Anda di halaman 1dari 4

RESUME

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR


(lanjutan)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Dr. Zadrian Ardi, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Amylia Putri (21129006)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR
(lanjutan)

1. Siswa Beresiko
Abdurrahman (2009:284), menjelaskan bahwa istilah beresiko digunakan untuk
menunjukkan bahwa melakukan identifikasi anak berkesulitan belajar pada masa prasekolah
merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Anak-anak tersebut belum mengalami kegagalan di
sekolah tetapi mungkin memiliki potensi untuk mengalami kegagalan dalam menyelesaikan
tugas-tugas sekolah. Ada tiga alasan untuk menyatakan bahwa anak memiliki potensi untuk
gagal di sekolah atau memiliki potensi untuk menjadi anak berkesulitan belajar, (1) hasil
pemeriksaan medis, (2) resiko bilogis, dan (3) risiko lingkungan.
Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat diprediksi
adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar. Prediksi ilmiah tidak
selamanya tepat tetapi dapat meningkatkan kewaspadaan orang tua untuk melakukan usaha
yang lebih intensif untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang tidak diinginkan pada aak
di masa datang.
Prediksi tentang kemungkinan timbulnya kesulitan belajar di sekolah biasanya
didasarkan atas hasil pemeriksaan terhadap perkembangan, penyakit, atau situasi traumatik
yang dialami oleh anak pada masa prasekolah. Adanya kelambatan perkembangan motorik,
bahasa dan emosi sering dijadikan acuan prediksi bahwa anak kelak akan mengalami
kesulitan belajar di sekolah.
Risiko biologis menunjukkan pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas riwayat
medis dan kesehatan yang dapat menimbulkan kesulitan belajar di sekolah. Contoh resiko
biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan belajar. Tidak semua anak yang
lahir premature akan berkesulitan belajar di sekolah. Meskipun demikian, cukup banyak
kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang prematuritas.
Risiko lingkungan terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkungan sosial
yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut
mencakup fisik, emosi, kognitif, dan intuisi. Abdurrahman (2009:286) mengutip pendapat
Clark yang menjelaskan bahwa inteligensi tidak hanya terkait dengan fungsi kognitif tetapi
juga fisik, emosi, dan intuisi dan anak dapat digolongkan berbakat kalau semua fungsi
tersebut tumbuh dan berkembangan secara terintegrasi hingga taraf yang tinggi.

2. Siswa Berkebutuhan Khusus


Sesuai dengan arti kata ‘exceptional’, anak luar biasa diartikan sebagai individu-
individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang dipandang
normal oleh masyarakat pada umumnya. Secara lebih khusus, anak luar biasa menunjukkan
karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari anak
normal sebayanya, atau berada di luar standar norma-norma yang berlaku di masyarakat itu
menyimpang ‘ke atas’ maupun ‘ke bawah’ baik dari segi fisik, intelektual maupun emosional
sehingga mengalami kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi sosial, personal maupun
aktivitas pendidikan. (Tahlib, 2010:245).
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan keluarbiasaan,
yaitu: disabled, impaired, disordered, handicap, atau exsepsionalitas. Disabled secara umum
merujuk pada pribadi yang mengalami gangguan fungsional sebagai akibat dari deviasi fisik,
problem belajar yang serius, atau penyesuaian sosial. Disabled pada umumnya digunakan
untuk menggambarkan deviasi fisik, seperti cacat anggota badanm kerusakan otak,
kelumpuhan, dan cacat fisik lainnya. Impaired biasanya digunakan untuk menggambarkan
deviasi yang berhubungan dengan pancaindra, misalnya gangguan pendengaran atau
penglihatan. Disordered, juga sering digunakan untuk merujuk pada problem belajar atau
perilaku sosial. Handicap, mengacu pada kesulitan merespons atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang disebabkan oleh deviasi fisik, intelektual dan emosional. Namun,
istilah exceptional tampaknya mengandung pengertian yang lebih luas ketimbang istilah-
istlah lainnya, di mana istilah exceptional itu mencakup juga anak yang gifted (cerdas) dan
talented (berbakat).
3. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Keberagaman Peserta Didik
Abdurrahman (2009:91) menyatakan ada beberapa implikasi teori behavioral bagi
kesulitan beajar:
1) Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang efektif.
Guru perlu memahami cara melakukan analisis tugas-tugas dari suatu tujuan pembelajaran
dan cara menyusun tugas-tugas tersebut secara berurutan. Bagi anak berkesulitan belajar
merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh pembelajaran langsung dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Pendekatan pembelajaran langsung dapat digabungkan dengan berbagai pendekatan lain.
Jika guru memiliki pengetahuan tentang kekhasan gaya belajar dan kesulitan belajar anak,
pembelajaran langsung dapat menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan pendekatan
yang didasarkan atas gaya belajar anak.
3) Tahapan belajar anak harus dipertimbangkan
Dalam merancang pembelajaran, tahapan belajar anak merupakan konsep yang sangat
penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh guru.

Referensi
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Rineka
Cipta.

Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta:Kencana.

Anda mungkin juga menyukai