Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME VI

PSIKOLOGI OLAHRAGA

Nama : Andre Agasi Munthe

NIM : 6203111033

Kelas : PJKR II C

Dosen Pengampu :Indah Verawati, S.Psi., M.A

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN &REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
Ketidakmampuan Atau Gangguan Belajar

(Learning Disabilities)

Istilah yang digunakan untuk menyebut Anak Berkesulitan Belajar (ABB) cuk
up beragam. Keragaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-
beda. Kelompok ahli bidang medis menyebutnya dengan istilah brain injured,dan mini
mal brain dysfunction, kelompok ahli psikolinguistik menggunakan istilah language d
isorders, dan selanjutnya dalam bidang pendidikan ada yang menyebutnya dengan isti
lah educationally handicaped. Namun istilah umum yang sering digunakan oleh para a
hli pendidikan adalah learning disabilities (Donald, 1967:1 ) yang diartikan sebagai
"Kesulitan Belajar".

Berdasarkan definisinya, pelajar yang menderita gangguan belajar: (1) punya k


ecerdasan normal atau di atas normal; (3) kesulitan dalam setidaknya satu mata pelaja
ran atau biasanya beberapa mata pelajaran; dan (3) tidak memiliki problem atau gangg
uan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan itu. Dalam dunia pendi
dikan digunakan istilah educationally handicapped karena anak-anak ini mengalami k
esulitan dalam mengikuti proses pendidikan, sehingga mereka memerlukan layanan p
endidikan secara khusus (special education) sesuai dengan bentuk dan derajat kesulita
nnya

Terdapat banyak kelompok-kelompok dari kesulitan belajar diantaranya :

1. Disleksia Masalah umum yang menandakan seorang anak mengalami kesulita


n belajar adalah keterampilan dalam membaca (Moats, 2004). Anak-anak seperti ini
mempunyai kesulitan dengan keterampilan fonologis, yang melibatkan kemampuan
untuk memahami bagaimana bunyi dan huruf dipadukan untuk membentuk kata-kat
a. Disleksia (dyslexia) adalah satu kategori yang ditujukan bagi indidvidu-individu
yang memiliki kelemaham serius dalam kemampuan mereka untuk membaca dan m
engeja (Ranus, 2004; Spafford & Grosser, 2005).
2. Disgrafia Disgrafia (dysgraphia) adalah kesulitan belajar yang ditandai deng
an adanya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam komposisi tulisan (Ha
mmil, 2004; Vellutino, dkk., 2004). Pada umumnya, istilah disgrafia digunakan unt
uk mendeskripsikan tulisan tangan yang sangat buruk. Anak-anak yang memiliki di
sgrafia mungkin menulis dengan sangat pelan, hasil tulisan mereka bisa jadi sangat
tak terbaca, dan mereka mungkin melakukan banyak kesalahan ejaan karena ketida
kmampuan mereka untuk memadukan bunyi dan huruf.
3. Diskalkulia Diskalkulia (dyscalculia), dikenal juga sebagai perkembangan ar
itmetika, adalah kesulitan belajar yang melibatkan kesulitan dalam perhitungan mat
ematika. Diskalkulia diperkirakan menggambarkan 2 sampai 6 persen anak-anak se
kolah dasar AS (National Center for Learning Disabilities, 2006). Para peneliti men
emukan bahwa anak-anak yang memiliki kesulitan dalam perhitungan matematika s
ering mempunyai kekurangan neuropsikologis dan kognitif, termasuk prestasi yang
buruk dalam mengelola ingatan, persepsi visual, dan kemampuan visual spasial (Ka
ufmann, 2003; Slaves, 2004). Seorang anak yang mungkin memiliki kesulitan mam
baca dan matematika, serta terdapat deficit kognitif yang menjadi ciri khas kedua je
nis kesulitan ini, seperti pengolahan ingatan yang buruk (Siegel,2003). Sebuah studi
terkini menemukan bahwa diskalkulia merupakan kesulitan belajar yang berlangsun
g lama atau terus-menerus pada banyak anak; lebih dari separuh anak-anak ini masi
h mendapatkan nilai yang jelek dalam matematika ketika mereka sampai ke kelas li
ma (Shalev, Manor, & Gross-Tsur, 2005).
4. Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and Visual Processin
g Disorders) yaitu jenis gangguan belajar pada anak yang melibatkan jenis ganggua
n belajar pada anak sensorik. Meskipun anak tersebut mungkin dapat melihat atau
mendengar secara normal, jenis gangguan belajar pada anak ini menyulitkan anak d
ari apa yang anak lihat dan dengar. Anak akan sering memiliki kurang mampu dala
m pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya).
5. Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning Disabilities) ya
itu jenis gangguan belajar pada anak dengan visual spasial, motoric, dan keterampil
an organisasi. Umumnya anak mengalami kurang mampu dalam memahami komun
ikasi nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan jenis gangguan belajar pad
a anak yang berhubungan sosial. Gangguan belajar spesifik (Specific Language Imp
airment (SLI)) yaitu jenis gangguan belajar pada anak perkembangan yang mempen
garuhi penguasaan bahasa dan penggunaan bahasa.
Penyebab terjadinya hendaya kesulitan belajar (Geddes, 1981) adalah faktor organ
tubuh (organically based etiologies), dan lingkunga (environmentally based etiologie
s). Ahli lainnya menyebutkan bahwa penyebab terjadinya anak dengan hendaya kesuli
tan belajar adalah disebabkan oleh tiga kategori, yaitu : faktor organik dan biologis (or
ganic and biological factors), faktor genetika (genetic factors), dan faktor lingkungan
(envoronmental factors) (Hallahan & Kauffman, 1991).

Selain meminta bantuan kepada ahli, ada tiga hal yang harus dilakukan untuk me
mbantu anak yang mengalami gangguan belajar. Melansir laman Healthy Children, be
rikut hal tersebut:

 Fokus pada kemampuan anak

Semua anak memiliki bakat khusus serta kelemahan. Temukan bakat anak Anda dan b
antu dia untuk mengembangkannya. Anak Anda mungkin pandai matematika, musik,
atau olahraga atau kesenian. Pastikan untuk sering memuji anak saat ia berhasil atau
mampu menyelesaikan suatu tugas.

 Kembangkan keterampilan sosial dan emosional anak

Ketidakmampuan belajar dan tantangan yang hadir saat tumbuh dewasa dapat membu
at anak sedih, marah, atau menarik diri. Bantu anak Anda dengan memberikan cinta d
an dukungan. Yakinkan sang anak bahwa setiap orang memiliki proses belajar yang b
erbeda. Cobalah untuk menemukan klub, tim, dan kegiatan lain yang bisa menumbuh
kan kemampuan sosial dan emosional sang anak serta membantunya membangun rasa
percaya diri.
 Rencanakan masa depan

Banyak orangtua khawatir dengan masa depan anak-anaknya. Namun, jangan tunjuka
n itu kepada buah hati kita. Orangtua harus bisa menyakinkan bahwa semua orang ber
hak meraih kesuksesan, termasuk buah hati kita. Faktanya, banyak orang dengan gang
guan belajar memiliki kecerdasan tinggi dan berhasil meraih kesuksesan dalam hidup.
Otang tua juga bisa membantu sang anak merencanakan karier sesuai keterampilanny
a untuk membantu membangun kepercayaan diri.

Anda mungkin juga menyukai