Anda di halaman 1dari 3

Dislexia

Dislexia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan
membaca, menulis, atau mengeja. Penderita dislexia akan kesulitan dalam
mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf
atau kalimat.
Dislexia tergolong gangguan saraf pada bagian otak yang memroses bahasa,
dan dapat dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa. Meskipun individu
dengan dislexia kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat
kecerdasan seseorang.

Gejala Dislexia
Dislexia dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung kepada usia
dan tingkat keparahan yang dialami penderita. Gejala dapat muncul pada usia
1-2 tahun, atau setelah dewasa.
Pada anak balita, gejala dapat sulit dikenali. Namun setelah anak mencapai
usia sekolah, gejala akan makin terlihat, terutama ketika anak belajar
membaca. Gejala yang muncul meliputi:

 Ketika anak terlambat berbicara dibandingkan anak-anak seusianya.


 Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengar.
 Kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menjawab suatu
pertanyaan.
 Kesulitan mengucapkan kata yang tidak umum.
 Kesulitan mempelajari bahasa asing.
 Kesulitan dalam mengingat sesuatu.
 Kesulitan dalam mengeja, membaca, menulis, dan berhitung.
 Lamban dalam menyelesaikan tugas membaca atau menulis.
 Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
 Menghindari aktivitas membaca dan menulis.
 Kesulitan mengingat huruf, angka, dan warna.
 Kesulitan memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
 Sering salah dalam mengucapkan nama atau kata.
 Sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘pit’ saat diminta menulis ‘tip.’
 Sulit dalam membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’
dengan ‘b’ atau ‘m’ dengan ‘w.’

Jika perkembangan kemampuan membaca dan menulis anak terlihat lambat,


segera konsultasikan dengan dokter. Apabila dislexia dibiarkan tidak tertangani,
kesulitan anak dalam membaca akan berlangsung hingga dewasa.
Penyebab dan Faktor Risiko Dislexia
Belum diketahui apa penyebab pasti dislexia, tetapi kondisi ini diduga terkait
dengan kelainan gen yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan
berbahasa. Sejumlah faktor yang diduga memicu kelainan gen tersebut adalah:

 Infeksi atau paparan nikotin, alkohol, dan NAPZA pada masa kehamilan.
 Lahir prematuratau berat badan lahir rendah.

Riwayat dislexia atau gangguan belajar dalam keluarga juga menjadikan anak
menderita dislexia.

Diagnosis Dislexia
Dokter dapat menduga pasien mengalami dislexia, bila terdapat sejumlah
gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter
akan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:

 Riwayat kesehatan serta perkembangan dan pendidikan
anak. Dokter akan menanyakan apakah anggota keluarga lain memiliki
riwayat gangguan dalam kemampuan belajar.
 Situasi dan kondisi di rumah. Dokter juga akan menanyakan kondisi
keluarga, termasuk siapa saja yang tinggal di rumah, serta apakah ada
masalah dalam keluarga.
 Pengisian kuesioner. Dokter akan memberikan sejumlah pertanyaan
untuk diisi oleh anggota keluarga serta guru di sekolah.
 Pemeriksaan saraf. Tes fungsi saraf dilakukan untuk memeriksa
apakah dislexia terkait dengan gangguan pada saraf otak, mata, dan
pendengaran.
 Tes psikologi. Tes psikologi dilakukan untuk memahami kondisi
kejiwaan anak, dan menyingkirkan kemungkinan gangguan kecemasan
atau depresi yang dapat memengaruhi kemampuan belajarnya.
 Tes akademis. Pasien akan menjalani tes akademis yang dianalisis oleh
ahli di bidangnya.

Pengobatan Dislexia
Meskipun dislexia tergolong penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi
deteksi dan penanganan sejak usia dini terbukti efektif meningkatkan
kemampuan penderita dalam membaca.
Salah satu metode yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan baca
tulis penderita dislexia adalah fonik. Metode fonik berfokus meningkatkan
kemampuan dalam mengidentifikasi dan memroses suara. Dalam metode fonik,
penderita akan diajari sejumlah hal berikut:
 Mengenali bunyi kata yang terdengar mirip, seperti ‘pasar’ dan ‘pagar’
serta ‘rembulan’ dan ‘ambulan’
 Mengeja dan menulis, mulai dari kata sederhana hingga kalimat yang
rumit.
 Memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut.
 Membaca kalimat dengan tepat, serta memahami makna yang dibaca.
 Menyusun kalimat dan memahami kosakata baru dan terdengar rumit.
‘Opik berbelanja optik di apotik’

Guna membantu proses penyembuhan anak, orang tua dapat melakukan


sejumlah hal berikut:

 Membaca dengan suara keras di hadapan anak. Langkah ini akan


lebih efektif bila dilakukan pada anak usia 6 bulan atau lebih muda.
Apabila anak sudah cukup dewasa, ajak anak membaca cerita bersama-
sama setelah diperdengarkan cerita sebelumnya.
 Beri semangat pada anak agar berani membaca. Hilangkan ketakutan
anak untuk membaca. Dengan rutin membaca, kemampuan anak dalam
membaca akan meningkat.
 Bekerja sama dengan guru di sekolah. Bicarakan kondisi anak dengan
guru di sekolah anak, kemudian diskusikan cara yang paling tepat untuk
membantu anak agar berhasil dalam pelajaran. Rutinlah berkomunikasi
dengan guru agar Anda mengetahui perkembangan anak di sekolah.
 Bicara dengan anak tentang kondisinya. Beri pemahaman pada anak
bahwa kondisi yang dialaminya dapat diperbaiki, sehingga anak menjadi
semangat untuk belajar.
 Batasi menonton televisi. Batasi waktu anak menonton televisi, dan
sediakan waktu lebih banyak untuk belajar membaca. Pilih tema bacaan
yang menarik bagi anak, atau pilih tempat yang menyenangkan untuk
belajar agar anak tertarik membaca.
 Bergabung dengan support group. Bergabunglah dengan kelompok
dukungan dengan kondisi yang sama. Pengalaman orang tua lain yang
memiliki anak dengan dislexia, dapat menjadi informasi berharga guna
meningkatkan kemampuan anak.

Anak dengan dislexia yang tidak segera ditangani, akan sangat kesulitan dalam
membaca. Kemampuannya dalam memahami pelajaran di sekolah juga akan
tertinggal. Oleh karena itu, bila anak memperlihatkan gejala dislexia,
segera cari dokter anak. Pengobatan akan lebih efektif bila dilakukan lebih
awal.

Anda mungkin juga menyukai