Anda di halaman 1dari 2

Deteksi Dini dan Tatalaksana Disleksia pada Anak

Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak maupun dewasa yang seharusnya menunjukkan
kemampuan dan motivasi untuk membaca secara fasih dan akurat. Disleksia merupakan salah satu masalah
tersering yang terjadi pada anak dan dewasa. angka kejadian di dunia berkisar 5-17% pada anak usia sekolah.
Disleksia adalah gangguan yang paling sering terjadi pada masalah belajar. Kurang lebih 80% penderita
gangguan belajar mengalami disleksia.

Angka kejadian disleksia lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan yaitu berkisar 2:1
sampai 5:1. Ada juga yang mengatakan bahwa ternyata tidak terdapat perbedaan angka kejadian antara laki-laki
dan perempuan.

Deteksi dini disleksia pada anak

Kesulitan membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan
kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian dan tingkat pendidikan),
selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses fonologik.

Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata
(kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan
belajar mengenal huruf) disertai dengan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia, menunjukkan faktor
risiko yang bermakna untuk menderita disleksia.

Pada anak usia sekolah biasanya keluhan berupa kurangnya tampilan di sekolah tetapi sering orangtua dan guru
tidak menyadari bahwa anak tersebut mengalami kesulitan membaca. Biasanya anak akan terlihat terlambat
berbicara, tidak belajar huruf di taman kanak-kanak dan tidak belajar membaca pada sekolah dasar. Anak
tersebut akan makin tertinggal dalam hal pelajaran sedangkan guru dan orangtua biasanya makin heran
mengapa anak dengan tingkat kepandaian yang baik mengalami kesulitan membaca.

Walaupun anak telah diajarkan secara khusus, biasanya anak tersebut akan dapat membaca tetapi lebih lambat.
Anak tidak akan fasih membaca dan tidak dapat mengenali huruf secara tepat. Disgrafia biasanya menyertai
disleksia. Selain itu penderita disleksia akan mengalami gangguan kepercayaan diri.

Penilaian membaca

Membaca dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai
fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik,
analisa fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun
sampai dewasa.

Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis
kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan
berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test
of World Reading Efficiency (TOWRE).

Sebagai uji tapis bagi para dokter, disarankan untuk mendengarkan dengan seksama saat anak membaca yang
sesuai dengan usianya.

Pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisis memiliki peran yang sangat terbatas dalam mendiagnosis disleksia. Gangguan sensori primer
harus disingkirkan. Pemeriksaan neurologik pada penderita disleksia biasanya normal.

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologis, elektroensefalografi dan analisis kromosom hanya
dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan jika terdapat
indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan mengingat terdapat kelainan genetik
seperti sindrom Klinefelter yang berhubungan dengan kesulitan bahasa dan mambaca.

Tatalaksana

Tatalaksana disleksia diarahkan pada kehidupan penderita. Pada anak yang masih kecil tatalaksana diarahkan
pada perbaikan. Setelah anak semakin besar maka tatalaksana diarahkan pada proses adaptasi.

Program intervensi yang diberikan merupakan faktor-faktor penting dalam membaca yaitu mengajarkan anak
untuk memanipulasi fonem dengan huruf, memfokuskan instruksi pada satu atau dua jenis manipulasi fonem,
pola pengajaran dalam kelompok kecil, dan instruksi yang sistematis dan eksplisit. Intervensi yang efektif akan
mengajarkan anak untuk mengerti bagaimana huruf berhubungan dengan suara dari huruf tersebut serta pola
mengeja.

Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan membaca secara oral dengan kecepatan yang cukup, akurat dan
ekspresi yang tepat. Kefasihan sangat penting karena membutuhkan pengenalan kata yang ototmatis. Meskipun
kefasihan merupakan hal yang sangat penting dalam tatalaksana tetapi sering hal ini dilupakan. Cara yang
paling efektif untuk mengasah kefasihan adalah dengan mengulang membaca secara oral dengan bimbingan, hal
ini dapat dilakukan dengan bimbingan guru, orang dewasa atau teman sebaya dengan pemberian umpan balik
sesudahnya. Umpan balik merupakan hal yang penting dan tidak boleh dilupakan.

Tatalaksana disleksia pada anak usia SMP-SMA serta perguruan tinggi lebih ditujukan pada adaptasi dan
penerimaan. Pada anak usia ini biasanya penderita tidak menunjukkan kelainan dalam pengenalan kata tetapi
akan mengalami kesulitan dalam membaca sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada penderita
tambahan dalam membaca dan mengerti hal yang dibaca. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu tambahan
seperti laptop yang dilengkapi program untuk memperbaiki ejaan, penggunaan alat perekam, bantuan tutor serta
penggunaan kelas terpisah yang tidak ramai saat hujan. Sangat penting untuk ditekankan bahwa disleksia tidak
berhubungan dengan tingkat kepandaian.

Orangtua sangat sering menanyakan mengenai tatalaksana disleksia, tetapi perlu ditekankan bahwa sangat
sedikit data mengenai tatalaksana disleksia. Selain itu tatalaksana bukan merupakan terapi sesaat tetapi lebih
kepada terapi yang berkesinambungan.

Penulis : Rini Sekartini, http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1955415123514

Anda mungkin juga menyukai