memamtau kegiatan-
kegiatan kognitif sesorang, unsur-unsur yang digunakan dalam hasil yang diperoleh, terutama
dengan menerapkan keahlian dalam analisi dan evaluasi untuk penilaiannya sendiri (Facion,
2013). Aplikasi pengontrolan diri dalam keperawatan yaitu melihat kejadian yang tekah
dialami dan menemukan cara bagaimana dapat memperbaiki kinerja perawat dan
menanyakan apakah yang dapat membuat perawat merasa lebih berhasil (Potter & Perry,
2013).
Untuk mewujudkan mahasiswa yang dapat berpikir kritis tersebut maka proses pembelajaran
harus di ubah, dari onw-way traffic menjadi two-way traffic dan interaktif menjadi sangat
penting. Pembelajaran interaktif merupakan salah satu karakteristik Student-Centered
Learning (SCL) yang berfokus pada peserta didik (Harsono, 2008). Salah satu pendekatan
SCL adalah PBL dimana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian
dilanjutkan dengan proses pencarian informasi yang bersifat Student-Centered. Proses
pendidikan yang terencana seperti PBL dapat menciptakan peserta didik menjadi aktif dalam
menggali potensi diri dan berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang ada di lingkungan kerja nyata (Arlan, Fitria, Rafiyah, 2014). Problem based learning
(PBL) dalam pelaksanaannya juga bertujuan agar mahasiswa dapat berpikir kritis dalam
menyelesaikan kasus melalui pendekatan koopratif.
Aliyu dkk (2014) mengatakan berpikir kritis dalam klinik keperawatan adalah untuk
mengambil keputusan dan kemampuan untuk berpikir secara sistematis dan logis dengan
keterbukaan terhadap pertanyaan dan merenungkan proses penalaran yang digunakan untuk
memasstikan keamanan praktik keperawatan dan kualitas caring.
Paul dalam Perry & Potter (2009) menyatakan komponen sikap dianggap sebagai aspek
sentral sebagai seorang pemikir yang kritis, sikap-sikap yang termasuk kepercayaan diri,
kemandirian, integritas, pengambilan resiko, kreativitas, keadilan, kerendahan hati,
keberanian.

KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah sebuah komitmen untuk berpikir jernih, tepat dan akurat, serta bertidak
sesuai dengan keadaan.
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampun kognitif, tetapi juga kebiasaan seseorang
untuk bertanya, mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih
tentang suatu masalah. Menurut Gaberson & Oermann, (2010) pemikiran kritis
memungkinkan perawat membuat penilaian yang beralasan dan terinformasi dalam setting
praktik dan memutuskan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu. Begitupun dengan
kepercayaan diri merupakan komponen utama pengambilan keputusan yang benar dalam
konteks klinis dan untuk proses penilaian terkait. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan diri untuk bereaksi terhadap situasi darurat meningkat saat faktor seperti latihan
berulang dan latihan simulasi hadir (Carlos et al.,2014).
Facione, (2016) mengatatakan terdapat enam sub skill dalam berpikir kritis yaitu, interpretasi,
analisis, evaluasi, inferen, penjelasan dan relugasi diri. (Potter dan Perry, 2013),
menejelaskan penerapannya dalam keperawatan. Interpretasi adalah proses memahami dan
menyatakan makna dari banyak bentuk pengalaman, situasi, data, pemeriksaan atau kriteria.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sudono,dkk.2017. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol 10, No.1. Gambaran
Kemampuan berpikir kritis Perawat Primer dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Islam Surakarta.
Barbara Kozier. 2010. Fundamental of Nursing:concepts, process, and practi. Jakarta : EGC
Cynthia Lee Terry, Aurara Weaver. 2013. Keperawatan kritis. Yogyakarta : Rapha
Publishing
Daniati,dkk. 2018. Jurnal kesehatan holistik, vol 12, No.1, pengaruh Berpikir Kritis
Terhadap kemampuan Perawat Pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Hermina Bekasi
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir kritis. Jakarta : Selemba Medika
M.Gaie Rubenfeld. 2006. Berpikir Kritis dalam keperawatan. Jakarta : EGC
Nursalam,Efendi,F.2008.Pendidikan dal-am keperawatan.Jakarta : Selemba Medika
Fathi,A,7 Simamora,R.H. 2008. Intesvinting nurses’coping strategies in their workplace as
an indicator of quality study. In IOP Conference series : earth anda environmental
science (vol. 248, No.1, p.0102031). IOP Publishing
Potter, Patrecia A 2009. Fundamental Keperawatan.Jakarta :Selemba Medika
Potter, Patrecia A. 2010. Fundamental Keperawatan Buku dua Edisi 7. Jakarta : Selemba
Medika
Potter, Perry. 2010. Fundamental of Nursing buku 1 edisi 7. Jakarta : Selemba Medika
Potter, Patrecia A, 2005. Buku ajar Fundamental keperawatan :konsep, proses, dan praktik.
Jakarta : EGC
Syahreni,E,Waluyanti,F,T.2007. Pengalaman mahasiswa S1 Keperawa-tan program reguler
dalam pembelaja-ran klinik.Jurnal keperawatan Indone-sia. 11(2),47-53
Sumijatun. 2009. Manajemen Keperawat-an Konsep Dasar dan Aplikasi pengambilan
keputussan klinis.Jakarta : Cv. Trans Info Media
Saleh, dkk. 2018. Jurnal Keperawatan muhammadiyah, Efektifitas Metode pembelajaran
klinik terhadap kemampuan berpikir kritis dan kepercayaan diri Mahasiswa
Keperawatan.
Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin. 2009. Ilmu kesehatan Masyarakat : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Selemba Medika
PENTINGNYA MENGETAHUI BERPIKIR KRITIS DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN

Gracella Ajani Pakpahan/181101056

gracella_ajani@yahoo.com

Abstrak

Berpikir kritis merupakan suatu proses aktivitas dimana seseorang dapat memecahkan masalah
melalui ide-ide yang telah dianalisis terlebih dahulu. Berpikir kritis perlu dilakukan oleh seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan guna untuk memberikan layanan keperawatan
yang efisien. Jenis metode penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan observasi
atau pengamatan dan literasi. Dimana hasil dari observasi dan literasi tersebut menyatakan bahwa
berpikir kritis sangat penting karena dapat berpengaruh kepada asuhan keperawatan. Pada berpikir
kritis, karakteristik, proses, dan pengaplikasian harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin
oleh seorang perawat karena berpikir kritis merupakan komponen yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup klien.

Kata kunci : berpikir kritis, klien, asuhan keperawat


LATAR BELAKANG

Berpikir adalah suatu proses yang menggunakan akal budi atau pikiran untuk
memutuskan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa berpikir memiliki
sifat yang ideal dalam melakukan aktivitas atau kegiatan.

Berpikir kritis adalah suatu proses aktivitas dimana seseorang dapat memecahkan
masalah melalui ide-ide yang telah dianalisis terlebih dahulu. Menurut Tappen (1989)
mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu keterampilan dalam pengembangan untuk
memecahkan suatu masalah.

Perawat merupakan bagian dari pemberian layanan kesehatan yang memberikan


asuhan keperawatan dengan menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, sehingga
perawat harus selalu berpikir kritis dalam keadaan apapun agar pemberian layanan dapat
dilakukan dengan efisien. Asuhan keperawatan merupakan suatu kewajiban bagi seorang
perawat kepada pasien dalam menjalankan tugasnya demi kelangsungan hidup pasien. Oleh
sebab itu, sebelum melakukan pengambilan keputusan dalam asuhan keperawatan, berpikir
kritis merupakan hal sangat penting dan esensial yang perlu dilakukan oleh seorang perawat
karena berpikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan untuk menguji berbagai
permasalahan yang berdasarkan pertimbangan yang logis sebelum mengambil suatu
keputusan dalam asuhan keperawatan (Ignatavicius & Workman, 2006).

Di dalam berpikir kritis, terdapat karakteristik, proses, dan juga aplikasi. Oleh karena
itu, karakteristik dari berpikir kritis meliputi karakteristik intelektual dan karakteristik
professional. Berpikir kritis memiliki lima proses dalam keperawatan yaitu berpikir kritis
pada tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap perencanaan, tahap implementasi,
dan tahap evaluasi. Sehingga dari proses tersebut, dapat diketahuinya penerapan atau
pengaplikasian berpikir kritis dalam keperawatan.

TUJUAN

1. Tujuan umum

a) Untuk mengetahui karakteristik berpikir kritis.


b) Untuk mengetahui proses berpikir kritis.
c) Untuk mengetahui aplikasi berpikir kritis dalam keperawatan.
2. Tujuan khusus

a) Untuk mengetahui apakah karakteristik, proses, dan aplikasi dari berpikir kritis sudah
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam memberikan asuhan keperawatan.

METODE

Jenis metode penelitian yang akan dilakukan adalah observasi dan literasi. Yang mana
observasi merupakan pengamatan dari penulis terhadap lingkungan sekitar dan literasi
merupakan hasil bacaan penulis terhadap suatu buku.

HASIL

Hasil penelitian didasarkan pada pengamatan serta dari hasil bacaan. Adapun hasil
pengamatannya yakni dalam bepikir kritis memiliki hubungan terhadap asuhan keperawatan
karena dengan berpikir kritis, perawat dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan
benar. Jika seorang perawat tidak dapat melakukan pemikiran yang kritis, maka dalam asuhan
keperawatan tidak dapat terlaksana dengan baik. Kemampuan perawat sebelum memutuskan
sesuatu juga diperlukan karena hal tersebut dapat berdampak kepada asuhan keperawatan
sehingga proses dari berpikir kritis juga perlu diperhatikan sebelum memutuskan suatu
permasalahan pada klien.

Selain itu, berpikir kritis dalam keperawatan belum sepenuhnya terlaksana dengan
baik karena masih banyak perawat yang belum berpikir secara rasional. Selanjutnya perawat
masih mengandalkan rekan kerja yang lain dalam memutuskan suatu permasalahan karena
rasa percaya diri yang kurang akibat kurangnya motivasi dalam menerapkan berpikir kritis
dan juga masih kurangnya sifat kreatif dalam menciptakan suatu ide sehingga banyak
terjadinya sifat plagiarisme. Lama bekerja juga berpengaruh kepada berpikir kritis dalam
melakukan asuhan keperawatan karena faktor kebiasaan dalam menangani klien. Misalnya,
dalam berkomunikasi perawat senior lebih berpikir kritis karena menggunakan komunikasi
terapeutik dibandingkan perawat yang masih muda yang mana komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi yang terencana untuk pengobatan atau untuk kesembuhan pasien.

PEMBAHASAN

 Karakeristik Berpikir Kritis

Di dalam keperawatan, ada karakteristik berpikir kritis yang perlu diketahui


yakni karakteristik intelektual dan karakteristik professional.
1. Karakteristik Intelektual
a) Rasional dan memiliki alasan yang tepat. Bepikir kritis dilakukan bukan
berdasarkan dugaan sementara, tetapi berdasarkan pemikiran yang logis.
b) Reflektif. Berpikir kritis dilakukan untuk mengumpulkan data yang jelas
sebelum mengambil keputusan.
c) Menyelidiki. Berpikir kritis dilakukan untuk mengkaji suatu permasalahan
dengan mendalam serta membuat pertanyaan menggunakan 5W + 1H.
d) Otonomi berpikir. Berpikir kritis dilakukan untuk berdasarkan analisis dan
mengambil keputusan dilakukan secara pribadi.
e) Kreatif. Berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan ide yang berbeda dari
oranglain.
f) Terbuka. Berpikir kritis dilakukan dengan mengkaji ulang suatu alasan dengan
mengambil keputusan secara terbuka.
g) Mengevaluasi. Berpikir kritis dilakukan untuk mengevaluasi kembali terhadap
suatu pemasalahan.

2. Karakteristik Profesional. Karakteristik professional merupakan suatu ketentuan


yang berdasarkan kode etik keperawatan dan praktik asuhan keperawatan.

 Proses Berpikir Kritis


1. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah proses dimana seorang perawat melakukan pengumpulan ,
pemeriksaan, dan pengomunikasian data tentang seorang klien yang dilakukan
secara sistematis dan terarah (Perry and Potter, 1997). Tujuan dari pengkajian
itu sendiri adalah untuk dapat mengumpulkan data kesehatan atau penyakit
klien sehingga perawat dapat menerapkan pengetahuan dan pengalamannya.
Tahap pengkajian tersebut mencakup pengumpulan data, pengelompokan atau
pengorganisasian data, pemvalidasian data, dan pendokumentasian data.
2. Tahap diagnosis
Pada tahap ini merupakan suatu pernyataan dari permasalahan pasien yang
berasal dari data pengkajian yang telah dianalisis. Tahap diagnosis tersebut
mencakup analisis data, identifikasi masalah klien, membuat pernyataan
diagnosis keperawatan, memprioritaskan diagnosis keperawatan, dan
mendokumentasikan diagnosis keperawatan.
3. Tahap perencanaan
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang alam
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien (Depkes, 1993). Tahap perencanaan tersebut mencakup meletakkan
prioritas, menentukan tujuan dan kriteria hasil, mengidentifikasi intervensi
yang interdependen, membuat rasional tindakan dan mendokumentasikan.
4. Tahap implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan
dengan tujuan kebutuhan klien terpenuhi secara optimal (Depkes, 1993).
Tahap implementasi mencakup mengkaji ulang, menentukan kebutuhan akan
asisten perawat, melaksanakan tindakan keperawatan, mendokumentasikan
tindakan keperawatan,
5. Tahap evaluasi
Ini merupakan tahap terakhir dalam proses berpikir kritis. Evaluasi adalah
proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan (Depkes, 1993). Tujuan perawat dalam melakukan tahap evaluasi
adalah untuk menilai efektivitas asuhan keperawatan. Tahap evaluasi
mencakup mengidentifikasi kriteria hasil, mengumpulkan data dengan kriteria
hasil, membandingkan data dengan kriteria hasil, mengulang dan
memodifikasi perencanaan, serta mendokumentasikan catatan perkembangan.
 Aplikasi Bepikir Kritis dalam Keperawatan

Dalam keperawatan aplikasi pengkajian yakni seorang perawat dapat


mengumpulkan data secara sistematis, sehingga dapat mengetahui data yang kurang
atau belum terkumpul. Selain itu, perawat juga memeriksa apakah data sudah
lengkap, akurat, dan valid agar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data klien.

Dalam keperawatan aplikasi diagnosis, keperawatan merupakan hasil yang


telah di analisis terlebih dahulu. Sehingga penerapannya dari analisis tersebut dapat
meliputi menguji, mendeteksi, dan menganalisis suatu pendapat (Potter & Perry,
2013). Pada hal ini, perawat dapat memeriksa kembali apakah diagnosis sudah benar
dan lengkap.
Dalam keperawatan aplikasi perencanaan digunakan untuk melihat apakah
tujuan perencanaan sudah realistis sehingga tujuan klien sudah tercapai atau belum
dan juga apakah perencanaan sudah jelas dan spesifik.

Dalam keperawatan aplikasi implementasi digunakan untuk melihat apakah


rencana keperawatan sudah terlaksana dengan baik dan benar karena hal tersebut
melibatkan klien dan juga keluarga klien serta anggota tim keperawatan lain.

Dalam keperawatan aplikasi evaluasi digunakan untuk melihat apakah perawat


sudah melakukan rencana keperawatan dengan benar dan melakukan penilaian untuk
menentukan hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan,

PENUTUP

Berpikir kritis adalah sebuah komponen yang sangat penting dilakukan karena
dengan berpikir kritis hal tersebut dapat berdampak kepada asuhan keperawatan yang
diberikan perawat kepada klien.

REFERENSI

Deniati, K., Anugrahwati, R., & Suminarti, T. (2018, Januari). Pengaruh Berpikir
Kritis terhadap Kemampuan Perawat Pelaksana dalam Melakukan Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016. Kesehatan
Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), 12(1), 21-25.
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
DS, B. S., A, D. S., & H, R. A. (2017, April). Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis
Perawat Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Islam Surakarta. Ilmu Keperawatan Indonesia, 10(1), 79-106.
Fathi, A., & Simamora, R. (2019, March). Investigating nurses' coping strategies in
their workplace as an indicator of quality of nurses' life in Indonesia: a
preliminary study. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
248(1), 012031.
Fisher, A. (2018). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Maizar, A. (2017). Gambaran Berpikir Kritis dalam Problem Based Learning (PBL)
Mahasiswa Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: Tidak Dipublikasikan.
Maryam, R. S. (2007). Buju Ajar Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Maryam, R. S., Setiawati, S., & Ekasarai, M. F. (2008). Buku Ajar Berpikir Kritis
dalam Proses Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Patmawati, T. A., Saleh, A., & Syahrul, S. (2018). Efektifitas Metode Pembelajaran
Klinik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kepercayaan Diri Mahasiswa
Keperawatan : A Literature Review. Keperawatan Muhammadiyah, 3(2), 88-
94.
Perry., & Potter. (2009). Fundamental of Nursing. 7th Ed. St. Louis, Missouri: Mosby
Elsevier.
Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk
Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Perry., & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
R, S. M., Setiawati, S., & Ekasarai, M. F. (2008). Buku Ajar Berpikir Kritis dalam
Proses Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Simamora, R. H. (2019). Menjadi Perawat Yang: CIH'HUY. Surakarta: Kekata
Publisher.
Sumijatun. (2009). Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan Aplikasi
Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta: TIM.
Sutriyanti, Y., & Mulyadi. (2019, Mei). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Berpikir Kritis Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit. Keperawatan Raflesia, 1(1), 21-32
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

NADIA SAFIRA/181101018 email :@safiranadia142@gmail.com

Abstrak

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan


dengan terperinci dengan benar benar mempertimbangkan baik buruknya dalam
memberikan layanan kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan,Bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa,
perumusan masalah, penjelasan, dan ketegasan asumsi,kuatnya bukti bukti, menilai
kesimpulan, membedakan antara yang baik dan buruknya argument, serta mencari
kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan
dalam keperawatan.Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode pengumpulan
data dan menganalisis dari hasil pemikiran sendiri yang diterima pada saat praktek klinik
dirumah sakit. Hasil dari kajian ini adalah Seorang perawat yang bekerja lebih lama akan
sangat mudah dapat berpikir kritis dikarenakan belajar dari pengalaman pengalaman lalu
yang didapatkannya sehingga tingkat pengetahuan juga akan meningkat. Perawat yang
selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan memecahkan masalah dengan
sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan mendalam setiap masalah
yang akan diambil demi kebaikan pasien dan diri sendiri dan Kemampuan berpikir kritis
sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Peningkatan kemampuan
berpikir kritis akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Kata kunci : Berpikir kritis, keperawatan, menganalisis.


Latar Belakang

`Berpikir kritis merupakan proses berpikir dengan terperinci dalam memikirkan suatu
peristiwa,tindakan.dan pemecahan suatu masalah dengan tujuan mewujudkan hasil berpikir
yang baik,dan berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan
dengan terperinci dengan benar benar mempertimbangkan baik buruknya dalam memberikan
layanan kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan. Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan
memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan
mendalam setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien dan diri sendiri agar tidak
terjadi kejadian yang tidak diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien.

Sebagai seorang perawat kita tentu sering dihadapkan pada situasi yang menuntut kita untuk
berpikir kritis dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien atau pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien.

Tujuan

Berpikir kritis dalam keperawatan bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa,


perumusan masalah, penjelasan, dan ketegasan asumsi,kuatnya bukti bukti, menilai
kesimpulan, membedakan antara yang baik dan buruknya argument, serta mencari kebenaran
fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan dalam
keperawatan. (Deswani, 2009).

Kajian ini bertujuan agar asuhan keperawatan yang kita berikan cepat, tepat,tidak
membahayakan pasien dan adanya hubungan kerja sama antara pasien dan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan,kemudian bertujuan untuk mendapatkan kejelasan yang
akurat tentang keadaan pasien dari pihak keluarga pasien sendiri dan juga sebagai standar
keperawatan di rumah sakit.
Metode

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode pengumpulan data dan mengkaji
dari hasil praktek klinik dirumah sakit Universitas Sumatera Stara . Adapun data yang
digunakan pada kajian ini adalah bersumber dari data yang didapatkan dengan menggunakan
Google Scholar, scopus, ebook dan dari beberapa buku berpikir kritis dalam keperawatan.

Hasil

Seorang perawat yang bekerja lebih lama akan sangat mudah dapat berpikir kritis
dikarenakan belajar dari pengalaman pengalaman lalu yang didapatkannya sehingga tingkat
pengetahuan juga akan meningkat, tetapi Pembelajaran ,dan pengalaman tidak dapat
dipisahkan karna sama sama dibutuhkan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam mengenali, melaporkan, dan menanggapi masalah pasien.
Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan memecahkan masalah
dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan mendalam setiap
masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien,dan diri.

Pembahasan

Berpikir kritis merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencangkup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi, sedangkan berpikir kritis merupakan
konsep dasar yang terdiri dari konsep yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu
sendiri berbagai sudut pandang, sebagai seorang perawat yang merupakan bagian dari
pemberi layanan kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berpikir kritis dalam berbagai situasi.

Penerapan berpikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus yang nyata akan
memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprensif dan bermutu.(Budiono dan
Sumirah,2015,p.90).

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen penting dari akuntabilitas


profesional dalam memberikan asuhan keperawatan berkualitas.perawat diharapkan dapat
berpikir kritis untuk memproses data yang kompleks dan membuat keputusan yang cerdas
mengenai perencanaan dan pengelolaan mengingat pentingnya hal tersebut dalam pembuatan
keputusan, problem solving dan clinical judgment, sedangkan kepercayaan diri
mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan individu, dari kemampuan individu untuk
berpikir optimis dan bertahan melalui kesulitan, serta pengembangan rasa percaya diri adalah
komponen yang sangat penting dalam pengambilan keputusan keperawatan. (Carlos and
all,2014 dalam jurnal Tri ayunda 2018)

Berpikir kritis penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan dalam asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam penyelesaian
masalah klien. Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi
intervensi yang tepat tidak lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan
perawat menggali alasan berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi yang
teridentifikasi. Kemampuan berpikir kritis dapat digunakan ketika menyelesaikan masalah
keperawatan (Zori & Morrison, 2009 dalam jurnal bambang sudono, 2017).

Perawat melakukan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan, merencanakan dan


memberikan asuhan.Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan membutuhkan
kemahiran dalam mengumpulkan data dan keterampilan berpikir kritis.Berpikir kritis dalam
keperawatan merupakan komponen yang sangat penting dari akuntabilitas profesional dan
salah satu penentu kualitas asuhan keperawatan. Perawat yang memiliki kemampuan berpikir
kritis akan menunjukkan sikap percaya diri, berpandangan konseptual, kreatif, fleksibel, rasa
ingin tahu, berpikiran terbuka, tekun dan reflektif (Ingram, 2008 dala, jurnal bambang
sudono,2017).

Strategi dalam peningkatan berpikir kritis dalam keperawatan ini dapat dilakukan dengan cara
mengikuti pelatihan dalam masalah-masalah klinis sebagai kompetensi , melalui
pembelajaran, dan pengalaman,melaui hal tersebut perawat diharapkan dapat lebih ketat
untuk berpikir kritis dan mengevaluasi asuham keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien dengan banyak mempertimbangkan baik buruknya.

Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis dalam keperawatn dapat digunakan tiga model,
yaitu feeling model, vision model, dan examine model.
(Deswani,2009).
Feeling Model

Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan, Pemikir kritis
mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam
melakukan aktivitas keperawatan, dan perhatian/kewaspadaan. Misalnya terhadap aktivitas
dalam pemeriksaan tanda tanda vital, perawat merasakan gejala,petunjuk, serta perhatiam
kepada pernyataan dan perasaan pasien.

Vision Model

Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikirp, mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesisi, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan
perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip prinsip
pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk mrespons ekspresi, baik perasaan
perawat maupun perasaan pasien.

Examine Model

Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide dengan
bantuan kriteria yang relavan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat umtuk
analisis, mencari,menguji, melihat konfirmasi,kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan
suatu yang berkaitan dengan ide.

Factor yang bisa menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang adalah terjebak dalam
rutinitas, dan juga cara tersering yang membuat terjebak dalam rutinitas adalah membiasakan
kita menggunakan model kebiasaan berlebihan (Rubenfeld & Scheffer, 2007).

Faktor-faktor lainnya yang dapat juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir
kritis adalah kondisi fisik seseorang, keyakinan diri/ motivasi, merasa kecemasan, kebiasaan
atau rutinitas yang dikerjakan, perkembangan intelektual, konsistensi atau ketetapan,
perasaan atau emosi, dan pengalaman yang biasa rutin dilakukan sewaktu bekerja (Rubenfeld
& Scheffer, 2007).

Berbagai faktor tersebut dapat berkontribusi memberikan pengaruhnya terhadap kemampuan


berpikir kritis perawat disaat melaksanakan asuhan keperawatan dan juga dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis perawat menurun disaat menghadapi pasien.
Namun ini juga tergantung dari metode yang digunakan dalam mengukur kemampuan
berpikir kritis perawat disaat melaksanakan asuhan keperawatan.(Yanti & Mulyandi,2019)

Kesimpulan

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan dengan
terperinci dengan benar benar mempertimbngkan baik buruknya dalam memberikan layanan
kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan. Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan
memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan
mendalam setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien,diri sendiri dan
Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah,
penjelasan, dan ketegasan asumsi,kuatnya bukti bukti, menilai kesimpulan, membedakan
antar yang baik dan buruknya argument, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil
yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan dalam keperawatan.

Referensi

Alec fisher.(2017) Berpikir kritis sebuah pengantar.jakarta: Erlangga.

Bambang sudono.(2017). Gambaran kemampuan berpikir kritis perawat primer dalam


pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit islam Surakarta. Jurnal ilmu
keperawatan Indonesia,10(1),8193.

Budiono & Budi.(2015). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Bumi medika.

Deswani. ( 2009). Proses keperawatan dan berpikir kritis. Jakarta: Salemba medika

Feng and all. (2010). Critical thinking competence and disposition of clinical nurse in a
medical center. Journal of Nursing Rearch, 18(2), 778.
Ilfa, and all .(2018). Faktor faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
perawat dalam ketepatantriase di kota Padang, jurnal for health
sciences,2(1),1-2.

Maryam, R., Setiawati, S., & Ekasari M. F. (2007). Buku ajar berfikir kritis dalam proses
keperawatan. Jakarta: EGC.

Mulyaningsih. (2013). Peningkatan perilaku caring melalui kemampuan berpikir kritis


perawat. Jurnal Manajemen Keperawatan, I(2), 100-106.

Priharjo, R. (2008). Konsep & perspektif praktik keperawatan professional (edisi 2), Jakarta:
EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses dan Praktek (edisi


4). Jakarta : EGC

Rubenfeld.(2005).Berpikir kritis untuk perawat. jakarta : EGC.

Siti, Santun, &Mia,(2007). Buku ajar berpiki kritis dalam


keperawatan.jakarta: EGC.

TryAyu, & Ariyanti,Syahrul.(2018). Efektivitas metode pembelajaran klinik terhadap


kemampuan berpikir kritis dan kepercayaan diri mahasiswa keperawatan : A
literaturereview.jurnalkeperawata nmuhamadiyyah,3(2),89-91.

Yanti,mulyadi,(2019).Analisis faktor faktor yang


mempengaruhi penerapan berpikir kritis perawata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di Rumah Sakit. Jurnal keperawatan reflesia,1(1), 21-31.

Anda mungkin juga menyukai