Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KONSELING POST MODERN A

Flagging The Minefield


Dosen Pengampu: Dr. Maria Margaretha Sri Hastuti, M. Si.

Nama Anggota Kelompok A


Wilhemina Timu / 191114062
Kalvano Labathi G / 201114003
Robertus Rinowo Satrio W / 201114011
Gregoria Ratnasari D.C / 201114017
Karina Eninta Br Ginting / 201114022
Fransisca Viona P / 201114034
Sulistyani Ginting / 201114040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2023

A. Pengertian
Flaging the minefield (Sklare,2005) adalah suatu Teknik yang merupakan bentuk
kepatuhan pada penanganan dan pencegahan kekambuhan yang diciptakan untuk
membantu klien menggeneralisasikan apa yang mereka pelajari dalam konseling ke
situasi-situasi masa mendatang yang mungkin akan mereka temui. Banyak konseli yang
menjalani banyak proses konseling namun mengalami kesulitan menerapkan apa yang
mereka pelajari dalam konseling dalam kehidupan nyata.

Teknik flagging the minefield digunakan diberbagai titik transisi penerapan, seperti ketika
pindah dari menyelesaikan satu tujuan ke tujuan lainnya atau dari penggunaan
teknik/strategi ke teknik/strategi lainnya, atau membantu konseli dalam mengidentifikasi
situasi-situasi yang membuat mereka kesulitan dalam mengatasi masalah atau dalam
melakukan penyesuaian. Selain itu bisa juga saat ketika apa yang dipelajari dalam
konseling tidak cukup membantu. Dengan mempertimbangkan masalah potensial yang
dapat mengganggu hubungan konseling, konselor dapat membantu konseli dalam
memikirkan cara mengatasi dan menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Flagging the
minefield adalah suatu teknik generalisasi dan pencegahan relapse (kekambuhan). Teknik
ini membantu konseli mentransfer insight konseling dan perilaku, pikiran, dan perasaan
kompensatoris kedalam dunia yang dialami konseli sehari-hari.

Teknik flagging the minefield digunakan setelah konselor melakukan scaling atau skala
pada konseli ketika konseli telah mengenal hal-hal yang harus mereka lakukan untuk
mencapai 10% perbaikan (Sklare, 1997). Teknik flagging the minefield atau
“mengendalikan ladang ranjau” bermanfaat untuk mendorong konseli bersikap realistis
akan hal-hal yang perlu mereka capai sesuai dengan kemampuannya, sehingga
menghindarkan konseli dari keputusasaan karena kegagalan dari sikap yang mereka
rancang sendiri. Pada teknik ini, setiap kali sesi konseling berakhir, konselor akan
memberikan pesan tertulis pada konseli untuk dibawa pulang lalu direfleksikan. Pesan-
pesan tersebut berisikan setidaknya tiga pujian pada konseli dan pernyataan
menjembatani untuk tugas-tugas konseli agar mampu meningkatkan capaian merek
sebesar 10% (Thompson & Rudolph, 2000).
B. Prosedur Penggunaan Teknik Flagging the Minefield

Flagging the minefield biasa digunakan diakhir proses konseling. Teknik ini
dinamakan flagging the minefield karena konselor dan konseli menandai situasi-situasi di
masa mendatang di mana konseli dapat menggunakan apa yang telah dipelajari untuk
menghindari kemunduran. Konselor dan konseli menciptakan situasi-situasi yang
mungkin terjadi dimasa mendatang yang belum pernah di diskusikan. Konselor meminta
konseli yang mengatasi masalah atau situasi itu dengan menggunakan apa yang telah
dipelajari konseli di sesi sebelumnya dan setelah itu memprediksi apa yang akan
dilakukan dalam situasi semacam itu. Begitu konseli sudah memprediksi, konselor
membantu klien memproses situasinya, berdasarkan apa yang telah mereka diskusikan di
sepanjang proses konseling. Dengan cara ini, konselor membantu klien mentransfer
pembelajaran ke dunia luar dan kejadian-kejadian dimasa mendatang.

Lebih rinci nya, langkah-langkah penggunaan teknik flagging the minefield


adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi tujuan klien

Terapis memulai dengan mengidentifikasi tujuan klien dan membantu klien untuk
membuat gambaran yang jelas tentang apa yang ingin dicapai. Hal ini bertujuan
untuk membantu klien dalam menjaga fokus dan kemajuan dalam mencapai
tujuan mereka.

2. Evaluasi kemajuan klien

Konselor meminta konseli untuk mengevaluasi kemajuan mereka dalam mencapai


tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, konseli mempertimbangkan apa yang
telah dicapai dan apa yang masih perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Identifikasi hambatan atau masalah

Konselor bertanya kepada klien tentang hambatan atau masalah yang mungkin
muncul selama proses konseling atau setelah konseling selesai. Konselor meminta
klien untuk memikirkan kemungkinan masalah atau hambatan yang terjadi dan
bagaimana masalah tersebut dapat mempengaruhi kemajuan konseli dalam
mencapai tujuan.

4. Menemukan solusi

Setelah hambatan atau masalah telah teridentifikasi, konselor membantu konseli


untuk menemukan solusi atas masalah tersebut. Konselor membantu konseli
untuk memikirkan strategi atau tindakan konkret yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hambatan tersebut.

5. Memperkuat sumber daya klien

Konselor kemudian memperkuat sumber daya konseli dengan menekankan pada


kekuatan dan kemampuan yang dimiliki oleh konseli. Konselor mengajak konseli
untuk mengaktifkan sumber daya atau potensi mereka dan memanfaatkannya
untuk mencapai tujuan mereka.

6. Evaluasi kembali kemajuan klien

Konselor meminta konseli untuk mengevaluasi kemajuan mereka setelah


mengidentifikasi hambatan atau masalah dan menemukan solusinya. Konseli
diminta untuk memikirkan apa yang telah mereka pelajari dari proses Flagging
the Minefield dan bagaimana teknik ini dapat membantu mereka dalam mencapai
tujuan mereka.

C. Contoh Penggunaan Kasus

Seorang Siswa kelas XI SMA yang berasal dari jogja ia merupakan anak tunggal. Yang
dimana dari kecil ibu dan bapaknya terlalu sibuk untuk bekerja sehingga anak tersebut
dibesarkan oleh baby sitternya. Karena anak ini kurang mendapatkan kasih sayang dari
kedua orang tuanya akhirnya anak ini memiliki perilaku yang kurang baik seperti Anak
ini cenderung belum bisa mengendalikan dirinya sendiri dan susah mengendalikan
emosinya. Sering sekali anak ini marah-marah,mudah tersinggung dan sangat sensitif
bahkan anak ini ketika emosinya lagi naik ia bahkan sering melukai dirinya sebagai
bentuk pelampiasan emosinya.
D. Efektivitas Penggunaan Teknik Flagging the Minefield

Beberapa faktor memberikan kontribusi pada flagging the Minefield. Miller (2001)
mengatakan bahwa konselor seharusnya mengharapkan ketidak patuhan konseli dan
sepanjang proses konseling seharusnya menjelaskan kepada klien tentang pentingnya
tindakan konseli. Jika konseli memiliki persepsi positif tentang aliansinya dengan
konselor, maka konseli akan lebih mematuhi penanganan. Keyakinan klien tentang
berbagai masalah dan apakah klien berpikir bahwa dirinya membutuhkan penanganan
juga memberikan kontribusi pada efikasi teknik ini. Ketika konseli adalah anak-anak
teknik ini lebih efektif jika orang tua memainkan peran dalam meningkatkan partisipasi
dan kepatuhan anak.

References
Andriyani, T., & Haryadi, R. (2021). Pandangan Konseling Solution-Focused Brief
Counseling (SFBC) Terhadap Masalah Tokoh Utama dalam Novel "Represi"
Karya Fakhrisna Amalia . Proceeding Studium Generale , 476.

Erford, B. T. (2010). Section 1: Techniques Based on Solution-Focused Brief Counseling


Approaches.

Lintang. (2019). Strategi Konseling SFBC . L'danger.

Saputri, N. S. (n.d.). Menggali Nilai Filosofi Pancasila Sebagai Dasar Pembentukan


Karakter Pelajar Generasi Z: Konseling SFBT. Prosiding Seminar Nasional
Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang, 225.

Yarbrough, J. L. (2004). Efficacy of Solution-Focused Brief Counseling on Math


Assignment Completion and Accurary in an Elementary School . Knoxville :
University of Tennessee.

Anda mungkin juga menyukai