Anda di halaman 1dari 2

STANDAR UNTUK BERPIKIR KRITIS

Standar Intelektual
 Kejelasan: Supaya bisa bersikap kritis terhadap pandangan atau pendapat
orang lain, kita harus mendengar atau membaca pendapat orang itu. Ini
yang seringkali bermasalah. Tidak jarang kita menemukan betapa
pendapat orang tersebut sulit dimengerti. Sebabnya bisa macam-macam.
Ada orang yang sulit mengemukakan pendapatnya karena tidak terampil
dalam berkomunikasi. Ada orang yang memang bodoh, tetapi yang
lainnya lebih karena kemalasan atau ketidakpeduliaan. Dengan kata lain,
kejelasan (clarity) dalam mengemukakan gagasan atau pendapat menjadi
salah satu standar berpikir kritis.
 Ketepatan : Dalam mengemukakan pikiran atau gagasan sangat
ditentukan oleh bagaimana seseorang membiasakan dan melatih dirinya
dalam mengobservasi sesuatu dan menarik kesimpulan-kesimpulan logis
atas apa yang diamatinya tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak bidang yang membutuhkan
ketepatan. Misalnya dalam bidang kedokteran, teknik, arsitektur, dan
sebagainya. Dalam pemikiran kritis pun dibutuhkan ketepatan.
Kemampuan mengamati dan menentukan apa yang sebenarnya sedang
terjadi atau sedang dihadapi membutuhkan kemampuan presisi ini.
Misalnya, Anda seorang dokter menghadapi pasien dengan gejala-gejala
tertentu. Anda harus dengan tepat mengatakan jenis penyakit apa yang
diderita pasien tersebut plus alasan-alasannya.
 Spesifik/Rasional : Memiliki alasan yang tepat. Berpikir kritis dilakukan
oleh seseorang karena ada alasan dan rasional yang tepat dari suatu
keadaan, bukan berdasarkan dugaan.
 Akurat : Keakuratan putusan kita sangat ditentukan oleh informasi yang
masuk ke dalam pikiran kita. Jika kita menginput informasi yang salah
atau menyesatkan, maka jangan heran kita menghasilkan suatu putusan
atau kesimpulan yang salah pula. Orang yang selalu berpikir kritis tidak
akan gegabah dalam mengambil putusan jika informasi-informasi yang
dibutuhkan belum mencukupi.
 Relevan: Memusatkan perhatian pada informasi-informasi yang
dibutuhkan bagi kesimpulan berpikir kita, dan tidak membiarkan pikiran
dikuasai, dikendalikan, atau dialihkan oleh informasi-informasi lain yang
tidak relevan.
 Masuk akal/logic : Logika terkait dengan hal-hal berikut: Apakah
pengertian telah disusun dengan konsep yang benar?; Apakah
pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak lanjutnya? Bagaimana
tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan sesudahnya,
bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir, kita
akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain.
Ketika kita berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling
menunjang dan mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka
kita berpikir logis. Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu
sama lain tidak saling mendukung atau bertolak belakang, maka hal
tersebut tidak logic
 Konsisten:  Mencari dan mempertahankan kebenaran menuntut adanya
konsistensi sikap, baik dalam upaya terus menerus mencari kebenaran
maupun membangun argument-argumen mengenai pengetahuan.
Kebenaran tidak pernah dicapai sekali untuk selamanya, dia harus terus
dikejar dan diusahakan. Tanpa sikap konsisten dalam mencari kebenaran
mustahil memperoleh kebenaran. Demikian pula sikap konsisten dalam
membangun argumentasi yang adalah ekspresi pengetahuan subjek
mengenai sesuatu. Argumen yang jelas dan terpilah-pilah harus tetap
dipertahankan, dan ini langsung memperlihatkan konsistensi dari si
subjek yang berpikir kritis.

Anda mungkin juga menyukai