Counseling for children with special needs - Setelah mengetahui pengertian bimbingan dan
konseling, yaitu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar
konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya se_optimal mungkin secara mandiri.
Disini pemberian bantuan tidak hanya diberikan kepada anak yang normal saja, anak berkebutuhan
khusus juga perlu mendapatkan bantuan. Karena berdasarkan sejarah perkembangan pandangan
masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) maka dapat dicatat bahwa kebutuhan
anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarganya masih banyak yang terabaikan selama bertahun-
tahun hingga saat ini. Sejarah juga mencatat bagaimana tanggapan sebagian besar masyarakat
terhadap keberadaan anak-anak tersebut dan keluarganya. Sebagian besar masyarakat masih ada
yang menganggap kecacatan atau kelainan yang disandang oleh anak berkebutuhan khusus sebagai
kutukan, penyakit menular, gila, dan lain-lain. Akibat dari itu maka ABK dan keluarga ada yang
dikucilkan oleh masyarakatnya. Ada diantara ABK sendiri yang menarik diri tidak mau berbaur
dengan masyarakat karena merasa cemas dan terancam.
Kondisi tersebut tentunya membawa dampak langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuh
kembang ABK, bahkan terhadap keluarganya (kedua orangtuanya). Thompson dkk(2004)
menyatakan bahwa pandangan atau penilain negatif dari lingkungan terhadap ABK dan
keluarganya merupakan tantangan terbesar selain kecacatan yang disandang oleh ABK itu sendiri
dan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh yang bersangkutan beserta keluarganya. Bahkan
cara pandang masyarakat yang negatif menjadi stigma yang berkepanjangan (Rahardja, 2006).
Dampak yang jelas sering ditemui adalah terhadap konsep diri, prestasi belajar, perkembangan
fisik, dan perilaku menyimpang. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Thompson ….(2004) bahwa
pandangan negatif dari masyarakat terhadap kecacatan menyebabkan citra diri yang negatif dari
ABK.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka ABK membutuhkan "alat" agar dirinnya mampu
mengatasi hambatan yang dialaminnya dan mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya. Alat itu diantarannya adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan
ABK memperoleh bekal hidup dan mencapai perkembangan yang optimal. Namun, dengan
menumpuknya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh ABK, tidaklah cukup melalui
pendidikan dengan proses belajar mengajar dikelas. ABK juga butuh layanan yang menduukung
kepada keberhasilan belajar dan layanan memandirikan untuk mencapai perkembangan yang
optimal. Layanan itu adalah bimbingan dan konseling.
Meskipun pada dasarnya pelayanan Bimbingan dan Konseling yang memandirikan itu memang
untuk semua konseli, termasuk bagi konseli berkebutuhan khusus dan berbakat, namun untuk
mencegah timbulnya kerancuan perlu dikeluarkan dari cakupan pelayanan ahli bimbingan dan
konseling yang memandirikan itu. Pelayanan bimbingan yang memandirikan dalam arti
menumbuhkan kecakapan hidup fungsional bagi konseli yang menyandang retardasi mental, harus
dilayani oleh Pendidik yang disiapkan melalui Pendidikan Guru untuk Pendidikan Luar Biasa (PG
PLB). Dengan spesifikasi wilayah pelayanan ahli konselor yang lebih cermat itu, kawasan
pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang memandirikan itu juga perlu ditakar secara tepat,
karena untuk sebahagian sangat besar pelayanan bimbingan yang memandirikan yang dibutuhkan
oleh konseli yang menyandang kekurang-sempurnaan fungsi indrawi itu juga hanya bisa dilakukan
oleh Pendidik yang disiapkan melalui PG PLB dengan spesialisasi yang berbeda-beda.
Pelayanan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus akan amat erat kaitannya
dengan pengembangan kecakapan hidup sehari-hari (daily living activities) yang tidak akan
terisolasi dari konteks. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling bagi anak
berkebutuhan khusus merupakan pelayanan intervensi tidak langsung yang akan lebih terfokus
pada upaya mengembangkan lingkungan perkembangan (inreach-outreach) bagi kepentingan
fasilitasi perkembangan konseli, yang akan melibatkan banyak pihak di dalamnya.
1. Hambatan belajar
Munculnya permasalahan hambatan belajar anak berkebutuhan khusus dapat ditinjau dari dimensi
proses ataupun hasil. Dalam pandangan teori pemrosesan informasi, hambatan dalam dimensi
proses merujuk pada ketidakmampuan, ketidaksanggupan, kesulitan, kegagalan atau adanya
rintangan pada individu untuk menangkap informasi melalui kegiatan memperhatikan, mengolah
informasi melalui kegiatan mencamkan dan menafsirkan sehingga diperoleh pemahaman,
interpretasi, generalisasi atau keputusan-keputusan tertentu, menyimpan hasil pengolahan
informasi tersebut dalam ingatan, dan menggunakan atau mengekspresikan kembali dalam bentuk
tindakan. Sedangkan hambatan dalam dimensi produk, berarti kegagalan individu dalam mencapai
prestasi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, kegagalan individu dalam meraih tujuan belajar
yang diharapkan, atau kegagalan dalam penguasaan atau perubahan perilaku sesuai yang
diharapkan, baik dalam perilaku kognitif, afektif, ataupun psikomotor. Secara akademik kegagalan
tersebut akan tampak dalam penguasaan tiga ketrampilan dasar dalam belajar, yaitu: membaca,
menulis, dan atau berhitung (Sunardi, 2006).
Salah satu faktor penting yang memiliki kontribusi tinggi terhadap munculnya hambatan belajar
pada anak berkebutuhan khusus adalah faktor kesiapan individu untuk belajar, yaitu kesiapan anak
dalam merespon situasi yang dihadapkan kepadanya secara tepat, baik karena faktor fisik , mental,
emosi, atau sosial anak atau faktor lain yang bersumber pada faktor lingkungan, budaya, ataupun
ekonomi. Akibat kelainan yang dihadapi, anak berkebutuhan khusus sangat rentan terhadap
munculnya berbagai hambatan dalam belajar. Sedangkan hambatan belajar yang muncul
hakekatnya dapat beragam sesuai dengan kondisi anak dan komplesitas faktor-faktor yang
mempengaruhi, dan khas atau unik untuk masing-masing anak. Secara umum, hambatan belajar
yang cenderung dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus antara lain hambatan belajar ketrampilan
motorik, bahasa, kognitif, persepsi, emosi, dan perilaku adaptif atau gabungan dari hal-hal tersebut.
Dari dimensi akademis kesulitan tersebut dapat berupa kesulitan dalam penguasan keterampilan
dasar belajar, seperti menulis, membaca, dan berhitung. Hambatan belajar seringkali muncul sejak
anak usia pra-sekolah dan akan berkembang semakin berat dan kompleks jika didukung oleh
lingkungan yang kurang menguntungkan, terutama oleh lingkungan keluarga yang tidak peduli
terhadap permasalahan yang dihadapi anaknya. Dampak dikemudian hari, disamping akan lebih
sulit untuk diatasi juga dapat bersiko kepada mahalnya beaya pendidikan yang harus dikeluarkan.
Belajar adalah memberi pengalaman secara luas pada semua aspek perkembangan. Karena itu
dalam membantu mengatasi hambatan belajar anak harus dilakukan dengan membuka pengalaman
secara luas kepada anak, sehinga dapat membantu dan mendorong seluruh aspek perkembangan
anak secara komprehensif dan dilakukan sejak dini.
2. Kelambatan perkembangan
Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang anak berkembang melalui tahapan
tertentu. Sekalipun irama atau kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, namun muncul
kecenderungan bahwa pada anak berkebutuhan khusus beresiko terhadap munculnya kelambatan
atau penyimpangan perkembangan sesuai dengan umur dan milestone perkembangan, sehingga
harus tetap diwaspadai. Sebab, akibat kelainan, kecacatan, atau kondisi-kondisi terntentu yang
tidak menguntungkan dan menjadikannya anak berkebutuhan khusus, dapat berpengaruh atau
menghambat perkembangan kemampuan, prestasi, dan atau fungsinya, dapat menjadikan anak
memerlukan waktu yang lebih lama dalam belajar menguasai keterampilan tertentu dibandingkan
dengan anak-anak normal pada umumnya, atau menjadikan datangnya kematangan belajar
menjadi terlambat. Anak-anak berkebutuhan khusus, baik karena kecatatan atau akibat kondisi
tertentu dapat menyebabkan functional isolationism 'isolasi diri' yaitu kecenderungan
mempertahankan untuk mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, dan perilaku eksploratori.
Akibatnya, anak menjadi tidak aktif, apatis, dan pasif, malu, malas, dan kurang motivasi. Dalam
keadaan demikian, aspek-aspek esensial dan universal yang diperlukan untuk perkembangan
optimal menjadi ditekan, sehingga tidak berfungsi sebagai mana mestinya, dan akhirnya
memunculkan kelambatan dalam perkembangannya. Untuk mengidentifikasi apakah anak
mengalami kelambatan perkembangan, cara yang paling mudah adalah dengan membandingkan
taraf kemampuan anak sesuai dengan anak-anak seusianya. Bila dijumpai adanya keterlambatan
atau penyimpangan, maka harus dicurigai apakah kelambatan tersebut merupakan variasi normal
atau suatu kelainan yang serius sebagai akibat kelainan atau kecacatannya, dan apabila hal tersebut
diguga kuat akibat kelainan atau kecacatannya, maka hendaknya dilakukan penanganan secara
intensif dan sedini mungkin agar tidak berkembang semakin kompleks dan upaya mengatasinya
tidak semakin sulit, anak dapat mengejar ketertinggalannya, serta untuk memperkecil potensi
terhadap terjadinya kelambatan dalam perkembangan selanjutnya. Pada umumnya, dokter menjadi
orang pertama yang mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kelambatan
perkembangan dan kelainan. Hal ini dikarenakan dokter merupakan orang yang paling sering
berhubungan dengan orang tua (terutama ibu-ibu) sehingga memiliki data dan informasi yang
terkait dengan riwayat/catatan kesehatan ibu dan anaknya selama mengandung, saat melahirkan,
maupun setelah lahir, sehingga dapat mengetahui apakah bayi tersebut memiliki faktor resiko atau
tidak, berkelainan atau tidak, serta memberikan saran-saran terhadap orang tua dalam beradaptasi
dengan anaknya (Fallen dan Umansky,1985). Dalam pandangan ekologis, kelambatan
perkembangan pada anak berkebutuhan khusus dapat terjadi sebagai dampak ketidakmampuan
lingkungan, terutama orang tua dan orang lain yang signifikan (misal pengasuh) untuk menjalin
interaksi yang seimbang, selaras, dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan perkembangan
anak (progressive macthing). Untuk itu lingkungan melalui interaksi yang diciptakannya, harus
dapat menjadi partner bagi laju perkembangan normal anak.
3. Hambatan perkembangan
Antara hambatan belajar, kelambatan perkembangan, dan hambatan perkembangan merupakan hal
sebenarnya sulit untuk dipisahkan karena saling terkait satu dengan yang lain, namun dapat
dibedakan. Secara umum, kelambatan perkembangan lebih menekankan kepada dimensi tahapan
perkembangan, sedangkan hambatan perkembangan lebih fokus kepada terjadinya kesulitan,
kegagalan, rintangan, atau gangguan dalam satu atau lebih aspek perkembangan. Adanya
hambatan dalam aspek perkembangan tertentu dapat berdampak kepada kelambatan
perkembangan yang tertentu pula, dengan kata lain kelambatan perkembangan tertentu hakekatnya
merupakan manifestasi adanya hambatan dalam satu atau lebih aspek perkembangan. Sedangkan
terjadinya hambatan perkembangan juga tidak lepas dari adanya hambatan dalam belajar.
Sebagaimana diketahui bahwa akibat kelainan atau kondisi-kondisi tertentu yang dialaminya anak
berkebutuhan khusus, secara potensial memiliki resiko tinggi terhadap munculnya hambatan
dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik, psikologis, sosial atau bahkan dalam totalitas
perkembangan kepribadiannya. Untuk memahami tentang hambatan perkembangan pada anak
berkebutuhan khusus, kita tidak bisa melepaskan diri dari kajian tentang perkembangan manusia
pada umumnya. Dalam pandangan ekologi, perkembangan manusia merupakan hasil dinamika
interaksi atau transaksi antara kekuatan internal dan kekuatan eksternal. Interaksi merupakan dasar
bagi perkembangan manusia. Interkasi diartikan sebagai aktivitas saling mempengaruhi,
sedangkan bentuk interaksi yang terjadi kemungkinan adalah individu dipengaruhi lingkungan,
lingkungan dipengaruhi individu, atau individu dan lingkungan secara dinamis berinteraksi satu
sama lain sehingga mengalami perubahan. Atas dasar ini, keragaman perilaku dan perkembangan
hanya dapat dipahami secara utuh dalam konteks individu tersebut dengan lingkungannya.
Individu adalah bagian tak terpisahkan dari lingkungannya. Anak adalah bagian dari “sistem”,
terutama terhadap lingkungan yang terdekatnya (mini social system). Keragaman terjadi sebagai
hasil transaksi antara masing-masing individu dengan lingkungannya yang tiada henti (intensif dan
berkesinambungan) dalam suatu proses yang dinamis dan saling mempengaruhi. Hambatan
perkembangan pada anak berkebutuhan khusus dapat terjadi apabila dalam keseluruhan atau
sebagian interaksi antara anak berkebutuhan khusus dengan lingkungan, lingkungan kurang
mampu menyediakan struktur kemudahan, kesempatan atau peluang, stimulasi atau dorongan, dan
keteladanan bagi berkembangnya fitrah, potensi, atau kompentensi pribadi anak berkebutuhan
khusus secara positif, fungsional, serta bermakna bagi perkembangan optimal anak. Kondisi ini
pada umumnya ditandai dengan adanya gaps, discrepancy, disparity, discordance, disharmony,
atau imbalance antara kemampuan anak dengan tuntutan lingkungan.
Munculnya hambatan perkembangan pada anak, sebagai hasil interaksi yang tidak positif,
fungsional, dan bermakna antara anak berkebutuhan khusus dengan lingkungannya, dapat
termanifestasi dalam salah satu atau lebih aspek perkembangan, meliputi perkembangan
konsentrasi, atensi, persepsi, motorik, interaksi dan komunikasi, serta perkembangan emosi, sosial,
dan tingkah laku, atau gabungan dari hal-hal tersebut. Diantara hambatan-hambatan
perkembangan di atas, hambatan emosi, sosial, dan perilaku merupakan masalah-masalah yang
banyak ditemui pada anak-anak berkebutuhan khusus. Anak dengan hambatan perkembangan
emosi, sosial, dan perilaku pada umumnya ditandai dengan ketidakmampuannya untuk
menyesuaikan diri secara tepat terhadap lingkungannya atau munculnya gejala-gejala perilaku
yang tidak diharapkan berdasar atas kriteria normatif yang berlaku di lingkungannya. Hambatan
emosi yang terjadi pada anak-anak berkebutuhan khusus, pada umumnya disebabkan oleh adanya
deprivasi emosi, yaitu kurangnya kesempatan yang diberikan oleh lingkungan, terutama orang tua,
kepada anak untuk mendapatkan pengalaman emosional yang menyenangkan, khususnya cinta,
kasih sayang, perhatian, kegembiraan, kesenangan, kepuasan, dan rasa ingin tahu. Hal ini
mengingat tidak ada satu orang tua pun yang mengharapkan anaknya lahir dalam keadaan cacat
atau berkelainan, karena itu kehadiran anak berkebutuhan khusus (cacat) di tengah-tengah
keluarga cenderung melahirkan berbagai krisis psikologis. Pertama, krisis “kematian simbolik”
(symbolic death) yaitu hancurnya cita-cita terhadap anak yang didambakan, dan kedua, krisis yang
berkaitan dengan perawatan bimbingan, pendidikan, dan pengasuhan. Kondisi ini yang pada
akhirnya kemudian bermuara kepada lahirnya sikap-sikap penolakan, dan sikap ini dapat terus
berlangsung sepanjang kehidupan anak. Sikap penolakan menjadikan keberfungsian orang tua
selaku pengasuh, pembimbing, dan pendidik anaknya tidak berlangsung sebagaimana mestinya.
Sementara itu, pola emosi pada masa anak-anak menunjukkan kecenderungan untuk tetap bertahan
kecuali jika anak yang bersangkutan mengalami perubahan radikal dalam segi kesehatan,
lingkungan, atau hubungan personal atau sosialnya. Karena itu apabila hal ini berlangsung pada
masa kanak-kanak, apalagi terus berlanjut dalam waktu yang relatif lama, jelas tidak akan
menguntungkan bagi perkembangan emosi anak, karena akan lebih banyak belajar dari keluarga
atau lingkungannya tentang respon-respon yang tidak menyenangkan (unpleasant response) dari
pada kesempatan untuk belajar dari respon yang menyenangkan (pleasant response). Dengan kata
lain anak akan mendapat sedikit kesempatan untuk belajar mengekspresikan dan mengendalikan
emosinya secara tepat menuju tercapainya kesimbangan emosi.
http://warnaa-warnii.blogspot.co.id/2013/01/bimbingan-konseling-bagi-anak.html
Pengertian bimbingan dan konseling menurut Winkel (2004) “Pengertian program bimbingan dan
konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana dan terorganisasi dan terkoordinasi
selama periode waktu tertentu.” Berdasarkan kurikulum 2004 “Program bimbingan dan konseling
merupakan rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan pada periode
tertentu.” (Depdikbud, 2004:19). Menurut SK Mendikbud No. 025/0/1995 butir 1:
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun secara kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan
pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku (jenis layanan ada 7 butir, kegiatan
pendukung ada 5 butir).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling bagi
ABK adalah suatu kegiatan pelayanan bantuan kepada peserta didik atau siswa berkebutuhan khusus
disekolah oleh guru BK atau konselor secara terencana, terorganisir dan terkoordinasi yang dilaksanakan
pada periode tertentu, teratur dan berkesinambungan atau berkelanjutan.
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling bagi ABK adalah sesuai dengan tujuan
pendididikan, yang tertulis pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989 (UU
No. 2/1989), yaitu
Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jaSMPni dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. (Depdikbud, 1994:5)
Layanan bimbingan dan konseling bagi ABK secara umum disekolah bertujuan agar setelah
mendapatkan layanan bimbingan konseling anak dapat mencapai penyesuaian dan perkembangan yang
optimal sesuai dengan sisa kemampuannya, bakat dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Bagi ABK selain tujuan tersebut diatas, tekanan pencapaian tujuan lebih diarah untuk
membentuk kompensasi positif dari kecacatan yang dimilikinya. Mereka tidak begitu terganggu dengan
kecacatan yang ia miliki, tetapi justru ada usaha optimalisasi sisa kecacatan tersebut.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan layanan bimbingan dan konseling bagi ABK antara lain :
1) Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki berkenaan
dengan bakat, minat, sikap, perasaan dan kemampuannya.
2) Memahami lingkungan dengan baik, meliputi lingkungan pendidikan disekolah, lingkungan diasrama,
lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sosial masyarakat.
3) Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana yang didasarkan kepada pemahaman yang mendalam
tentang diri sendiri dan lingkungannya.
4) Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik disekolah maupun diluar
sekolah.
Secara umum fungsi bimbingan konseling dapat dibedakan menjadi lima (Mortensen dan
Schmuller, 1976; Moh. Surya, 1988: 38-42), yaitu :
Arti dari fungsi pencegahan adalah merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Layanan
yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat
menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi,
bimbingan karier, inventarisasi data dan sebagainya.
b. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa.
Pemahaman ini mencakup:
1). Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua , guru dan guru pembimbing
2). Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama
oleh siswa sendiri, orang tua guru, dan guru pembimbing.
3). Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan,
jabatan/pekerjaan dan/atau karier, dan informasi budaya/nilai-nilai), terutama oleh siswa.
c. Fungsi Perbaikan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja siswa masih
menghadapi masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi bimbingan
dan konseling yang akan menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami siswa.
d. Fungsi Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa
dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan
demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam
rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
e. Fungsi Penyaluran
Dalam fungsi penyaluran layanan bimbingan konseling membantu siswa untuk menyalurkan bakat, minat,
kecakapan dan kebutuhan dan sebagainya sesuai dengan keadaan pribadinya.
http://singokalijogo.blogspot.co.id/2012/08/bimbingan-konseling-bagi-anak.html
Secara umum, dikenal adanya dua pendekatan yang sering dilakukan dalam memberikan layanan
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu pendekatan kelompok/klasikal dan pendekatan
individual.
Selain pendekatan individu dan pendekatan kelompok, bagi anak berkebutuhan khusus ada
pendekatan lain yang berorientasi ke pencapaian hasil belajar anak, yaitu pendekatan remidial dan
pendekatan akseleratif. Pendekatan remidial bertujuan untuk membantu anak berkebutuhan khusus
dalam upaya mencapai kompetensi yang ditentukan dengan lebih menekankan pada hambatan atau
kekurangan yang ada pada anak berkebutuhan khusus. Pada pendekatan akseleratif bertujuan untuk
mendorong anak berkebutuhan khusus, utamanya anak berbakat untuk lebih lanjut menguasai
kompetensi yang ditetapkan berdasar assesmen kemampuan anak. Pendekatan akseleratif juga lebih
bersifat individual.
Strategi khusus dan isi layanan pendidikan bagi anak tuna netra menurut Hardman (dalam Suparno,
2008), meliputi 3 hal, yaitu sebagai berikut.
1) Mobility training and daily living skill, yaitu latihan untuk berjalan dan orientasi tempat dan ruang dengan
berbagai sarana yang diperlukan serta latihan keterampilan kehidupan keseharian yang berkaitan dengan
pemahaman uang, belanja, mencuci, memasak, kebersihan diri, dan membersihkan ruangan.
2) Tradisional curriculum content area, yaitu orientasi dan mobilitas, keterampilan berbahasa termasuk
ekspresinya dan keterampilan berhitung.
3) Communication media, yaitu penguasaan braille dalam komunikasi.
Annastasia Widjajanti dan Imanuel Hitipeuw (dalam Suparno, 2008) menyatakan bahwa layanan
khusus bagi anak tuna netra yaitu sebagai berikut.
Menurut Suparno (2008) ada beberapa cara dalam mengembangkan kemampuan komunikasi
anak tuna rungu, yaitu sebagai berikut.
1) Metode oral, yaitu cara melatih anak tuna rungu dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan
lingkungan orang mendengar.
2) Membaca ujaran, yaitu suatu kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir
lawan bicara sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian
makna pada apa yang diucapkan lawan bicara dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa turut
berperan.
3) Metode manual, yaitu cara mengajar atau melatih anak tuna rungu berkomunikasi dengan isyarat atau
ejaan jari. Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang ditangkap
melalui penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual. Bahasa isyarat
mempunyai beberapa komponen, yaitu: (a) ungkapan badaniah, (b) bahasa isyarat lokal, dan (c) bahasa
isyarat formal.
4) Ejaan jari. Ejaan jari adalah penunjang bahasa isyarat dengan menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara
garis besar dapat dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu: (1) ejaan jari dengan satu tangan (one handed), (2)
ejaan jari dengan kedua tangan (two handed), dan (3) ejaan jari campuran dengan menggunakan satu
tangan atau dua tangan.
5) Komunikasi total cara berkomunikasi dengan menggunakan salah satu modus atau semua cara komunikasi,
yaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik,
menggambar dan menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai kebutuhan dan kemampuan
seseorang.
c. Anak Tunadaksa
Menurut Frieda Mangunsong (dalam Suparno, 2008) layanan pendidikan bagi anak tuna daksa
perlu memperhatikan tiga hal, yaitu sebagai berikut.
a. Anak Berbakat
Layanan pendidikan bagi anak berbakat di sekolah dasar dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap
penjaringan (sreening) dan tahap seleksi (identifikasi). Dalam tahap penjaringan dilakukan oleh guru
dengan menganalisis hasil belajar anak dan menganalisis hasil observasi komitmen anak akan tugas dan
kreativitasnya. Setelah teridentifikasi bakat anak, langkah selanjutnya adalah menentukan layanan
pendidikan bagi mereka. Ada berbagai macam layanan pendidikan bagai anak berbakat, yaitu: 1) layanan
akselerasi, yaitu layanan tambahan untuk mempercepat penguasaan kompetensi dalam merealisasi bakat
anak, 2) layanan kelas khusus, yaitu anak yang berbakat unggul dikelompokkan dalam satu kelas dan
diberikan layanan tersendiri sesuai dengan bakat mereka, 3) layanan kelas unggulan, sama dengan
layanan kelas khusus hanya berbeda dalam model pengayaannya, dan 4) layanan bimbingan sosial dan
kepribadian.
b. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar spesifik menurut Jerome Rosner
(dalam Suparno, 2008) ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1) Layanan Remidiasi
Layanan remidiasi terfokus pada upaya menyembuhkan, mengurangi, dan jika mungkin mengatasi
kesulitan yang dialami anak.
2) Layanan Kompensasi
Layanan kompensasi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan belajar khusus di luar
lingkungan belajar yang normal, sehingga memungkinkan anak memperoleh kemajuan dalam
pembentukan perseptual dan bahasa.
3) Layanan Prevensi
Layanan prevensi adalah layanan yang diberikan sebelum anak mengalami ketunacakapan belajar
di sekolah. Layanan ini diawali dengan melakukan identifikasi terhadap aspek-aspek yang dimungkinkan
menimbulkan atau menyebabkan ketunacakapan belajar.
http://dedimahgunaguna.blogspot.co.id/2013/03/pendekatan-layanan-pendidikan-anak.html
Makalah Anak Berkebutuhan Khusus : Bimbingan Bagi Murid Cerdas dan Berbakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bimbingan di SD adalah bimbingan bagi anak cerdas dan berbakat. Pelaksanaan
bimbingan anak cerdas dan berbakat merupakan amanah rakyat yang dituangkan dalam GBHN 1993 dan
UU Nomor 2 Tahun 1998 tentang sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu, pemahaman tentang siapa
anak cerdas dan berbakat hendaknya multidimensional. Oleh karena itu, penghampiran pengertian anak
cerdas dan berbakat hendaknya menyeluruh.
Bimbingan bagi anak cerdas dan berbakat hendaknya mengacu pada karakteristik dan
kebutuhan murid itu sendiri. Pemahaman akan kebutuhan dan karakteristik anak cerdas dan berbakat
merupakan fondasi bagi guru dalam memberikan bimbingan bagi anak cerdas dan berbakat. Berbagai
bentuk program pengembangan murid cerdas dan berbakat, salah satu di antaranya dapat di dekati dari
bimbingan dan konseling tekhnik bimbingan merupakan alternatif yang dapat diterapkan dalam
mengembangkan kemampuan anak cerdas dan berbakat. Penyelenggaraan kelas unggulan di SD yang
telah dirintis sejak tahun ajaran 1996/1997, merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
mengembangkan anak cerdas dan berbakat, khususnya bakat akademik.
B. Masalah Penulisan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penulisan yang ada dalam makalah ini
adalah :
6. Bagaimana penyelenggaraan kelas unggulan sebagai model bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat?
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Murid Cerdas dan Berbakat
Guna menjawab siapa murid yang cerdas dan berbakat memang bukan hal yang mudah,
bergantung pada filosofis, defenisi, penentuan presentase, prosedur, seting/adegan, model dan model
pengayaan yang digunakan. Sampai sekarang belum ada defenisi tunggal dan sulit untuk dirumuskan yang
mencakup seluruh pengertian anak berbakat, bahkan istilah anak berbakat diterjemahkan dari “gifted
child“ masih nampak digunakan dalam berbagai sebutan. Bakat adalah kemampuan yang merupakan
sesuatu yang “interent” dalam diri seseorang di bawa sejak lahir dan terkait erat dengan struktur otak.
Secara genetis struktur otak itu sangat ditentukan oleh caranya lingkungan berinteraksi dengan anak
manusia itu. Salah satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki
kecerdasan yang lebih tinggi dari pada anak normal, sebagaimana diukur oleh alat ukur kecerdasan yang
sudah baku.
Sementara itu ada pandangan lain, dan pandangan ini lebih banyak dianut, yang cenderung
menekankan bahwa masalah keberbakatan harus didekati dari sudut pandang berdimensi ganda.
Menurut pandangan ini keberbakatan tidak hanya ditinjau dari segi kecerdasan tapi juga dilihat dari segi
prestasi, kreativitas dan karakteristik pribadi dan sosial lainnya. Pengertian anak cerdas berbakat menurut
dokumen resmi pemerintahan digunakan istilah yang berbeda.
Istilah murid cerdas dan berbakat merupakan terjemahan dari “gifted” yang berarti kemampuan
intelektual tinggi. Jadi murid cerdas dan berbakat adalah murid yang memiliki kemampuan intelektual
atau taraf inteligensi yang unggul. Dengan keunggulan ini ia di harapkan memiliki peluang besar untuk
mencapai prestasi tinggi dan menonjol didalam bidang pekerjaanya. (Adni Hakim Nasution dalam S.C
Utami Munadar, 1985:4).
Sedangkan Clark (1988:6) mengatakan bahwa murid cerdas dan berbakat ialah anak-anak yang
menampilkan kapasilitas unjuk kerja yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik,
kepemimpinan, kemampuan, atau lapangan-lapangan akademik tertentu, dan memerlukan, layanan-
layanan atau kegiatan-kegiatan yang tidak biasa di sediakan oleh sekolah dalam rangka untuk
mengembangkan kemampuannya secara penuh.
Menurut skala yang dibuat oleh Wechsler, murid cerdas berbakat adalah murid yang memiliki
taraf intelegensi 130 atau lebih, yang di bedakan atas luar biasa cerdas atau gifted (IQ 145 ke atas) dan
sangat cerdas atau superior (IQ 130-144). Yang banyaknya 2,5% dari banyaknya murid.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah yang di maksud murid cerdas berbakat adalah murid yang
memiliki taraf intelegensi sangat tinggi, serta memiliki tingkat kreativitas yang tinggi pula, dan dengan
kemampuanya memungkinkan bagi dirinya berhasil dengan baik dalam pekerjaan atau karirnya. Murid
seperti ini umumnya memerlukan program khusus yang terencana selain dari program umumnya
biasanya di laksanakan di sekolah untuk pengembangan kemampuanya.
Undang-undang No. 2/1989 pasal 8 ayat (1) dan (2) mengatakan bahwa:
(1) Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa
(2) Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian
khusus
Landasan hukum akan perlunya pemberian perhatian khusus kepada murid cerdas dan berbakat
memperkuat asumsi bahwa kelompok peserta didik tersebut memiliki kebutuhan dan karakteristik yang
berbeda dari peserta didik yang berkemampuan dan berkecerdasan normal.
GBHN 1993 telah mengamanatkan bahwa “anak didik berbakat istimewa perlu mendapatkan
perhatian khusus agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan tingkat pertumbuhan
pribadinya”. Lebih khusus lagi Kurikulum Pendidikan Dasar 1994 menekankan perlunya pelayanan
bimbingan dan konseling bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (Depdikbud.
1993b).
Para ahli dengan hasil penelitiannya (Thompson, Berger, Berry, 1980; Krech, 1969; Maclean,
1979) menunjukkan bahwa secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak-anak cerdas
dan berbakat dengan anak normal. Anak cerdas dan berbakat mampu memfungsikan kedua belahan otak
kiri dan otak kanan sebagai alat berfikir dan seluruh fungsi-fungsi lain (rasa, pendirian dan intuisi) secara
terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif.
Perbedaan program pendidikan anak cerdas berbakat dengan anak biasa bukan sekedar
berbeda tetapi secara kualitatif memang harus berbeda. Perbadaan kualitatif ini mutlak perlu karena
anak cerdas berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan serta permasalahan yang berbeda dari peserta
didik biasanya
Anak cerdas berbakat pada umumnya umumnya memiliki karakteristik seperti berikut:
13. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang
diminati
Clark mengemukakan secara kualitatif anak cerdas berbakat menunjukkan karakteristik yang
berbeda dari anak normal dalam aspek kognitif, afektif, sensasi fisik, intuisi, dan kemasyarakatan. Dalam
upaya pengembangan model program pendidikan yang kondusif bagi anak cerdas berbakat perlu
dilakukan analisis kebutuhan dan permasalahan perkembangan yang mungkin muncul dari aspek yang
disebutkan diatas serta implikasinya bagi pengembangan program pendidikan.
1. Perkembangan fisik
Selama usia sekolah, anak berbakat sangat mungkin mengalami kesenjangan antara
perkembangan fisik dan intelektual dan sekolah secara tak sengaja mungkin menghambat aktifitas
mereka. Apabila perkembangan intelektualnya lebih cepat dari pada perkembangan fisik maka anak akan
merasa tidak kuat secara fisik. Sementara jika tuntutan sensasi fisik kurang menantang akan menjadikan
anak berbakat kurang tertarik dan tak memperoleh kepuasan melakukan kompetisi di dalam kelompok
sebaya.
Melihat karakteristik dan kebutuhan fisik anak berbakat, maka program pendidikan bagi mereka
sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan untuk melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya
interaksi dan asimilasi dan sensorik, apresiasi kapasitas fisik, menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan
kesenangan, kepuasan menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran dan
badan.
2. Perkembangan kognitif
Para ahli dengan hasil penelitiannya ( thompson, berger, berry, dan mac. lean ) menunjukkan
secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak berbakat dengan anak normal. Anak
berbakat mampu kedua belahan otak kiri dan kanan sebagai alat berfikir dan seluruh fungsi-fungsi lain.
Secara terintegritas sehingga mewujudkan perilaku kreatif.
Berbagai karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat menunjukkan kemudahan yang
dimilikinya dalam belajar. Namun, hendaknya ciri itu tidak menjadikan kita berfikir bahwa anak berbakat
akan selalu mudah untuk menjadi peserta didik terpadani di kelasnya. Apabila karakteristik tersebut tidak
tersalurkan sebagaimana mestinya maka tak mustahil muncul masalah–masalah perkembangan.
Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertai dengan kemampuan intuitif yang akan mengarahkan
kepada pemunculan prilaku kreatif. Kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari keberbakatan. Kaitan intuisi
dengan prilaku kreatif ialah bahwa fungsi intuisi berperan dalam pemunculan inisiatif, imajinatif, dan
wawasan bertindak yang mengarah kepada prilaku kreatif. Para ahli yang menekuni kreativitas
tampaknya cenderung menyimpulkan bahwa prilaku kreatif merupakan integrasi fungsi–fungsi fisik
maupun psikis dan bukan semata–mata prilaku intelektual.
Keunikan intuisi anak berbakat ditandai dengan kecenderungan untuk terlibat dan peduli
terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena–fenomena metafisik, terbuka terhadap pengalaman–
pengalaman metafisi, dan menunjukkan prilaku kreatif dalam banyak hal. Karena kekuatan imajinatif yang
luar biasa, sehingga bisa menimbulkan cemoohan sesamanya atau tidak mendapatkan tanggapan serius
dari orang lain yang lebih tua usianya karena di pandang berperilaku aneh, menyimpang, dan dianggap
sebagai pembuat kekacauan.
3. Perkembangan Emosi
Karakteristik kemampuan kognitif yang tinggi pada anak berbakat dan kepekaannya terhadap
dunia sekitar menjadikan anak berbakat memiliki akumulasi informasi yang banyak.apabila dengan fungsi
kognitif dia mampu mengolah informasi dan menumbuhkan kesadaran akan diri dan dunianya akan
menjadikan anak berbakat menunjukkan perkembangan emosi yang lebih matang dan stabil. Kesadaran
yang tinggi ini akan disertai dengan perasaan yang berbeda dari murid yang lain Di sisi lain karakteristik
kognitif yang tinggi belum tentu di sertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula.
Akumulasi informasi yang terjadi pada anak berbakat karena sensitifitas atau kepekaannya terhadap
dunia sekitar mungkin tidak mencuat ke kesadaran. anak berbakat seringkali menunjukkan harapan yang
tinggi terhadap dirinya maupun orang lain. Karena harapan ini tidak selalu disertai dengan kesadaran diri,
maka tidak jarang menbawa dirinya menjadi frustasi terhadap dirinya, orang lain maupun situasi.
Karakteristik kehidupan emosi murid berbakat separti itu menghendaki keseimbangan
dengan pengembangan fungsi kognitif yang ada pada dirinya untuk mengembangkan kesadaran akan
dunianya.jika tidak, maka prilaku bermasalah yang mungkin muncul adalah rawan terhadap kritikan orang
lain, kebutuhan untuk diakui yang berlebihan, bersikap sinis dalam mengkritik orang lain yang akan
menimbulkan gangguan antar pribadi. Motovasi dan daya saing yang kuat, hasrat ingin tahu yang besar,
dan minat eksplorasi yang tiada terunjang pada anak berbakat mungkin dapat menumbulkan keirian
mereka terhadap gurunya. Karena gurunya dirasakan tidak memahami kebutuhannya. Akibatnya mereka
memiliki gambaran diri yang terlalu tinggi, selalu menganggap benar pendapat sendiri yang dapat
menumbuhkan kesan bersikap angkuh dan sombong.
4. Perkembangan sosial
Karakteristik perkembangan sosial anak berbakat temuan dan generalisasi sering kali
menunjukkan karakteristik populasi yang selalu tidak dapat diterapkan secara individual. Kecenderungan
menunjukkan bahwa perkembangan sosial anak berbakat memang lebih baik dari pada anak yang normal
pada umumnya. Clark menghimpun dan menyimpulkan berbagai hasil studi yang dilakukan banyak ahli
tentang perkembangan sosial dan emosional anak berbakat sebagai berikut :
Anak berbakat, jika di bandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih senang dan puas dengan
keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar pribadi.
Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian nasional yang lebih baik dari pada anak normal
lainnya walaupun kecenderungan ini lebih erat kaitannya dengan latar belakang sosial ekonomi dari pada
dengan kecerdasan.
Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkomformitas terhadap pendapat sebayanya lebih
dominan, lebih mempu mengendalikan lingkungan, dan lebih kompetitif.
Anak berbakat menunjukkan kecakapan kemimpinan dan menjadi terlibat dalam kegiatan dan kepedulian
sosial.
Anak berbakat lebih cenderung memilih teman yang memiliki kesebayaan usia intelektual dari pada
memilih teman yang secara kronologis berada pada usia yang sama.
Karakteristik perkembangan sosial anak berbakat seperti di uraikan di atas dapat menimbulkan
prilaku bermasalah, seperti frustasi atas perasaan–perasaan yang tak tertantang, potensi kepemimpinan
yang tak berkembang karena mungkin tidak memperoleh kesempatan, kecenderungan mengambil
pemecahan masalah secara cepat tanpa memperhitungkan kompleksitas masalah.
Identifikasi anak cerdas dan berbakat pada dasarnya dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu :
Dalam identifikasi ini, penggunaan tes kecerdasan dan tes lain seperti minat, kreativitas,
motivasi juga penting dilakukan. Dengan demikian pada dasarnya ada dua pendekatan untuk
mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat, yaitu dengan cara studi kasus, dan melalui tes, atau
penggabungan keduanya. Identifikasi di sekolah dapat dilakukan melalui tahap:
1. Akselerasi (acceleration)
Model akselerasi bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari memasuki SD pada usia dini,
loncat kelas atau mengikuti bidang studi tertentu di kelas tinggi.
2. Pengayaan (enrichment)
Model pengayaan yaitu dengan memberikan tugas–tugas tambahan bagi siswa yang memiliki
kemampuan unggul. Model ini dapat memenuhi harapan anak cerdas berbakat dengan tidak memisahkan
mereka dari teman–teman yang biasa.
3. Kelas khusus (ability grouping)
Model ketiga adalah pengelompokkan berdasarkan kemampuan. Model ini dapat berupa kelas
khusus di dalam sekolah. Model pengelompokkan berdasarkan kemampuan di khawatirkan akan
menumbuhkan sikap ekslusif, elitisme dan memiliki perasaan berbeda dari yang lain.
4. Bimbingan Konseling
Bagi anak-anak cerdas dan berbakat, bimbingan konseling merupakan sebuah kebutuhan.
Memahami kekhasan siswa cerdas dan berbakat serta peranan konseling dalam menangani permasalahan
yang timbul akibat kekhasannya adalah sangat penting. Dimana guru sebagai konselor bagi siswa
berkemampuan unggul sangat penting peranannya.
Layanan bimbingan bagi Anak Cerdas Berbakat tetap bertolak belakang dari pandangan tentang
hakekat manusia sebagai makhluk pribadi, sosial dan mehluk tuhan. Dengan kata lain, Anak Cerdas
Berbakat dipandang sebagai suatu keutuhan pribadi sehinggan program layanan bimbingan yang
dikembangkan mampu menyentuh semua dimensi perkembangan secara utuh.
Sejalan dengan karakteristik dan kebutuhan yang di uraikan sebagai hasil temuan studi, dimensi
keutuhan perkembangan pribadi yang di maksud akan mencakup unsur-unsur berikut:
Kemampuan anak berbakat yang cenderung berkembang lebih awal dari usia pada umumnya
menghendaki layanan pendidikan yang memungkinkan anak memperolah pengalaman memadukan pola
perkembangan berfikir dengan perkembangan fisik. Layanan bimbingan yang bisa diberikan ialah
membantu anak memilih kegiatan fisik yang sesuai sengan perkembangannya dan memberikan peran-
peran yang sesuai dikelompoknya.
Beberapa implikasi managerial bagi penataan layanan bimbingan anak berbakat disekolah dasar
yang perlu di perhatikan adalah :
Menyediakan kesempatan dan pengalaman khusus untuk memenuhi kebutuhan anak berbakat sehingga
mereka dapat mengembangkan potensinya secara berkesinambungan.
Menata lingkungan yang dapat memperkaya pertumbuhan intelektual, afektif, intuisi dan sosial.
Memungkinkan terjadinya partisipasi dan kerjasama yang dilakukan oleh anak berbakat dan orang tua.
Menyediakan waktu, tempat, dan dukungan bagi anak berbakat yang memungkinkan dirinya menjadi
sebagaimana mereka bisa menjadi.
Mendorong anak berbakat menemukan tempat dirinya dalam perkembangan manusia dengan
menemukan kecakapannya dan bidang – bidang dimana dia dapat berkontribusi.
Menyediakan kesempatan bagi anak berbakat untuk berinteraksi dengan sesamanya dan orang dewasa
dari berbagai ragam kecakapan yang memungkinkan dia menemukan keunikan dan ketertarikan dirinya.
F. Penyelenggaraan Kelas Unggulan sebagai Model Bimbingan bagi Anak Cerdas Berbakat
1. Pengertian Kelas Unggulan
Kelas unggulan adalah kelas yang terdiri atas sejumlah siswa yang karena prestasinya menonjol di
kelompok di kelas tertentu pada SD (Depdikbud.1996). Program pengajaran pada kelas unggulan adalah
program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku ditambah dengan pendalaman materi
matematika atau berhitung dan IPA serta pelajaran Bahasa Inggris. Pengelompokkan ini dimaksud untuk
memudahkan membina siswa oleh guru dalam mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada
siswa seoptimum mungkin sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Siswa yang direkrut adalah siswa kelas IV dengan pertimbangan bahwa siswa kelas IV telah mulai
dapat berfikir rasional baik pada SD inti maupun SD imbas.
Siswa peserta kelas unggulan harus bersekolah pada SD inti/imbas pada gugusannya.
Merupakan murid pada jenjang kelas tinggi di mulai kelas IV pada tahun ajaran baru.
Memiliki bakat dan minat serta prestasi yang konsisten sejak kelas I sampai kelas III melalui rekaman
pengamatan dan tes psikologi.
Merupakan murid berprestasi disekolahnya dan memiliki ranking 1 sampai 10.
Lulus seleksi tes kemampuan akademik dan kesehatan untuk keperluan ini perlu diadakan alat seleksi yang
standar.
Mendapat rekomendasi dari kepala sekolah tempat asal siswa bersekolah.
Mendapatkan izin tertulis dari orang tua/wali murid yang isinya bersedia patuh mengikuti tata tertib
penyelenggaraan kelas unggul.
Apabila pada setiap akhir tahun pelajaran tidak mampu menunjukkan keberhasilan prestasi belajarnya, di
tempatkan pada kelas biasa di SD yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murid cerdas dan berbakat adalah murid yang memiliki taraf intelegensi sangat tinggi serta
memiliki tingkat kreativitas yang tinggi pula, dan dengan kemampuannya memungkinkan baginya berhasil
dengan baik dalam pekerjaan atau karirnya.
Perbedaan program pendidikan anak cerdas dan berbakat dengan anak biasa bukan sekedar
berbeda tetapi secara kualitatif memang harus berbeda. Perbedaan kualitatif ini mutlak perlu karena
anak-anak cerdas dan berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan serta permasalahan yang berbeda
dari peserta didik biasanya.
Untuk mengidentifikasi siswa cerdas dan berbakat yaitu dengan penggunaan tes kecerdasan dan
tes lain seperti minat, kretivitas, motivasi juga penting dilakukan. Ada dua pendekatan untuk
mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat, yaitu dengan cara studi kasus dan melalui tes, atau
penggabungan keduanya.
1. Akselerasi (acceleration)
2. Pengayaan (enrichment)
3. Kelas khusus (ability grouping)
4. Bimbingan Konseling
Sejalan dengan karakteristik dan kebutuhan anak cerdas dan berbakat sebagai hasil temuan
studi, dimensi keutuhan perkembangan pribadi yang dimaksud akan mencakup unsur-unsur berikut:
B. Saran
Orangtua seharusnya merasa perlu menambah wawasan tentang tumbuh kembang anak,
sehingga bisa secara dini mengetahui hal-hal tidak biasa yang ada pada diri anak.
Seorang tenaga pendidik juga harus menguasai substansi mata pelajaran yang akan diajarkannya
di dalam kelas, tentunya hal ini akan memudahkan guru dalam mengambil pendekatan sesuai dengan
kepribadian si anak.
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo Hartadiningrat, dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
http://atangsutisnabdj.blogspot.com/2014/02/bimbingan-bagi-anak-cerdas-berbakat.html
http://hapis-punya.blogspot.co.id/2014/06/makalah-anak-berkebutuhan-khusus.html
Disusun oleh:
Defi Sri Harwati (7101413194)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan Laporan Observasi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMK
Negeri 2 Puworejo. Laporan ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan
dan Konseling.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, sehingga laporan observasi ini bisa selesai tepat pada waktunya. Laporan
observasi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan,
terutama dalam segi penyusunan, bahasa, dan penulisannya. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan
observasi ini.
Semoga, laporan observasi ini memberi banyak pengetahuan dan gambaran
mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dan bisa bermanfaat bagi
semua pihak.
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................ iii
BAB I ........................................................... Pendahuluan 1
A. Latar Belakang Penugasan............................................ 1
B. Profil Sekolah .............................................................. 1
C. Profil BK di Sekolah..................................................... 2
D. Rumusan Masalah........................................................ 2
E. Tujuan.......................................................................... 3
F. Manfaat ....................................................................... 3
BAB II Temuan Hasil Pendataan dan Informasi................ 4
A.Transkip Wawancara.................................................... 4
BAB III Kajian Teori tentang BK........................................ 9
A.Pengertian BK............................................................... 9
B. Latar Belakang Perlunya BK........................................ 10
C. Asas-Asas BK.............................................................. 11
D.Fungsi BK..................................................................... 11
E. Bidang BK.................................................................... 12
BAB IV Analisis dan Pembahasan....................................... 14
A.Analisis Pelaksanaan BK di SMK N 2 Purworejo........ 14
BAB IV Penutup................................................................... 21
A.Simpulan...................................................................... 21
B. Saran............................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 22
LAMPIRAN.......................................................................... 23
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang
ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan
pengertian konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu
yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Bimbingan dan konseling merupakan layanan dalam sekolah yang bertujuan
untuk membentuk dan memantapkan pribadi-pribadi yang baik pada siswa, juga
membantu proses perkembangan siswa dengan segala macam hambatannya. Dalam
suatu sekolah dengan sekolah yang lainnya mempunyai cara yang berbeda dalam
memberikan pelayanan ini, entah itu dalam hal fasilitas, teknik maupun yang lainnya.
Observasi ini bertujuan untuk mencari tahu tentang bagaimana pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling di SMK N 2 Purworejo.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistem layanan bimbingan dan konseling di SMK N 2 Purworejo?
2. Bagaimana pelaksanaan keenam bidang bimbingan bimbingan dan konseling di
SMK N 2 Purworejo?
D. TUJUAN
E. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Mahasiswa menjadi tahu dan paham bagaimana sistem layanan bimbingan dan
konseling di SMK N 2 Purworejo. Mahasiswa juga menjadi tahu dan paham
bagaimana pelaksanaan keenam bidang bimbingan bimbingan dan konseling di
SMK N 2 Purworejo. Sehingga akan sadar bagaimana pentingnya layanan
Bimbingan dan Konseling dalam dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Setelah tahu dan paham bagaimana sistem layanan bimbingan dan konseling
serta bagaimana pelaksanaan keenam bidang bimbingan dan konseling di SMK N 2
Purworejo diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatkan
dalam dunia kerja nanti, yaitu saat menjadi guru kelak. Serta diharapkan mahasiswa
mampu menganalisis kekurangan penerapan bimbingan dan konseling di sekolah
dan mampu memberi solusi terbaik dalam implementasi di dunia kerja nanti dengan
mempertahankan yang sudah baik.
BAB II
TEMUAN HASIL PENDATAAN DAN INFORMASI
A.Hasil Wawancara
Penanya : Assalamualaikum Wr.Wb
Narasumber : Wa’alaikumsalam Wr.Wb
nanya : Saya mahasiswa dari Universitas Negeri Semarang ingin melakukan observasi
tentang pelaksanaan BK di SMK N 2 Purworejo. Dalam melaksanakan observasi ini
saya akan bertanya seputar bimbingan dan konseling di SMK N 2 Purworejo kepada
Bapak. Apakah Bapak berkenan?
Narasumber : Iya tentu saja. Silakan dimulai saja!
Penanya : Iya Pak, apa jabatan atau posisi bapak di BK?
Narasumber : Saya menjabat sebagai guru BK.
anya : Ada berapa guru BK di SMK N 2 Purworejo, dan bagaimana
struktur organisasinya?
asumber : Disini tidak ada struktur organisasinya, kami hanya terdiri dari satu koordinator dan
4 guru BK. Koordinator ada Bu Pratiwi, sedangkan guru BK ada saya sendiri, Bu
Ida, Bu Marfuah, dan Bu Kitin.
anya : Lalu apakah semua guru BK lulusan S1 bimbingan dan konseling?
asumber : Tidak, Bu Pratiwi, Bu Ida, dan Bu Marfuah lulusan dari BK, tetapi saya dari
psikologi pendidikan, sedangkan Bu Kitin S1 akuntansi tetapi sertifikasinya
mengambil bimbingan dan konseling.
anya :Berarti Bapak bukan lulusan BK ya Pak, apakah Bapak mengalami kesulitan
ketika Bapak sekarang mengampu BK?
asumber : Psikologi pendidikan dan BK sebenarnya saling berkaitan, bisa dibilang juga
bimbingan dan konseling merupakan bagian dari psikologi pendidikan, jadi tidak
begitu berbeda, masalah kejiiwaan, psikologi pendidikan lebih luas dari bimbingan
dan konseling. Tetapi jujur waktu pertama, saya mengalami kesulitan, mungkin
karena masih kurang pengetahuan tentang bimbingan dan konseling dan masih
memerlukan adaptasi juga. Saya terus belajar dan juga banyak bertanya kepada guru
BK lainnya yang lebih ahli sampai saya bisa mendalami dan menikmati jabatan saya
sebagai guru BK.
anya : Apakah di SMK N 2 Purworejo menggunakan kurikulum 2013 pak?
asumber : Kelas X dan kelas XI sudah, tetapi kelas XII masih menggunakan KTSP.
anya : Berarti sudah tidak ada jam untuk BK masuk ke kelas lagi pak?
Narasumber : Tidak, hanya kelas XII yang masih ada jam BK
anya : Apakah menurut Bapak pelayanan BK tetap bisa efektif walaupun tanpa ada
jam masuk kelas pak?
asumber : Sangat tidak efektif. Pelayanan BK menjadi tidak maksimal. Untuk memberi
pelayanan bimbingan dan konseling, harus ada keterdekatan antara yang dibimbing
dan pembimbing, kalau tidak ada jam BK, bagaimana siswa bisa mengenal guru-
guru BK, bagaimana juga guru BK dekat dengan para siswa?
Penanya : Lalu bagaimana usaha dari BK untuk mengatasi hal tersebut?
asumber : Sampai saat ini, kami kadang meminta jam kepada salah satu guru untuk masuk ke
kelas, tetapi kalau terlalu sering kami juga tidak enak. Kami sendiri masih
mengalami kesulitan untuk mendekati siswa-siswa dan masih mencari cara
bagaimana agar tetap memaksimalkan pelayanan bimbingan dan konseling
walaupun tidak ada jam untuk masuk ke kelas.
anya : Berarti pelayanan BK hanya dari mereka-mereka yang ke ruang BK saja ya
pak?
asumber : Sampai saat ini iya, dan itu kebanyakan dari kelas XII yang masih ada jam BK.
anya : Kira-kira berapa rata-rata siswa yang datang ke BK setiap harimya pak?
Narasumber : Ya rata-rata tiga-emapatan siswa, tetapi setiap hari pasti ada.
Penanya : Berarti setiap hari guru BK stand by di ruang BK ya pak?
Narasumber : Tentu saja iya.
anya : Dari siswa-siswa yang datang ke BK itu lebih banyak yang konsultasi apa
yang bermasalah pak?
asumber : Kami belum pernah mempresentasekan, tetapi sepertinya seimbang.
anya : Kebanyakan siswa itu beranggapan bahwa BK itu tempatnya siswa bermasalah,
padahal hal tersebut salah ya pak, mungkin itu salah satu faktor mengapa masih
jarang siswa yang datang ke BK untuk berkonsultasi, kira-kira menurut Bapak
bagaimana untuk menghapus anggapan tersebut dari para siswa pak?
asumber :Nah itu, seharusnya kita harus mendekati mereka, menjelaskan kepada mereka
tentang pelayanan BK yang sesungguhnya, apalagi mereka yang baru masuk ke
SMA/SMK, di SMP itu lebih kental anggapan bahwa BK itu tempatnya siswa
bermasalah. Seharusnya cara yang tepat ya dengan adanya jam BK dan
menjelaskannya pada saat itu, tetapi sekarang menjadi sangat sulit, kami hanya
memberikan pengetahuan BK dari masa orientasi siswa saja, jadi itu masih menjadi
PR bagi kami.
anya :Di BK itu ada enam bidang bimbingan ya pak, ada bidang kehidupan pribadi,
bidang sosial, bidang belajar, bidang karir, bidang kehidupan berkeluarga dan
bidang keberagamaan. Bagaimana pelayanan ke-6 bidang layanan tersebut pada
siswa pak?
asumber :Kalau di kelas XII kami menggunakan acuan RPP dan setiap pertemuan kami
memberikan materi yang di dalamnya mengandung ke-6 bidang layanan tersebut.
Tetapi untuk sekarang, yang tidak ada jam BK ya hanya melalui konsultasi apabila
ada siswa yang datang dan menanyakan tentang ke-6 bidang tersebut.
anya : Kalau dari konsultasi, paling banyak mereka bertanya tentang bidang apa pak?
asumber : Beragam si, tetapi lebih banyak di bidang karir,terutama yang kelas XII, bidang
lainnya juga ada, seperti siswa yang ingin pindah agama, siswa yang ingin
mengembangkan bakatnya, siswa yang sedang mempunyai masalah dengan
temannya dan masih banyak yang lainnya.
anya :Berkaitan dengan layanan di bidang karir, apakah dari sekolah ada kerja sama
dengan pihak luar pak?
asumber :Tentu saja ada, kami juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk
menyalurkan lulusan ke sana, dan untuk siswa yang ingin melanjutkan pendidikan,
banyak dari universitas-universitas baik negeri maupun swasta yang melakukan
sosialisasi disini, nanti juga setiap tahunnya kami membuka expo dan di dalamnya
banyak stand-stand dari berbagai universitas.
anya : Selain enam bidang bimbingan juga ada kegiatan pendukung yang diantaranya
adalah alih tangan kasus dan kunjungan rumah. Apakah pernah ada kasus yang tidak
bisa diatasi oleh BK kemudian di alih tangankan pak?
asumber : Ada, tetapi kami tidak bisa mengatakan kasusnya. Apabila memang ada kasus yang
kami sudah tidak bisa mengatasi, kami tidak bisa memaksakan, pasti kami langsung
mengalihkannya kepada yang lebih ahli.
Penanya : Kalau kunjungan rumah, apakah sering dilakukan pak?
asumber : Iya sering, ada beberapa siswa yang sering tidak berangakat sekolah, sehingga kami
mengunjungi kerumahnya untuk mencari tahu sebenarnya ada faktor apa.
anya :Apakah kebanyakan orang tua dari siswa juga mengetahui bahwa anaknya
tidak masuk sekolah pak?
asumber : Ada yang iya dan ada yang tidak. Tetapi kebanyakan tidak, mereka tahunya anak
mereka berangkat sekolah setiap hari, tetapi ternyata tidak.
anya :Lalu apakah dari kunjunagn rumah tersebut berhasil mengubah perilaku siswa
yang bermasalah tersebut pak?
asumber :Ada yang berhasil dan bahkan siswa menjadi rajin sekolah dan belajar, tetapi ada
juga yang tidak, ada yang akhirnya keluar sekolah karena faktor tertentu.
anya :Seperti itu ya pak. Itu saja yang kami tanyakan, terima kasih atas waktu dan
informasi yang bapak berikan.
Narasumber : Iya sama-sama.
BAB III
KAJIAN TEORI TENTANG BK
E. Bidang Bimbingan
1. Bidang Kehidupan Pribadi
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami,
menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, sesuai
dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2. Bidang Kehidupan Sosial
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan
teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
3. Bidang Kegiatan Belajar
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah dan belajar secara mandiri.
4. Bidang Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pemantapan Karir
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
5. Bidang Kehidupan Berkeluarga
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam merencanakan
kehidupan keluarga dan keragaman persoalan persiapan membentuk keluarga.
6. Bidang Kehidupan Keberagaman
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik untuk memantapkan diri dalam
memahami dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi dan
sosial.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Latar Belakang
Sebagai bagian integral dari proses pendidikan, bimbingan dan konseling (BK) memiliki
fungsi dan peranan strategis. Melalui layanan BK para siswa diharapkan mampu mengenal
dirinya, mengenal lingkungannya dan mempu merencanakan masa depannya. Dalam
pelaksanaannya keberhasilan layanan BK sangat ditentukan oleh kerjasama yang harmonis
diantara seluruh personil sekolah, baik kepala sekolah, wali kelas, maupun guru bidang studi,
bahkan siswa itu sendiri. Selain itu, untuk mampu mewujudkan layanan bimbingan dan
konseling kepada semua siswa program layanan dan bimbingan di sekolah perlu dikelola
dengan baik.
Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling pada tiap satuan pendidikan tentulah tidak
sama. Karena mereka (para guru) mengahadapi siswa yang tidak sama pula. Setiap daerah
dengan kondisi sosial yang berbeda juga akan mempengaruhi bagaimana suatu program
bimbingan dan konseling dikelola. Maka dari itu pengelolaan bimbingan dan konseling
sangatlah diperlukan agar tujuan pemberian layanan dan bimbingan itu sendiri dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Dalam laporan ini, dipaparkan instrumen dan program layanan
bimbingan dan konseling sebagai salah satu bentuk nyata pelaksanaan layanan BK di tingkat
satuan pendidikan.
1. Rumusan Masalah
2. Bagaimana penerapan fungsi manajemen dalam layanan BK di SDN Puren di SDN
Puren?
3. Bagaimana mekanisme penanganan efektif di SDN Puren?
Dasar Teori
Manajemen memiliki empat unsur yaitu planning, organizing, actuating dan controlling
(POAC). Terlepas dari itu semua manajemen juga harus menggunakan prinsip efektif dimana
arti kata efektif merupakan suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan
yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa
pilihan lainnya.
Bimbingan dan konseling antara lain bertujuan memberikan hasil-hasil nyata untuk
pemenuhan kebutuhan warga sekolah. Seluruh kegiatan dalam organisasi bimbingan dan
konseling perlu diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut, karena dengan kegiatan yang
demikianlah optimalisasi perkembangan siswa dapat ditingkatkan. Perkembangan bimbingan
dan konseling yang demikian perlu didasarkan atas prinsip-prinsip penanganan efektif yang
akan dibahas pada makalah ini.
Identitas Sekolah
NPSN : 20400991
Alamat
Telepon/Fax : 0274-540886
Email : sdnpuren@yahoo.co.id
Website : http://www.sdnpuren.host22.com
Status Gedung : Hak Pakai
Status Akreditasi :A
Telp./HP : 0818266405
Visi Sekolah
Misi Sekolah
1. Menanamkan keyakinan beragama.
2. Membentuk pribadi yang agamis.
3. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan optimal sesuai profesinya.
4. Melaksanakan bimbingan secara berkesinambungan.
5. Mengembangkan pengetahuan di bidang iptek, bahasa, olahraga, seni, dan
budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.
Tujuan Sekolah
Rencana kerja jangka panjang 8 (delapan)tahun kedepan 20 tujuan yang ingin dicapai SDN
PUREN adalah sebagai berikut :
Struktur Organisasi
Keadaan Sekolah
SDN Puren merupakan SD Negeri yang terletak di lingkungan yang ramai. Karena sekolah
ini tepat berada di sebelah utara selokan mataram dan tidak jauh dari perempatan jalan.
Terdapat bangunan di sekitar sekolah seperti Indomaret, jogja chicken dll.
Di dalam lingkungan sekolah terdapat banyak tanaman, baik itu tanaman hias dan pohon-
pohon yang rindang. Oleh karena itu sekolah ini nampak asri dan sangat bersih. Bangunan
sekolah sudah bagus dan layak untuk belajar. Kendalanya luas bangunan yang kurang dan
terletak di lingkungan yang padat penduduk. Di dalam sekolah, terdapat beberapa
bangunan yang mendukung sebagai sarana prasarana sekolah. Seperti ada ruang kelas, ruang
kepala sekolah, ruang guru, ruang rapat, kantin kejujuran, musholla, UKS, tempat parkir,
toilet, lapangan upacara dan lapangan basket.
Hasil Observasi
Setelah kita lihatkan bersama bahwa, SDN Puren memiliki kondisi letak dan lingkungan yang
cukup bagus. Namun, setiap sekolah pastilah memiliki hambatan-hambatan yang harus
dihadapi, seperti pada kondisi guru yang jumlahnya kurang memenuhi, hanya ada 4 guru
kelas yang ada dan guru yang lainnya sudah memiliki tugas terhadap ilmu di bidangnya
masing-masing. SDN Puren masih dikatakan kekurangan guru kelas, yaitu guru kelas II dan
kelas III diampu oleh guru yang lain. Selain itu, ada juga guru yang tidak memiliki kode etik
dalam artian tidak sesuai dengan sopan santun ataupun kelayakan sebagai seorang guru, maka
dari itu akan segera dimutasi.
Jumlah guru yang ada di SDN Puren saat ini keseluruhan ada 15 orang (Kepala Sekolah,
Guru dan Penjaga Sekolah), sedangkan jumlah keseluruhan siswanya 206 siswa dengan 6
rombongan kelas. Di SDN Puren sering sekali terjadi permasalahan yang dihadapi siswa,
permasalahan yang dihadapi pun beraneka ragam. Dalam menangani permaslahan yang
dihadapi siswa, di SDN Puren yang bertanggungjawab adalah guru kelas masing-masing
dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling yang bekerja sama dengan semua
pihak sekolah, keluarga dan lingkungan sekolah.
1. Planning (Perencanaan)
Dalam hal ini SDN Puren belum mengadakan sebuah perencanaan secara matang dan tertata,
namun seorang guru hanya membuat sebuah perencanaan saat sudah ada masalah atau
bersifat dadakan. Hal demikian dikarenakan sebuah masalah di Sekolah Dasar masih
mendasar dalam artian belum dalam ranah masalah besar. Pada realitanya, ada beberapa guru
yang mengikuti penataran Pelayanan BK dan mendapatkan sertifikat khusus.
Namun, yang pasti tahap awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah. Untuk
penerimaan siswa baru dilakukan juga Tes IQ, dan untuk siswa khusus dilakukan tes oleh
Psikolog di Puskesmas. Jadi, secara jelasnya SDN Puren masih menerapkan metode
perencanaan bimbingan klasik atau lama.
1. Actuating (Pelaksanaan)
Pelaksanaan di SDN Puren dengan melayani sebatas kemampuan yang dimiliki, karena di
Sekolah tersebut tidak memiliki guru BK yang khusus. Untuk siswa kelas I yang sudah
mampu membaca dengan lancar diberi tugas untuk membaca buku diperpustakaan atau di
kelas dan membantu teman-teman lain yang belum lancar membaca. Kemudian untuk siswa
yang memiliki bakat atau minat tertentu diberi bimbingan dan pelatihan, contohnya ada siswa
kelas V yang memiliki postur tubuh tinggi dan proporsional yang memiliki hobi bermain
tenis lapangan, maka anak tersebut disuport oleh sekolah dan diberikan pelatihan setiap hari
setelah jam pulang sekolah.
Kemudian, untuk bimbingan terhadap anak yang bermaslah contohnya, ada anak tuna netra
dibimbing di ruang UKS, jadi memang SDN Puren belum terdapat adanya Sarana penunjang
layanan BK. Ketika ada anak yang nakal atau memiliki masalah pun langsung dibimbing atau
dilayani di ruang Kepala Sekolah. Tak hanya itu, dari pihak sekolah pun memiliki buku daftar
program bimbingan di setiap kelas. Tak hanya buku untuk guru namun juga untuk siswa.
Dalam buku guru terteta format penilaian atau bimbingan yang dilakukan pada masing-
masing anak atau anak tertentu. Jika buku yang dimiliki anak, mereka memegang masing-
masing buku yang isinya tentang kendala dalam menerima pelajaran, kesulitan membaca,
belajar membaca, dan lain-lain.
Ada juga pelaksanaan unik yang dilakukan pihak sekolah terhadap masyarakat sekitar, yakni
melakukan hubungan yang sangat baik dengan masyarakat sekitar seperti mengumumkan
tentang kebersihan sekolah dan sekitar untuk bersama-bersama dibersihkan dalam rangka
lomba Kebersaihan Sekolah tingkat Nasional. Masyarakat pun memberikan rasa peduli dan
kepercayaan terhadap sekolah. Hubungannya dalam pelaksanaan bimbingan dan layanan
disini adalah pihak sekolah tidak hanya memberikan layanan terhadap siswa dan semua guru
atau penjaga, namun juga seluruh anggota masyarakat yang berada di sekitar sekolah.
Pengawasan masyarakat terhadap pihak sekolah pun selalu diterapkan, dan kegiatan di SDN
Puren tak hanya untuk pembelajaran di pagi hari saja, namun untuk sore dan malam hari
sering juga digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan bersama.
Untuk melakukan evaluasi, SDN Puren melaksanakannya dengan cara memberikan pelaporan
hasil belajar dan semangat siswa kepada semua wali murid setiap penyerahan raport. Belum
lagi jika ada wali murid yang cuek, maka wali murid tersebut dipanggil ke Sekolah untuk
diberi penjelasan. Tak hanya saat momen itu, ada juga beberapa guru SDN Puren yang
memberikan pelaporan terkait siswa saat pagi hari ketika orang tua mengantar ke sekolah,
juga siang hari saat dijemput orang tua. Untuk sebuah tindak lanjut sendiri, ketika ada yang
memiliki bakat unik yang tidak dimiliki oleh anak-anak lain yaitu dengan cara memberikan
kesempatan untuk tampil pada sebuah acara sekolah dan diberi hadiah, seperti acara
perpisahan kelas VI, acara hari Besar Islam, acara Kartini, dan masih banyak lagi. Jika
terdapat siswa yang memiliki bakat dalam bidang olahraga maka diberi pelatihan khusus dan
disuport oleh semua guru. Kemudian untuk siswa yang bermasalah, tidak diperlakukan
dengan manja tapi disikapi dengan ketegasan, ditantang, dan dihadapkan secara serius.
Contohnya ada siswa kelas 6 (sekarang) yang dulunya selalu tinggal selama 3 tahun berturut-
turut, dia adalah anak tunggal yang selalu dimanja oleh orang tuanya, dibelikan handphone
yang mahal sekalipun pasti dituruti. Namun, untuk masalah sekolahnya tidak pernah
diperhatikan, sepeti tidak membawa pensil saat Ujian Nasional kemaren. Maka dari itu, guru
harus memperlakukan siswa tersebut secara tegas dan tidak dimanja, supaya dia dapat sadar
bahwa perbuatannya sudah tidak dibenarkan dalam norma agama dan sosial.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil observasi yang telah diuraikan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
http://www.perkuliahan.com/contoh-laporan-observasi-bk-di-sekolah/