I. Pendahuluan.
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental
remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam
hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri (Mutadin, 2002). Kegagalan
remaja dalam melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan bahaya seperti tidak
bertanggung jawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif dan sangat yakin pada
diri sendiri, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang jika berada jauh dari lingkungan yang
tidak dikenal, dan perasaan menyerah. Bahaya yang lain adalah terlalu banyak berkhayal
untuk mengimbangi ketidakpuasannya, mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya, dan
menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal, dan
pemindahan (Hurlock, 1997, h. 239).
II. Pengertian
Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada
ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusinya. Ia
mengatakan: "Genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce,
and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation".(Microsoft Encarta
Encyclopedia 2002).
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai
reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan
berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi
dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam
istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment.
Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri
sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri
secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses
dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih
sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat
diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan
yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Menurut Lazarus (1991) ketika seseorang berpikir tentang cara apa yang akan digunakannya,
kondisi-kondisi apa yang dapat mempengaruhi kegitan penyesuaian diri dan konsekuensi apa
yang akan timbul dari cara penyesuaian diri yang dipilihnya, maka penyesuaian diri disini
adalah proses. Penyesuaian diri adalah suatu proses yang kelanjutan selama hidup manusia
(Harber & Runyon 1984), kehidupan manusia selalu merubah tujuannya seiring dengan
perubahan yang terjadi pada lingkungan.
Kesimpulan dari proses penyesuaian diri menurut dua tokoh diatas adalah proses yang
dilakukan manusia yang dipengaruhi oleh dorongan internal dan eksternal yang dapat
berubah-ubah sesuai dengan tujuan hidup yang terjadi pada lingkungannya.
Kartono (2000:270) mengungkapkan aspek-aspek penyesuaian diri yang meliputi: 1)
Memiliki perasaan afeksi yang adekuat, harmonis dan seimbang, sehingga merasa aman, baik
budi pekertinya dan mampu bersikap hati-hati.
2) Memiliki kepribadian yang matang dan terintegrasi baik terhadap diri sendiri maupun
orang lain, mempunyai sikap tanggung jawab, berfikir dengan menggunakan rasio,
mempunyai kemampuanuntuk memahami dan mengontrol diri sendiri.
3) Mempunyai relasi sosial yang memuaskan ditandai dengan kemampuan untuk
bersosialisasi dengan baik dan ikut berpartisipasi dalam kelompok.
4) Mempunyai struktur sistem syaraf yang sehat dan memiliki kekenyalan (daya lenting)
psikis untuk mengadakan adaptasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
aspek-aspek penyesuaian diri adalah sebagai berikut :
1) Penyesuaian pribadi
Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan individu untuk menerima dirinya, sehingga ia
mampu mengatasi konflik dan tekanan dan menjadi pribadi yang matang, bertanggungjawab
dan mampu mengontrol diri sendiri. Adapun indikator-indikator secara rinci dari penyesuaian
pribadi adalah sebagai berikut :
a) Penerimaan individu terhadap diri sendiri
b) Mampu menerima kenyataan
c) Mampu mengontrol diri sendiri
d) Mampu mengarahkan diri sendiri
2) Penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu untuk mematuhi norma dan peraturan
sosial yang ada, sehingga ia mampu menjalin relasi sosial dengan baik dan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini penyesuaian sosial terjadi
dalam lingkup hubungan sosial tempat remaja hidup dan berinteraksi yaitu panti asuhan, baik
dengan pengasuh maupun teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Sedangkan indikator-
indikator untuk penyesuaian social adalah :
a) Memiliki hubungan interpersonal yang baik
b) Memiliki simpati pada orang lain
c) Mampu menghargai orang lain
d) Ikut berpartisipasi dalam kelompok
e) Mampu bersosialisasi dengan baik sesuai norma yang ada
Penyesuaian diri dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri remaja menurut Hariyadi, dkk (1995:110) dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal
a) Faktor motif, yaitu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif
mendominasi.
b) Faktor konsep diri remaja, yaitu bagaimana remaja memandang dirinya sendiri, baik dari
aspek fisik, psikologis, sosial maupun aspek akademik. Remaja dengan konsep diri tinggi
akan lebih memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang menyenangkan
dibanding remaja dengan konsep diri rendah, pesimis ataupun kurang yakin terhadap dirinya.
c) Faktor persepsi remaja, yaitu pengamatan dan penilaian remaja terhadap objek, peristiwa
dan kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang
objek tersebut.
d) Faktor sikap remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk berperilaku positif atau negatif.
Remaja yang bersikap positif terhadap segala sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki
peluang untuk melakukan penyesuaian diri yang baik dari pada
remaja yang sering bersikap negatif.
e) Faktor intelegensi dan minat, intelegensi merupakan modal untuk menalar. Manganalisis,
sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan penyesuaian diri. Ditambah faktor minat,
pengaruhnya akan lebih nyata bila remaja telah memiliki minat terhadap sesuatu, maka
proses penyesuaian diri akan lebih cepat.
f) Faktor kepribadian, pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert akan lebih lentur dan
dinamis, sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibanding tipe kepribadian
introvert yang cenderung kaku dan statis.
2) Faktor eksternal
a) Faktor keluarga terutama pola asuh orang tua. Pada dasarnya pola asuh demokratis dengan
suasana keterbukaan akan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses
penyesuaian diri secara efektif.
b) Faktor kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang sehat akan memberikan landasan kepada
remaja untuk dapat bertindak dalam penyesuaian diri secara harmonis.
c) Faktor kelompok sebaya. Hampir setiap remaja memiliki teman-teman sebaya dalam
bentuk kelompok. Kelompok teman sebaya ini ada yang menguntungkan pengembangan
proses penyesuaian diri tetapi ada pula yang justru menghambat proses penyesuaian diri
remaja.
d) Faktor prasangka sosial. Adanya kecenderungan sebagian masyarakat yang menaruh
prasangka terhadap para remaja, misalnya memberi label remaja negatif, nakal, sukar diatur,
suka menentang orang tua dan lain-lain, prasangka semacam itu jelas akan menjadi kendala
dalam proses penyesuaian diri remaja.
e) Faktor hukum dan norma sosial. Bila suatu masyarakat benar benar konsekuen
menegakkan hukum dan norma-norma yang berlaku maka akan mengembangkan remaja-
remaja yang baik penyesuaian dirinya. Sunarto dan Hartono (1994:188) mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu :
1) Kondisi fisik
Kondisi fisik termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan syaraf, kelenjar dan
sistem otot, kesehatan, penyakit dan sebagainya. Kualitas penyesuian diri yang baik hanya
dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan fisik yang baik.
2) Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral dan
emosional. Penyesuaian diri pada tiap-tiap individu akan bervariasi sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kematangan yang dicapainya.
3) Penentu psikologis
Banyak sekali faktor psikologis yang mempengaruhi prosespenyesuaian diri, diantaranya
yaitu pengalaman, belajar,kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri, frustrasi dan konflik.
4) Kondisi lingkungan
Keadaan lingkungan yang damai, tentram, penuh penerimaan, pengertian dan mampu
memberi perlindungan kepada nggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan
memperlancar proses penyesuaian diri.
5) Penentu kultural
Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola
penyesuaian dirinya. Contohnya, tata cara kehidupan di panti asuhan akan mempengaruhi
bagaimana remaja menempatkan diri dan bergaul dengan orang lain di sekitarnya.
Pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yang dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
1) Faktor internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi motif, konsep diri, persepsi,
sikap, intelegensi, minat, kepribadian, kondisi fisik, psikologis (diantaranya yaitu
pengalaman, belajar, kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri, frustrasi dan konflik),
perkembangan dan kematangan (intelektual, moral, sosial dan emosional).
2) Faktor eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari lingkungan atau dari luar individu, seperti lingkungan keluarga,
sekolah, teman sebaya dan masyarakat.
Menurut Willis (dalam Gunarsa, 1995) seseorang yang berusia pada masa remaja akhir akan
berpandangan pesimis dan negatif jika menghadapi masalah yang rumit, disebabkan di waktu
kecilnya sering memperoleh pengalaman yang buruk dan gagal dalam menghadapi berbagai
masalah. Beberapa jenis penyesuaian diri bagi remaja, yaitu : penyesuaian diri di dalam
keluarga, penyesuaian diri di sekolah dan penyesuaian diri di masyarakat.
http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=390
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
hahaaha
happy tree friends theme mp3 | lyrics
free music downloads | music videos | pictures
Cari ..........
Translate
Powered by Translate
About Me
Tryan Hermawan
Lihat profil lengkapku
Blog Archive
2013 (3)
2012 (28)
2010 (6)
o November (6)
KLIK DI SINI
Daftar untuk dapat iklan
iklaN
Ads Powered
by:KumpulBlogger.com
Selama usia madya lemak mengumpulkan terutama sekitar perut dan paha.
b. Berkurangnya rambut dan beruban
Rambut pada pria yang berusia dewasa mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian
atas kepala. Rambut di hidung, telinga dan bulu mata menjadi lebih kaku. Sedangkan rambut
pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur. Rambut wanita semakin tipis dan rambut di
atas bibir atas dan dagu bertambah banyak. Baik rambut pria maupun rambut wanita mulai
memutih mejelang usia lima puluh tahunan, dan beberapa orang sudah beruban sebelum berusia
madya.
c. Perubahan pada kulit
Kulit pada wajah, leher, lengan dan tangan menjadi lebih kering dan keriput. Kulit dibagian
bawah mata menggembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih
permanen dan jelas. Warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.
Universitas Sumatera Utara
d. Tubuh menjadi gemuk
Bahu seringkali berbentuk bulat, dan terjadi pengemukan seluruh tubuh yang membuat perut
kelihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan lebih pendek.
e. Perubahan otot
Umumya otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan mengendur disekitar dagu. Pada
lengan bagian atas, dan perut.
f. Masalah Persendian
Beberapa orang berusia madya mempunyai masalah pada persendian, tungkai dan lengan yang
membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang sekali ditemukan pada orang-
orang muda.
g. Perubahan pada gigi
Gigi menjadi kuning dan harus lebih sering diganti, sebagainya atau seluruhnya dengan gigi
palsu.
h. Perubahan pada mata
Mata kelihatan kurang bersinar daripada ketika mereka masih muda, dan cenderung
mengeluarkan kotoran mata yang menumpuk di sudut mata.
i. Perubahan seksual
Bagi wanita pada masa ini wanita memasuki menopause atau perubahan hidup, dimana masa
menstruasi berhenti, dan merasa kehilangan kemampuan memelihara anak. Sedangkan pada pria
mengalamai masa klimakterik pria.
C. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik
Salah satu dari sekian banyak penyesuaian yang sulit pria dan wanita berusia madya adalah
mengubah penampilan. Mereka harus benar-benar menyadari bahwa fisiknya sudah tidak mampu
berfungsi sama seperti sediakala pada saat mereka kuat. Mereka yang berusia
Universitas Sumatera Utara
madya harus seperti sediakala pada saat mereka kuat. Mereka yang berusi madya harus dapat
meneriman kenyataan bahwa kemampuan reproduksi sudah berkurang atau akan berakhir, dan
bahkan mungkin mereka akan kehilangan dorongan seks serta daya tarik seksual. Seperti anak-
anak puber yang pada masa kanak-kanaknya berurusan tentang akan jadi apa mereka dan
bagaimana penampilannya bila mereka sudah besar dan siapan yang kemudian menyesuaiakan
diri sehingga realitas penampilan mereka bila tidak bertumbuh sesuai dengan harapan mereka,
demikian juga orang berusia madya harus mengesankan diri terhadap perubahan-perubahan yang
tidak mereka sekai dan yang menandai tibanya usia tua mereka.
Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap
individu yang kurang menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang
kurang menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun
selanjutnya Hurlock (1999). Perubahan fisik yang terpenting pada masa dewasa madya adalah
menyesuaiakan diri terhadap perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera,
perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan, perubahan seksual Hurlock
(1999).
D. Dewasa Madya
1. Pengertian Dewasa Madya
Kata adult berasal dari bahasa Latin, yang berarti tumbuh menjadi dewasa, jadi orang dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya Hurlock (1999). Setiap kebudayaan memiliki
perbedaan tersendiri dalam memberikan batasan usia kapan seseorang dikatakan dewasa. Pada
sebagaian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas sudah selesai
atau hampir selesai dan apabila organ reproduksi anak sudah berkembang dan mampu
berproduksi. Hurlock (1999) membedakan masa dewasa dalam 3 bagian, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Masa dewasa dini (18 40 tahun )
Masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang disertai berkurangnya
kemampuan produktif.
2. Masa dewasa madya (40 60 tahun)
Masa menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang tampak jelas pada setiap orang.
3. Masa dewasa lanjut (Usia lanjut)
Dimulai dari usia 60 tahun sampai kematian. Pasa masa ini kemampuan fisik maupun psikologis
cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian serta
dandanan memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti saat
mereka masih lebih muda.
2 Karakteristik Dewasa Madya
Seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia madya pun diasosiasikan dengan
karakteristik tertentu yang membuat berbeda. Berikut ini akan diuraikan sepuluh karakteristik
dewasa Hurlock (1998).
1. Periode yang sangat ditakuti
Terdapatnya kepercayaan tradisional dimana pada masa ini terjadi kerusakan mental, fisik dan
reproduksi yang berhenti serta merasakan bahwa pentingnya masa muda.
2. Masa transisi
Perubahan pada ciri dan perilaku masa dewasa madya yaitu perubahan pada ciri jasmani dan
perilaku baru. Pada pria terjadi perubahan keperkasaan dan pada wanita terjadi perubahan
kesuburan atau menopause.
3. Masa stres
Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah terutama karena
perubahan fisik dimana terjadi pengrusakan homeostatis fisik dan psikologis.
Universitas Sumatera Utara
Pada wanita terjadi pada usia 40-an yaitu masuk menopause anak-anak meninggalkan rumah dan
pada pria terjadi pada usia 50-an saat masuk pensiun.
4. Usia yang berbahaya
Terjadi kesulitan fisik dimana usia ini banyak bekerja, cemas yang berlebihan, kurang perhatian
terhadap kehidupan dimana hal ini dapat menganggu hubungan suami-isteri dan bisa terjadi
perceraian, gangguan jiwa, alkoholisme, pecandu obat, hingga bunuh diri.
5. Usia canggung
Serba canggung karena bukan muda lagi dan bukan juga tua. Kelompok usia madya seolah
berdiri di antara generasi pemberontak yang lebih muda dan generasi senior.
6. Masa berprestasi
Sejalan dengan masa produktif dimana terjadi puncak karir. Menurut Erikson, usia madya
merupakan masa krisis yaitu generativity (cenderung untuk menghasilkan), stagnasi (cenderung
untuk tetap berhenti) dan dominan terjadi hingga menjadi sukses atau sebaliknya. Peran
kepemimpinan dalam pekerjaan merupakan imbalan atau prestasi yang dicapai yaitu generasi
pemimpin.
7. Masa evaluasi
Terutama terjadi evaluasi diri. Jika berada pada puncak evaluasi maka terjadi evaluasi prestasi.
8. Dievaluasi dengan standar ganda
a. Aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani yaitu rambut menjadi putih, wajah keriput,
otot pinggang mengendur.
b. Cara dan sikap terhadap usia tua yaitu tetap merasa muda dan aktif tetapi menjadi tua dengan
anggun, lambat, hati-hati hidup dengan nyaman.
9. Masa sepi
Universitas Sumatera Utara
Masa sepi atau empty nest terjadi jika anak-anak tidak lagi tinggal dengan orangtua. Lebih terasa
traumatik bagi wanita khususnya wanita yang selama ini mengurus pekerjaan rumah tangga dan
kurang mengembangkan minat saat itu. Pada pria mengundurkan diri dari pekerjaan.
10. Masa jenuh
Pada pria jenuh dengan kegiatan rutin dan kehidupan keluarga dengan sedikit hiburan. Pada
wanita jenuh dengan urusan rumah tangga dan membesarkan anak-anak
3. Tugas-tugas Perkembangan pada Usia Dewasa Madya
Havighurst (dalam Hurlock, 1998) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah tuntutan yang
diberikan kepada individu oleh lingkungan atau masyarakat sekitar terhadap diri individu
tersebut, yang mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Havigrust,
dewasa madya memiliki tugas perkembangan sebagai berikut:
1.Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan fisiologis terjadi pada tahap ini
2.Membantu anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
Havighurst (dalam Hurlock, 1998) membagi tugas perkembangan dewasa madya menjadi 4
kategori utama, yaitu
Universitas Sumatera Utara
1. Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik
menerima dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada masa
usia madya
2. Tugas yang berkaitan dengan perubahan minat
mengasumsikan tanggungjawab warga negara dan sosial, mengembangkan minat pada waktu
luang yang berorientasi pada kedewasaan, pada kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada
keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini
3. Tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan (pekerjaan)
berkaitan dengan pasangan, menyesuikan diri dengan orang tua yang lanjut usia, dan membantu
anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggun jawab.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada 7 tugas perkembangan dewasa madya yaitu
menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan fisiologis terjadi pada tahap ini,
membantu anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia,
mengembangkan kegiatan pengisi waktu senggang, pasangan dianggap sebagai suatu individu,
mencapai tanggung jawab umum dan sosial dan sebagai warganegara, mencapai dan
mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier bekerja dan menyesuikan diri dengan
orang tua yang semakin tua. Kemudian dari tujuh tugas perkembangan usia madya dapat
digolongkan menjadi empat kategori utama yaitu tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik,
tugas yang berkaitan dengan perubahan minat, tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan
(pekerjaan) dan tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga Hurlock (1998).
Universitas Sumatera Utara
D. Wanita Bekerja
1. Pengertian Wanita Bekerja
Tingginya tingkat pendidikan dewasa ini membuat banyak wanita usia dewasa awal memasuki
dunia profesionalisme dengan bekerja. Abad 21 juga dicirikan dengan persaingan di dunia kerja
dan peluang tersebut sangat terbuka bagi para wanita (Bhatnagar & Rajadhyaksha, 2001). Suryadi
(dalam Anoraga, 2001) mengartikan wanita bekerja sebagai wanita yang bekerja untuk
menghasilkan uang atau lebih cenderung pada pemanfaatan kemampuan jiwa atau karena adanya
suatu peraturan sehingga memperoleh kemajuan dan perkembangan dalam pekerjaan, jabatan,
dan lain-lain. Wanita bekerja adalah wanita yang berperan sebagai ibu dan bekerja diluar rumah
untuk mendapatkan penghasilan disamping berada dirumah dan membesarkan anak (Working
Mothers Forum, 2000).
Maheshwari (1999) mengatakan bahwa wanita bekerja adalah wanita yang pergi keluar rumah
dan mendapatkan bayaran atau gaji. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa wanita bekerja
adalah seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan atau gaji
disamping berada dirumah untuk mengatur rumah tangga.
2. Faktor-Faktor yang Mendorong Wanita Bekerja
Rini (2002) mengemukakan beberapa faktor yang mendorong wanita bekerja di luar rumah,
yaitu :
1. Kebutuhan Finansial
Faktor ekonomi umumnya menjadi alasan seorang wanita bekerja karena dengan penghasilan
yang diperoleh, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Kebutuhan Sosial-Relasional
Kebutuhan sosial-relasional merupakan kebutuhan akan penerimaan sosial, identitas sosial yang
diperoleh melalui komunitas kerja.
Universitas Sumatera Utara
3. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Bekerja merupakan salah satu jalan untuk mengaktualisasikan diri, sesuai dengan pendapat
Maslow (dalam Rini, 2002) bahwa salah satu kebutuhan bagi manusia adalah aktualisasi diri.
Dengan bekerja, seseorang dapat bekerja, berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri,
mengembangkan diri dengan orang lain, membagikan ilmu dan pengalaman, menghasilkan
sesuatu, mendapatkan penghargaan, penerimaan dan prestasi.
Bagi kebanyakan wanita yang mempunyai tanggung jawab ganda (tugas rumah tangga dan
pekerjaan di luar rumah), biasanya akan memperberatkan masalah hubungan keluarga. Karena
jumlah wanita sedikit dibandingkan dengan kondisi dimana pria lebih banyak bekerja ini dikarena
kan beberapa kondisi yang mempengaruhi wanita dalam bekerja (Hurlock, 1998).
a. Kepuasan kerja
Wanita yang menyukai pekerjaannya mereka akan dapat menyesuaikan diri jauh lebih baik
daripada mereka yang terpaksa melakukan pekerjaannya karena tanggung jawab akan keluarga
dan yang sekarang mereka terperangkap dalam kerjanya.
b. Kesempatan Promosi
Setiap tahun, pada saat bekerja semakain mendekati masa wajib pensiun, kesempatan bagi
mereka untuk dpromosikan semakin sedikit dan mereka lambat laun digeser dari posisi untuk
memberi kesempatan kepada karyawan yang lebih muda. Kondisi seperti ini mempunyai efek
balik pada penyesuaian kerja.
c. Harapan Pekerjaan
Bila masa pensium tiba, para pekerja usia madya menilai prestasi mereka diliat dari prestasi
mereka yang dahulu. Apakah menyenangkan atau tidak, penilaian ini mempunyai efek pada
penyesuaian pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
d.Sikap Pasangan
Jikalau suami tidak puas dengan status istrinya ditempat kerja, gajinya, atau bahwa kerjanya
merampas istrinyaa dari rumah sehingga suaminya kesepian, maka istrinya juga semakin tidak
puas dan senang. Wanita yang suaminya keberatan dan mengeluh terhadap keadaan mereka
dirumah bisa juga mengalami ketidakpuasan kerja.
e. Sikap Terhadap Usaha Besar
Pekerja yang merasa bangga karena bekerja pada perusahaan besar, penuh prestige, penyesuaian
terhadap pekerjaan lebih baik, dibanding mereka menganggap dirinya hanya sebagai sekrup kecil
dari mesin yang besar.
f. Sikap Terhadap Teman Sekerja
Pekerja wanita dalam hal ini harus menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar karena dalam
sebuah pekerjaan akan dituntun saling mendukung dan bekerja sama dengan teman sekerja.
g. Relokasi
Perasaan pekerja yang harus dipindah ditempat atau pindah ke masyarakat lain dengan tujuan
agar mereka tetap bekerja pada pekerjaannya yang sekarang atau untuk dipromosikan pada
kedudukan yang lebih baik, akan mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap proses
penyesuaian pekerjaan.
E. Wanita Tidak Bekerja
1. Pengertian Wanita Tidak Bekerja
Adiningsih (2004) mengatakan bahwa dalam UU Perkawaninan No.1/1974 pasal 31 ayat 3
menunjukkan bahwa seorang istri bertanggung jawab akan urusan rumah tangga, yang tidak
mneghasilkan, seingga ia tergantung pada hasil kerja suaminya.
Menurut wikipedia (2006) wanita tidak bekerja (hommaker / housewife) adalah wanita yang
memiliki pekerjaan utama untuk menjaga atau merawat keluarga dan rumah, suatu
Universitas Sumatera Utara
bentuk untuk menggambarkan wanita yang tidak dibayar sebagai tenaga kerja untuk menjaga
keluarganya. www.shaadi.com [online] mengatakan bahwa ibu rumah tangga (housewife) adalah
non-working woman. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wanita tidak bekerja
adalah seorang istri yang bertanggung jawab untuk mengurus rumah tangga atau merawat
keluarga tanpa memiliki pekejaan diluar rumah.
Istri tidak bekerja dapat disebut juga ibu rumah tangga (Housewife). Menurut Kamus Oxford,
pengetian housewife adalah : a merried woman whose main occupation is carryin for her family
and running the household. Jadi dapat diartikan ibu rumah tangga adalah wanita menikah yang
pekerjaan utamanya adalah merawat keluarga dan menjalankan rumah tangga.
Seorang istri atau ibu merupakan sesuatu yang paling mulia dalam kehidupan. Wanita yang tidak
bekerja biasanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Biasanya istri melakukan pekerjaan rumah
tangga lebih banyak dari suami. Disini istri yang adalah orang yang bertanggung jawab besar atas
pekerjaan rumah (tidak bekerja) (Schinovacz dalam Santrock, 1995).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Suryochondro (1990) mengenai wanita dan kerja
menyatakan bahwa alasan para istri tidak bekerja sebagaian besar karena kesibukan rumah
tangga. Alasan yang cukup bayak dilontarkan oleh para istri adalah dilarang suami. Hanya
sebagaian kecil yang menyatakan bahwa penghasilan suami sudah cukup, kurang mampu bekerja,
sibuk di organisasi ataupun alasan kesehatan. Alasan para istri bekerja tidak jauh berbeda antara
golongan menengah dan istri golongan bawah.
Dalam penelitian Suryochondro juga menanyakan kepada istri apakah mereka mempunyai
keinginan untuk bekerja apabila ada kesempatan. Dari jawaban para istri diperoleh kesimpulan
bahwa sebagian besar mempunyai keinginan bekerja. Keinginan ini lebih banyak dilontarkan oleh
istri golongan bawah. Alasan untuk bekerja beberapa antara
Universitas Sumatera Utara
istri dari golongan menengah dan dari golongan bawah. Para istri dari golongan bawah ingin
bekerja lebih karena alasan nenambah penghasilan. Disamping itu, istri dari golongan bawah juga
mengemukakan alasan ingin bekerja supaya mempunyai penghasilan sendiri dan mengisi waktu
luang.
F. Dinamika Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya Bekerja
dan Tidak Bekerja
Penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian dalam
arti fisik, fisiologis atau biologis. Perubahan fisik merupakan akibat dari usia dan genetik, faktor
perilaku dan gaya hidup yang dimulai dari masa muda dapat dipengaruhi kecenderungan,
penentuan waktu, dan luas perubahan fisik. menopause merupakan salah satu perubahan fisik
yang terjadi pada wanita dewasa madya (Papalia, 2008).
Dewasa madya dapat menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya tergantung
pada kemampuan dirinya didalam menerima perubahan yang terjadi apakah dia sudah menerima
dan mengatasi masalahnya atau tidak, juga tergantung dari bagaimana cara berfikir mereka
terhadap perubahan fisik (Papalia, 2008).
Pada masa sekarang ini terdapat perubahan sosial yang menyebabkan wanita lebih mempunyai
kesempatan besar untuk memilih. Wanita dapat melakukan aktifitas berkarier ataupun wanita
tidak berkarier. Pada waktu wanita mengerjakan karier, mereka dihadapkan dengan pertanyaan
apakah mereka bisa bersaing dengan wanita muda atau tidak. (Aderson & Leslie; Gustafson &
Magnusson; Steil & Weltman dalam santrock, 1990). Ada yang bisa menikmati perannya sebagai
wanita karier, namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit kian
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Banyaknya wanita dewasa madya yang bekerja sekarang ini karena adanya perubahan gender
yang terjadi dan faktor kebutuhan finansial, kebutuhan sosial-relasional, kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
aktualisasi diri. Banyaknya bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh wanita membuat wanita harus
menyesuaikan diri. Wanita bekerja sebenarnya menjadi sesuatu hal yang biasa di tengah
masyarakat. Seorang wanita yang bekerja, pada masa dewasa madya akan mulai memasuki masa
pensiun sehingga akan hilang pula kesibukan rutinnya sehari-hari. Menurut UU Perkawinan
No.1/1974 pasal 31 ayat 3 (Adiningsih, 2004), seorang istri didefinisikan sebagai ibu rumah
tangga. Wanita yang mengatur rumah tangga sedangkan pria bekerja diluar untuk mendapatkan
gaji atau bayaran, wanita tersebut disebut ibu rumah tangga (housewife. Housewife) disebut juga
sebagai non-working woman (Who Is A Working Woman, 2001).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Suryochondro (1990) mengenai wanita dan kerja
menyatakan bahwa alasan para istri tidak bekerja sebagaian besar karena kesibukan rumah
tangga. Maka dari itu seorang Ibu rumah tangga tidak melakukan kegiatan diluar rumah dan
menganggap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dapat dijalanin tanpa harus ada
kegelisahan.
Pada usia madya masih mempunyai pekerjaan khususnya pekerjaan yang berhubungan dengan
orang lain, didalam pekerjaan ini pula dibutuhkan penampilan yang menarik, tidak sejalan dengan
usia mereka yang sudah tua, mereka harus mengakui bahwa mereka tidak muda lagi, dan pada
dewasa madya ini pula dibutuhkan perubahan penampilan tidak hanya pria wanita juga
memngambil andil dalam dunia pekerjaan. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit
karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang meguntungkan semakin
diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap perubahan normal
yang muncul bersama pada tahun-tahun selanjutnya. Perubahan fisik yang terpenting yang
terhadapnya orang berusia madya harus menyesuaikan diri (Hurlock, 1999).
Universitas Sumatera Utara
II. F . Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang
telah dikemukan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Terdapat perbedaan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik antara wanita dewasa madya
yang bekerja dengan tidak bekerja.
Universitas Sumatera Utara
BLOG NEWBIE
Beranda
SINOPSIS DRAMA KOREA
DUNIA ISLAMI
HEALTH
KUMPULAN LIRIK LAGU JUSTIN BIEBER
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim..
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
......................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan...................................................................................................................
2
BAB II ISI
A. KESIMPULAN .........................................................................................................
19
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang,
tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-
benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang
bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi
kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya,
serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang,
tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan
lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap
dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga
c. Lingkungan Sekolah
1) Faktor internal
2) Faktor eksternal
a) Faktor keluarga terutama pola asuh orang tua. Pada dasarnya pola asuh
demokratis dengan suasana keterbukaan akan lebih memberikan peluang
bagi remaja untuk melakukan proses penyesuaian diri secara efektif.
e) Faktor hukum dan norma sosial. Bila suatu masyarakat benar benar
konsekuen menegakkan hukum dan norma-norma yang berlaku maka
akan mengembangkan remaja-remaja yang baik penyesuaian dirinya.
Sunarto dan Hartono (1994:188) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri yaitu :
1) Kondisi fisik
3) Penentu psikologis
4) Kondisi lingkungan
5) Penentu cultural
1) Faktor internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi motif,
konsep diri, persepsi, sikap, intelegensi, minat, kepribadian, kondisi fisik,
psikologis (diantaranya yaitu pengalaman, belajar, kebutuhan-kebutuhan,
determinasi diri, frustrasi dan konflik), perkembangan dan kematangan
(intelektual, moral, sosial dan emosional).
2) Faktor eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari lingkungan atau dari luar individu, seperti
lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat.
7. Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
9. Kerja swama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan di sekolah.
Kesimpulan
kata:300
emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang
efisien bisa dikikis habis.
f. Sedangkan menurut Syamsu Yusuf dan A. Jundika Nurihsan adalah
Kegiatan atau tingkah laki individu pada hakekatnya merupakan cara
pemenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu
untuk memnuhi kebutuhanya, baik cara-cara yang wajar maupun cara
yang tidak wajar, cara yang disadari maupun tidak disadari. Yang
penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini individu harus dapat
menyesuaikan antar kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada
dalam lingkungan disebut sebagai proses penyesuaian diri.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian diri merupakan proses kemampuan diri untuk dapat
mempertahankan eksistensialnya untuk dapat hidup dengan survive dan
memperoleh kesejahteraan jasamani dan rohani juga dapat mengadakan
relasi yang memuaskan dengan tuntutan-tuntutan sosial di
lingkungannya.
Mohon
12345
dinilai :