DISUSUN OLEH :
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual,
emosi, dan sosial. Anak-anak ini dalam perkembangannya mengalami hambatan, sehingga
tidak sama dengan perkembangan anak sebayanya. Hal ini menyebabkan anak berkebutuhan
khusus membutuhkan suatu penanganan yang khusus. Anak yang mempunyai keterbatasan
fisik belum tentu mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial. Namun, apabila
seorang anak mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial, biasanya mempunyai
keterbatasan fisik. Tidak mudah untuk mengetahui bahwa seorang anak dikategorikan
sebagai anak berkebutuhan khusus, sehingga diperlukan derajat dan frekuensi penyimpangan
dari suatu norma. Seorang anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang berbeda dari
norma sedemikian signifikan dan sedemikian sering sehingga merusak keberhasilan mereka
dalam aktivitas sosial, pribadi, atau pendidikan.
DAFTAR ISI
JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan pembahasan
BAB II ISI
A.
B.
C.
D.
E.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya dan karunianya
dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
“OBSERVASI SLBN SEMARANG”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Dwi Tiga Putri, S.Pd., M.Pd dosen mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang
telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saan membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna pada kami
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Masalah
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual,
emosi, dan sosial. Anak-anak ini dalam perkembangannya mengalami hambatan, sehingga
tidak sama dengan perkembangan anak sebayanya. Hal ini menyebabkan anak berkebutuhan
khusus membutuhkan suatu penanganan yang khusus. Anak yang mempunyai keterbatasan
fisik belum tentu mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial. Namun, apabila
seorang anak mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial, biasanya mempunyai
keterbatasan fisik. Tidak mudah untuk mengetahui bahwa seorang anak dikategorikan
sebagai anak berkebutuhan khusus, sehingga diperlukan derajat dan frekuensi penyimpangan
dari suatu norma. Seorang anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang berbeda dari
norma sedemikian signifikan dan sedemikian sering sehingga merusak keberhasilan mereka
dalam aktivitas sosial, pribadi, atau pendidikan. Kategori anak berkebutuhan khusus dapat
dideskripsikan oleh profesional sebagai tidak mampu (disabled), mempunyai kesulitan
(impaired), terganggu (disordered), cacat (handicapped), atau berkelainan (exeptional)
(Haring, 1982).
Seseorang yang tidak mampu (disabled) adalah seseorang yang mempunyai keterbatasan
karena adanya kekurangan fisik yang akan mengganggu masalah belajar atau penyesuaian
sosial, misalnya dalam penglihatan (low vision), pendengaran, atau cacat fisik (orthopedic
impairments dan health impairments), dan masalah kesehatan lainnya (epilepsy, juvenile
diabetes mellitus, hemophilia, cystic fibrosis, sickle cell anemia, jantung, cancer). Seseorang
yang mempunyai kesulitan (impaired) dalam fisiknya juga akan mempunyai masalah yang
sama dengan orang yang tidak mampu (disabled). Seseorang yang terganggu (disordered)
dalam hal belajar, sehingga dapat disebut mempunyai gangguan belajar. Atau terganggu
perilakunya dapat disebut mempunyai gangguan perilaku. Seseorang disebut cacat
(handicapped) apabila ia mempunyai kesulitan dalam merespons atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan karena adanya masalah inteligensi, fisik, dan emosi. Hal ini biasanya
dialami pada anak autisme, retardasi mental/slow learner, down syndrome, gangguan
belajar/learning disabilities (disleksia, diskalkulia, disgrafia, inattensi), attention deficit
disorder (ADD), attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), pervassive development
disorder (PDD), dan gangguan komunikasi. Seseorang disebut berkelainan (exeptional)
apabila mempunyai kelebihan dari anak seumurnya. Misalnya anak yang sangat cerdas dan
mempunyai bakat yang sangat menonjol.
Walaupun seperti itu semua warga Negara mempunyai hak mendapatkan pendidikan tidak
memandang suku, agama golongan dan lain sebagainya. Sesuai dengan UU N0. 20 tahun
2003 pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu begitu juga dengan anak berkebutuhan khusus.
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia yang sangat penting karena di dalam
pendidikan terdapat transfer knowledge dari generasi ke generasi dalam bentuk pengajaran
maupun pelatihan. Namun bukan berarti pendidikan harus dibimbing oleh orang lain
pendidikan juga dapat dilakukan secara mandiri. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan
Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sekolah Luar Biasa Secara umum?
2. Apa saja macam-macam ketunaan yang terdapat dalam SLB N Semarang?
3. Bagaimana cara mengatasi setiap ketunaan dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan di SLB N Semarang?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dan memahami pengertian Sekolah Luar Biasa Secara umum
2. Dapat memahami apa saja macam-macam ketunaan yang terdapat dalam SLB N Semarang
3. Mengetahui cara mengatasi setiap ketunaan dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan di SLB N Semarang bila kita menjadi seorang tenaga pendidik nantinya.
BAB II
ISI
Contoh Permainan Bola tangan Modifikasi yang dilakukan oleh teman-teman SLB Negeri
Semarang dan kami membantu Pak Edi dalam Pembelajaran berlangsung
3.3 Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam Pembelajaran Penjas di SLB Negeri
Semarang
Dalam wawancara kami bersama Pak Edi dan Pak Feri kebetulan sarana dan prasarana di
SLB Negeri Semarang sudah cukup memadai. Namun ada beberapa sarana dan prasarana
yang tidak dimiliki SLB Negeri Semarang seperti bola “Goalball” yang mungkin susah
didapatkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama bila pihak sekolah harus Inden dari
luar negeri. Namun Pak Edi dan Pak Feri tidak kehabisan akal beliau berdua membuat Bola
Goalball dengan kekreatifitas dan peralatan yang ada. Seperti Bola plastik biasa dan
didalamnya diberikan loncen agar anak-anak berkebutuhan tunanetra tetap dapat bermain
bola.
Sama juga seperti bola yang ada digambar atas bahwa Pak Edi dan Pak Feri memodifikasi
bola voli dibagian kulit luarnya dikelupas dan tinggal terlihat bola dalamnya saja. Bola ini
dimodifikasi agar bola tidak terlalu keras bila terbentur ke anak-anak. Berbeda dengan ukuran
bola tangan sesuai dengan standar internasional, bol tangan di SLB Negeri Semarang
memiliki perbedaan dari segi ukuran karena memudahkan anak-anak untuk menangkap dan
memegang bola karena bila bola sesuai ukuran standar pasti anak-anak memiliki kesulitan
dalam bermain bola tangan. Apalagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus pastinya
memiliki perbedaan dari segi penanganan yang pastinya lebih harus diperhatikan lagi.
a. Kesimpulan
b. Dokumentasi