Anda di halaman 1dari 5

1.

Dampak Psikologis Terhadap Ibu dan Ayah


Ibu memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anaknya, karena ibu adalah
tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai proses
perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Ibu juga merupakan dunia keakraban
seorang anak. Sebab dalam pelukan ibu dia mengalami pertama-tama mengalami
hubungan dengan manusia dan memperoleh kasih sayang dari dunia sekelilingnya.
Perasaan tidak percaya bahwa buah hatinya tidak bisa melihat indahnya dunia dan tidak
dapat berkembang sebagaimana anak-anak lainnya membuat seorang ibu sangat terpukul.
Hambatan penglihatan yang terjadi pada seorang anak selalu menimbulkan
masalah emosional pada orang tuanya. Ayah dan ibunya akan merasa kecewa, sedih,
mungkin malu, dan berbagai bentuk emosi lainnya. Mereka mungkin akan merasa
bersalah atau saling menyalahkan, mungkin akan diliputi oleh rasa marah yang dapat
meledak dalam berbagai cara, dan dalam kasus yang ekstrim bahkan dapat
mengakibatkan perceraian. Kingsley (1999) mengamati bahwa persoalan seperti ini
terjadi pada banyak keluarga yang mempunyai anak penyandang cacat. Sikap orangtua
akan berpengaruh karena gejolak emosional pada orangtua. Reaksi orang tua terhadap
ketunanetraan anaknya dibagi menjadi lima kelompok: 1. Penerimaan secara realistik
terhadap anak dan ketunanetraannya. 2. Penyangkalan terhadap ketunanetraan anak. 3.
Overprotection atau perlindungan yag berlebihan. 4. Penolakan secara tertutup. 5.
Penolakan secara terbuka.
Berbagai hambatan dalam perkembangan yang dialami anak tunanetra dapat
teratasi, apabila mereka mendapatkan bantuan dari orang dewasa disekitarnya (dalam
Hallahan & Kauffman, 2006). Oleh karena itu, butuh peranan aktif orangorang disekitar
anak untuk membantu mereka melewati berbagai kesulitan tersebut agar anak dapat
mengembangkan sisa potensi yang dimiliki. Bagi anak, tidak ada sumber kekuatan yang
lebih penting selain orang tua. Ketika guru hanya bersifat sementara, orang tua
merupakan figur utama dan tetap bagi kehidupan anak. Orang tua harus memberikan
dukungan yang dibutuhkan anak secara konsisten, terus-menerus, dan sistematis (dalam
Smith, 2001). Sebagai contoh, mereka harus memberikan dukungan yang dibutuhkan
anak dalam kehidupan secara kontinu. Mereka juga berperan sebagai pembela
kepentingan anak (advocates), guru, dan pengasuh. Hal yang terpenting adalah orang tua
harus membantu anak dalam mengembangkan kemampuan pada berbagai aspek
kehidupan, seperti kemampuan komunikasi, bina bantu diri, mobilitas, perkembangan
panca indera, motorik halus dan kasar, kognitif dan sosial.

2. Dampak Psikologis Terhadap Adik/Kakak


Jika anak yang terlahir dengan hambatan penglihatan memiliki saudara kandung
baik adik ataupun kakak, maka juga akan memberikan dampak psikologis terhadap
mereka. Diantara beberapa dampak yang dirasakan oleh adik atau kakak dari anak
dengan hambatan penglihatan adalah perasaan malu karena memiliki saudara yang cacat.
Anak terkdang juga membutuhkan bantuan lebih banyak dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Sehingga kakak atau adik merasa terganggu dengan sikap ketergantungan
anak.
Dan juga pada umumnya, orangtua selalu mengajarkan kakak atau anak tertua di
dalam keluarga untuk mengalah kepada adik-adiknya. Bahkan, perilaku mengalah ini
sudah diterapkan sejak anak masih kecil. Pada beberapa situasi, mengalah memang
penting dilakukan untuk mengajarkan perilaku berbagi. Mengalah juga mencegah agar
tidak menimbulkan pecah tangis atau keributan di antara kakak dan adik. Namun, jika
seorang kakak dipaksa untuk selalu mengalah terhadap adiknya, hal itu juga tidak baik!
Sebab, ada beberapa dampak psikologis yang dapat terjadi ketika kakak dipaksa untuk
selalu mengalah dalam keluarga.
Berikut adalah beberapa dampak psikologis yang mungkin akan dialami oleh
kakak jika dipaksa selalu mengalah.  
1. Punya Sifat Egois di Masa Depan
Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, semakin sering disuruh
mengalah, apalagi dengan cara dipaksa, semakin ia tumbuh menjadi pribadi yang
egois. Seorang anak juga cenderung tidak mau mengalah ketika ia semakin
besar. Psikolog Ikhsan mengatakan, “Sebenarnya kalau anak dipaksa untuk
mengalah terus, bisa saja dia mengembangkan konsep berbagi atau mengalah
sebagai hal yang tidak menyenangkan. Ke depannya, ia bisa menjadi individu
yang enggan mengalah alias egois.”
2. Muncul Rasa Tidak Suka dengan Adik Karena sering dipaksa mengalah, kakak
bisa menjadi tidak suka dan benci kepada sang adik. Hal tersebut bisa berdampak
buruk pada hubungan keduanya di masa yang akan datang. Akibat terus dipaksa
mengalah, bisa saja seorang anak jadi tidak menyayangi atau bahkan menyakiti
adiknya.
3. Merasa Tidak Berharga
“Anak dapat merasa dirinya tidak berharga karena selalu diminta untuk
mengalah. Kakak merasa dirinya tidak disayang, tidak diperhatikan, bahkan tidak
dianggap sebagai anak oleh orang tua,” kata psikolog Ikhsan. Lalu, menurut
psikolog Ikhsan, dalam kasus paling buruk, dipaksa terus mengalah bisa
mengembangkan persaingan antara kakak dan adik. Persaingan ini tidak baik dan
bisa memicu suasana tidak harmonis di dalam keluarga.

3. Dampak Psikologis Terhadap Anggota Keluarga Lain


Anggota keluarga lain anak, seperti paman, bibi, sepupu dan kerabat lain anak,
akan turut mersakan dampak dari hambatan penglihatan yang dialami oleh anak. Hasil
penelitian para ahli mengenai pandanga dan sikap orang awas terhadap penyandang
tunanetra adalah bahwa dalam pandangan orang awas, penyandang tunanetra memiliki
beberapa karakteristik, baik yang sifatnya positif maupun negative.

4. Bimbingan dan Konseling Akademik


Dalam pelayanan bimbingan konseling, beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
pendidikan anak tunanetra adalah berikut ini:
1) Penempatan anak tunanetra. Dalam menempatkan anak tunanetra, perlu
diperhatikan hal-hal berikut: Anak tunanetra ditempatkan di depan, agar dapat
a. mendengarkan penjelasan guru dengan jelas.
b Memberikan kesempatan kepada anak tunanetra untuk memiliki tempat duduk
yang sesuai dengan kemampuan penglihatannya
c. Anak tunanetra hendaknya ditempatkan berdekatan dengan anak yang relatif
cerdas, agar terjadi proses saling membantu.
d Tidak diperkenankan dua anak tunanetra duduk berdekatan, agar lebih
terintegrasi dengan anak awas.
2) Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki warna yang kontras. Pada alat
peraga bahan cetakan, antara tulisan dan warna dasar kertas harus kontras.
3) Ruang belajar bagi anak tunanetra terutama anak low vision cukup mendapatkan
cahaya/penerangan.
4) Program bimbingan, pengajaran, dan latihan di sekolah yang berkaitan dengan
kebutuhan interaksi sosial anak tunanetra dapat diberikan guru dalam bentuk:
a) Bimbingan untuk mengenal situasi sekolah, baik dari sisi fisik bangunan
maupun dari sisi interaksi orang perorang.
b) Menumbuhkembangkan perasaan nyaman, aman, dan senang dalam
lingkungan barunya.
c) Melatih kepekaan indera-indera tubuh; yang masih berfungsi sebagai
bekal pemahaman kognitif, afektif dan psikomotornya.
d) Melatih keberanian anak tunanetra untuk mengenal hal-hal baru, terutama
hal-hal yang tidak ia temui ketika berada di rumah.
e) Menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian dalam berkomunikasi
dan melakukan kontak.
f) Melatih mobilitas anak untuk mengembangkan kontak-kontak sosial yang
akan dilakukan dengan teman sebaya.
g) Memberikan pendidikan etika dan kesantunan berkaitan dengan adat dan
kebiasaan yang berlaku dalam suatu daerah. Pendidikan etika yang berlaku
di rumah dapat berbeda ketika anak tunanetra masuk dalam lingkungan
baru dengan beragam kepribadian individu.
h) Mengenalkan anak tunanetra dalam beragam karakter interaksi kelompok.
Hal ini dapat memberikan pemahaman bahwa tiap kelompok memiliki
karakter interaksi yang berbeda. Misalnya kelompok anak-anak kecil,
kelompok remaja, atau kelompok orang dewasa.
5. Bimbingan dan Konseling Karir
Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia
kerja, dalam memilih lapangan kerja atau profesi tertentu serta membekali diri supaya
anak siap memangku profesi tersebut, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai
tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki. Dalam kegiatan bimbingan karier,
sekolah menyusun program yang sistematis, melaksanakan proses, teknik, atau layanan
yang dimakhsud untuk membantu anak memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri
dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang,
serta mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan sehingga yang
bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya.

6. Bimbingan dan Konseling Bagi Keluarga Anak Dengan Hambatan Penglihatan

Daftar Pustaka
https://www.slideshare.net/daddahkhalisa73/dampak-psikologis-keberadaan-anak-
dengan-hambatan-penglihatan-terhadap-keluarga
https://media.neliti.com/media/publications/126632-ID-penerimaan-diri-ibu-yang-
memiliki-anak-t.pdf
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3648887/kakak-selalu-dipaksa-mengalah-ini-
dampak-psikologisnya
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=5GLLDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA41&dq=Bimbingan+dan+Konseling+Akade
mik+terhadap+keberadaan+anak+dalam+hambatan+penglihatan&ots=-
Rjcwin4FO&sig=iGcHqlIPoQwJD1NcmxY6NUtLIwI&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
file:///C:/Users/user/Downloads/789-Article%20Text-1332-1-10-20190805%20(3).pdf

Anda mungkin juga menyukai