Anda di halaman 1dari 10

RESUME 8

Perspektif Pendidikan dan Pembelajaran Anak Tunarungu


“Metode Pembelajaran Bahasa bagi Anak dengan Hambatan Pendengaran”

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Hj. Zulmiyetri, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

ANITA BR SEMBIRING

NIM 21003259

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN BAHASA

Metode pembelajaran berbahasa merupakan rencana pembelajaran bahasa


yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis
bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan
bagaimana pengembangannya. Hal itu dimaksudkan agar bahan ajar mudah
dikuasai oleh siswa. Pemilihan, penentuan dan penyusunan bahan ajar
didasarkan pada pendekatan yang akan digunakan. Dengan demikian,
pendekatan merupakan dasar dalam menentukan metode yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran mencakup pemilihan,
penentuan dan penyusunan bahan ajar serta kemungkinan pengadaan remedi
dan pengembangan bahan ajar. Setelah guru menetapkan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, kemudian guru memilih bahan ajar yang telah dipilih itu,
yang kemudian disesuaikan dengan tingkat usia, tingkat kemampuan,
kebutuhan serta latar bekang siswanya. Bahan ajar tersebut kemudian disusun
berdasarkan tingkat kesukaran, dimulai dari yang mudah sampai ke yang
sukar. Di samping itu guru juga harus merencanakan cara mengevaluasi,
mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar. Sedangkan teknik
adalah upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan oleh
guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas pada saat itu, jadi teknik ini bersifat implementasional.

Mengenai metode pengajaran bahasa, secara garis besar dapat dikatakan


bahwa sejak abad XVII, dapat dibedakan dua pendekatan/aliran besar.
Pendekatan pertama berpandangan bahwa bagi anak tunarungu (serta anak
berkelainan lainnya) diperlukan prosedur dan teknik khusus untuk mengatasi
hambatan yang ada dalam proses penguasaan bahasa mereka (Des Power &

2
Gordon Elias, 1982). Dalam sejarah metodologi kemudian dapat dicatat
penggunaan teknik pengajaran dengan Fitzgerald Key, Barry Five Slates,
keduanya tergolong pendekatan pertama dan dikenal sebagai aliran
konstruktif atau structural dan formal. Pendekatan kedua berpandangan
bahwa sedapat mungkin harus digunakan proses-poroses sebagaimana terjadi
dalam proses penguasaan bahasa anak normal. Dengan demikian para
pendidik telah melakukan upaya semaksimal mungkin bagi anak, kendati
kelainan mereka dapat menimbulkan hambatan-hambatan tertentu. Pandangan
ini dikenal sebagai aliran natural atau informal.
Adapun Jenis-jenis Metode Pembelajaran Bahasa
a. Metode Langsung (The Direct Method)
b. Metode Alamiah (The Natural Method)
c. Metode Sugestipedia (Lozanov Method)
d. Metode Audio-Lingual
e. Metode Tatabahasa Pedagogis
f. Metode Psikologis (The Psychological Method)
g. Metode Fonetis (The Phonetic Method, Oral Method)
h. Metode Membaca (The Reading Method)
i. Metode Tatabahasa (The Grammar Method)
j. Metode Terjemahan (The Transilation Method)
k. Metode Tatabahasa- Terjemahan (The Grammar-Transilation
Method)
l. Metode Eklektika (The Eclectic Method)
m. Metode Unit (The Unit Method)
n. Metode Pembatasan Bahasa (The Language Control Method)
o. Metode Mimikri – Memorisasi (The Mimicry-Memorazation
Method)
p. Metode Teori-Praktik (The Theory-Practice Method)
q. Metode Cognate (The Cognate Method)
r. Metode Bi-Bahasa (The Dual – Language Method)

3
Jenis-jenis Teknik Pembelajaran Bahasa

1) Tanya jawab
2) Diskusi kelompok
3) Pemberian tugas
4) Studi kasus
5) Brainstorming
6) Eksperimen
7) Simulasi
8) Sosiodrama
9) Proyek
10) Portofolio
11) Permainan
12) Bermain peran/roleplaying
13) Conferencing/konferensi
14) Keterampilan proses
15) Demonstrasi
16) Pengalaman

B. KLASIFIKASI METODE PEMBELAJARAN BAHASA

1. Metode Formal: Konstruktif/Struktural/gramatikal


Metode ini disamakan dengan metode mengajar bahasa asing atau bahasa
kedua pada seseorang. Ciri-ciri aliran/metode konstruktif
a. Kegiatan belajar mengajar bahasa berawal dari guru dan hamper
seluruhnya dikuasai oleh guru.
b. Titik berat pengajaran bahasa terletak pada penguasaan struktur dan tata
bahasa.
c. Pola-pola kalimat dilatihkan kepada anak didik secara bertahap mulai
dari kalimat yang mudah sampai kompleks. Diharapkan setelah

4
mengenal pola-pola kalimat tertentu anak mampu menyusun sendiri
kalimat-kalimat baru dan kemudian akan menguasai bahasa baik
reseptif maupun ekspresif. Metode ini disebut juga metode gramatikal,
struktural, atau formal. Tokoh- tokoh pengembang metode ini antara
lain George Ewing (1887), Katarina Barry (1899), De L’Epee (1771),
Fitzgerald (1927), dan Chomsky (1968).
2. Metode Informal/ Natural: Metode Identifikasi, metode
Okasional/Imitasi/Metode Ibu Pengajaran bahasa dilaksanakan dengan
mengikuti cara sebagaimana anak dengar mulai belajar bahasa. Aliran ini
juga dikenal dengan sebutan metode okasional, yaitu cara mengajar bahasa
tanpa program memainkan dengan menciptakan percakapan berdasarkan
situasi hangat yang sedang dialami anak. Metode ini mengandalkan pada
kemampuan meniru anak, maka juga disebut metode imitatit.
1. Ciri-ciri aliran natural
a. Menggunakan bahasa sehari-hari yang lazim dipergunakan dalam
percakapan.
b. Menggunakan setiap kesempatan untuk memberi bahasa yang
wajar.
c. Bertolak dari pengalaman anak.
d. Memberi penekanan pada pelajaran bahasa.
e. Tidak mengadakan penyederhanaan berhubungan dengan kesulitan
tata bahasa.
f. Mengandalkan dorongan meniru/imitasi.

2. Kelemahan metode/aliran natural


a. Percakapan hanya menekankan pada bahasa pasif sedangkan bahasa
aktif kurang diperhatikan.
b. Tekanan utama terletak pada dorongan meniru, maka kesadaran
akan adanya struktur bahasa kurang dilatih. Metode ini juga dikenal
dengan nama (Sun = matahari, Burn = terbakar) karena
mengupamakan proses penguasaan bahasa seperti seorang yang

5
setiap hari menjemur diri dalam sinar matahari sehingga dengan
sendirinya akan mengakibatkan kulit gosong/terbakar. Atau dengan
kata lain menurut pandangan metode ini, anak dengan
sendirinya akan sadar tentang struktur bahasa karena setiap hari
diberikan berbagai ungkapan bahasa.
3. Metode Semiformal: Metode Maternal Raflektif Metode Maternal
Reflektif (MMR) dikembangkan oleh A. van Uden. Dasar
pemikiran dari Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah pemerolehan
bahasa ibu pada anak mendengar. Bahasa ibu yang dimaksud adalah
bahasa pertama yang diperoleh seseorang. Hal tersebut yang menyebabkan
nama dari metode ini adalah Maternal. Sedangkan pengertian reflektif
dalam metode ini adalah meninjau kembali pengalaman berbahasa,
sehingga anak bisa mengontrol penggunaan bahasa secara aktif maupun
pasif (Bunawan & Yuwati. 2000: 89). Melalui metode ini diharapkan anak
dapat menyadari adanya hukum bahasa secara mandiri dan mampu
mengontrol penggunaan bahasanya. Metode Maternal Reflektif (MMR)
tidak hanya digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Metode ini
merupakan metode pembelajaran bahasa secara umum, sehingga metode
ini dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran. Hal tersebut
dikarenakan bahasa merupakan alat penyampaian gagasan dalam setiap
kegiatan manusia termasuk dalam proses pembelajaran. Selain tekanan
pada
percakapan, diutamakan pula penemuan bentuk bahasa oleh anak sendiri
dan bukan pengajaran melalui kegiatan analisa (Bunawan & Yuwati, 2000:
71). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman anak
merupakan hal yang pokok dalam Metode Maternal Refleftif (MMR) dan
metode ini bersifat alamiah serta spontan.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG UPAYA


PENGEMBANGAN BAHASA

6
Dilihat dari beberapa faktor yang mendukung dan memengaruhinya.
Faktor itu dapat terbagi menjadi dua yaitu berasal dari Bahasa itu sendiri
(intrabahasa) dan faktor dari luar bahasa (ekstrabahasa).
1. Faktor Intra bahasa
a. Bahasa Indonesia merupakan bahasa sederhana sehingga mudah
dipelajari. Bahasa Indonesia tidak membutuhkan penggunanaan
nada, tambahan partikel disetiap kata ataupun perubahan kata akibat
perbedaan waktu seperti yang terdapat pada beberapa bahasa asing.
Dalam Bahasa Indonesia, tidak terdapat perbedaan lafal dengan
tulisan. Bahasa Indonesia memiliki beberapa unggulan.
1.) Bahasa Indonesia merupakan bahasa perhubungan sehari-hari.
2.) Penggunaan bahasa Indonesia dinegara Indonesia merupakan
penggunaan yang tidak dibuat-buat. Tetapi merupakan sesuatu
yang wajar karena kesadaran rakyatnya.
3.) Bahasa Indonesia memiliki pendaharaan kata-kata yang berasal
dari kata-kata asing, terutama pada bidang pengetahuan.
4.) Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar untuk semua
tingktan pendidikan dari taman kanak-kanak hingga perguruan
tinggi.
b. Penulisan ejaan bahasa Indonesia tidak menggunakan salah satu
huruf daerah yang ada di Indonesia. Penulisannya menggunakan
huruf latin yang sudah digunakan secara Internasional. Hal ini
membuat bahasa Indonesia mudah dipelajari karena lafal sesuai
dengan lambang hurufnya. Bahasa Indonesia juga relatif mudah
beradaptasi dengan kata ataupun istilah asing.
c. Pembakuan lainnya adalah perubahan penetapan kaidah bahasa
yang tertuang dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Buku tata bahasa itu sudah beberapa kali mengalami revisi. Melalui
buku itu, siapa pun dapat dengan mudah mempelajari bahasa
Indonesia, terlebih tata bahasa kita tidak mengenal kala (pewaktuan
atau tenses) sehingga mudah dipelajari.

7
2. Faktor Ekstra bahasa
Faktor ini terbagi menjadi dua kelompok:
1) Faktor ekstrabahsa yang dapat memengaruhi secara langsung
adalah jumlah dan sikap penutur bahasa Indonesia. Indonesia
dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia merupakan
modal yang sangat penting untuk menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa Internasional.meskipun dalam kehidupan sehari-
harinya tidak menggunakan bahasa bahasa Indonesia secara aktif,
hampir semua penduduk Indonesia mengerti bahasa Indonesia.
2) Faktor ekstrabahsa yang dapat memengaruhi secara tidak
langsung adalah daya tarik kekayaan alam dan budaya Indonesia.
Kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah menjadi daya tarik
tersendiri bagi pelaku ekonomi mancanegara untuk berinvestasi di
Indonesia. Hal ini berdampak positif terhadap bahasa Indonesia
karena bahasa Indonesia akan dipelajari oleh penutur asing.

Sunarto dan Agung Hartono (2006: 139-140) yang menguraikan bahwa


terdapat lima faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Umur anak, yaitu faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan
semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk
melakukan gerakan-gerakan dan isyarat.
2. Kondisi lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi
andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di
lingkungan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan.
3. Kecerdasan anak, yaitu kemampuan untuk meniru lingkungan tentang
bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda, memerlukan
kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang
berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir.

8
4. Status sosial ekonomi keluarga, yaitu keluarga yang berstatus sosial
ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi
perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya.
5. Kondisi fisik, dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang
cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti
bisu, tuli, gagap, atau organ suara tidak sempurna akan mengganggu
perkembangan berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu
perkembangan dalam berbahasa

9
DAFTAR PUSTAKA

https://asepferdiansyah71.blogspot.com/2016/08/faktor-faktor-pendukung- dan-
penghambat.html

https://www.slideshare.net/tbpck/klasifikasi-metode-pembelajaran

Alberta Education. Special Programs Branch. (2004). Essential Components of


Educational Programming for Students Who Are Deaf or Hard of Hearing. Standards
for SpecialEducation, June, 16.
https://education.alberta.ca/media/511693/ecep_deaf_or_hard_of_hearing.pd f

Knoors, H., & Vervloed, M. P. J. (2012). Educational Programming for Deaf Children
with Multiple Disabilities: Accommodating Special Needs. The Oxford Handbook of
Deaf Studies, Language, and Education: Second Edition, 1(January 2003).
https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199750986.013.0007

Policy, N., & Paper, A. (n.d.). Summer: SNE: The Education of Deaf and Hard of
Hearing Children in Ireland.

Somad, P., & Hernawat, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Depdikbud RI.

Suparno. (2001). Pendidikan Anak Tunarungu (Pendekatan Orthodidaktik). 8.

10

Anda mungkin juga menyukai