Disusun oleh :
19017
Tingkat 2A
Kelompok 6
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6. Kontak mata kurang.
7. Kurang spontan.
8. Apatis
9. Ekspresi wajah kurang berseri.
10. Mengisolasi diri
11. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
12. Aktivitas menurun.
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, segera
timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi
lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori: halusinasi dan resiko
mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan (Herman Ade, 2011).
Tingkatan
1. Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan biologis
dan psikologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat
sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya menangis untuk
semua kebutuhan. Konsisten ibu dan anak seperti stimulus sentuhan, kontak
mata, komunikasi yang hangat merupakan aspek penting yang harus di bina
sejak dini karena akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang
mendasar. Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada
orang lain kan mengakibatkan rasa tidak percaya diri sendiri dan orang lain
serta menarik diri(Abdul Muhith,2015).
2. Prasekolah
Materson menamakan masa antara usia 18 bulan – 3 tahun yang merupakan
taraf masa pemisahan pribadi. Anak prasekolah mulai memperluas hubungan
sosialnya di luar lingkungan keluarga,khususnya ibu (pengasuh). Anak
menggunakan kemampuan berhubungan yang telah di miliki untuk
berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini,anak
membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian
pengakuan yang positif terhadap perilaku yang adaptif. Hal ini merupakan
dasar otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan kemampuan
hubungan interdependen. Kegagalan anak dalam berhubungan dengan
lingkungannya disertai respon keluarga yang negatif akan mengakibatkan anak
menjadi tidak mampu mengontrol diri ,tidak mandiri, ragu, menarik diri dari
lingkungan, kurang percaya diri, pesimis, takut perilakunya salah(Abdul
Muhith,2015)
3. Anak anak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri dan mulai
mengenal lingkungan lebih luas,dimana anak mulai membina hubungan
dengan teman temanny. Pada usia ini anak mulai mengenal kerjasama,
kompetisi, dan kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua karena
pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman dengan orang dewasa
di luar keluarga (guru,orang tua teman) merupakan sumber pendukung yang
penting bagi anak. Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman di
sekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak
konsisten dari orang tua mengakibatkan frustasi terhadap kemampuannya ,
putus asa,merasa tidak mampu, dan menarik diri dari lingkungan(Abdul
muhith,2015)
4. Remaja
Pada usia ini, individu mempertahankan hubungan interdependen dengan orang
tua dan teman sebaya. Individu belajar mengalami keputusan dengan
mempertahatikan saran dan pendapat orang lain seperti memilih
pekerjaan,memilih karier,dan melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu
menghindari hubungan intim,menjauhi orang lain, dan putus asa akan karier.
5. Dewasa Muda
Pada usia ini, individu mempertahankan hubungan interdependen dengan orang
tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan dengan
mempertahatikan saran dan pendapat orang lain, seperti memilih
pekerjaan,memilih karier, dan melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu
dalam melanjutkan sekolah,pekerjaan,pernikahan mengakibatkan individu
menghindari hubungan intim,menjauhi orang lain,dan putus asa akan karier.
6. Dewasa Tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan
orang tua, khususnya individu telah menikah. Jika ia telah menikah,maka peran
menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa merupakan
situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan pisah
tempat tinggal dengan orang tua,membina hubungan yang baru dan tidak
mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian
hanya tertuju pada diri sendiri,produktivitas dan kreativitas berkurang, dan
perhatian pada orang lain berkurang.
7. Dewasa Lanjut
Pada masa ini, individu akan mengalami kehilangan,baik kehilangan fungsi
fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan), anggota
keluarga(kematian orang tua). Individu tetap memerlukan hubungan yang
memuaskan dengan orang lain. Individu yang mempunyai perkembangan yang
baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan
mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi
kehilangannya. Kegagalan dalam masa ini dapat menyebabkan individu merasa
tidak berguna,tidak di hargai, dan hal lain dapat membuat individu menarik diri
dan rendah diri(Abdul muhith,2015)
Klasifikasi
Terdapat banyak klasifikasi gangguan kejiwaan dengan tingkatan tertentu yang
memerlukan penanganan. Salah satunya adalah Isolasi sosial. Ada 5 tahap.
Pada tahap pengkajian, data yang dikumpulkan berupa data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Data subjektif yang mungkin muncul adalah rasa malas berinteraksi,
penolakan dari orang lain dan perasaan tidak berguna. Pada data objektif yang
mungkin timbul adalah keenggaan dan kurangnya insiatif untuk membangun sebuah
percakapan dengan orang lain, mondar-mandir tanpa tujuan, afek tumpul dan kontak
mata kurang. Berdasarkan data-data tersebut dapat dibentuk pohon masalah (Dalami et
al., 2009).
Diagnosa keperawatan menyangkut respons perilaku terhadap stress yang disebabkan
dari hubungan sosial misalnya pada pasien isolasi sosial. Pada tahap perencanaan,
perawat membuat tujuan baik umum maupun khusus dan rencana tindakan yang akan
diberikan (Riyadi & Purwanto, 2009).
Pada tahap implementasi, tindakan dikelompokan untuk individu dan keluarga
misalnya dengan memberikan terapi sosialisasi untuk pasien isolasi sosial dan terapi
social skill training (SST) dan terapi suportif untuk pasien skizofrenia (Harkomah, Arif
& Basmanelly, 2018, hlm. 66). Begitupula yang dilakukan pada tahap evaluasi.
B. Rentang Respon
Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari interaksinya
dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif
dengan maladaptive sebagai berikut:
Adaptif Maladaptif
Manipulasi,
Menyendiri, Otonomi, Kesepian, menarik
diri, impulsif,
kebersamaan, saling
ketergantungan narsisme
ketergantungan
a. Respon Adaptif
Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang
termasuk respon adaptif:
D. Faktor Presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga
seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti
dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.
2. Stressor Psikologi
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan
adalah proyeksi, splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak
mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan
sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam
menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi adalah perilaku mengasingkan diri dari orang
lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017).
I. Pohon Masalah
ISOLASI SOSIAL
(core problem)
ANALISA DATA
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
c. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
Tuk III : klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
Intervensi :
Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
Mendiskusikan tentang :
Tum :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal dan mampu
meningkatkan harga dirinya.
Tuk I : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
Bersalaman panggil nama
Tuk II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
Tuk V :Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi klien dan kemampuannya.
Intervensi :
Tum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
V. DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika, Yogyakarta.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawayan Jiwa. Trans Info Media, Jakarta.
Fitria, Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Salemba Medika,
Jakarta.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahukuan dan Stratrgi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.
http://www.dnet.net.id/kesehatan/beritasehat/detail.php.id=2254
Keliat, Budu Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta.
Keliat, Budu Anna. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas Kelompok. EGC, Jakarta.
Keliat , Budu Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.3
Kusuma, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika,
Jakarta.
Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku Kedokteran
:EGC.
Nurjannah. I. 2004. Pedoman Pada Gangguan Jiwa. MocoMedia. Yogyakarta. Rekam Medik,
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.2013.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama, Bandung.