Disusun Oleh :
Dewi Kurniati
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan-Indonesia
Email : dewikurniati.dk02@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan, Berpikir kritis merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki perawat.
Namun, metode pembelajaran yang biasa dilaksanakan belum dapat memfasilitasi
pengembangan kemampuan berfikir kritis mahasiswa keperawatan secara optimal. Berfikir
adalah merupakan salah satu fungsi otak dan fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik jika
tubuh dalam keadaan sehat dan lingkungan yang memberikan rangsangan. Untuk
melaksanakan proses perawatan perawat dituntut melakukan aktifitas kognitif dalam berpikir
kritis yang diperlukan beberapa komponon antara lain: pengetahuan, pengkajian, kompetensi,
sikap dan standar berpikir kritis dalam proses keperawatan mulai dari proses Pengkajian,
Diagnosis keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan dan evaluasi yang semuanya
merupakan standar praktek keperawatan professional. Perawat dalam memenuhi secara
komperhensif menggunakan keterampilan kritis dan professional sehingga pelayanan yang
diberikan bermutu bagi pasien maupun perawat sendiri.
ABSTRACT
Introduction, Critical thinking is the main ability that nurses must have. However, learning
methods that are commonly implemented have not been able to optimally facilitate the
development of critical thinking skills of nursing students. Thinking is one of the functions of
the brain and this function can work well if the body is in a healthy state and the environment
that provides stimulation. To carry out the process of nursing nurses are required to perform
cognitive activities in critical thinking that required several components including:
knowledge, assessment, competence, attitudes and standards of critical thinking in the
nursing process starting from the process of Assessment, Nursing Diagnosis, Nursing
Planning, Implementation and evaluation which all constitute standards of professional
nursing practice. Nurses in fulfilling comprehensively use critical and professional skills so
that the services provided are quality for both patients and nurses themselves.
METODE
Literature Review ini menganalisis Artikel Jurnal dan buku-buku referensi yang berfokus
pada metode pembelajaran Klinik yang mengaplikasikan kemampuan berpikir kritis dalam
proses keperawatan.
HASIL
Berdasarkan hasil yang di dapatkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan proses
pengaplikasian berpikir kritis dalam Keperawatan terdapat beberapa tahap, antara lain :
Komitmen
Tingkat ketiga dari pemikiran kritis adalah komitmen (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994).
Pada tahap ini seseorang dapat mengantisipasi keadaan untuk menentukan suatu pilihan tanpa
bantuan orang lain. Apapun keputusan yang anda ambil, anda akan mempertanggung
jawabkan alternatif kompleks pada suatu masalah. Pada tingkat komitmen, anda memilih
tindakan yang sesuai dengan alternatif pemecahan yang ada dan mendukungnya.
PEMBAHASAN
Berpikir dan belajar adalah proses yang berkaitan. Seiring berjalannya waktu, pengetahuan
dan pengalaman klinis akan meningkatkan kemampuan anda untuk melakukan observasi,
penilaian, serta membuat suatu pilihan. Pada umumnya, definisi pemikiran klinis
menitikberatkan pada pikiran logis dan alasan yang mendasarinya (Di Vito-Thomas,2005).
Pemikir yang kritis akan memperhatikan apa yang penting dalam sebuah situasi,
membayangkan dan mengeksplorasi semua alternatif, mempertimbangkan kode etik, dan
kemudian membuat suatu keputusan.
Berpikir kritis adalah sebuah komitmen untuk berpikir jernih, tepat dan akurat, serta bertidak
sesuai dengan keadaan.
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampun kognitif, tetapi juga kebiasaan seseorang
untuk bertanya, mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih
tentang suatu masalah. Perawat yang menerapkan pemikiran kritis dalam bekerja akan fokus
terhadap penyelesaian masalah dan membuat keputusan, serta tidak akan membuat keputusan
yang terburu-buru ataupun ceroboh. Perawat yang bekerja dalam situasi kritis seperti di unit
gawat darurat sering bertindak terlalu cepat pada saat ada masalah. Namun, perawat tersebut
telah berlatih disiplin dalam membuat suatu keputusan untuk menghindari keputusan yang
terlalu cepat dan tidak tepat. Belajar berpikir kritis akan membantu anda untuk merawat
klien dimana anda akan menjadi seorang pemberi saran, dukungan, daan akhirnya dapat
membantu klien untuk menentukan pilihan terkait dengan perawatan (Facione dan Facione,
1996) menentukan konsep untuk berpikir kritis. Ilmu keperawatan berkembang sangat cepat
dan akan selalu ada informasi baru yang dapat diterapkan dalam praktik.
Berpikir kritis merupakan tanda atau standar untuk perawat professional yang kompeten.
Kemampuan untuk berpikir kritis, meningkatkan praktik klinik dan mengurangi kesalahan
pada penilaian klinis adalah visi dari praktek keperawatan (Di vito-Thomas, 2005).
Menurut Gaberson & Oermann, (2010) pemikiran kritis memungkinkan perawat membuat
penilaian yang beralasan dan terinformasi dalam setting praktik dan memutuskan apa yang
harus dilakukan dalam situasi tertentu. Begitupun dengan kepercayaan diri merupakan
komponen utama pengambilan keputusan yang benar dalam konteks klinis dan untuk proses
penilaian terkait. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri untuk bereaksi
terhadap situasi darurat meningkat saat faktor seperti latihan berulang dan latihan simulasi
hadir (Carlos et al.,2014).
Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, penting untuk mempelajari bagaimana
menghubungkan pengetahuan dan teori dengan praktik. Kemampuan anda untuk mengelola
pengetahuan yang anda dapatkan di kelas, dari membaca atau dari hasil diskusi dengan
pelajar lain, dan kemudian menerapkannya pada saat anda merawat klien adalah hal yang
menantang.
Krulik dan Rudnick (Fachrurazi, 2011) mengklasifikasikan keterampilan berpikir ke dalam
empat tingkat, yaitu: 1) menghafal (recall thinking), 2) dasar (basic thinking), 3) kritis
(critical thinking), 4) kreatif (creative thinking). Selanjutnya, King (1997) mengelompokkan
keempat tingkatan berpikir tersebut menjadi dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan
berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir dasar hanya
terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis, misalnya menghafal dan mengulang
informasi yang pernah dipeolehnya. Sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi
kemampu-an pemecahan masalah, pengambilan keputusan berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Hal ini menunjukkkan bahwa salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah
kemampuan berpikir kritis.
Baron dan Stemberg (1987) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu pikiran yang
difokuskan untuk memutuskan apa yang diyakini untuk dilakukan. Definisi ini merupakan
gabungan dari lima hal dasar dalam berpikir kritis yaitu praktis, reflektif, masuk akal,
keyakinan dan tindakan. Pendapat serupa juga diungkapkan Ennis (1991) yang
mendefinisikan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses penggunaan kemampuan
berpikir secara rasional dan reflektif yang bertujuan untuk mengambil keputusan tentang apa
yang diyakini atau dilakukan. Hal penting tentang berpikir ktitis menurut Ennis (2011), yaitu
berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian tentang sesuatu yang dilakukan dengan penuh
kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Dimana salah satu tujuan utama yang sangat
penting adalah untuk membantu seseorang membuat suatu keputusan yang tepat dan terbaik
dalam hidupnya. Selain itu, Ennis (1991) juga mengungkapkan bahwa ada enam unsur dasar
berpikir kritis yang harus dikembangkan dalam pembelajaran yaitu; fokus, alasan,
kesimpulan, situasi, kejelasan dan pemeriksaan secara menyeluruh. Langkah awal dari
berpikir kritis adalah fokus terhadap masalah atau mengidentifikasi masalah dengan baik,
mencari tahu apa masalah yang sebenarnya dan bagaimana membuktikannya. Langkah
selanjutnya adalah memformulasi argumen -argumen yang menunjang kesimpulan mencari
bukti yang menunjang alasan dari suatu kesimpulan sehingga kesimpulan dapat diterima atau
dengan kata lain alasan yang diberikan harus dan sesuai dengan kesimpulan. Jika alasan yang
dikemukakan sudah tepat, maka harus ditunjukkan seberapa kuatkah alasan itu dapat
mendukung kesimpulan yang dibuat. Situasi juga merupakan hal penting yang harus
diperhatikan dalam berpikir kritis karena aktifitas berpikir juga dipengaruhi oleh lingkungan
atau situasi yang ada disekitar sehingga kesimpulan juga harus disesuaikan dengan situasi
yang sebenarnya. Selain itu, istilah-istilah yang dipakai dalam suatu argumen harus jelas
sehingga kesimpulan dapat dibuat dengan tepat dan hal penting terakhir yang harus dilakukan
adalah memeriksa secara menyeluruh apa yang sudah ditemukan, dipelajari dan disimpulkan.
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen esensial dari akuntabilitas
profesional dalam asuhan keperawatan. Perawat diminta untuk bisa berfikir kritis dengan
menggunakan pengetahuan mengenai ilmu keperawatan nya secara menyeluruh agar bisa
memberikan perawatan yang efektif (Billings, 2009). Seorang perawat harus memiliki
kemampuan untuk menggali setiap perubahan yang terjadi pada kondisi pasien, memberikan
pelayanan keperawat-an mandiri, dan tanggap terhadap berbagai permintaan dan bisa
menentukan prioritas. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang
mumpuni dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dengan baik serta bisa
berkomunikasi dengan lancar dan jelas (Fero et al, 2009).
Perawat akan menemukan berbagai situasi dengan masyarakat dan pasien, anggota keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga penting berpikir kritis pada setiap situasi. Perawat
harus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dan
pengalaman baru yang menyangkut pasien dengan cara berpikiran terbuka, kreatif, percaya
diri dan bijaksana. Perawat memiliki peranan penting dalam mengambil keputusan klinis
yang tepat dan akurat. Pengambilan keputusan klinis merupakan hal yang membedakan
antara perawat dan staf teknis. Perawat profesional akan mengambil tindakan yang cepat dan
tepat ketika keadaan klien memburuk, mendeteksi jika pasien mengalami komplikasi serta
memiliki inisiatif untuk mengatasinya, potter dan Perry dalam Aprisunadi, (2011).
Lulusan perawat akan sering di hadapkan pada pasien dengan berbagai macam situasi dan di
tuntut untuk mampu berpikir kritis dan sistematis untuk menganalisa sesuai penyakit yang
diderita pasien, (Indriasari, 2016). Haryanto, (2014) men-dukung pendapat tersebut dengan
menjelaskan rentang perawatan pasien di Rumah Sakit bervariasi mulai dari kasus yang
ringan hingga kasus yang kompleks, sehingga menuntut perawat untuk berpikir kritis dan
mempunyai waktu tanggap yang cepat.
Berpikir kritis memiliki kaitan dalam proses pengambilan keputusan dan penilaian klinis
yang akan menjadi penentu pemberian tindakan yang cepat maupun pemberian asuhan
keperawatan yang profesional.
Facione, (2016) mengatatakan terdapat enam sub skill dalam berpikir kritis yaitu, interpretasi,
analisis, evaluasi, inferen, penjelasan dan relugasi diri. (Potter dan Perry, 2013),
menejelaskan penerapannya dalam keperawatan. Interpretasi adalah proses memahami dan
menyatakan makna dari banyak bentuk pengalaman, situasi, data, pemeriksaan atau kriteria.
Interpretasi bagian sub skill yang mengkategorikan, signifikasi dan menjelaskan makna
(Facione, 2013). Perawat dapat mencari data secara berkala dan sistematis agar dapat
mengetahui data yang kurang (Potter & Perry, 2013). Analisis merupakan proses
mengidentifi-kasi hubungan inferensial dan aktual di antara pertanyaan, pernyataan, konsep,
deskripsi untuk mengungkapkan keyakinn-an, penilaian, pegalaman, alasan, informasi atau
pendapat (Facione, 2013). Analisis meliputi pengujian data, pendeteksian argumen (Potter &
Perry, 2013).
Evaluasi yaitu representasi dari laporan atau deskripsi dari persepsi, pengalaman dan
menaksir hubungan inferensial, deskripsi atau bentuk representasi lainnya (Facione,2013).
Evaluasi dalam kepera-watan digunakan untuk melihat situasi secara objektif dan
menggunakan kriteria untuk menentukan hasil yang diharapkan atau tindakan keperawatan,
evaluasi dilakukan pada tindakan yang telah perawat kerjakan (Potter & Perry, 2013).
Inference berarti mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang dipelukan untuk membuat
kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan informasi yang relavan dan menyimpulkan konsekuensi dari data
(Facione,2013). Dalam keperawatan aplikasi inferensi yaitu melihat arti dari data yang
dikumpulkan dan menentukan signifikansi nya, apakah terdapat hubungan antar data, apakah
data tersebut dapat membantu untuk mengetahui adanya masalah pasien (Potter & Perry,
2013). Penjelasan yaitu mampu menyatakan hasil-hasil dari penalaran seseorang, penalaran
tersebut dari sisi konseptual (Facione, 2013). Dalam keperawatan di aplikasikan untuk
menjelaskan penemuan dan kesimpulan yang dibuat oleh perawat, menggunakan semua
pengetahuan dan pengalaman perawat untuk menentukan cara yang tepat dalam merawat
pasien (Potter & Perry,2013). Relugasi diri adalah secara sadar diri memamtau kegiatan-
kegiatan kognitif sesorang, unsur-unsur yang digunakan dalam hasil yang diperoleh, terutama
dengan menerapkan keahlian dalam analisi dan evaluasi untuk penilaiannya sendiri (Facion,
2013). Aplikasi pengontrolan diri dalam keperawatan yaitu melihat kejadian yang tekah
dialami dan menemukan cara bagaimana dapat memperbaiki kinerja perawat dan
menanyakan apakah yang dapat membuat perawat merasa lebih berhasil (Potter & Perry,
2013).
Untuk mewujudkan mahasiswa yang dapat berpikir kritis tersebut maka proses pembelajaran
harus di ubah, dari onw-way traffic menjadi two-way traffic dan interaktif menjadi sangat
penting. Pembelajaran interaktif merupakan salah satu karakteristik Student-Centered
Learning (SCL) yang berfokus pada peserta didik (Harsono, 2008). Salah satu pendekatan
SCL adalah PBL dimana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian
dilanjutkan dengan proses pencarian informasi yang bersifat Student-Centered. Proses
pendidikan yang terencana seperti PBL dapat menciptakan peserta didik menjadi aktif dalam
menggali potensi diri dan berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang ada di lingkungan kerja nyata (Arlan, Fitria, Rafiyah, 2014). Problem based learning
(PBL) dalam pelaksanaannya juga bertujuan agar mahasiswa dapat berpikir kritis dalam
menyelesaikan kasus melalui pendekatan koopratif.
Aliyu dkk (2014) mengatakan berpikir kritis dalam klinik keperawatan adalah untuk
mengambil keputusan dan kemampuan untuk berpikir secara sistematis dan logis dengan
keterbukaan terhadap pertanyaan dan merenungkan proses penalaran yang digunakan untuk
memasstikan keamanan praktik keperawatan dan kualitas caring.
Paul dalam Perry & Potter (2009) menyatakan komponen sikap dianggap sebagai aspek
sentral sebagai seorang pemikir yang kritis, sikap-sikap yang termasuk kepercayaan diri,
kemandirian, integritas, pengambilan resiko, kreativitas, keadilan, kerendahan hati,
keberanian.
KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah sebuah komitmen untuk berpikir jernih, tepat dan akurat, serta bertidak
sesuai dengan keadaan.
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampun kognitif, tetapi juga kebiasaan seseorang
untuk bertanya, mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih
tentang suatu masalah. Menurut Gaberson & Oermann, (2010) pemikiran kritis
memungkinkan perawat membuat penilaian yang beralasan dan terinformasi dalam setting
praktik dan memutuskan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu. Begitupun dengan
kepercayaan diri merupakan komponen utama pengambilan keputusan yang benar dalam
konteks klinis dan untuk proses penilaian terkait. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan diri untuk bereaksi terhadap situasi darurat meningkat saat faktor seperti latihan
berulang dan latihan simulasi hadir (Carlos et al.,2014).
Facione, (2016) mengatatakan terdapat enam sub skill dalam berpikir kritis yaitu, interpretasi,
analisis, evaluasi, inferen, penjelasan dan relugasi diri. (Potter dan Perry, 2013),
menejelaskan penerapannya dalam keperawatan. Interpretasi adalah proses memahami dan
menyatakan makna dari banyak bentuk pengalaman, situasi, data, pemeriksaan atau kriteria.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sudono,dkk.2017. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol 10, No.1. Gambaran
Kemampuan berpikir kritis Perawat Primer dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Islam Surakarta.
Barbara Kozier. 2010. Fundamental of Nursing:concepts, process, and practi. Jakarta : EGC
Cynthia Lee Terry, Aurara Weaver. 2013. Keperawatan kritis. Yogyakarta : Rapha
Publishing
Daniati,dkk. 2018. Jurnal kesehatan holistik, vol 12, No.1, pengaruh Berpikir Kritis
Terhadap kemampuan Perawat Pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Hermina Bekasi
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir kritis. Jakarta : Selemba Medika
M.Gaie Rubenfeld. 2006. Berpikir Kritis dalam keperawatan. Jakarta : EGC
Nursalam,Efendi,F.2008.Pendidikan dal-am keperawatan.Jakarta : Selemba Medika
Fathi,A,7 Simamora,R.H. 2008. Intesvinting nurses’coping strategies in their workplace as
an indicator of quality study. In IOP Conference series : earth anda environmental
science (vol. 248, No.1, p.0102031). IOP Publishing
Potter, Patrecia A 2009. Fundamental Keperawatan.Jakarta :Selemba Medika
Potter, Patrecia A. 2010. Fundamental Keperawatan Buku dua Edisi 7. Jakarta : Selemba
Medika
Potter, Perry. 2010. Fundamental of Nursing buku 1 edisi 7. Jakarta : Selemba Medika
Potter, Patrecia A, 2005. Buku ajar Fundamental keperawatan :konsep, proses, dan praktik.
Jakarta : EGC
Syahreni,E,Waluyanti,F,T.2007. Pengalaman mahasiswa S1 Keperawa-tan program reguler
dalam pembelaja-ran klinik.Jurnal keperawatan Indone-sia. 11(2),47-53
Sumijatun. 2009. Manajemen Keperawat-an Konsep Dasar dan Aplikasi pengambilan
keputussan klinis.Jakarta : Cv. Trans Info Media
Saleh, dkk. 2018. Jurnal Keperawatan muhammadiyah, Efektifitas Metode pembelajaran
klinik terhadap kemampuan berpikir kritis dan kepercayaan diri Mahasiswa
Keperawatan.
Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin. 2009. Ilmu kesehatan Masyarakat : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Selemba Medika
PENTINGNYA MENGETAHUI BERPIKIR KRITIS DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN
gracella_ajani@yahoo.com
Abstrak
Berpikir kritis merupakan suatu proses aktivitas dimana seseorang dapat memecahkan masalah
melalui ide-ide yang telah dianalisis terlebih dahulu. Berpikir kritis perlu dilakukan oleh seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan guna untuk memberikan layanan keperawatan
yang efisien. Jenis metode penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan observasi
atau pengamatan dan literasi. Dimana hasil dari observasi dan literasi tersebut menyatakan bahwa
berpikir kritis sangat penting karena dapat berpengaruh kepada asuhan keperawatan. Pada berpikir
kritis, karakteristik, proses, dan pengaplikasian harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin
oleh seorang perawat karena berpikir kritis merupakan komponen yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup klien.
Berpikir adalah suatu proses yang menggunakan akal budi atau pikiran untuk
memutuskan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa berpikir memiliki
sifat yang ideal dalam melakukan aktivitas atau kegiatan.
Berpikir kritis adalah suatu proses aktivitas dimana seseorang dapat memecahkan
masalah melalui ide-ide yang telah dianalisis terlebih dahulu. Menurut Tappen (1989)
mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu keterampilan dalam pengembangan untuk
memecahkan suatu masalah.
Di dalam berpikir kritis, terdapat karakteristik, proses, dan juga aplikasi. Oleh karena
itu, karakteristik dari berpikir kritis meliputi karakteristik intelektual dan karakteristik
professional. Berpikir kritis memiliki lima proses dalam keperawatan yaitu berpikir kritis
pada tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap perencanaan, tahap implementasi,
dan tahap evaluasi. Sehingga dari proses tersebut, dapat diketahuinya penerapan atau
pengaplikasian berpikir kritis dalam keperawatan.
TUJUAN
1. Tujuan umum
a) Untuk mengetahui apakah karakteristik, proses, dan aplikasi dari berpikir kritis sudah
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam memberikan asuhan keperawatan.
METODE
Jenis metode penelitian yang akan dilakukan adalah observasi dan literasi. Yang mana
observasi merupakan pengamatan dari penulis terhadap lingkungan sekitar dan literasi
merupakan hasil bacaan penulis terhadap suatu buku.
HASIL
Hasil penelitian didasarkan pada pengamatan serta dari hasil bacaan. Adapun hasil
pengamatannya yakni dalam bepikir kritis memiliki hubungan terhadap asuhan keperawatan
karena dengan berpikir kritis, perawat dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan
benar. Jika seorang perawat tidak dapat melakukan pemikiran yang kritis, maka dalam asuhan
keperawatan tidak dapat terlaksana dengan baik. Kemampuan perawat sebelum memutuskan
sesuatu juga diperlukan karena hal tersebut dapat berdampak kepada asuhan keperawatan
sehingga proses dari berpikir kritis juga perlu diperhatikan sebelum memutuskan suatu
permasalahan pada klien.
Selain itu, berpikir kritis dalam keperawatan belum sepenuhnya terlaksana dengan
baik karena masih banyak perawat yang belum berpikir secara rasional. Selanjutnya perawat
masih mengandalkan rekan kerja yang lain dalam memutuskan suatu permasalahan karena
rasa percaya diri yang kurang akibat kurangnya motivasi dalam menerapkan berpikir kritis
dan juga masih kurangnya sifat kreatif dalam menciptakan suatu ide sehingga banyak
terjadinya sifat plagiarisme. Lama bekerja juga berpengaruh kepada berpikir kritis dalam
melakukan asuhan keperawatan karena faktor kebiasaan dalam menangani klien. Misalnya,
dalam berkomunikasi perawat senior lebih berpikir kritis karena menggunakan komunikasi
terapeutik dibandingkan perawat yang masih muda yang mana komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi yang terencana untuk pengobatan atau untuk kesembuhan pasien.
PEMBAHASAN
PENUTUP
Berpikir kritis adalah sebuah komponen yang sangat penting dilakukan karena
dengan berpikir kritis hal tersebut dapat berdampak kepada asuhan keperawatan yang
diberikan perawat kepada klien.
REFERENSI
Deniati, K., Anugrahwati, R., & Suminarti, T. (2018, Januari). Pengaruh Berpikir
Kritis terhadap Kemampuan Perawat Pelaksana dalam Melakukan Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016. Kesehatan
Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), 12(1), 21-25.
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
DS, B. S., A, D. S., & H, R. A. (2017, April). Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis
Perawat Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Islam Surakarta. Ilmu Keperawatan Indonesia, 10(1), 79-106.
Fathi, A., & Simamora, R. (2019, March). Investigating nurses' coping strategies in
their workplace as an indicator of quality of nurses' life in Indonesia: a
preliminary study. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
248(1), 012031.
Fisher, A. (2018). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Maizar, A. (2017). Gambaran Berpikir Kritis dalam Problem Based Learning (PBL)
Mahasiswa Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: Tidak Dipublikasikan.
Maryam, R. S. (2007). Buju Ajar Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Maryam, R. S., Setiawati, S., & Ekasarai, M. F. (2008). Buku Ajar Berpikir Kritis
dalam Proses Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Patmawati, T. A., Saleh, A., & Syahrul, S. (2018). Efektifitas Metode Pembelajaran
Klinik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kepercayaan Diri Mahasiswa
Keperawatan : A Literature Review. Keperawatan Muhammadiyah, 3(2), 88-
94.
Perry., & Potter. (2009). Fundamental of Nursing. 7th Ed. St. Louis, Missouri: Mosby
Elsevier.
Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk
Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Perry., & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
R, S. M., Setiawati, S., & Ekasarai, M. F. (2008). Buku Ajar Berpikir Kritis dalam
Proses Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Simamora, R. H. (2019). Menjadi Perawat Yang: CIH'HUY. Surakarta: Kekata
Publisher.
Sumijatun. (2009). Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan Aplikasi
Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta: TIM.
Sutriyanti, Y., & Mulyadi. (2019, Mei). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Berpikir Kritis Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit. Keperawatan Raflesia, 1(1), 21-32
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Abstrak
`Berpikir kritis merupakan proses berpikir dengan terperinci dalam memikirkan suatu
peristiwa,tindakan.dan pemecahan suatu masalah dengan tujuan mewujudkan hasil berpikir
yang baik,dan berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan
dengan terperinci dengan benar benar mempertimbangkan baik buruknya dalam memberikan
layanan kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan. Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan
memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan
mendalam setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien dan diri sendiri agar tidak
terjadi kejadian yang tidak diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien.
Sebagai seorang perawat kita tentu sering dihadapkan pada situasi yang menuntut kita untuk
berpikir kritis dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien atau pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien.
Tujuan
Kajian ini bertujuan agar asuhan keperawatan yang kita berikan cepat, tepat,tidak
membahayakan pasien dan adanya hubungan kerja sama antara pasien dan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan,kemudian bertujuan untuk mendapatkan kejelasan yang
akurat tentang keadaan pasien dari pihak keluarga pasien sendiri dan juga sebagai standar
keperawatan di rumah sakit.
Metode
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode pengumpulan data dan mengkaji
dari hasil praktek klinik dirumah sakit Universitas Sumatera Stara . Adapun data yang
digunakan pada kajian ini adalah bersumber dari data yang didapatkan dengan menggunakan
Google Scholar, scopus, ebook dan dari beberapa buku berpikir kritis dalam keperawatan.
Hasil
Seorang perawat yang bekerja lebih lama akan sangat mudah dapat berpikir kritis
dikarenakan belajar dari pengalaman pengalaman lalu yang didapatkannya sehingga tingkat
pengetahuan juga akan meningkat, tetapi Pembelajaran ,dan pengalaman tidak dapat
dipisahkan karna sama sama dibutuhkan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam mengenali, melaporkan, dan menanggapi masalah pasien.
Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan memecahkan masalah
dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan mendalam setiap
masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien,dan diri.
Pembahasan
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencangkup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi, sedangkan berpikir kritis merupakan
konsep dasar yang terdiri dari konsep yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu
sendiri berbagai sudut pandang, sebagai seorang perawat yang merupakan bagian dari
pemberi layanan kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berpikir kritis dalam berbagai situasi.
Penerapan berpikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus yang nyata akan
memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprensif dan bermutu.(Budiono dan
Sumirah,2015,p.90).
Berpikir kritis penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan dalam asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam penyelesaian
masalah klien. Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi
intervensi yang tepat tidak lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan
perawat menggali alasan berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi yang
teridentifikasi. Kemampuan berpikir kritis dapat digunakan ketika menyelesaikan masalah
keperawatan (Zori & Morrison, 2009 dalam jurnal bambang sudono, 2017).
Strategi dalam peningkatan berpikir kritis dalam keperawatan ini dapat dilakukan dengan cara
mengikuti pelatihan dalam masalah-masalah klinis sebagai kompetensi , melalui
pembelajaran, dan pengalaman,melaui hal tersebut perawat diharapkan dapat lebih ketat
untuk berpikir kritis dan mengevaluasi asuham keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien dengan banyak mempertimbangkan baik buruknya.
Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis dalam keperawatn dapat digunakan tiga model,
yaitu feeling model, vision model, dan examine model.
(Deswani,2009).
Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan, Pemikir kritis
mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam
melakukan aktivitas keperawatan, dan perhatian/kewaspadaan. Misalnya terhadap aktivitas
dalam pemeriksaan tanda tanda vital, perawat merasakan gejala,petunjuk, serta perhatiam
kepada pernyataan dan perasaan pasien.
Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikirp, mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesisi, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan
perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip prinsip
pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk mrespons ekspresi, baik perasaan
perawat maupun perasaan pasien.
Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide dengan
bantuan kriteria yang relavan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat umtuk
analisis, mencari,menguji, melihat konfirmasi,kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan
suatu yang berkaitan dengan ide.
Factor yang bisa menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang adalah terjebak dalam
rutinitas, dan juga cara tersering yang membuat terjebak dalam rutinitas adalah membiasakan
kita menggunakan model kebiasaan berlebihan (Rubenfeld & Scheffer, 2007).
Faktor-faktor lainnya yang dapat juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir
kritis adalah kondisi fisik seseorang, keyakinan diri/ motivasi, merasa kecemasan, kebiasaan
atau rutinitas yang dikerjakan, perkembangan intelektual, konsistensi atau ketetapan,
perasaan atau emosi, dan pengalaman yang biasa rutin dilakukan sewaktu bekerja (Rubenfeld
& Scheffer, 2007).
Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan dengan
terperinci dengan benar benar mempertimbngkan baik buruknya dalam memberikan layanan
kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan. Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan
memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan
mendalam setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien,diri sendiri dan
Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah,
penjelasan, dan ketegasan asumsi,kuatnya bukti bukti, menilai kesimpulan, membedakan
antar yang baik dan buruknya argument, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil
yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan dalam keperawatan.
Referensi
Deswani. ( 2009). Proses keperawatan dan berpikir kritis. Jakarta: Salemba medika
Feng and all. (2010). Critical thinking competence and disposition of clinical nurse in a
medical center. Journal of Nursing Rearch, 18(2), 778.
Ilfa, and all .(2018). Faktor faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
perawat dalam ketepatantriase di kota Padang, jurnal for health
sciences,2(1),1-2.
Maryam, R., Setiawati, S., & Ekasari M. F. (2007). Buku ajar berfikir kritis dalam proses
keperawatan. Jakarta: EGC.
Priharjo, R. (2008). Konsep & perspektif praktik keperawatan professional (edisi 2), Jakarta:
EGC.