Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang
dilindungi dan dijamin oleh berbagai instrument hokum nasional maupun
internasional. Peraturan perundang-undangan yang mengatur pendidikan
untuk semua (Deklarasi Dunia Jomtien, 1990) ingin memastikan
bahwa setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh Pendidikan. Seperti yang tercantum dalam
UU No 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3,5,32. Dan
UU No23 Th 2002 tentang Perlindungan Anak pasa l 48 dan 49.
Yang pada intinya Negara, pemerintah, dan keluarga, dan
orangtua wajib memberikan kesempatan yang seluas -luasnya
kepada anak untuk memperoleh pendidikan, tanpa terkecuali
Anak Berkebutuhan Khusus.
Secara umum rentangan Anak Berkebutuhan Khusus meliputi dua
kategori, yaitu anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat
permanen, yaitu akibat dari hambatan tertentu, dananak yang memiliki
hambatan temporer, yaitu mereka yang mengalami kesulitan belajar dan
perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan. Misalnya,
anak yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri akibat kerusuhan dan
bencana alam, atau tidak bias membaca karena kekeliruan guru mengajar,
anak yang mengalami ke dwi bahasaan, (perbedaan bahasa di rumah dan
di sekolah) ,anak yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan
karena isolasi budaya dank arena kemiskinan, dsb. Anak Berkebutuhan
Khusus temporer, apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan
sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen.
Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat kriteria yang tergolong
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) salah satunya adalah Disabilitas
Majemuk. Disabilitas Majemuk adalah Individu yang memiliki gabungan
gangguan (motorik, fisik, intelektual, sensoris, dan neurologis) sehingga

1
memiliki kemampuan yang berbeda dalam beraktivitas kondisi tersebut
berpengaruh pada pada kurangnya kesempatan berpartisipasi dalam
lingkungan sosial. Anak dengan Disabilitas Majemuk berbeda
penangannya dengan anak yang memiliki satu jenis hambatan. Karena
anak Disabilitas Majemuk memiliki keterbatasan yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan anak yang memiliki satu jenis hambatan. Selain itu
tidak semua anak memiliki hambatan yang sama, sehingga diperlukan cara
yang tepat untuk memberikan pemahaman ilmu yang disesuaikan dengan
jenis hambatan anak tersebut.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian anak dengan Disabilitas Majemuk ?
2. Bagaimana strategi pembelajaran untuk anak disabilitas majemuk ?
3. Apa sasaran program untuk disabilitas majemuk ?
4. Apa pengertian assistive technology ?
5. Apasaja macam-macam assistive technology ?
6. Apa manfaat assistive technolgy untuk disabilitas majemuk ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anak dengan disabilitas majemuk
2. Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai untuk anak
disabilitas majemuk
3. Untuk mengetahui sasaran program yang tepat untuk anak disabilitas
majemuk
4. Untuk mengetahui pengertian dari assistive technology
5. Untuk mengetahui macam-macam dan manfaat assistive technology

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Disabilitas Majemuk


Menurut Mangunsong, dkk (1998), anak tunaganda atau majemuk
adalah anak yang menderita kombinasi atau gabungan dari dua atau lebih
kelainan atau kecacatan dalam segi fisik, mental, emosi, dan sosial,
sehingga memerlukan pelayanan pendidikan, psikologis, medis, sosial,
vokasional melebihi pelayanan yang sudah tersedia bagi anak yang
berkelainan tunggal.
Menurut Departemen Amerika Serikat, anak-anak yang tergolong
tunaganda adalah anak-anak yang mempunnyai masalah-masalah jasmani,
mental, atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari beberapa
masalah tersebut sehingga agar potensi mereka dapat berkembang secara
maksimal memerlukan pelayanan pendidiikan sosial, psikology, dan medis
yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa secara umum.
Menurut Johnston dan Magrab, Tunaganda adalah mereka yang
mempunyai kelainan perkembangan mencangkup kelompok yang
memiliki hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan
oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti
intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi masyarakat.
Anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan
(baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah
pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya dapat diatasi dengan
suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan
harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang
dimiliki.

Klasifikasi Disabilitas Majemuk

Hambatan majemuk pada sesorang individu dapat terjadi karena


adanya suatu kombinasi hambatan fisik, sensoris, mental, emosi dan
sosial. Berdasarkan pemahaman seperti ini, maka jenis hambatan majemuk

3
sangat beragam. Klasifikasi berikut ini adalah klasifikasi hambatan
majemuk yang berpangkal pada hambatan penglihatan, yaitu:

1. Hambatan penglihatan dan hambatan intelektual


2. Hambatan penglihatan dan hambatan pendengaran
3. Hambatan penglihatan dan hambatan motorik
4. Hambatan penglihatan dan hambatan perilaku, dll

Dengan cara yang sama, klasifikasi individu dengan hambatan


majemuk dapatdilakukan dengan berpangkal hambatan yang lain.

Menurut Hallahan, dkk (dalam Mangunsong, 2011), ada beberapa


keterbatasan yang digolongkan severe disability, diantaranya:

1. Traumatic Brain Injury (TBI) TBI adalah kerusakan otak yang disebabkan
oleh trauma oleh kejadian tertentu, setelah seseorang mengalami
perkembangan otak yang normal. Secara spesifik Hallahan, dkk
mendefinisikan TBI dalam empat kategori, yaitu: a. Adanya kerusakan
pada otak yang disebabkan oleh tekanan/benturan dari luar. b. Kerusakan
tidak disebabkan oleh degenerative atau congenital. c. Berkurangnya atau
berubahnya keadaan kesadaran. d. Adanya kegagalan dari fungsi
neurological dan neurobehavior yang disebabkan oleh kecelakaan tersebut.
2. Deaf – Blindness (Buta-Tuli) Menurut IDEA (dalam Mangunsong, 2011),
buta tuli berarti kegagalan kemampuan mendengarkan dan melihat yang
menyebabkan timbulnya masalah yang parah dalam hal komunikasi,
perkembangan, dan kebutuhan belajar yang tidak dapat diakomodasi
semata-mata oleh pendidikan khusus bagi anak-anak buta atau tuli saja.
Karakteristik anak buta tuli memiliki masalah dalam tiga hal yaitu:
mengakses informasi, komunikasi, dan navigasi lingkungan.

B. Model dan Layanan Pendidikan Bagi Anak Disabilitas Majemuk


Pada masa lalu, tunaganda secara rutin dipisahkan dari sekolah
regular, bahkan sekolah Khusus. Namun sejak tahun 1980-an layanan
pendidikan bagi anak tunaganda semakin mendapat perhatian di tengah-

4
tengah masyarakat, dengan mendirikan sekolah-sekolah khusus. Demikian
juga program-program pendidikan bagi anak tunaganda semakin
dikembangkan untuk anak usia sedini mungkin. Setidak-tidaknya program
pendidikan lebih diorientasikan untuk meningkatkan kemandirian anak.
Untuk menjaga efektivitas program pendidikan, maka program seharusnya
mengakses empat bidang utama, yaitu bidang domestik, rekreasional,
kemasyarakatan, dan vokasional. Hasil asesmen ini mungkin dapat
membantu dalam merumuskan tujuan yang lebih fungsional. Sementara itu
dengan pengajaran seharusnya mencakup, diantaranya: ekspresi pilihan,
komunikasi, pengembangan keterampilan fungsional, dan latihan
keterampilan sosial sesuai dengan usianya, menyadari akan kondisi
objektif anak-anak tunaganda, maka pendekatan multidisipliner adalah
penting. Oleh karena itu orang-orang yang sesuai dalam mengatasi anak
tunaganda, seperti terapis bicara dan bahasa, terapis fisik dan okupasional
seharusnya bekerjasama dengan guru-guru kelas, guru-guru khusus dan
orangtua, karena perlajuan yang lebih cocok untuk mengatasi anak-anak
tunaganda berkenaan dengan masalah ketererampilan adalah memberikan
layanan yang terbaik daripada yang diberikan ditempat terapi yang
terpisah. Untuk dapat menjamin kemandirian anak tunaganda dalam
proses pembelajaran perlu didukung dengan penataan kelas yang sesuai,
alat bantu dalam meningkatan keterampilan fungsionalnya.
Integrasi dengan anak seusia merupakan komponen lainnya yang
penting. Menghadiri sekolah regular dan berpartisipasi dalam kegiatan
yang sama dengan anak-anak normal adalah penting untuk
pengembangkan keterampilan sosial dan persahabatan, di samping dapat
mendorong adanya perubahan sikap yang lebih positif.

Strategi pembelajaran untuk anak dengan disabilitas majemuk

Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja”
dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan
kata stratos (militer) dengan “ego” (memimpin). Sebagai kata kerja,
stratego berarti merencanakan (to plan).

5
Dengan demikian strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.
Strategi mencakup tujuh kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi
kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Berikut ini
beberapa macam strategi pembelajaran :

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)


Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan salah satu dari macam-macam
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru.Hal ini
dikarenakan guru memegang peranan yang sangat penting atau
dominan dalam strategi ini.Dalam sistem ini guru menyajikan dalam
bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap
sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara
tertib dan teratur
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu
masalah yang ditanyakan. Proses berpikir ini biasa dilakukan melalui
tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran inkuiri
merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi pada siswa.SPI
merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual
anak.Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget
dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social
experience dan equilibration.
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dilihat dari aspek psikologi

6
belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat
dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman. Pada dasarnya, belajar bukan hanya merupakan
proses menghafal sejumlah ilmu dan fakta, tetapi suatu proses interaksi
secara sadar antara individu dengan lingkungannya.

Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang


secara utuh. Hal ini berarti perkembangan siswa tidak hanya terjadi
pada aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotor melalui
penghayatan secara internal akan masalah yang akan dihadapi. Dilihat
dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah
untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di mayarakat, maka
SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting
untuk dikembangkan.

Hal ini disebabkan pada kenyataan setiap manusia agar selalu


dihadapkan kepada masalah baik masalah yang sederhana sampai
masalah yang kompleks. Proses pembelajaran SPBM ini diharapkan
dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dilihat dari konteks
perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem
pembelajaran

4. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)


Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran
tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing
untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui
proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman
siswa. Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan

7
kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajarkan

5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)


Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok
akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

6. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)


Strategi pembelajaran kontekstual/Contextual teaching and
learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata
siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.

7. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)


Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi
pembelajaran kognitif dan keterampilan.Afektif berhubungan dengan
nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang
yang tumbuh dari dalam diri siswa.Dalam batas tertentu, afeksi dapat
muncul dalam kejadian behavioral.

8
Layanan Pendidikan Gangguan Penglihatan dengan Gangguan
Intelektual.

Pendekatan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita dengan


tunanetra lebih diarahkan pada pendekatan individual dan pendekatan
remediatif.Pendekatan individual didasarkan pada assessment kemampuan
untuk mengembangkan sisa potensi yang ada dalam dirinya.Tujuan utama
layanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah penguasaan kemampuan
aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mengelola diri sendiri.Untuk
mencapai itu perlu pembelajaran mengurus diri sendiri dan pengembangan
keterampilan vocational terbatas sesuai dengan kemampuannya.Layanan
pendidikan khusus bagi anak tunagrahita meliputi latihan sensomotorik,
terapi bermain dan okupasi, dan latihan mengurus diri sendiri.Pendekatan
pembelajaran dilakukan secara individu dan remediatif.Perkembangan
kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya.Anak yang
ber IQ 55-70 berbeda dengan anak yang ber IQ 35-55. Pelayanan
pendidikan untuk anak tunagrahita terfokus pada :

 Pengenalan terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan


 Sensorimotor dan persepsi
 Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain)
 Kemampuan berbahasa dan komunikasi
 Bina diri dan kemampuan sosial

Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat pendidikan


khusus, alat bantu peraga dan alat peraga.

a. Alat pendidikan khusus :


 Reglet dan pena
 Mesin tik braille
 Printer Braille
 Abacus
b. Alat bantu :

9
 Alat bantu perabaan (buku-buku, air hangat/dingin,
batu, dan sebagainya)
 Alat bantu pendengaran ( kaset, CD, talking books)
c. Alat bantu peraga
 Patung hewan
 Patung tubuh manusia
 Peta timbul

C. Sasaran program untuk disabilitas majemuk


Program untuk pengembangan diri anak disabilitas majemuk
Sasaran program : Anak Tunanetra-Tunagrahita

Program : Bina Diri untuk anak Tunanetra-Tunagrahita

a. Kemampuan mengurus diri sendiri: menggosok gigi, mandi, keramas,


ke kamar kecil, vulva hygiene, berpakaian, menyisir rambut, berhias,
mencuci pakaian, menyeterika, melipat, dan menggantung, makan,
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memakai dan merawat
sepatu.
b. Kemampuan membersihkan lingkungan sekitar:
- Membersihkan lingkungan dalam rumah: membersihkan debu,
menyapu lantai, mengepel lantai, membersihkan alat-alat rumah
tangga.
- Membersihkan lingkungan sekitar rumah: membersihkan halaman
rumah, membuang sampah, memelihara kebun, memetik hasil
panen.
- Tata cara bergaul dan bersikap dalam masyarakat: cara
mengucapkan salam dan ucapan terima kasih, cara meminta maaf,
memasuki/meninggalkan rumah orang lain, meminta dan memberi
bantuan orang lain, berbicara dan mendengar bicara orang lain.

10
D. Assistive Technology
Assitive Technology merupakan teknologi pendamping atau
teknologi yang di gunakan untuk membantu penyandang disabilitas.
Menurut The International Classification of Funcioning, Disability and
Healt (ICF) Assistive Technology merupakan suatu produk, Instrumen,
peralatan, atau Teknologi yang di sesuaikan atau di rancang khusus untuk
membantu seseorang dengan disabilitas.
A Discussion Paper yang berjudul Assistive Technology for
children with Disabilities mengungkapkan bahwa dengan memfasilitasi
partisipasi dan penyertaan anak-anak penyandang disabilitas dalam semua
aspek kehidupan, Assistive Technology dapat berdampak pada citra diri,
dan rasa harga diri. Asisistive Technology di sesuaikan dengan kebutuhan
para penyandang disabilitas. Berikut beberapa assistive Technology.
Assistive Technology merupakan istilah umum yang mencakup
alat bantu, adaptif, dan rehabilitasi untuk para penyandang disabilitas atau
penduduk lanjut usia sementara juga termasuk proses yang di gunakan
dalam memilih, menemukan, dan menggunakannya. Istilah Assistive
Technology merujuk secara luas pada teknologi apapun yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus yang
menghadapi hambatan belajar. Oleh karena itu, beragam materi,
pelayanan, sistem dan peralatan dapat dianggap sebagai Assitive
Technology. Seperti contohnya, materi seperti buku yang di rekam oleh
kaset, pelayanan seperti pencatat atau Tutor,Sistem seperti Braille, dan
peralatan seperti kalkulator bertombol besar dan komputer dapat dianggap
sebagai teknology yang membantu )Assitive Technology).

E. Macam-macam Assistive Technology


Contoh Assistive Technology untuk anak Disabilitas majemuk
 JAWS
JAWS kependekan dari (Job Access with speech), merupakan sebah
pembaca layar (screen reader) merupakan sebuah piranti lunak (software)
yang berguna untuk membantu penderita tunanetra menggunakan

11
komputer. Jaws sengaja di buat untuk penderita tuna netra menggunakan
komputer. Jaws sengaja dibuat untuk anak-anak tunanetra dan anak yang
menderita kelemahan dalam penglihatan. Jaws jga dapat pla menjadi
layanan kompensatoris untuk anak tunanetra yang juga mengalami
hambatan pada motorik, dan juga di katakan sebagai anak dengan
disabilitas majemuk. Sehingga dapat mempermduah dalam mengakses
kompter dan bahkan dapat melepaskan kemandirian pada orang lain dalam
menggnakanunya. Jaws di lengkapi dengan layar yang memiliki
kemampuan untuk melafalkan teks (text-to-speech). Yang di tampilkan
atau ada jga yang menerapka braille display.
- Cara kerja JAWS.
Cara kerja program jaws adalah dengan membaca semua tulisan yang
muncul pada layar. Jaws membaca teks bacaan menggunkan suara
robot. Sehingga untuk anak tunanetra dengan gangguan motorik dapat
lebih mudah dalam mengakses komputer dan menerima materi.
Mengingat bahwa anak dengan gangguan motorik susah dalam
melakukan aktivitas seperti menulius, sehingga dengan adanya
program jaws sangat membentu mereka dalam mengakses komputer.
 Kursi Roda Berbicara
Seorang Ilmwan bernama Stephen Hawking berasal dari Inggris pada th
1990 mulai mencoba menciptakan sebah teknologi ntk membantu
akivitasnya sehari-hari yaitu kursi roda Berbicara, karena kondisinya yang
tidak dapat menggerakkan sebagian jarinya, dan juga kakinya, dan dia
mengalami buta sebagian pada penglihatan (Low vision). Kursi roda
berbicara merupakan alat bantu yang di gunakan oleh penyandang
disabilitas majemuk Tunanetra dan Tunadaksa, dimana mereka memiliki
hambatan pada penglihataan dan juga pada bagian otot kaki dan tangan
sehingga tidak bisa beraktivitas seperti berjalan, menulis, dll. Oleh karena
itu terdapat sebuah inovasi yang di bat oleh stephen Hawking sebuah
kursi roda yang di lengkap beberapa dengan satu u nit komputer tablet
yang di hubngkan ke kotak hitam berisi pengolahan suara dan beberapa
perangkat pendukung. Kompter dalam kursi tersebut juga sudah

12
menggunakan prosesor intel core lengkap dapat di gunakan untuk
menelpon. Di bawah bagian kursi terselip sebah kotak hitam berdimensi
besar besar yang di dalamnya terdapat pengolahan sara regulator untuk
menjaga tegangan listrik, dan perangkat usb untuk mengirim sinyal
inframerah ke kacamata yang di pakai. Selain it kursi roda tersebt di
lengkapi dengan alat yang bisa memantau kesehatan.

F. Manfaat assistive technology

Ketika sesuai untuk pengguna dan lingkungan pengguna, teknologi bantu dapat :

1. Sebagai alat untuk meningkatkan kemandirian dan meningkatkan


partisipasi
2. Membantu anak-anak secara individu menjadi giat dalam belajar,
berkomunikasi lebih efektif dan berpartisipasi lebih penuh dalam kegiatan
belajar

13
3. Mendukung anak-anak untuk mengakses dan menikmati hak-hak mereka;
lakukan hal-hal yang berarti; dan menjembatani kesenjangan antara anak-
anak dengan dan tanpa cacat Ini
4. Menyediakan sarana akses dan partisipasi dalam peluang pendidikan,
sosial dan rekreasi
5. Memperkuat fungsi fisik dan mental yang lebih besar dan meningkatkan
harga diri
6. Mengurangi biaya untuk layanan pendidikan dan dukungan individu

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Disabilitas Majemuk adalah Individu yang memiliki gabungan
gangguan (motorik, fisik, intelektual, sensoris, dan neurologis) sehingga
memiliki kemampuan yang berbeda dalam beraktivitas kondisi tersebut
berpengaruh pada pada kurangnya kesempatan berpartisipasi dalam
lingkungan sosial. Anak dengan Disabilitas Majemuk berbeda
penangannya dengan anak yang memiliki satu jenis hambatan. Karena
anak Disabilitas Majemuk memiliki keterbatasan yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan anak yang memiliki satu jenis hambatan. Selain itu
tidak semua anak memiliki hambatan yang sama, sehingga diperlukan cara
yang tepat untuk memberikan pemahaman ilmu yang disesuaikan dengan
jenis hambatan anak tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://forumgurunusantara.blogspot.com/2015/04/pengertiankalsifikasi/
http://nofifitriasari.blogspot.com/2015/11/makalah-strategi-pembelajaran-
dan-macam.html
http://qonitahkurnianingsih.blogspot.com/2016/12/tunaganda.html
https://www.haruspintar.com/macam-macam-strategi-pembelajaran/
https://www.unicef.org/disabilities/files/Assistive-Tech-Web.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai