Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ANAK TUNA LARAS

REVIEW VIDIO ANAK TUNALARAS

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Fatmawati, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 13
1. YULI MARYATI (21003338)
2. ANITA SEMBIRING (21003259)
3. RACHMAD DONI (21003313)

- TOKOH YANG ADA DI VIDIO ADALAH SEORANG SISWA SLB YANG DI


INDIKASIKAN MEMPUNYAI CIRI ANAK DENGAN HAMBATAN
TUNALARAS.

Pengertian Tunalaras
Anak tunalaras menurut Kauffman (1997), adalah anak-anak yang mengalami
gangguan perilaku sebagai anak yang secara nyata dan menahun merespon lingkungan tanpa
ada kepuasan pribadi namun masih dapat diajarkan perilaku-perilaku yang dapat diterima
oleh masyarakat dan dapat memuaskan pribadinya. Anak tunalaras adalah mereka yang
mengalami hambatan dalam perkembangan aspek emosi, sosial atau keduanya, sehingga
dalam berprilakunya cenderung menyimpang, tidak sesuai dengan usia dan tuntutan norma-
norma sosial yang' berlaku di lingkungannya.
Anak tunalaras memiliki karakteristik tersendiri dalam belajar, yang relatif berbeda
dengan kelompok ABK yang lainnya atau dengan anak normal. Perbedaan karakteristik
tersebut muncul sebagai akibat dari ketunalarasan yang disandangnya. Diketahui bahwa
ketidakmatangan emosi dan atau sosial selalu berdampak pada keseluruhan berprilaku dan
kepribadiannya, termasuk dalam prilaku belajar. Secara umum proses belajar akan
berlangsung secara optimal, apabila di antaranya ada kematangan aspek emosi dan sosial dari
peserta didik. Karena ketidakmatangan aspek emosi dan atau sosial jelas akan menghambat
kesiapan belajar, sehingga proses belajar mereka terhambat.
Cruickshank (1980), menjelaskan bahwa karakteristik belajar anak tunalaras tidak
jauh berbeda, bahkan sulit dibedakan dengan kelompok anak tunagrahita dan anak
berkesulitan belajar. Selanjutnya, Hallahan dan Kauffman (1977), menjelaskan bahwa mereka
banyak mengalami kesulitan dalam satu atau lebih bidang studi, seperti membaca dan
matematika, serta prilakunya tidak memenuhi harapan dengan usia dan kemampuannya.

Temuan Ciri- Ciri Anak Tunalaras Berdasarkan Vidio Yang Dilihat Yakni :
- Anak suka memukul teman saat teman tidak memenuhi keinginannya.
- Anak terlihat kurang ajar dan tidak sopan.
- Anak suka mengganggu teman yang sedang mengerjakan tugas.
- Anak suka keluar masuk kelas dengan semaunya saja.
- Anak terlihat ceroboh dan tidak fokus.
- Anak suka merusak peralatan teman.
- Anak suka membohongi guru atau teman.
- Anak berperilaku tidak baik seperti bersekolah tanpa membawa perlengkapan belajar/ alat
tulis dan tidak berseragam yang lengkap.
- Anak melakukan kegiatan/ pekerjaan yang tidak sesuai dengan usianya.
- Anak tidak mengikuti aturan yang diberikan.

Program Pembelajaran/ Program Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Kasus Anak Diatas,
Akan Dijabarkan Di Bawah Ini Yaitu:

1. Program Umum.
Isi program umum disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Dasar dengan memperhatikan
keterbatasan kemampuan belajar para siswa yang bersangkutan seperti pemberian
Program Inklusi.
2. Program Khusus.
Isi program khusus disesuaikan dengan jenis kelainan siswa seperti pemberian Program
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki anak, berdasarkan kasus seperti diatas anak
tunalaras dapat diberikan Program Pendidikan Karakter melalui Pendidikan
Jasmani. Hal tersebut dikarenaknan anak laki-laki mayoritas kebanyakan menyukai
beberapa kegiatan yang aktif di luar kelas.
3. Program Muatan Lokal.
Program muatan lokal disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan seperti
program keterampilan dan seni.
Sebaiknya sebelum membuat program untuk anak tenaga pendidik harus mengenali
karakteristik anak tersebut, menelaah kebutuhan pendidikan masing-masing anak (assesmen),
memberikan pengajaran dengan metode khusus yang sesuai, memberikan program
kompensatoris “bina pribadi dan sosial” untuk mengurangi hambatan emosi dan prilaku anak
serta memperhatikan materi pengajaran, metode pengajaran, dan kelebihan yang dimiliki
setiap anak. Agar terwujudnya anak-anak yang memiliki kemandirian personal, kemampuan
bersosial, memiliki pilihan hidup, dan memenuhi kebutuhan diri sendiri.

PROGRAM PEMBINAAN SEKOLAH


1. Program Bidang Pengajaran
Isi program bidang pengajaran pada prinsipnya sama dengan sekolah reguler.
Mengingat kondisi anak tunalaras pada umumnya malas untuk belajar, maka sifat pengajaran
kepada mereka juga bersifat penyuluhan atau yang disebut remedial teaching. Remedial
teaching maksudnya membantu murid dalam kesulitan belajar. Sistem pengajaran bersifat
klasikal. Ada kemungkinan dalam satu kelas terdiri dari beberapa anak yang mengikuti
program pengajaran secara berbeda-beda. Jumlah murid tiap-tiap kelas sekurang-kurangnya
tiga orang dan sebanyak-banyaknya 12 orang.
Banyak sedikitnya jumlah murid tiap kelas ditentukan oleh:
a. Faktor kecakapan guru melayani individu.
b. Makin muda usia makin kecil jumlahnya.
c. Ambang perbedaan umur tidak besar.
d. Fasilitas ruangan.
Para guru di sekolah bagi anak tunalaras perlu memahami teknik diagnosik kesulitan
belajar, kemudian cara membimbing disesuaikan dengan bakat dan kemampuan tiap-tiap
murid.
2. Program Bimbingan Penyuluhan
Program-program ditawarkan dalam bimbingan dan penyuluhan antara lain :
1. Program bimbingan penyuluhan suasana hidup keagamaan.
2. Program keterampilan.
3. Program belajar di sekolah reguler (terpadu dan atau kelas khusus).
4. Program bimbingan kesenian.
5. Program kembali ke orangtua.
6. Program kembali ke masyarakat.
7. Program bimbingan kepramukaan.

Contoh Programyang dapat diberikan pada anak didalam vidio (anak yang diindikasikan
dengan hambatan tunalaras): Optimalisasi Pendidikan Karakter melalui Permainan
Tradisional dan Pendidikan Jasmani pada Anak Tunalaras
Berbagai bentuk gangguan perilaku dapat diatasi dengan aktifitas olahraga, Menurut
Jennifer I. Gapin, dkk (2013) dalam jurnal penelitiannya bahwa aktifitas fisik (olahraga)
berpengaruh positif terhadap perubahan gangguan perilaku anak.Anak tunalaras perlu
mendapatkan penanganan khusus sebab jika tidak tertanganimaka dapat menyebabkan suatu
kondisi yang berdampak pada pola pikir dan perilaku anak tuna laras sulit untuk
dikendalikan. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Sherwood dalam Akmarawita Kadir
(2012), respon terhadap gangguan perilaku yang tidak tertanganiakan menimbulkan stress
(tekanan), jika tubuh bertemu dengan stressor, tubuh akan mengaktifkan respon syaraf dan
hormon untuk melaksanakan tindakan-tindakanpertahanan untuk mengurangi stress yang
ditimbulkan.
Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai
jenispermainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi
budayasetempat. Hakimeh Akbari, dkk. (2009: 126), permainan tradisional berkontribusi
efektifterhadap pembentukan karakter dalam pembelajaran melalui keterampilan
gerakmanipulatif dan lokomotor. Berkaitan dengan hal tersebut, permainan tradisional
didugamampu memberikan efek positif terhadap peningkatan pendidikan karakter di sekolah.
Secara khusus, permainan tradisional dapat kita contoh berdasarkan permainan tradisional di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yang diduga masih berpotensi lestari (terjaga)
di tengah masyarakat diantaranya,gasing, egrang, gobak sodor, patok lele, kasti, jamuran, dan
cublak-cublak suweng.
Menurut Kemendikbud (2016: 5), kurikulum 2013 memunculkan pendidikan karakter
seperti: religious, nasionalis, integritas, gotong royong,dan mandiri.Pembelajaran anak
tunalaras sebaiknya tidak hanya menggunakan pendekatanphsycology learning, namun
disertai pendekatan neuro learning. Hal tersebut diketahuibahwa kondisi anak tunalaras
memiliki gangguan pada neuron, ditunjukan dengan adanyagangguan perilaku anak seperti
munculnya perilaku agresif, menentang, dan gangguanperilaku lainnya. Oleh karena itu,
pendidikan jasmani anak tunalaras dapat terjadioptimalisasi apabila ada penggabungan kedua
pendekatan pembelajaran antara neurolearning melalui otak kiri dan phsycology learning
melalui otak kanan. Berkaitan denganhal tersebut, menurut Wara Kushartanti (2013: 10)
pembelajaran yang berpijak pada kedua belahan otak kiri dan kanan disebut dengan quantum
learning.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Yang menjadi sasaran pokok dalam pengembangan adalah usaha pemerataan dan
perluasan kesempatan belajar dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar.
Biasanya anak tunalaras itu segera saja dikeluarkan dari sekolah karena dianggap
membahayakan. Dengan usaha pengembangan sekolah bagi anak tunalaras ini berarti kita
memberi wadah seluas-luasnya atau tempat mereka memperoleh berbaikan kepribadiannya.
Dengan adanya sekolah bagi anak tunalaras berarti membantu para orangtua anak yang sudah
kewalahan mendidik puteranya, membantu para guru yang selalu diganggu apabila sedang
mengajar dan mengamankan kawan-kawannya terhadap gangguan anak nakal.
Pengembangan pendidikan bagi anak tunalaras sebaiknya paralel atau dikaitkan
dengan mengintensifkan usaha Bimbingan Penyuluhan di sekolah reguler. Sehingga apabila
anak itu tidak mengalami perbaikan dari usaha bimbingan dan penyuluhan dari kelas khusus
maka mereka dikirim ke Sekolah Luar Biasa bagian Tunalaras.
Belajar dikatakan berhasil jika dapat membentuk pola-pola prilaku baru untuk
memenuhi kebutuhannya. Keberhasilan belajar ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu fakor
internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya motivasi belajar yang terdapat pada diri
siswa. Siswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi sebagai penggerak. Motivasi sangat
penting dalam belajar, karena motivasi itu diibaratkan sebagai bensin pada kendaraan
bermotor, tanpa bensin kendaraan tidak akan berjalan, begitu pula siswa dalam belajar, tanpa
motivasi tidak akan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Seorang guru berupaya
mengembangkan motivasi belajar pada siswa, pada umumnya akan mengarahkan energinya
kepada tingkahlaku yang telah dipilihnya. Setiap prilaku individu selalu didasari motivasi,
sehingga siswa berusaha secara terus-menerus untuk memelihara dan mempertinggi
kemampuannya dalam mencapai tujuan
Guru memiliki tugas, peranan dan tanggung jawab untuk menumbuhkembangkan
motivasi belajar pada anak didiknya. Kompetensi yang harus dimiliki guru bagi anak
tunalaras yaitu memiliki kepribadian yang baik dan kemampuan mengajar yang efektif. Anak
tunalaras akan berkembang motivasi belajarnya apabila siswa tersebut merasa diperhatikan
oleh lingkungan belajar, program atau kurikulum pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
setiap siswa (relevan), ada keterlibatkan dalam proses pembelajaran, dan memperoleh
kepuasan dalam pembelajaran. Hal tersebut akan tercipta dan terpenuhi kebutuhan siswa,
apabila guru memiliki kompetensi dan kesadaran bahwa dirinya sebagai motivator. Untuk
memiliki kompetensi dan kesadaran diri bahwa guru bagi anak tunalaras sebagai innovator
disarankan untuk selalu belajar dan belajar tentang bagaimana menumbuh-kembangan
motivasi belajar pada anak didiknya.

Link video :
https://drive.google.com/file/d/1QDtp0IHwClk16UI-7jJklZkYXv7E78iX/view?usp=drivesdk

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai