Gambaran diri adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar. ( Stuart dan Sundeen, 1998 )
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standar,
aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. ( Stuart dan Sundeen, 1998 ).
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. (Stuart dan Sundeen, 1998)
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan
dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. ( Stuart dan Sundeen, 1998 )
e. Identitas ( Identity )
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. (Stuart dan Sundeen, 1998)
d. Ketegangan peran.
e. Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam peran. Proses berkabung yang tidak
berfungsi.
f. Kejenuhan pekerjaan.
b. Penurunan produktivitas.
c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain.
g. Rasa bersalah.
l. Keluhan fisik.
p. Pengurangan diri.
r. Penyalahgunaan zat.
t. Khawatir.
d. Perasaan hampa.
f. Kerancuan gender.
i. Kehilangan keautentikan.
j. Masalah intimasi.
c. Gangguan berfikir.
g. Perasaaan untuk tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan.
Semua faktor diatas mempengaruhi individu dalam menetapkan ideal diri. Individu yang mampu berfungsi
akan mendemontrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri, sehingga ia akan tampak menyerupai apa
yang ia inginkan. Ideal diri hendaknya ditetapakna tidak terlalu tinggi tapi masih lebih tinggi dari kemamuan
agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.
Persepsi individu tentang bagaiman dia harus berprilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai
pribadi tertentu (cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri).
Gangguan ideal diri : ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis. Ideal diri yang samar
dan cenderung menuntut.
Tanda dan gejala:
- Mengungkapkan keputusasaan terhadap penyakitnya
- Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
Masalh keperawatan yang mungkin muncul:
1. Situasional ➔ rauma yang terjadi secara tiba-tiba misalnya : harus operasi, cerai, PHK, malu akibat
diperkosa, dipenjara tiba-tiba.
2. Kronik à perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
4. Identitas (identity)
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan
sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (stuart dan sundeen, 1991, hal 378).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan
orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respect pada diri sendiri),
kemampuan dan penguasaan diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerimanya.
Identitas berkembang sejak masih kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang
penting dalam identitas adalah jenis kelamin. Identitas jenis kelamin berkembang sejak bayi secara bertahap
muali dengan konsep laki-laki dan wanta yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat.
Misalnya, anak wanita pasif dan menerima sehingga berkembanglah asuhan yang tidak asertip.
Meier (dikutip oler stuart dan sundeen, 1991, hal 389) mengidentipikasi enam ciri identitas ego:
1. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
2. Mengakui jenis kelamin sendiri
3. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasaan.
4. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaiaian masyarakat .
5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
6. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
Kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri, ditandai dengan
kemampuan memandang diri sendiri berbeda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, mengontrol diri,
mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.
Klien yang dirawat di RS à gangguan identitas karena :
5. Peran (role)
seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai
kelompok sosial.
Gangguan penampilan peran: berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
Ada lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran (stuart dan sundeen, 1991), yaitu :
b. Citra tubuh
Membentuk persepsi seorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup
perasaan dan sikap yang ditunjukkan pada tubuh.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi
dari pandangan orang lain.
Citra tubuh di pengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang
normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh
dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh
seorang bayi.
Salah satu perbedaan yang menyolok adalah kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini bergantung pada
kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama masa remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga
mempengaruhi citra tubuh (mis. Menopause selama masa dewasa dengan penuaan mencakup penurunan
ketajaman penglihatan, pendengaran, dan mobilitas, perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh).
c. Ideal Diri
Adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar
dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang
ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial
dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang
memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan
harapan tersebut dan akan membentuk dasar dari ideal diri. Pada usaia remaja ideal diri akan terbentuk melalui
identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang
merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
d. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisi seberapa banyak kesesuaian
tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari sendiri dan orang lain yaitu dicintai, dihormati dan
dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu
akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima di
lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri anak diberi kesempatan untuk sukses, tanamkan “ideal”
atau harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-
citanya dan bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang menggangu persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena
banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut diri sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi
peran dan memutuskan apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat
berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial.
e. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan
dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam
kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti.
Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur
kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan
ideal diri.
GANGGUAN KONSEP DIRI
A. PENGERTIAN
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dala??m berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan
Rawlin (1986) menyatakan bahwa
konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan
spiritual.
Potter & Perry (1993), konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga
didasarkan bagaimana orang lain memandangnya.
Beck William Rowles (1993), mendefinisikan konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap diri
secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial & spiritual.
Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik,
intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-
foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan
Self Perception
(persepsi diri sendiri).
1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal
dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah
dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area
tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang
nyata.
2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui
cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap
diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya,
pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception ( persepsi diri sendiri )
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya
akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga
konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif
dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat
dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang
konsep diri dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti :
1. Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama
tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan
kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2. Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau
menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk
berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai
melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-
tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri
yaitu :
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.
9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
2. Ideal Diri.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan
atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1991).
Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai
yang ingin di capai . Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan
mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin
dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada
dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri
dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
4. Kebutuhan yang realistis.
5. Keinginan untuk menghindari kegagalan .
6. Perasaan cemas dan rendah diri.
Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri
ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi
pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992 ).
3. Harga diri .
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku
memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika
individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa
masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang
rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan
hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self
evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata
atau tidak nyata).
Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :
Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa
tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain.
Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan
orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri,
memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan
mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia
membuat standart yang tidak dapatdicapai, seperti cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada
kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik.
Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak
akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif
terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.
Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau
perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi
trauma umumnya mengingkari trauma,mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya
koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.
4. Peran.
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan,
sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh
individu sebagai aktualisasi diri.
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan
kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan ( Keliat, 1992 ).
Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu
banyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan menurut Stuart
and sundeen, 1998 adalah :
1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.
2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .
3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran.
Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu :
1. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang
diharapkan .
Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.
3. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.
4. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang sifatnya menetap atau
sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran
tersebut dapat di kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti :
ü Transisi Perkembangan.
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus di lalui individu
dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda – beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep
diri.
ü Transisi Situasi.
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui
kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status
menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas
atau peran berlebihan.
ü Transisi sehat sakit.
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan
konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas
diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi,
namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan peran, penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat
di akibatkan oleh :
1. Konflik peran interpersonal
Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras.
2. Contoh peran yang tidak adekuat.
3. Kehilangan hubungan yang penting
4. Perubahan peran seksual
5. Keragu-raguan peran
6. Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua
7. Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran
8. Ketergantungan obat
9. Kurangnya keterampilan sosial
10. Perbedaan budaya
11. Harga diri rendah
12. Konflik antar peran yang sekaligus di perankan
Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat ditandai dengan tanda dan gejala, seperti :
1. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran
2. Mengingkari atau menghindari peran
3. Kegagalan trnsisi peran
4. Ketegangan peran
5. Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran
6. Proses berkabung yang tidak berfungsi
7. Kejenuhan pekerjaan
5. Identitas
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa
dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan
orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri.
Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa
kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis
kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep
laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing
jenis kelamin tersebut.
Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai dengan:
a. Memandang dirinya secara unik
b. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
c. Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima dirib dan dapat mengontrol diri.
d. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri
Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan perasaan seseorang, seperti :
1. Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain
2. Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya
3. Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis
4. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya
5. Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang
6. Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Meler dikutip Stuart and Sudeen, 1991)
D. KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Bagaiman individu berhubungan dengan orang lain merupakan inti dari kepribadian Kepribadian tidak cukup di
uarikan melalui teori perkembangan dan dinamika diri sendiri. Berikut ini adalah pengalaman yang akan dialmi
oleh individu yang mempunyai kepribadian yang sehat (stuart dan Sudden, 1991 )
Gambaran diri yang positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai dengan kesehatan diri.
Termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan
potensi.
Ideal diri realistis
Individu yang mempunyai ideal diri yang realitas akan mempuynai tujuan hidup yang dapat dicapai.
Konsep diri positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa individu akan sukses dalam hidupnya.
Harga diri tinggi.
Seorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yangberarti dan
bermanfaat. Ia memanding dirinya sangat sama dengan apa yang ia inginkan.
Kepuasan penampilan peran
Indiviu yang mempunyai kepribadian sehat akan mendapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan
mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
Identitas jelas.
Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dan mecapai keadaan
§ Kognitif
§ Perilaku
ü Identitas hilang
ü Asing dengan diri sendiri
ü Perasaan tidak ama, rendah diri, takut malu
ü Perasaan tidak relaistis
ü Merasa sangat terisolasi
ü Kurang perasaan yang berkesinambungan.
ü Tidak mampu mencapai kepuasan atau perasaan tuntas.
ü Kacau
ü Disorientasi waktu
ü Penyimpangan pikiran
ü Daya ingat terganggu
ü Daya nilai terganggu
ü Afek tumpul
ü Pasif dan tidak ada respon emosi
ü Komunikasi tidak selaras
ü Tidak dapat mengontrol implus
ü Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
ü Menarik diri dari lingkungan
ü Spontanitas dan semangat berkurang
4. Mekanisme Koping
Dapat berguna untuk individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak menyenangkan. Perthanan diri dapat
dibagi 2 yaitu mekanisme koping janka pendek dan mekanisme jangka panjang. Uraian mekanisme dapat dilihat
sebagai berikut:
Jangka pendek
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari semntara dari krisis identitas: (musik keras, pemakaian obat-obatan, kerja
keras, menonton Tv terus menerus)
2. Kegiatan mengganti aktifitas sementara: (ikut keompok social, keagamaan, politik ).
3. Kegiatanyang memberi dukungan semnetara; (kompetensi olahraga, kontes populeritas)
4. Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas semntara: (penyalahgunaan obat-obatan).
Jangka panjang
1. Menutupi identitas:
Terlalu cepat mengadopsi identitas yang senangi dari seorang yang berarti, tanpa menindahkan hasrat,
apreasiasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negative
Yaitu asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang
dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut
dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri
dan lingkungannya.1 Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal positif Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, misalnya “saya
kuat dalam matematika”.
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap &
persefsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi
manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat
usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri.
Jika seseorang mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak
tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan
konsep diri dapat menjadi sumber stres atau konflik.2
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai
keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri.3 Termasuk persepsi indvidu akan
sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri
sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman
berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu
mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri berkembang dengan baik apabila : budaya dan
pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi
individu / lingkungan dan dapat beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptive.
1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan
menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya
3. Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari
orang lain
4. Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak – kanak ke
dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
1. Identitas: Identitas mencakup rasa internal tentang individual, keutuhan dan konsistensi dari seseorang
sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Karenanya konsep tentang identitas mencangkup kontansi
dan kontinuitas. Identitas menunjukan menjadi lain dan terpilih dari orang lain, namun menjadi diri yang
utuh dan unik. Anak belajar tentang nilai, perilaku dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak
mengidentifikasi pertama kali dengan orang tua, kemudian dengan guru, teman seusia dan pahlawan
pujaan. Untuk membentuk identitas, anak harus mampu untuk membawa semua perilaku yang dipelajari
ke dalam keutuhan yang kohoren, konsisten dan unik.4 Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan
dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.
2. Citra tubuh: Membentuk persepsi seorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal.
Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh
pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang
lain. Citra tubuh di pengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih
besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri.5 Citra tubuh anak usia sekolah
berbeda dengan citra tubuh seorang bayi. Salah satu perbedaan yang menyolok adalah kemampuan
untuk berjalan. Perubahan ini bergantung pada kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama
masa remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh (mis. Menopause selama
masa dewasa dengan penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran, dan mobilitas,
perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh).
3. Ideal Diri: Adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan
standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan
diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian
diri. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada
dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu.6 Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dasar dari ideal diri. Pada usaia remaja
ideal diri akan terbentuk melalui identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua
dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta
tanggung jawab.
4. Harga Diri: Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisi
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari sendiri dan
orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai.7 Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering
mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya
penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia. Untuk meningkatkan
harga diri anak diberi kesempatan untuk sukses, tanamkan “ideal” atau harapan jangan terlalu tinggi dan
sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-citanya dan bantu membentuk
pertahanan diri untuk hal-hal yang menggangu persepsinya. Harga diri sangat mengancam pada masa
pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus
dibuat menyangkut diri sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan
memutuskan apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat berpartisipasi
atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial.
5. Peran: Peran adalah serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat
dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya.8 Peran memberikan sarana untuk
berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi
pada orang yang berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi
pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Pengkajian
1. Gangguan citra tubuh : Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat
mungkin terjadi. 9
2. Gangguan Identitas diri : Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri
sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.11
Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal – hal berikut ini :
3. Gangguan harga diri ( Self-Esteem) : Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
o Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
o Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
o Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik
Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini
mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negarif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan
pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya :
malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,
menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri
Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu
apa-apa.
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka
sendiri.
Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
4. Gangguan peran : Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.12
Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi peran
sakit. Peran klien yang berubah adalah :
Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat dirumah sakit. Atau
setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
5. Gangguan ideal diri: Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak
realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.13
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal
diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
1. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena sakit,
saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi tidak
dapat main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh padahal prognosa
penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak
mungkin lagi sekolah.
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti perilaku dan
pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai
satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu berbeda dalam
mengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan
dirinya sendiri dan orang lain.
Konsep ide adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat
mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep
diridipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan cultural yang memberikan perasaan positif, memahami
kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak social dan
pengalaman dengan orang lain.
Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu
terhadap stimulus atau stressor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri,
identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu
memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber diri, menetapkan tujuan yang realistic sertabertanggung
jawab terhadap tindakan.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan, dan
keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan interaksi dengan
orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan
idealismenya.
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, social,
dan spiritual.
Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi
masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan betuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat
dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh
harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya, individu akan lebih bebas dan merasa
aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari
pada individu yang tidak menyukai tubuhnya.
Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu
yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap
realisasi yang akan memacu sukses didalam kehidupan.
Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar
pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipeorang yang diinginkan/disukai atau sejumlah aspirasi, tujuan,
nilai yang ingin diraih.
Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma social
dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa
kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan
tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu, individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan
membentuk dasar dari ideal diri.
Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan
peran serta tanggung jawab. Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur,
realita, menghindari kegagalan dari rasa cemas.
Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu
menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu
mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting
untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak
kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dengan diri sendiri dan orang lain yang
dicintai, dihormati, dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan,
sebaliknya individu akan selalu merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai
atau tidak diterima oleh lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan danperhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
dengan meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri, anak diberi kesempatan untuk sukses, beri
penguatan/ pujian bila anak sukses, tanamkan “ideal” atau harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengamn
budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-citanya dan Bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal
yang menganggu persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan
karena banyak keputusan yang harus di buat menyangkut dirinya sendiri.Remaja dituntut untuk menentukan
pilihan,posisi peran dan memutuskan apakah dia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu ,apakah dia
dapat berpartisipasi atau diterima berbagai macam aktivitas social.Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil
dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung menerima keadaan dirinya.Hal ini
didapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal
kelebihan dirinya.Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya tantangan baru sehubungan
denngan pension,ketidak mampuan fisik,berpisah dari anak,kehilangan pasangan.
Peran
Peran adalah serangkaian sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan
dengan fungsi individu dalam kelompok sosialnya.Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam
kehidupan social dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang
berarti.Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu
sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan dari hasil peran yang memenuhi kebutuhan dan
sesuai dengan ideal diri.
Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran :
Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan
penilaian terhadap dirinya,menyadari individu bahea dirinya berbeda dengan orang lain.Identitas diri
merupakan sintetis dari semua konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh tujuan hidup,
atribut/jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang
dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari persaan berharga (respek
pada diri sendiri), kemampuan dan penguasaan diri.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri.Dalam
identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri,
mengatur diri dan menerima diri.
Ciri-ciri individu yang mempunyai kepribadian sehat:
Ciri tubuh positif dan akurat.Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diri sendiri dan perasaan tentang
ukuran,fungsi,penampilan dan potensi tubuh
Ideal siri realistis. Individu yang mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup yang
dapat dicapai.
Harga diri tinggi.Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sendiri sebagai
seorang yang berarti dan bermanfaat.
Penampilan peran memuaskan.Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat berhubungan
dengan orang lain secara inti dan mendapat kepuasan.Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain
membina hubungan independen.
Identitas jelas.Individu merasakan keunikan dirinya yang member arah kehidupan dalam mencapai
tujuan.
Ciri-ciri individu dengan identitas diri yang positif :
a. Mengenal diri sebagai organism yang utuh terpisah dari orang lain
b. Mengakui jenis kelamin sendiri
c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan tubuh
d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
e. Menyadari hubungan masa lalu.sekarang dan yang akan dating
f. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan.
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,perubahan situasi dan keadaan sehat sakit.
b. Ketegangan peran,ketika individu kurang pemgetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan
bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan yang spesifik dan bingung
tentang tingkah laku peran yang sesuai.
d. Peran yang terlalu banyak
Faktor Prespitasi
Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit
menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan fisik,seksual dan
psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa
tindakan kejahatan.
Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan
perannya.Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi saat terjadi konflik peran,keraguan peran dan terlalu
banyak peran.Konflik peran terjadi saat individu menghadapi transisi peran yang beragam.transisi peran yang
sering terjadi adalah perkembangan,situasi dan sehat –sakit.
Transisi peran perkembangan.Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.Setiap
tahap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.Setiap tahap perkembangan harus dilalui
individu dengan menyelesaiakn tugas perkembangan yang berbeda-beda,hal ini dapat merupakan stressor bagi
konsep diri.
Transisi peran situasi.perubahan jumlah anggota keluarga baik pertambahan atau pengurangan melalui
kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat-sakit. Perubahan tubuh dapat memengaruhi semua konsep diri. Pergeseran kondisi
kesehatan individu yang menyebabkan kehilangan bagiian tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh. Perubahan akibat tindakan pembedahan yang dapat terlihat seperti kolostomi atau gastrostomi atau yang
tidak kelihatan seperti histerektomi.
Perubahan perilaku
Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :
a. Afektif
b. Persepsi
1. Halusinasi pendengaran/penglihatan
2. Kekacauan identitas seksual
3. Sulit membedakan diri sendiri dengan orang lain
4. Gangguan citra tubuh
5. Menjalani kehidupan seperti dalam mimpi
c. Kognitif
1. Bingung
2. Disorientasi waktu
3. Gangguan berfikir
4. Gangguan daya ingat
5. Gangguan penilaian
d. Perilaku
1. Pasif
2. Komunikasi tidak sesuai
3. Kurang spontanitas
4. Kurang pengendalian diri
5. Kurang mampumembuat keputusan
6. Menarik diri dari hubungan sosial
GANGGUAN KONSEP DIRI
1. Pengertian
Konsep diri adalah semua pikiran , keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Termasuk persepsi individu akan sifat
dan kemampuannya, ineraksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai- nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginannya.
o Perseptual
Halusinasi pendengaran dan penglihatan
Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri
Kesulitan membedakan diri sendiri dan orang lain
Gangguan citra tubuh
o Kognitif
Bingung
Disorientasi waktu
Gangguan berpikir
Gangguan daya ingat
Gangguan penilaian
Adanya kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama
o Perilaku
Afek yang tumpul
Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespons
Komunikasi yang tidak serasi
Kurang spontnitas
Kehilangan kendali terhadap impuls
Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan
Menarik diri secara sosial