NASKAH PSIKIATRI
F. ADHD
0
BAB I
PENDAHULUAN
membentuk sumber daya manusia yang tangguh. Seorang anak perlu dirangsang
baik dan rasa diri sebagai pelajar yang sukses. Namun demikian, proses
menyimpan informasi. Gangguan Belajar juga dapat diartikan sebagai defisit anak
dibandingkan dengan anak lain berusia sama dan dengan kapasitas intelektual
yang sama.1
prevalensi nya 4-9% untuk gangguan membaca dan 3-7% untuk gangguan
jumlahnya tiga kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Penjelasan untuk
perbedaan gender ini di antaranya adalah kerentanan biologis yang lebih besar di
1
antara anak laki-laki dan bias penelitian (referral bias, yaitu anak laki-laki
yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya.
yang buruk, angka dikeluarkan dari sekolah (dropout) yang tinggi, serta riwayat
samping masalah yang mereka jumpai, banyak anak yang memiliki keterbatasan
Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu
keterampilan motorik dan masalah dalam kalkulasi. Hal ini merupakan masalah,
baik di sekolah maupun di rumah karena gangguan/ kesulitan belajar yang tidak
psikiatrik yang akan berdampak lebih buruk lagi bagi perkembangan kualitas
hidup anak di kemudian hari. Oleh karena itu, clinical report section ini dibuat
untuk membahas salah satu kasus Gangguan Belajar yang sering ditemukan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam bentuk gangguan belajar yang nyata dalam memperoleh dan menggunakan
dan matematika. Gangguan dalam belajar ini tidak merupakan hasil langsung dari
gangguan yang lain (seperti retardasi mental, defisit neurologis yang besar,
masalah visus dan dan daya dengar yang tidak terkoreksi atau gangguan
belajar khas:
skolastik tertentu;
Hendaya nya harus khas dalam arti bahwa tidak semata-mata dapat dijelaskan
dari retardasi mental atau hendaya ringan dalam inteligensi umum, sebab IQ
3
Hendaya harus dalam masa perkembangan, dalam arti sudah harus ada pada
awal usia sekolah dan tidak didapat pada proses perjalanan pendidikan lebih
lanjut;
Harus tidak ada faktor luar yang dapat menjadi alasan untuk kesulitan
dsb);
Tidak langsung disebabkan oleh hendaya visus atau pendengaran yang tidak
terkoreksi.
harus berlandaskan temuan positif dari gangguan kinerja skolastik yang secara
anak.5
A. Definisi
bawah tingkat yang diharapkan untuk usia, pendidikan, dan intelegensi anak.
akurat, serta pemahaman yang buruk.6 Gangguan pada masa anak-anak yang
relatif sering pada usia sekolah sering disertai dengan gangguan ekspresi
4
Anak dengan gangguan defisit atensi dan hiperaktivitas (ADHD) juga
gangguan kemampuan untuk mengenali kata, membaca yang lambat dan tidak
tepat, dan pemahaman yang buruk tanpa adanya kecerdasan yang rendah atau
B. Epidemiologi
2-8%. Anak laki-laki tiga hingga empat kali lebih banyak dibandingkan anak
dirujuk secara klinis. Peningkatan angka untuk anak laki-laki karena anak laki-
C. Etiologi
5
Masalah dalam migrasi neuron. Penelitian menunjukkan bahwa anak
dyslexia memiliki pola aktivitas yang berbeda dengan anak normal, anak
hemisfer kanan.7
kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama selama masa anak-anak
kognitif.2
D. Gambaran Klinis
diidentifikasi pada usia 7 tahun (kelas 2). Pada kasus yang berat, kesulitan
membaca sudah mulai tampak pada umur 6 tahun (kelas 1).2 Kesulitan
membaca dapat tampak jelas pada anak di dalam kelas saat keterampilan
6
dengan intelegensi yang tinggi.1 Ciri-ciri anak yang mengalami dyslexia
penyimpangan kata.
dalam arti anak tidak mengerti apa isi cerita yang dibacanya.
menyalin teks tertulis yang sesuai dengan usianya, tetapi hampir semuanya
dimiliki oleh anak kesulitan belajar. Masalahnya dibagi dalam tiga aspek,
mengenali kata demi kata dengan cepat, membaca kalimat atau wacana
E. Pedoman Diagnostik
7
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Membaca
sebagai berikut:
Kemampuan membaca anak seperti yang diukur oleh tes baku yang
pasien, inteligensia yang terukur, dan pendidikan yang sesuai dengan usia.
Jika terdapat defisit sensorik, kesulitan membaca adalah melebihi apa yang
Hakikat yang tepat dari masalah membaca tergantung pada taraf yang
dalam tahap awal dari belajar membaca tulisan abjad, dapat terjadi
8
ketajaman pendengaran normal). Kemudian dapat terjadi kesalahan dalam
pada masa usia sekolah. Masalah emosional biasanya lebih banyak pada
hiperaktivitas hampir selalu ada pada akhir masa kanak dan remaja.5
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Terapi
mengajari anak tersebut untuk membuat hubungan yang akurat antara huruf
menargetkan komponen maembaca yang lebih besar, seperti suku kata dan
kata. Fokus pasti setiap program membaca hanya dapat ditentukan setelah
kelemahannya.1
9
H. Perjalanan Penyakit dan Prognosis
akan memperoleh sedikit informasi tentang bahasa yang tercetak selama dua
tahun pertama dalam sekolah dasar. Pada akhir kelas satu, beberapa anak
telah belajar bagaimana membaca beberapa kata. Tetapi jika tidak diberikan
membacanya. Jika pengobatan diberikan dini, pada kasus yang lebih ringan,
tidak diperlukan lagi terapi perbaikan di akhir kelas satu atau dua. Pada kasus
tingkat SMU.1
A. Definisi
hidup sehari-hari.
10
Keterampilan perseptual (kemampuan mengenali dan mengerti simbol dan
B. Epidemiologi
kira-kira 1% anak-anak usia sekolah, yaitu kira-kira satu dari lima anak
matematika dapat terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi pada anak
perempuan.1
C. Etiologi
11
D. Gambaran Klinis
diharapkan1.
E. Pedoman Diagnostik
sebagai berikut:
dengan usia.
matematika.
sebagai berikut:
12
Gangguan ini meliputi hendaya yang khas dalam kemampuan berhitung
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Terapi
13
Terapi untuk gangguan matematika adalah remedial educational
approach. Selain itu terapi lain yang dapat diberikan adalah menggabungkan
H. Prognosis
usia 8 tahun (kelas 3). Pada beberapa anak, gangguan ini dapat terlihat pada
usia 6 tahun (kelas 1); pada anak lain, bisa terlihat hingga usia 10 tahun (kelas
akademik yang berlanjut, rasa malu konsep diri yang buruk, frustasi, dan
A. Definisi
14
tuntutan untuk menulis dalam kehidupan setiap hari, dan gangguan bukan
menulis adalah pengejaan yang buruk, kesalahan dalam tata bahasa dan tanda
tidak terjadi tanpa adanya gangguan membaca, tetapi sekarang telah diketahui
menulis sering kali disertai dengan gangguan belajar lainnya tetapi dapat di
diagnosis lebih lambat dari yang lainnya, karena menulis ekspresif didapat lebih
lambat.6
B. Epidemiologi
3-10% anak-anak usia sekolah. Rasio laki-laki terhadap wanita juga tidak
diketahui. Beberapa bukti menyatakan bahwa anak yang terkena sering kali
C. Manifestasi Klinis
pikirannya menurut aturan tata bahasa yang sesuai menurut usianya. Kalimat yang
diucapkan dan ditulis mengandung sejumlah besar kesalahan tata bahasa yang
tidak lazim dan susunan paragraph yang buruk. Selama dan setelah kelas dua,
anak-anak sering kali membuat kesalahan tata bahasa sederhana dalam menulis
15
kalimat pendek. Sebagai contoh, mereka sering kali gagal, walaupun terus-
menerus diingatkan, untuk memulai huruf pertama suatu kalimat dengan huruf
Saat mereka menjadi semakin besar dan naik ke kelas yang lebih tinggi di
sekolahnya, kalimat yang diucapkan dan ditulis anak tersebut menjadi lebih
primitive, aneh, dan inferior dibandingkan apa yang diharapkan dari pelajari
dalam kelasnya. Pemilihan kata anak adalah salah dan tidak tepat; paragrafnya
tidak tersusun tepat; dan pengejaan menjadi semakin sulit saat pembedaharaan
katanya menjadi lebih abstrak dan lebih besar dalam jumlah dan karakter.6
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ekspresi menulis, antara
kemampuan menulis
Menggunakan tanda baca yang tidak benar, ejaan yang salah, mengulang
Kalimat atau kata ditulis tidak lengkap dan sering terdapat huruf atau kata
yang terlewat
Garis dan batas halaman kertas tidak sama antara satu halaman dengan
16
Menggenggam alat tulis dengan sangat erat, biasanya anak dengan
D. Diagnosis
Keterampilan menulis, seperti yang diukur oleh tes baku yang diberikan
(misalnya, menulis kalimat yang tepat secara tata bahasa dan paragraf yang
tersusun).
E. Pemeriksaan Penunjang
Meskipun tidak ada stigmata fisik pada gangguan menulis, tes pendidikan
17
F. Perjalanan Penyakit dan Prognosis
bersama-sama dan karena seorang anak normalnya berbicara dengan baik sebelum
belajar membaca dan belajar membaca dengan baik sebelum menulis baik,
ekspresif yang didiagnosis pertama kali dan gangguan ekspresi menulis yang
didiagnosis terakhir.
F. Terapi
sekarang ini adalah terapi menulis. Cara terapi tersebut yaitu guru pada sekolah
khusus mencurahkan perhatiannya selama dua jam sehari untuk instruksi menulis
orangtua.6
mengeja dan menulis kalimat, serta mengkaji ulang aturan tata bahasa. Pemberian
terapi menulis kreatif dan ekspresif yang intensif, berkelanjutan dan dirancang
khusus secara individual dan satu-satu tampak memberi hasil yang baik.1
18
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : MAI Panggilan: Asyrof
MR : 03 57 27
Jenis kelamin : Lai-laki
Tempat dan tanggal lahir/ umur : Padang, 9 Mei 2009/ 9 tahun
Status perkawinan : belumMenikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minangkabau
Negeri asal : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Durian Taruiang, Pagar Ambalang, Padang
19
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah
ini)
1. Autoanamnesis dengan
Pasien pada tanggal 17 Juli 2018 di Poliklinik Jiwa RS Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang
2. Alloanamnesis dengan :
Ayah Pasien pasien pada tanggal 17 juli 2018 di Poliklinik Jiwa RS Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang
2. Sebab Utama
Pasien sulit mengikuti materi pelajaran
20
Ayah pasien selama ini hanya mengetahui kalau anaknya hanya
mengalami keterlambatan menghitung-membaca dan prestasi yang kurang.
Pada semester sebelumnya pasien mendapat peringkat 21 dari 22 murid di
kelasnya dan terancam tidak naik kelas. Ayah pasien menganggap hal itu
terjadi karena anaknya lebih banyak bermain dari pada belajar. Setelah
mendapat keluhan dari guru anaknya, ternyata ayah pasien baru tahu kalau
anaknya selama ini mengalami kesulitan belajar. Di rumah, pasien biasanya
hanya tahan fokus belajar kurang lebih 15 menit. Setelah itu pasien akan
bermain atau tidur. Oleh karena hal itu, ayah pasien sering memarahi dan
menyuruh berkali-kali agar pasien mau belajar. Apabila dipaksa untuk tetap
belajar, pasien akan cemas, takut dan telapak tangan pasien basah.
Pasien baru saja naik kelas 4 sekolah dasar negeri. Pasien sekolah dari jam
0.7.00 WIB-12.00 WIB, namun pasien masih mengalami kesulitan dan
keterlambatan dalam hal membaca, menghitung dan memahami kalimat
dibandingkan teman sekelasnya. Pasien hanya bisa pertambahan dan belum
lancar perkalian. Oleh karena hal tersebut, pasien diberikan les tambahan oleh
orangtuanya dari jam 14.00 WIB-15.00 WIB sebanyak 3 kali dalam seminggu.
Di luar jam sekolah, pasien lebih banyak menghabiskan waktunya dengan
bermain di luar dengan teman-temannya.
Pasien mengatakan lebih dekat dengan ayahnya dibandingkan dengan
ibunya. Pasien mengatakan kesulitan fokus dalam belajar. Ayah pasien sering
membandingkan pasien dengan adik pasien yang menurut ayah pasien bahwa
adiknya lebih pintar. Kadang-kadang pasien juga memiliki emosinya labil
sehingga sulit dikontrol.
21
anak RSUP Dr. M. Djamil Padang karena pasien tidak segera kembali
kesadarannya. Pasien berobat kontrol teratur untuk mengatasi kejang demam
tersebut. Pasien mendapat paracetamol yang harus diberikan jika pasien
demam. Selain pasien, ayah dan kedua adik pasien juga memiliki riwayat
kejang demam waktu kecil. Riwayat trauma kepala tidak ada.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ Pengganti
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Ket
Ayah Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan Wiraswasta PNS
Umur 42 Tahun 38 Tahun
Alamat Durian Taruiang, Durian Taruiang,
Pagar Ambalang, Pagar Ambalang,
Padang Padang
Hubungan pasien Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Peduli Kurang Peduli
Tak peduli Tak peduli
`Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orangtua kandung/ pengganti............. :
Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah(+), Mudah tersinggung (-), Tak suka Bergaul
(-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (+), Penjudi (-), Peminum (-),
22
Pecemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-),
Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung jawab (-), Otoriter (+).
c) Saudara
Pasien anak pertama dari 3 bersaudara
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (9tahun)
2. Lk/ Pr (7 Tahun)
3. Lk/ Pr (3 Tahun)
e) Gambaran sikap/perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/perilaku pada orang tua*
Saudara Gambaran sikap dan Kualitas hubungan dengan saudara
ke perilaku (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa Biasa
2 Biasa Biasa
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda (+) atau (-)
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
Hubungan dengan Gambaran sikap dan Kualitas hub (akrab/
No
pasien tingkah laku biasa,/kurang/tak peduli)
1.
2.
23
3.
Skema Pedegree
(tiga generasi)
24
7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan
perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan
atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu)
Kesehatan Fisik : tidak diketahui
Kesehatan Mental : tidak diketahui
- Keadaan melahirkan :
Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-)
sebutkan jenis tindakannya
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/
tidak)
Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
d) Toilet training
Umur : 3 tahun
Sikap orang tua: (memaksa/ menghargai/ membiarkan/ memberikan
arahan)
25
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMK
Umur 6-9
Prestasi* Baik
Sedang
Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik
Sedang
Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik
Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik
Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) (-)
Tingkah Laku Baik
h) Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang pelajar
Konflik dalam pekerjaan (-), konflik dengan atasan(-), konflik dengan
bawahan (-), konflik dengan kelompok (-).
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut keluarga)
i) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
Pasien belum pernah menikah
j) Situasi sosial saat ini:
26
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi
27
mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan (-), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris (-), suka menuntut(-
), dependen (-), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (-),
ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus
menerus (-), hubungan interpersonal yang eksploitatif (-), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (-), dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong (-),
sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-), gangguan identitas
(-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan untuk berada sendirian (-),
tindakan mencederai diri sendiri (-), rasa bosan kronik (-), dan lain-
lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak (-).
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-), kaku
28
dan keras kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan
sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain
mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang
berlebihan pada kebiasaan sosial (-) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(+), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya
(+)
29
yang lebih dari orang tua terhadap anak (-), orang tua yang jarang berada
di rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol yang tidak konsisten
(-), kontrol yang tidak cukup (-), kurang stimulasi kognitif dan sosial (-),
bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-), perkosaan(-),
tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan (-), dan
lain-lain
9. Riwayat Suicide
30
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT TAHUN 2015-2018
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
Tahun 2009: Tahun 2014 Tahun 2018:
Usia 6 bulan Usia 5 tahun Usia 9 tahun
Pasien mengalami Pasien mengalami kejang Pasien diantar oleh keluarga (Ayah) ke
kejang demam yang demam yang ke 27 kalinya Poliklinik RS Jiwa Prof. HB Saanin Padang
pertama kalinya dengan hilangnya kesadaran
dengan durasi lima yang cukup lama sehingga di Pasien dibawa ke Poliklinik RS Jiwa Prof. HB
menit, pasien tetap rawat di HCU anak RSUP Dr.
sadar setelahnya M. Djmil Saanin atas anjuran dari guru di sekolah pasien.
Menurut ayah pasien, guru menyarankan agar
membawa pasien ke dokter untuk memeriksakan
keadaan anaknya yang sering tertinggal dalam
mengikutiri mata pelajaran. Pasien belum lancar
membaca, berhitung, dan memahami isi
pertanyaan.
31
III. STATUS INTERNUS (Pemeriksaan tanggal 17 Juli 2018)
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : Teraba, kuat angkat, teratur, frekuensi 80x/menit
Nafas : Pernapasan abdominotorakal, simetris kiri dan
kanan, frekuensi 20x/ menit
Suhu : 36,8°C
Tinggi Badan : 120 cm
Berat Badan : 25 kg
Status Gizi : Gizi cukup
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
32
Refleks : bisep (++/++), trisep (++/++), KPR (++/++),
APR (++/++)
V. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 17 Juli 2018)
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium: composmentis (+), somnolen (-), stupor (-),
kesadaran berkabut (-), konfusi (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah
(-), dan lain-lain
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-),
gelisah (-), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-),
berpakaian sesuai gender (+).
Cara berpakaian : rapi (+), biasa (+), tak menentu (-),sesuai dengan
situasi (-),kotor (-), kesan (dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik : sehat (+), pucat (-), lemas (+), apatis (+), telapak tangan
basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang wajar (-),
sebentar (-), lama (+).
4. Sikap
Kooperatif (+), penuh perhatian (+), berterus terang (+), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayangi (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (+), infantil (-), curiga (-), pasif
(+), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea flexibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-),otomatisme(-
), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi psikomotor (-),
hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akathisia (-),
33
kompulsi(-), ataksia, hipoaktivitas (-), mimikri (-), agresi (-), acting out (-),
abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia (-), bradikinesia (-),
rigiditas otot (-), diskinesia (-), convulsi (-), seizure (-), piromania (-),
vagabondage (-).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek tumpul
(-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-).
2. Mood
mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi
(hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-
), mania (-), melankolia (-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).
34
3. Emosi lainnya
Ansietas (+), free floating-anxiety(-), ketakutan (+), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panik (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (+), rasa berdosa/bersalah (-), kontrol impuls (-).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi diurnal (-),
penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (+), pica (-), pseudocyesis (-),
bulimia (-).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
35
waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-) waham menyalahkan diri
sendiri (-), erotomania (-), pseudologia fantastika (-).
Idea of reference (-)
Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-), kompulsi
(-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-), fobia(-)
noesis (-), unio mystica (-)
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-), halusinasi
liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan
dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-), halusinasi perintah (command
halusination), trailing phenomenon (-).
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
36
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit: baik/ terganggu/ sulit dinilai
7. Pikiran abstrak: baik/ terganggu/ sulit dinilai
8. Kemunduran intelek: (Ada/ tidak), Retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
Telah diperiksa pasien MAI berusia 9 tahun, agama Islam, suku bangsa
Minangkabau, pendidikan terakhir SD, belum menikah, dan sebagai pelajar SD.
Pasien diantar oleh keluarga ke Poliklinik Jiwa RS Jiwa Prof HB Saanin Padang pada
tanggal 17 Juli 2018. Menurut keterangan ayah pasien, pasien sulit untuk mengikuti
pelajaran dan mengalami ketertinggalan menghitung-membaca dibangdingkan anak
seusianya. Pasien terancam tidak naik kelas. Ini merupakan kontrol pertamanya sejak
tahun 2018.
37
Pasien lebih banyak bermain dari pada belajar. Pasien hanya tahan fokus
belajar kurang lebih 15 menit. Ayah pasien sering memarahi dan menyuruh
berkali-kali agar pasien mau belajar. Apabila dipaksa untuk tetap belajar, pasien
akan cemas dan telapak tangan pasien basah. Pasien mengalami kesulitan dan
keterlambatan dalam hal membaca, menghitung dan memahami kalimat. Ayah
pasien sering membandingkan pasien dengan adik pasien Kadang-kadang pasien
juga memiliki emosinya labil sehingga sulit dikontrol.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan penampilan rapi,
biasa dan berpakaian sesuai gender; sikap saat wawancara kooperatif, dependen
dan pasif; psikomotor normoaktif, arus pembicaraan lambat, produktivitas sedikit,
perbendaharaan biasa, nada biasa, volume biasa, isi sesuai, penekanan pada
pembicaraan tidak ada, spontanitas ada; kontak psikis dapat dilakukan dan wajar;
orientasi baik; afek appropriate; mood eutimik; proses pikir pasien koheren, isi
pikiran tidak ada waham, persepsi tidak ada halusinasi. Discriminative insight
pasien derajat IV, dan discrimintaive judgement tidak terganggu. Pada
pemeriksaan neurologis tidak terdapat kelainan.
38
Pasien memiliki riwayat penyakit kejang deman sejak usia 6 bulan hingga 5
tahun. Kejang demam juga dialami saudara dan orang tua pasien sejak kecil.
B. Psikologis
Sulit untuk mengikuti pelajaran dan fokus dalam belajar
Keterlambatan dalam hal membaca, menghitung dan memahami kalimat
Cemas, takut, keluar keringat dingin
C. Lingkungan dan psikososial
Terdapat masalah dalam primary support
XII.Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi :
Fluoxetine 1 x 10 mg
Vitamin B6 2 x 1 tab
Asam Volat 2 x 1 tab
B. Non Farmakoterapi
1. Psikoedukasi kepada pasien
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya.
Diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali gejala, penyebab, faktor
risiko dan terapi yang dibutuhkan untuk mengurangi gejala dan menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Psikoedukasi kepada keluarga, tentang:
Penyakit yang diderita pasien
Dukungan sosial dan perhatian dari keluarga kepada pasien
Terapi dan kepatuhan minum obat pasien
C. Terapi Ajuran
1. Psikoterapi suportif
39
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien, membantu pasien
mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya, serta mengarahkan untuk
memecahkan permasalahan dengan terarah.
XIII.PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : bonam
Quo et sanactionam : dubia ad bonam
40
BAB IV
ANALISIS KASUS
menggambarkan pasien dengan keadaan gejala ansietas dan depresif yang tidak
Ansietas dan depresif saling terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang
mengalami gejala ini, yang ditandai dengan terdapatnya temuan neuroendokrin yang
ansietas maupun depresi, serta gejala ansietas dan depresi berhubungan secara genetik
pada beberapa keluarga.Pada Ny. R ini tidak ada faktor genetik dari gangguan
campuran ansietas dan depresi maupun gangguan jiwa lainnya dan temuan
keluhan sulit untuk jatuh tertidur dan tidur tidak puas sejak tahun 2015. Pasien hanya
bisa tertidur jika minum obat. Pada tahun 2015 pasien didiagnosis dengan Insmonia
Non-organik. Namun sejak 1 bulan ini pasien merasakan cemas dan takut tanpa
alasan, yang disertai keringat dingin, dan terkadang jantung berdebar-debar. Perasaan
cemas dan takut dirasakan pasien hampir setiap hari dan tidak diketahui
41
penyebabnya. Kadang-kadang pasien merasa sedih.Kadang-kadang pasien merasa
sedih, karena pasien ingin umroh seperti suaminya yang telah umroh tahun lalu,
namun menurut pasien suaminya tidak mendukung. Setiap ada uang, suaminya selalu
bisa untuk biaya pergi umroh. Pasien juga mudah lelah, tidak semangat, dan malas
melakukan aktvitas sejak ± 1 bulan ini. Selain itu, nafsu makan juga berkurang.
Pasien hanya makan sekali sehari dengan jumlah yang sedikit, hanya beberapa
sendok saat akan minum obat. Pasien juga mudah lupa seperti lupa tentang topik
pembicaraan. Hal ini menunjukkan gambaran gejala ansietas dan depresi secara
bersamaan, namun tidak ada yang predominan dan tidak cukup kuat untuk
duduk dikarenakan malas melakukan aktivitas. Saat siang hari, pasien juga sering
merasakan kantuk namun tidak bisa memejamkan mata sehingga pasien hanya
berbaring tanpa tertidur. Pasien jarang keluar rumah untuk berinteraksi dengan
Pemberian fluoxetine pada pasien ini sebagai anti anxietas golongan SSRI (Selective
dopamin) pada sinaps neuron di SSP terutama sistem limbik. Obat ini bekerja dengan
jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di SSP. SSRI memiliki efek
42
sedasi, otonomik, hipotensi yang sangat minimal sehingga baik untuk pasien usia
Clobazam adalah anti ansietas, anti konvulsan, dan anti insomnia golongan
benzodiazepine yang baik untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif.
Dalam hal ini diperlukan kerjasama antaratenaga kesehatan dan peran keluarga
Tujuannya adalah agar pasien dan keluarga lebih memahami tentang penyakit yang
sesuai instruksi dokter. Seperti halnya agen farmakologis yang digunakan untuk
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, BJ dan Sadock, VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Terjemahan
Oleh: Profitasari & Nisa, M.T. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
Indonesia, 2004.
2. Liederman J, Kantrowitz L, & Flannery K. Male vulnerability to reading
disability is not likely to be a myth: A call for new data. J Learn Disabil. 2005,
38: 109–129.
3. Moll K, Sarah K, Nina N, Jennifer B, Gerd SK. Specific Learning Disorder:
Prevalence and Gender Differences. Netherlands: Utrecht University. 2014.
4. Mercer, Cecil D. & Paige C. Pullen. Students with Learning
Disabilities,Virginia: Merrill/Prentice Hall, 2005.
5. Rusdi, Maslim (ed). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III,
2008, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta, Indonesia
6. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A. Sinopsis Psikiatri Edisi 2. Terjemahan
oleh: Widjaja Kusuma. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia,
2010.
7. De castro MV, Marcia ASB, Bruno MP, Silvia CMR, Andreia MD. Effect of
Virtual Environment on The Development of Mathematical Skills in Children
with dyscalculasia. United Kingdom : University of Westminster. 2014.
44