Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

Henti Jantung

Diajukan untuk memenuhi tugas praktik belajar klinik (PBK) KGD

Dosen pembimbing Yani Trihandayani, Ners,.M.Kep.

Disusun oleh :

Hilda sulistiyana

19019

Tingkat 3A

Kelompok 3

PROGRAM DIPLOMA DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIkes AHMAD DAHLAN CIREBON

Jl. Wallet No. 21 kertawinangun, kedawung Cirebon jawa barat 45153


1. Pengertian
Henti jantung (cardiac death) adalah kematian yang terjadi sebagai akibat dari
hilangnya fungsi jantung secara mendadak. Keadaan ini termasuk permasalahan
kesehatan yang besar dan mengenaskan karena dapat menyerang secara tiba-tiba serta
terjadi pada usia tua maupun muda. Keadaan henti jantung mendadak bisa saja terjadi
pada seseorang dengan ataupun tanpa penyakit jantung sebelumnya. Cardiac Arrest
merupakan penghentian normal sirkulasi dari darah akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksi secara efektif,dan jika hal ini tak terduga dapat disebut serangan jantung
mendadak serta dapat pula dijelaskan dengan suatu keadaan darurat medis dengan
tidak ada atau tidak adekuatnya kontraksi ventrikel kiri jantung yang dengan seketika
menyebabkan kegagalan sirkulasi.
Henti jantung atau cardiac arrest adalah keadaan dimana terjadinya penghentian
mendadak sirkulasi normal darah karena kegagalan jantung berkontraksi secara
efektif selama fase sistolik (Hardisman, 2014).
Henti jantung primer atau cardiac arrest ialah ketidaksanggupan curah jantung
untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak
dan dapat balik normal, bila dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan
kematian atau kerusakan otak (Sartono, 2016).
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti
sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen. Pernafasan yang terganggu, misalnya tersengal-sengal merupakan tanda awal
akan terjadinya henti jantung (Sudiharto & Sartono, 2013).
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak,
bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung
ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat
begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010). Jameson, dkk
(2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah
akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
2. Etiologi

Penyebab henti jantung yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam
jantung. Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung
tetap normal. Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung
yang abnormal, disebut aritmia. Terdapat banyak tipe dari aritmia, jantung dapat
berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak. Ketika
aritmia terjadi, jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam
sirkulasi. Aritmia dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya: penyakit jantung
koroner yang menyebabkan infark miokard (serangan jantung), stress fisik
(perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam, sengatan listrik,
kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma
yang berat), kelainan bawaan yang mempengaruhi jantung, perubahan struktur
jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain
cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Selain itu juga
disebabkan adanya komplikasi fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, renjatan dan
edema paru, emboli paru (karena adanya penyumbatan aliran darah paru), aneurisma
disekans (karena kehilangan darah intravaskular), hipoksia dan asidosis (karena
adanya gagal jantung atau kegagalan paru berat, tenggelam, aspirasi, penyumbatan
trakea, kelebihan dosis obat, kelainan susunan saraf pusat)
3. Patofisiologi
Cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Namun, umumnya
mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari henti jantung,
peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen
untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat
tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen
ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
1) Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark
miokard atau yang umumnya dikenal sebagai serangan jantung. Infark miokard
merupakan salah satu penyebab dari cardiac arrest. Infark miokard terjadi akibat
arteri koroner yang menyuplai oksigen ke otot-otot jantung menjadi keras dan
menyempit akibat sebuah materia (plak) yang terbentuk di dinding dalam arteri.
Semakin meningkat ukuran plak, semakin buruk sirkulasi ke jantung. Pada
akhirnya, otot-otot jantung tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang
mencukupi untuk melakukan fungsinya, sehingga dapat terjadi infark. Ketika
terjadi infark, beberapa jaringan jantung mati dan menjadi jaringan parut.
Jaringan parut ini dapat menghambat sistem konduksi langsung dari jantung,
meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac arrest.
2) Stress Fisik Stress fisik tertentu dapat menyebabkan sistem konduksi jantung
gagal berfungsi, diantaranya:
a) Perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam sengatan
listrik.
b) Kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan
asma yang berat.
c) Kadar Kalium dan Magnesium yang rendah.
d) Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada pasien yang
memiliki gangguan jantung.
e) Stress fisik seperti tersedak, penjeratan dapat menyebabkan vagal refleks
akibat penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
f) Kelainan Bawaan Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan
dalam keluarga. Kecenderungan ini diturunkan dari orang tua ke anak
mereka. Anggota keluarga ini mungkin memiliki peningkatan resiko terkena
cardiac arrest. Beberapa orang lahir dengan defek di jantung mereka yang
dapat mengganggu bentuk (struktur) jantung dan dapat meningkatkan
kemungkinan terkena cardiac arrest.
g) Perubahan Struktur Jantung Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup
atau otot jantung dapat menyebabkan perubahan dari ukuran atau struktur
yang pada akhirnrya dapat mengganggu impuls listrik. Perubahan-perubahan
ini meliputi pembesaran jantung akibat tekanan darah tinggi atau penyakit
jantung kronik. Infeksi dari jantung juga dapat menyebabkan perubahan
struktur dari jantung.
h) Obat-obatan Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel
blocker, kokain, digoxin, aspirin, asetominophen dapat menyebabkan aritmia.
Penemuan adanya materi yang ditemukan pada pasien, riwayat medis pasien
yang diperoleh dari keluarga atau teman pasien, memeriksa medical record
untuk memastikan tidak adanya interaksi obat, atau mengirim sampel urin dan
darah pada laboratorium toksikologi dapat membantu menegakkan diagnosis.
i) Tamponade Jantung Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat
mendesak jantung sehingga tidak mampu untuk berdetak, mencegah sirkulasi
berjalan sehingga mengakibatkan kematian.
j) Tension Pneumothorax Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah
satu cavum pleura. Udara akan terus masuk akibat perbedaan tekanan antara
udara luar dan tekanan dalam paru. Hal ini akan menyebabkan pergeseran
mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi, jantung akan terdesak dan pembuluh
darah besar (terutama vena cava superior) tertekan, sehingga membatasi
aliran balik ke jantung
4. Manisfestasi klinis / tanda dan gejala

Tanda-tanda terjadinya Henti Jantung (Cardiac Arrest) Menurut Hardisman, (2014)


yaitu:
1) Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di
pundak ataupun cubitan.
2) Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan
pernafasan dibuka. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis,
radialis)
3) Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di
pundak ataupun cubitan.
4) Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan
pernafasan dibuka.
5) Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada henti jantung mendadak yang dapat mendeteksi
keadaan ini secara cepat adalah melalui elektrokardiografi (EKG). Adapun
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi dapat dilakukan setelah
dipastikan kondisi pasien stabil.
1) Elektrokardiografi
Pemeriksaan  Elektrokardiografi  (EKG) sangat penting dilakukan di awal. Di
negara yang memiliki sistem pelayanan gawat darurat (Emergency Medical
Services/EMS), pemeriksaan EKG dapat dilakukan segera di luar rumah sakit.
Dengan EKG, diagnosis henti jantung mendadak dapat segera diketahui dan
dijadikan panduan mengambil keputusan untuk merujuk pasien ke rumah
sakit. Gambaran EKG pada henti jantung mendadak dapat terlihat
sebagai fibrilasi ventrikular (ventricular fibrillation/VF), takikardi ventricular
(ventricular tachycardia/VT), aktivitas elektrik tanpa nadi (PEA) atau asistol.
2) Fibrilasi Ventrikular:
Perubahan EKG yang dapat dijumpai pada VF antara lain sebagai berikut:
(i) irama tidak teratur, (ii) frekuensi jantung tidak dapat dihitung, (iii)
gelombang P tidak ada, (iv) interval PR tidak ada, (v) gelombang QRS
bergelombang, (vi) tidak teratur, dan tidak dapat dihitung.
3) Takikardi Ventrikular:
Perubahan EKG yang dapat dijumpai pada VT antara lain sebagai berikut:
(i) kompleks QRS lebar (>140 ms), (ii) irama jantung reguler, (iii) adanya
disosiasi AV yang ditandai dengan fusion beats (akibat aktivasi ventrikel
secara simultan melalui sistem konduksi yang normal dengan sistem konduksi
ektopik) dan capture beats (keadaan dimana kompleks QRS sempit pada saat
terjadinya VT dengan disosiasi AV), (iv) aksis QRS superior dan aksis kanan,
(v) kompleks QRS dapat tegak di sadapan aVR, (vi) kompleks QRS yang
tidak sesuai dengan gambaran bundle branch block, (vii) menyatunya bagian
awal kompleks QRS, (viii) pada beberapa kondisi gambaran EKG VT
mungkin mirip dengan gambaran supraventricular tachycardia (SVT) dengan
konduksi aberan.
4) Aktivitas Elektrik Tanpa Nadi/PEA:
Perubahan EKG yang dapat dijumpai pada PEA yaitu terdapat otomatisasi
yang abnormal, terlihat pada  tingkat ventrikel lambat dengan kompleks QRS
lebar.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menemukan kausatif dari henti
jantung mendadak. Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan seperti
pemeriksaan elektrolit darah, pemeriksaan enzim jantung (Troponin),
pemeriksaan kadar terapeutik obat-obatan (misalnya digoxin, antidepresan
trisiklik, pemeriksaan zat terlarang atau narkotika). Jika dicurigai kondisi
penyakit jantung kongenital, dapat dilakukan pemeriksaan genetik.
6) Pemeriksaan Radiologi dan Ekokardiografi
Pemeriksaan radiologi seperti foto toraks diperlukan untuk mengetahui 
penyebab terjadinya henti jantung mendadak atau komplikasi dari resusitasi
jantung paru seperti hemothoraks, pelebaran mediastinum oleh diseksi aorta,
edema paru, atau pneumonia. Ekokardiografi diperlukan untuk
menilai regional wall motion abnormality yang disebabkan oleh proses infark,
tamponade jantung, diseksi aorta, atau tekanan pengisian vena cava inferior.
CT angiografi dan MRI dapat dilakukan setelah pasien dalam kondisi stabil
untuk menilai penyebab reversible terjadinya henti jantung mendadak serta
menilai fungsi jantung.
6. Komplikasi
Komplikasi dari cardiac arrest yang umum terjadi adalah kerusakan otak dan
kematian. Berdasarkan studi yang dilakukan Louisiana State University Health
Sciences Center cardiac arrest adalah penyebab umum dari kerusakan otak. ini karena
henti jantung mendadak membuat sel-sel otak kekurangan oksigen. Akibatnya, sel-sel
tersebut akan mati. Beberapa sel-sel otak yang masih dapat bertahan akan mengalami
disfungsi sensorik jangka panjang din korteks cerebral.
Korteks cerebral adalah bagian otak yang menerima input sensorik, seperti
penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan terlibat dalam fungsi yang lebih kompleks
seperti menyimpan memori dan bahasa serta mengatur emosi. Adanya kerusakan otak
akibat cardiac arrest akan memengaruhi fungsi otak tersebut.
7. Penatalaksanaan medis
1) Respon awal
Respon awal akan memastikan apakah suatu kolaps mendadak benar benar
disebabkan oleh ghenti jantung. Observasi gerakan respirasi, warna kulit, dan ada
tindakanya denyut nadi pada pembuluh darah karotis atau ateri femorilis dapat
menentukan dengan segera apakah telah terjadi serangan henti jantung yang dapat
membawa kematian. Gerakan respirasi agonal dapat menetap dalam waktu yang
singkat setelah henti jantung.
2) Penanganan untuk dukungan kehidupan dasar (basic life support) Tindakan ini
yang lebih popular dengan istilah resusitasi kardiopulmoner (RKP; CPR;
Cardiopulmonary Resuscitation) merupakan dukungan kehidupan dasar yang
bertujuan untuk mempertahankan perfusi organ sampai tindakan intervensi yang
definitivedapat dilaksanakan.Untuk penanganan awal henti jantung yaitu dengan
CAB :
a) Yakinkan lingkungan telah aman, periksa ketiadaan respon dengan menepuk
ataumenggoyangkan pasien sambil bersuara keras “Apakah anda baik - baik
saja?”.Jika tidak berespon berikan rangsangan nyeri.
Rasionalisasi: hal ini akan mencegah timbulnya injury pada korban yang
sebenarnya masihdalam keadaan sadar.b.Apabila pasien tidak berespon segera
telfone Emergency Medical Service (EMS)
b) Posisikan pasien supinepada alas yang datar dan keras, ambil posisi sejajar
dengan bahu pasien. Jika pasien mempunyai trauma leher dan kepala, jangan
gerakkan pasien, kecuali bilasangat perlu saja.
Rasionalisasi: posisi ini memungkinkan pemberi bantuan dapat memberikan
bantuan nafas dankompresi dada tanpa berubah posisi.
1. Circulation
Pastikan ada atau tidaknya denyut nadi, sementara tetap pertahankan
terbukanya jalan nafas dengan heald tilt-chin lift yaitu satu tangan pada dahi
pasien, tangan yang lain meraba denyut nadi pada arteri carotis dan femoral
selama 5 sampai 10 detik. Jika denyut nadi tidakteraba, mulai dengan kompresi
dada.
a) Berlutut sedekat mungkin dengan dada pasien. Letakkan bagian pangkal
dari salah satu tangan pada daerah tengah bawah dari sternum (2 jari ke
arah cranial dari procecus xyphoideus) . Jari- jari bisa saling menjalin atau
dikeataskan menjauhi dada.Rasionalisasi: tumpuan tangan penolong harus
berada di sternum, sehingga tekanan yangdiberikan akan terpusat di
sternum, yang mana akan mengurangi resiko patah tulang rusuk.
b) Jaga kedua lengan lurus dengan siku dan terkunci, posisi pundak berada
tegak lurus dengankedua tangan, dengan cepat dan bertenaga tekan bagian
tengah bawah dari sternum pasien ke bawah, 1 - 1,5 inch (3,8 - 5 cm).
c) Lepaskan tekanan ke dada dan biarkan dada kembali ke posisi normal.
Lamanya pelepasantekanan harus sama dengan lamanya pemberian
tekanan. Tangan jangan diangkat dari dada pasien atau berubah
posisi.Rasionalisasi: pelepasan tekanan ke dada akan memberikan
kesempatan darah mengalir ke jantung.
d) Lakukan CPR (Cardio Pulmonary Resusitation) dengan dua kali nafas
buatan dan 30 kalikompresi dada. Ulangi siklus ini sebanyak 5 kali(2
menit).
e) Kemudian periksa nadi dan pernafasan pasien. Pemberian kompresi dada
dihentikan jika:
1. Telah tersedia AED (Automated External Defibrillator).
2. korban menunjukkan tanda kehidupan.
3. Tugas diambil alih oleh tenaga terlatih.Rasionalisasi: bantuan nafas
harus dikombinasi dengan kompresi dada. Periksa nadi di artericarotis,
jika belum teraba lanjutkan pemberian bantuan nafas dan kompresi
dada.
2. Sementara melakukan resusitasi, secara simultan kita juga menyiapkan
perlengkapan khususresusitasi untuk memberikan perawatan definitive
Rasionalisasi: perawatan definitive yaitu termasuk di dalamnya pemberian
defibrilasi, terapiobat-obatan, cairan untuk mengembalikan keseimbangan
asam-basa, monitoring dan perawatan oleh tenaga terlatih di ICU.
3. CPR yang diberikan pada anak hanya menggunakan satu tangan,sedangkan
untuk bayi hanyamenggunakan jari telunjuk dan tengah. Ventrikel bayi dan
anak terletak lebih tinggi dalamrongga dada, jadi tekanan harus dibagian
tengah tulang dada.
4. Airway buka jalan nafas
5. Head-tilt/chin-lift maneuver : letakkan salah satu tangan di kening pasien,
tekan kening kearah belakang dengan menggunakan telapak tangan untuk
mendongakkan kepala pasien.Kemudian letakkan jari-jari dari tangan yang
lainnya di dagu korban pada bagian yang bertulang dan angkat rahang ke depan
sampai gigi mengatub.Rasionalisasi: tindakan ini akan membebaskan jalan
nafas dari sumbatan oleh lidah.
6. Jaw-thrust maneuver : pegang sudut dari rahang bawah pasien pada masing-
masing sisinyadengan kedua tangan,angkat mandibula ke atas sehingga kepala
mendongak.Rasionalisasi: teknik ini adalah metode yang paling aman untuk
membuka jalan nafas padakorban yang dicurigai mengalami trauma leher.
1. Breathing
 Dekatkan telinga ke mulut dan hidung pasien, sementara pandangan kita arahkan ke dada
pasien, perhatikan apakah ada pergerakan naik turun dada dan rasakan adanya udara yang
berhembus selama expirasiRasionalisasi: untuk memastikan ada atau tidaknya pernafasan
spontan.
 Jika ternyata tidak ada, berikan bantuan pernafasan mouth to mouthatau dengan
menggunakanamfubag. Selama memberikan bantuan pernafasan pastikan jalan nafas
pasien terbuka dantidak ada udara yang terbuang keluar. Berikan bantuan pernafasan
sebanyak dua kali (masing-masing selama 2-4 detik).Rasionalisasi: pemberian bantuan
pernafasan yang adekuat diindikasikan dengan dada terlihatmengembang dan
mengempis, terasa adanya udara yang keluar dari jalan nafas dan terdengaradanya udara
yang keluar saat expirasi.
 Jika pasien bernafas, posisikan korban ke posisi recovery (posisi tengkurap, kepala
menolehke samping).
A. Penanganan dukungan kehidupan lanjutan (advanced life support)Tindakan ini
bertujuan untuk menghasilkan respirasi yang adekuat, mengendalikan aritmia jantung,
menyetabilkan status hemodinamika (tekanan darah serta curah jantung) danmemulihkan
perfusi organ. Aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini mencakup:.
1. Tindakan intubasi dengan endotracheal tubePemasangan endotracheal tube (ETT) atau
intubasi adalah memasukkan pipa jalan nafas buatankedalam trachea melalui
mulut.Tindakan intubasi dilakukan bila cara lain untuk membebaskan jalan nafas
(airway) gagal,perlu memberikan nafas buatan dalam jangka panjang dan ada resiko
besar terjadi aspirasi paru.
2. Defibrilasi/kardioversi atau pemasangan pacu jantung
Defibrilasi adalah suatu tindakan pengobatan menggunakan aliran listrik secara asinkron.
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel.
1. Pengkajian
a. Kaji respon klien
 Periksa ketiadaan respon dengan menepuk atau menggoyangkan pasien sambil bersuara
keras“Apakah anda baik-baik saja?”.Jika tidak berespon berikan rangsangan nyeri.
 Observasi gerakan respirasi, warna kulit, dan ada tidaknya denyut nadi pada pembuluh
darahkarotis atau arteri femoralis dapat menentukan dengan segera apakah telah terjadi
seranganhenti jantung yang dapat membawa kematian.
b. Periksa arteri carotis,jika tidak ada denyutan segera lakukan RJP/CPR.Cek
kembali artericarotis,jika sudah berdenyut.
c. Periksa pernafasan pasienCara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan
secara simultan. Cara ini dilakukan untukmemeriksa jalan nafas dan
pernafasan.Setelah memastikan jalan nafas bebas, penolong segera melakukan cek
pernafasan. Beberapahal yang perlu diperhatikan dalam melakukan cek
pernafasan antara lain:
 Cek pernafasan dilakukan dengan cara look (melihat pergerakan pengembangan dada),
listen(mendengarkan nafas), dan feel (merasakan hembusan nafas) selama 10 detik.
 Apabila dalam 10 detik usaha nafas tidak adekuat (misalnya terjadi respirasi gasping
padaSCA) atau tidak ditemukan tanda-tanda pernafasan, maka berikan 2 kali nafas buatan
(masing-masing 1 detik dengan volume yang cukup untuk membuat dada mengembang).
d. Jika pasien bernafas, maka lakukan posisikan korban ke posisi recovery (posisi
tengkurap,kepala menoleh ke samping).
2. Diagnose
a. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
otak
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen tidak adekuat
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa jantung
menurun
3. Intervensi
a. Dx 1 → Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke otakTujuan : Sirkulasi darah kembali normal sehingga transport
O2
kembali lancarKriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan tanda-tanda vital
dalam batas normal.Warna dansuhu kulit normal.CRT < 2 detik.

Intervensi Rasional

Pantau adanya pucat, sianosis dan Sirkulasi yang terhenti menyebabkan


kulit dingin atau lembab transport O2 ke seluruh tubuh juga terhenti
Posisikan kaki lebih tinggi dari sehingga akral sebagai bagian yang paling
jantung jauh dengan jantung menjadi pucat dan
Berikan vasodilator misal dingin.
nitrogiselrin, nefedipin sesuai indikasi. Mempercepat persngsangan vena
supervicial, mencegah distensi berlebihan
dan meningkan aliran balik vena obat
untuk meningkatkan sirkulasi miokardia.
b. Dx 2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen tidak
adekuat
Tujuan : sirkulasi darah kembali normal sehingga pertukaran gas dapat
berlangsung
Kriteria hasil : nilai GDA normal dan tidak ada stress pernafasan

Intervensi Rasional
Pantau pernafasan klien Untuk evaluasi di stress pernafasan nilai GDA
Pantau GDA pasien yang normal menandakan pertukaran gas
Berikan 02 sesuai indikasi semakin membaik peningkatan konsentasi
oksigen alveolar dan dapat memperbaiki
hipoksemia jaringan.

c. Dx3 penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa


jantung menurun
Tujuan : meningkatkan kemampuan pompa jantung
Kriteri hasil : nadi prerifer teraba dan tekanan darah dalam batas normal

Intervensi Rasional
Pantau tekanan darah Pada pasien cardiac arrest tekanan darah
Palpasi nadi parifer menjadi rendag atau mungkin tidak ada.
Kaji kulit terhadapm pucat Penurunan curah jsntung dapat menunjukan
sianosis menurunya nadi radial, dorsalis pedís dan
Lakukan pijat jantung postibial. Nadi mungkin hilang atau tidak
Berikan oksigen tambahan teratur untuk dipalpasi. Picat menunjukan
dengan kanula nasal? Masker menurunya perfusi sekunder Terhadap tidak
dan obat sesuai dengan indikasi adekuatnya curah jantung. Untuk mengatifkan
(kolaborasi) kerja pompa jantung. Meningkatkan kesediaan
oksigen untuk kebutuhan miokard untuk
melawan efek hipoksia atau iskemia. Banyak
obat dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas.
4. Daftar pustaka
Tyase, Yenne. 2010. LP Henti Jantung [Online]. Tersedia:
https://id.scribd.com/document/361611026/Lp-Henti-Jantung (11 Februari
2022)
Gea, Patricia. 2011. Askep Gadar Henti Jantung [Online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/28273658/ASKEP_GADAR_HENTI_JANTUN
G (11 Februari 2022)
Puji, Aprianda. 2021. Henti Jantung (Cardiac Arrest) [Online]. Tersedia :
https://hellosehat.com/jantung/jantung-lainnya/henti-jantung/ (11 Februari
2022)

Anda mungkin juga menyukai