Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik ( PBK ) Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing : Ibu Hj.Ruswati,Ners.,M.Kep

Disusun oleh :

FUTRI SIFA KHOERUN NISSA

19017

Tingkat 3A

Kelompok 10

STIKES AHMAD DAHLAN CIREBON

Jl.walet No.21,Kertawinangun,Kedawung Cirebon,Jawa Barat 45153


A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,emosional dan social dari individu-
individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama (friedman, 1998).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978) , dikutip dari Setyowati,
2008).

2. Tugas Perkembangan Keluarga


Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-
individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut,
keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-
tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman,1998) adalah :
Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama
hingga bayi berusia 30 bulan .
c. Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai ketika anak pertama
berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah
berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun,
awal dari masa remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak pertama melewati
umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda,ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua danberakhir dengan “rumah kosong” ketika
anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,
tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal
dirumah.Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak
untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
g. Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai dengan salah stu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lainnya meninggal dan tugas tumbuh kembang lansia pada
tahap ini adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Menurut ( Murwani, 2007 ) komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari
anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam
keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak
dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya.Fungsi afektif
merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan
keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif didalam
keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.Keberhasilan perembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak seimbang
antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada
perceraian.
e. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan

4. Koping Keluarga
Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu bertahan hidup
dalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat.Koping adalah proses
pemecahan masalah dimana seseorang mempergunakannya untuk mengelola kondisi
stres. Derajat stres ditentukan oleh perbandingan antara apa yang terjadi (sumber
stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar untuk mengatasi situasi tersebut
(Smeltzer, 2001)
Konsep koping sangat penting dalam keperawatan karena semua pasien
mengalami stres sehingga sangat memerlukan kemampuan koping untuk dapat
mengatasinya. Kemampuan koping dan adaptasi terhadap stres merupakan faktor
penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia
(Asih, 1999 ).

5. Struktur Keluarga
Menurut Firedman dalam Bakri (2017), ada empat struktur keluarga yaitu :
1. Pola komunikasi keluarga Pola interaksi dari dalam keluarga hendaknya memiliki
keterbukaan, kejujuran berfikir positif dan menyelesaikan konflik bersama dalam
keluarga, komunikasi yang bermakna antara pendengar dan pembicara yang
kemudian menimbulkan umpan balik dan melakukan valiasi. Bagi keluarga dengan
pola komunikasi kurang terbuka maka akan menyebabkan berbagai macam persoalan,
karakteristik pola komunikasi yang kurang baik yaitu, fokus pembicaraan hanya pada
satu orang saja, tidak ada diskusi dalam keluarga, anggota hanya menyetujui entah
benar atau salah, dan hilangnya rasa empati dalam keluarga sehingga menjadi
keluarga yang tertutup.
2. Struktur peran
Merupakan perilaku yang diinginkan berdasarkan posisi sosial yang diberikan. Peran
keluarga menggambarkan perilaku interpersial yang berhubungan dengan masalah
kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu, Effendi (1998) dalam Bakri (2017).
3. Struktur kekuatan
Menggambarkan adanyakekuasaan atau kekuatan dalam sebuah keluarga yang
digunakan untukmengendalikan dan mempengaruhi anggota keluarganya yang lain
kearah postif. Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang dalam mengontrol,
mempengaruhi dan mengubah tingkah laku seseorang
4. Nilai –nilai dalam kehidupan keluarga
Suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang menyatukan anggotan keluaga dalam satu
budaya. Nilai keluarga menjadi petunjuk untuk kemajuan norma dan peraturan.
Norma yaitu tingkah laku yang baik bagi pandangan masyarakat yang bersumber
pada sistem nilai yang ada di keluarga

6. Keluarga resiko tinggi


1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2. Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c) Menderita hipertensi.
d) Primipara dan Multipara.
e) Riwayat persalinan atau komplikasi
3. Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a) Lahir prematur (BBLR).
b) Berat badan sukar naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya
4. Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok
dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah
B. Konsep Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat dengan
klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien (Panduan Lab UMP, 2010).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk
tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi
masalah yang dihadapinya melalui komunikasi (Suryani 2005).

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas
penyakit yang dialami, juga mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar
tindakan guna mengubah ke dalam situasi yang lebih baik. komunikasi terapeutik
diharapkan dapat mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya tindakan
efektif, memperat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara
profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien
(Panduan Lab UMP, 2010).

3. Sikap Komunikasi Terapeutik


Roselina, (2009) mengidentifikasikan lima sikap atau cara untuk dapat menghadirkan
diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik:
a. Berhadapan
Posisi ini memiliki arti bahwa saya siap untuk anda
b. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi
c. Membungkuk kearah klien
Pada posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan
sesuatu
d. Memperlihatkan sikap terbuka
Dalam posisi ini diharapkan tidak melipat kaki atau tangan untuk menyatakan atau
mendengarkan sesuatu
e. Tetap rileks
Tetap dapat mengendalikan keseimbangan, antara ketegangan dan relaksasi dalam
memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang
menyenangkan.

4. Fase-fase Komunikasi Terapeutik


Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
yang terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G. W, 2009 menjelaskan
bahwa dalam prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu
tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi.

a. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan
oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin
dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan
orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 20011 dalam Suryani, 2009). Hal ini
disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan
oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu
mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 2007 dalam
Suryani, 2009) sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan
dengan aktif dan penuh perhatian). Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi
kecemasan.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3. Mengumpulkan data tentang klien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

b. Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan
dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat
sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah
lalu (Stuart. G. W, 2009). Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
2. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-
sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang
umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
4. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena
tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

c. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G.
W, 2009). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi
terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung
klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa
respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh
klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh
perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang
sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien
memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray, B. & Judith, P, 2011 dalam Suryani,
2010). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat
merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya
diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.

d. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi
dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W, 2009). Terminasi
sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini
dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda
sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi
akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi
objektif). Brammer dan McDonald (2009) menyatakan bahwa meminta klien untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat
berguna pada tahap ini.
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut
yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan
interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap
orientasi pada pertemuan berikutnya.

C. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN


1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan proses
pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa
kombinasi dan kesepakatan belajar atau aplikasi pendidikan didalam bidang
kesehatan (Notoatmodjo,2013). Sedangkan menurut Suliha (2006) Pendidikan
kesehatan adalah
proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok atau
masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar ada individu, kelompok atau
masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri menjadi mandiri.Sehingga pendidikan kesehatan merupakan suatu
usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan agar
tercapai hidup sehat secara optimal ( Nasution, 2004).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk mengubah perilaku individu
atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Selain hal tersebut, tujuan pendidikan
kesehatan ialah:
a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
d. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatan (dirinya).
e. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit,
mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan mencegah penyakit menular.
f. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga dan
masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap
derajat kesehatan masyarakat.
g. Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan terhadap berbagai
penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan perilaku sehat sehingga
angka kesakitan terhadap penyakit tersebut berkurang (Notoatmodjo, 2007, Suliha,
2005)

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan


Menurut Mubarak & Chayatin (2009) prinsip-prinsip pendidikan kesehatan adalah:
1) Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah hubungan klien
yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.
2) Belajar mengajar bersifat menyeluruh, artinya dalam memberikan pendidikan
kesehatan harus dipertimbangkan klien secara kesehatan tidak hanya berfokus pada
muatan spesifik saja.
3) Belajar mengajar negoisasi. Dimana petugas kesehatan dan klien bersama-sama
menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang
penting untuk diketahui.
4) Belajar mengajar yang interaktif, dimana proses belajar-mengajar adalah suatu
proses yang dinamis dan interaktif, yang melibatkan partisipasi dari petugas
kesehatan dan klien
5) Pertimbangan usia dalam pendidikan kesehatan, untuk menumbuh kembangkan
seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga perlu
dipertimbangkan usia klien dan hubungan dengan proses belajar mengajar.

4. Langkah-langkah Pendidikan Kesehatan


Menurut Swanson dan Nies dalam Nursalam dan Efendi (2008) ada beberapa langkah
yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, yaitu :

a. Tahap I. Perencanaan dan pemilihan strategi


Tahap ini merupakan dasar dari proses komunikasi yang akan dilakukan oleh
pendidik kesehatan dan juga merupakan kunci penting untuk memahami kebutuhan
belajar sasaran dan mengetahui sasaran
atau pesan yang akan disampaikan.Tindakan perawat yang perlu dilakukan pada
tahap ini antara lain:
1) Review data yang berhubungan dengan kesehatan, keluhan,kepustakaan, media
massa, dan tokoh masyarakat.
2) Cari data baru melalui wawancara, fokus grup (dialog masalah yang dirasakan).
3) Bedakan kebutuhan sasaran dan persepsi terhadap masalah kesehatan, termasuk
identifikasi sasaran.
4) Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan.
5) Tulis tujuan yang spesifik, dapat dilakukan, menggunakan prioritas, dan ada jangka
waktu.
6) Kaji sumber- sumber yang tersedia (dana,sarana dan manusia)
b. Tahap II. Memilih saluran dan materi/media.
Pada tahap pertama diatas membantu untuk memilih saluran yang efektif dan matri
yang relevan dengan kebutuhan sasaran. Saluran yang dapat digunakan adalah
melalui kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan materi yang digunakan
disesuaikan dengan kemampuan sasaran.Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan
adalah :
1) Identifikasi pesan dan media yang digunakan.
2) Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media baru.
3) Pilihlah saluran dan caranya.
c. Tahap III. Mengembangkan materi dan uji coba
Materi yang ada sebaiknya diuji coba ( diteliti ulang ) apakah sudah sesuai dengan
sasarandan mendapat respon atau tidak.Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan
adalah:
1) Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran.
2) Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji coba akan membantu
apakah meningkatkan pengetahuan, dapat diterima, dan sesuai dengan individu.

d. Tahap IV. Implementasi


Merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan.Tindakan keperawatan yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Bekerjasama dengan organisasi yang ada di komunitas agar
efektif
2) Pantau dan catat perkembangannya.
3) Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.
e. Tahap V. Mengkaji efektifitas
Mengkaji keefektifan program dan pesan yang telah disampaikan terhadap perubahan
perilaku yang diharapkan. Evaluasi hasil hendaknya berorientasi pada kriteria jangka
waktu (panjang / pendek) yang telah ditetapkan.Tindakan keperawatan yang perlu
dilakukan adalah melakukan evaluasi proses dan hasil.
f. Tahap VI. Umpan balik untuk evaluasi program
Langkah ini merupakan tanggung jawab perawat terhadap pendidikan kesehatan yang
telah diberikan. Apakah perlu diadakan perubahan terhadap isi pesan dan apakah
telah sesuai dengan kebutuhan sasaran. Informasi dapat memberikan gambaran
tentang kekuatan yang telah digunakan dan memungkinkan adanya
modifikasi.Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Kaji ulang tujuan, sesuaikan dengankebutuhan.
2) Modifikasi strategi bila tidak berhasil.
3) Lakukan kerjasama lintas sektor dan program.
4) Catatan perkembangan dan evaluasi terhadap pendidikan
kesehatan yang telah dilakukan.
5) Pertahankan alasan terhadap upaya yang akan dilakukan.
6) Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan.

D. REFERENSI
Aziz, Louis. 2012. Http. // Aziz Louis. Prenadamedia. Com /2011/ 03/ Praktika
Komunikasi Terapeutik. Html, diakses tanggal 12/ 02/ 2012 10: 20 Tersedia di :
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2014/01/tahapan-komunikasi-terapeutik.html

Nursalam , 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-slametraha-5535-
3-babii.pdf
Suparyanto, 2012. Konsep pengetahuan. Http :// dr. Suparyanto. Blogspot. Com / 2012/
02/ konsep. Pengetahuan. Html, diakses tanggal 12/ 03/ 2012 16: 46.Tersedia di :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-handayanin-6725-2-
babii.pdf
Mukhripah, Damaiyanti, S. Kep., Ns 2011. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan.Tersedia di : http://repository.ump.ac.id/1299/3/METRI%20WIDYA
%20PANGESTIKA%20B0II.pdf
Duffy, K. G. & Wong, F. Y. 2000. Community Psychology (2nd ed). Boston: Pearson
Education.Tersedia di : http://repository.ump.ac.id/677/3/AKHZUL%20RAZAK
%20APILAYA%20BAB%2pdf

Anda mungkin juga menyukai