Anda di halaman 1dari 7

Nama : Greenika Yulenda

NPM : 18030008
Fakultas : Psikologi B Semester V

Tugas Tes Kepribadian 1


Resume Film

A. Like Stars on Earth


Like Stars on Earth, adalah film tentang anak penderita Disleksia, yaitu Ishaan, yang
selalu serba salah di dalam kelas. Sampai seorang guru seni baru datang-melanggar
semua aturan kaku dan membantu anak-anak disleksia menemukan diri mereka.

Film diawali dengan penyebutan nilai oleh guru. Ada seorang anak yang bernama
Ishaan Awasthi, ia selalu mendapatkan nilai yang buruk. Ia tidak bisa mengerjakan satu
pun tugas yang diberikan oleh gurunya dengan baik. Guru-guru menganggapnya anak
yang bodoh. Ia sangat berbeda dengan kakaknya yang cukup pintar. Namun Ishaan
memiliki sebuah bakat, yaitu menggambar. Gambar-gambar Ishaan sangat bagus.
Karena nilai Ishaan yang sangat buruk, akhirnya Ishaan dipindah ke sebuah sekolah
asrama. Ishaan memohon agar tidak dipindah ke sekolah asrama, namun orang tuanya
tetap memindahkannya. Disini Ishaan merasa dibuang oleh orang tuanya. Ishaan pun
berubah menjadi anak yang murung dan pendiam. Di sekolah ini Ishaan sering
dihukum oleh guru karena ia tetap tidak bisa mengikuti pelajaran.
Hidup Ishaan di sekolah asrama itu perlahan berubah ketika ada seorang guru baru
yang mengajar disana. Guru itu (Aamir Khan) mengajar dengan sangat menyenangkan.
Disaat anak-anak lain semakin semangat belajar, Ishaan tetap menjadi anak yang
pemurung. Sang guru baru ini bingung dengan sikap Ishaan. Akhirnya sang guru
mencari informasi tentang Ishaan. Ketika ia melihat tulisan tangan Ishaan, sang guru
pun tahu apa permasalahan yang dialami Ishaan. Ternyata Ishaan adalah seorang anak
DISLEKSIA (disleksia adalah gangguan belajar, dimana anak tidak mampu
membedakan huruf-huruf. Hal ini mengakibatkan si anak tidak mampu membaca
karena kebingungan saat melihat huruf.)

Sang guru pun bertemu dengan orang tua Ishaan dan memberitahu mereka tentang
kelainan yang dialami Ishaan. Selain itu sang guru pun terus melakukan usaha keras
untuk membantu Ishaan mengatasi kelainannya. Perlahan Ishaan mampu
membedakan huruf-huruf, dan akhirnya Ishaan bisa membaca!. Ini semua berkat sang
guru yang selalu membimbingnya dengan tanpa lelah.
Disleksia
Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan
membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam
mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau
kalimat.Disleksia tergolong gangguan saraf pada bagian otak yang memroses bahasa,
dan dapat dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa. Meskipun individu dengan
disleksia kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan
seseorang.

Gejala Disleksia

Disleksia dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung kepada usia dan
tingkat keparahan yang dialami penderita. Gejala dapat muncul pada usia 1-2 tahun,
atau setelah dewasa.Pada anak balita, gejala dapat sulit dikenali. Namun setelah anak
mencapai usia sekolah, gejala akan makin terlihat, terutama ketika anak belajar
membaca. Gejala yang muncul meliputi:
▪ Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya.
▪ Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengar.
▪ Kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menjawab suatu pertanyaan.
▪ Kesulitan mengucapkan kata yang tidak umum.
▪ Kesulitan mempelajari bahasa asing.
▪ Kesulitan dalam mengingat sesuatu.
▪ Kesulitan dalam mengeja, membaca, menulis, dan berhitung.
▪ Lamban dalam menyelesaikan tugas membaca atau menulis.
▪ Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
▪ Menghindari aktivitas membaca dan menulis.
▪ Kesulitan mengingat huruf, angka, dan warna.
▪ Kesulitan memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
▪ Sering salah dalam mengucapkan nama atau kata.
▪ Sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘pit’ saat diminta menulis ‘tip.’
▪ Sulit dalam membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’ dengan ‘b’
atau ‘m’ dengan ‘w.’
▪ Jika perkembangan kemampuan membaca dan menulis anak terlihat lambat,
segera konsultasikan dengan dokter. Apabila disleksia dibiarkan tidak
tertangani, kesulitan anak dalam membaca akan berlangsung hingga dewasa.

Penyebab dan Faktor Risiko Disleksia


Belum diketahui apa penyebab pasti disleksia, tetapi kondisi ini diduga terkait dengan
kelainan gen yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan berbahasa.
Sejumlah faktor yang diduga memicu kelainan gen tersebut adalah:
▪ Infeksi atau paparan nikotin, alkohol, dan NAPZA pada masa kehamilan.
▪ Lahir prematur atau terlahir dengan berat badan rendah.
▪ Riwayat disleksia atau gangguan belajar dalam keluarga juga menjadikan anak
menderita disleksia.
Diagnosis Disleksia
Dokter dapat menduga pasien mengalami disleksia, bila terdapat sejumlah gejala yang
telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:

Riwayat kesehatan serta perkembangan dan pendidikan anak. Dokter akan


menanyakan apakah anggota keluarga lain memiliki riwayat gangguan dalam
kemampuan belajar.
Situasi dan kondisi di rumah. Dokter juga akan menanyakan kondisi keluarga,
termasuk siapa saja yang tinggal di rumah, serta apakah ada masalah dalam keluarga.

▪ Pengisian kuesioner. Dokter akan memberikan sejumlah pertanyaan untuk


diisi oleh anggota keluarga serta guru di sekolah.
▪ Pemeriksaan saraf. Tes fungsi saraf dilakukan untuk memeriksa apakah
disleksia terkait dengan gangguan pada saraf otak, mata, dan pendengaran.
▪ Tes psikologi. Tes psikologi dilakukan untuk memahami kondisi kejiwaan anak,
dan menyingkirkan kemungkinan gangguan kecemasan atau depresi yang
dapat memengaruhi kemampuan belajarnya.
▪ Tes akademis. Pasien akan menjalani tes akademis yang dianalisis oleh ahli di
bidangnya.

Pengobatan Disleksia
Meskipun disleksia tergolong penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi deteksi
dan penanganan sejak usia dini terbukti efektif meningkatkan kemampuan penderita
dalam membaca.
Salah satu metode yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan baca tulis
penderita disleksia adalah fonik. Metode fonik berfokus meningkatkan kemampuan
dalam mengidentifikasi dan memroses suara. Dalam metode fonik, penderita akan
diajari sejumlah hal berikut:

▪ Mengenali bunyi kata yang terdengar mirip, seperti ‘pasar’ dan ‘pagar’.
▪ Mengeja dan menulis, mulai dari kata sederhana hingga kalimat yang rumit.
▪ Memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut.
▪ Membaca kalimat dengan tepat, serta memahami makna yang dibaca.
▪ Menyusun kalimat dan memahami kosakata baru.
▪ Guna membantu proses penyembuhan anak, orang tua dapat melakukan
sejumlah hal berikut:
Membaca dengan suara keras di hadapan anak. Langkah ini akan lebih efektif bila
dilakukan pada anak usia 6 bulan atau lebih muda. Apabila anak sudah cukup dewasa,
ajak anak membaca cerita bersama-sama setelah diperdengarkan cerita sebelumnya.
Beri semangat pada anak agar berani membaca. Hilangkan ketakutan anak untuk
membaca. Dengan rutin membaca, kemampuan anak dalam membaca akan
meningkat.
B. The Good Son Br

Mark Evans adalah seorang anak yang berusia 12 tahun yang baru saja ditinggal oleh
ibunya karena penyakit kanker. Tidak lama setelah peristiwa tsb ayah mark, harus
menitipkan mark kepada adiknya selama dua minggu dikarenakan ada sebuah urusan
bisnis. Selama 2 minggu mark tinggal bersama paman dan bibinya beserta dua orang
sepupunya connie dan kakaknya henry. Namun seiring berjalannya waktu mark
merasakan ada yang tidak benar pada diri henry, henry gemar melakukan tindakan-
tindakan yang kejam yang tidak semestinya di lakukan oleh anak seusianya, terlebih
lagi henry tampak senang dan tidak merasa bersalah sedikitpun atas perbuatannya.
Bentuk perilaku bermasalah yang dilakukan oleh Henry, pada film The good Son yaitu;
• Agresive
• Impulsive
• Melakukan pengrusakan property
• Melakukan bullying dan kekerasan kepada orang lain dan binatang
• Memiliki rasa kasihan atau penyesalan yang sangat rendah atau tidak ada sama
sekali.
Mark evans mengidap Conduct disorder yang merupakan pola perilaku yang
dilakukan secara berulang, dan perilaku yang ditunjukkan itu tidak sesuai dengan
nilai kebenaran yang dianut oleh masyarakat atau tidak sesuai dengan normal
sosial untuk rata-rata seusianya. Kelainan ini sudah bisa terlihat dari kecil. Menurut
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, ada beberapa tanda umum
yang ditunjukkan anak.
Anak yang memiliki gangguan ini biasanya kejam terhadap orang lain atau
binatang dan tidak memiliki rasa kasihan pada objek yang disakitinya. Suka
memulai perkelahian, merusak dengan sengaja, dan sering berbohong,
memperdaya serta menipu orang lain.
Penyebab dari gangguan conduct disorder :
Sampai saat ini, belum ada penyebab pasti dari kelainan ini. Namun beberapa
kombinasi faktor kejadian bisa jadi pemicu penyebabnya. Yang pertama adalah
fungsi otak yang abnormal terutama di area prefrontal cortex. Di mana bagian ini
mengatur penilaian dan sistem limbik yang mempengaruhi respon emosional.

Salah satu penyebab anak bisa mengalami conduct disorder adalah karena
pengaruh genetik. Menurut penelitian, sebanyak 50 persen perilaku anti-sosial
diturunkan secara genetik. Bisa juga karena masalah sosial seperti kemiskinan,
lingkungan yang tidak teratur, pola asuh yang terlalu ketat atau sebaliknya, sampai
masalah keluarga. Anak yang kurang pengawasan dari orangtua juga bisa jadi
pemicunya. Mereka dibiarkan menonton film yang bukan untuk umurnya, melihat
contoh yang tidak baik. Itulah yang jadi pemicu perilaku menyimpang mereka.
Penanganan terhadap conduct disorder

1. Intervensi keluarga, dengan cara melakukan check up kepada seluruh anggota


keluarga untuk mengetahui terhadap tingkah laku disruptive yang dimiliki oleh
anggota keluarga. Selanjutnya melakukan training kepada orang tua untuk
memberikan reward kepada tingkah laku yang pro sosial
2. multi sistemic therapy, dengan cara melibatkan seluruh lingkungan sosial yang
ada disekitar anak, dimulai dari lingkungan terdekat anak, yaitu keluarga,
kemudian anggota keluarga besar, teman sebaya, lingkungan sekitar rumah,
sekolah, bahkan akhirnya melibatkanseluruhkomunitasmasyarakat.

C. Film After Thomas


Film ini dari kisah nyata anak Skotlandia dan anjingnya, bercerita tentang
anak autis Kyle Graham dan kemajuan yang dia buat ketika orang tuanya mengadopsi
Thomas, seekor anjing golden retriever . Kyle Graham (Andrew Byrne) adalah seorang
anak autis berat dengan keterampilan komunikasi terbatas, membuat ulah dengan
kekerasan dan tidak terlatih ke toilet. Kondisinya menguji kesabaran orang tuanya
Nicola ( Keeley Hawes ) dan Rob ( Ben Miles ).Nicola percaya bahwa gejala autisme
Kyle dapat menjadi lebih ringan dari waktu ke waktu dengan mencoba
mengintegrasikan-nya dengan dunia di sekitarnya. Namun, Rob percaya bahwa solusi
terbaik adalah mengirim Kyle ke sekolah berasrama khusus yang dijalankan oleh
kepala sekolah yang karismatik dan penuh perhatian, John Havers ( Clive Mantle ).
Rob, yang sudah bertahun-tahun tidak berhubungan seks dengan istrinya, semakin
terkoyak saat teman keluarganya Rachel ( Lorraine Pilkington ) menawarinya seks
kasual. Jeda satu-satunya Nicola adalah dukungan tak tergoyahkan dari ibunya Pat
( Sheila Hancock ) dan ayah Jim ( Duncan Preston ), yang menyayangi Kyle dan
memberikan dukungan praktis saat dibutuhkan.
Berpikiran terbuka tentang terapi autisme , Nicola membaca tentang seorang
anak yang kondisinya membaik dengan bantuan anjing terapi ; Rob tetap skeptis,
percaya bahwa Kyle akan takut pada anjing itu atau tidak menyadari keberadaannya.
Kyle menamai anak anjing golden retriever- nya Thomas setelah Thomas the Tank
Engine . Perlahan, melalui Thomas, dia belajar tentang emosi dan hubungan
interpersonal

Autism spectrum disorder (ASD) atau Autisme.


Autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme merupakan
gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi perkembangan bahasa dan
kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku.
Bukan hanya autisme, ASD juga mencakup sindrom Asperger, sindrom Heller, dan
gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS).
✓ Faktor-faktor yang jadi pemicu autisme adalah:
Jenis kelamin. Anak laki-laki memiliki risiko hingga 4 kali lebih tinggi mengalami
autisme dibandingkan dengan anak perempuan.
Faktor keturunan. Orang tua yang mengidap autisme berisiko memiliki anak dengan
kelainan yang sama.
Penularan selama dalam kandungan. Contohnya, efek samping terhadap minuman
beralkohol atau obat-obatan (terutama obat epilepsi untuk ibu hamil) selama dalam
kandungan.
Pengaruh gangguan lainnya, seperti sindrom Down, distrofi otot, neurofibromatosis,
sindrom Tourette, lumpuh otak (cerebral palsy) serta sindrom Rett.
Kelahiran prematur, khususnya bayi yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau
kurang.
Baca juga: Vaksin Sebabkan Autisme? Ini Faktanya

✓ Penyebab Autisme
Penyebab autisme sampai saat ini masih belum diketahui. Namun, para ahli
mengidentifikasi adanya beberapa gen yang dicurigai memiliki kaitan dengan ASD.
Kadang-kadang gen-gen ini muncul dan bermutasi secara spontan. Namun, dalam
kasus lain, orang mungkin mewarisi gen tersebut dari orangtua.Dalam kasus anak
kembar, autisme bisa terjadi akibat gen kembar. Misalnya, bila satu anak kembar
mengidap autisme, maka kembar yang lain memiliki risiko autisme sekitar 36-95
persen.

Mereka yang mengidap autisme juga bisa mengalami perubahan di area-area utama
otak mereka yang memengaruhi cara bicara dan perilaku pengidap. Faktor lingkungan
mungkin juga berperan dalam pengembangan ASD, meskipun dokter bisa
mengkonfirmasi kebenarannya.

✓ Gejala autisme digolongkan dalam dua kategori yaitu:

Kategori Pertama: Katergori ini merujuk pada penyandang autisme dengan gangguan
dalam melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi. Gejala ini dapat meliputi
masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan bahasa
verbal maupun nonverbal.

Kategori Kedua: Penyandang austime dengan gangguan yang meliputi pola pikir,
minat, dan perilaku berulang yang kaku. Contoh gerakan berulang, misalnya
mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut
terganggu.
Umumnya, penyandang autisme cenderung memiliki masalah dalam belajar dan
kondisi kejiwaan lainnya, seperti gangguan hiperaktif atau disebut juga Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan kecemasan, dan depresi.
✓ Diagnosis Autisme
Tidak ada tes khusus yang bisa mendiagnosis autisme. Sebagai gantinya, dokter
biasanya akan mendiagnosis berdasarkan laporan perilaku dan pengamatan.

✓ Pengobatan Autisme
Pengidap austisme tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, orang tua harus
mewaspadai gejalanya sedini mungkin. Meski demikian, ada banyak jenis penanganan
yang bisa dilakukan untuk membantu penyandang autisme agar dapat menyesuaikan
diri dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensi dalam diri mereka
secara maksimal.

Tindakan penanganan yang dilakukan pada tiap pengidap bisa berbeda-beda. Namun,
penanganan yang diberikan pada pengidap autisme umumny berupa terapi. Berikut
beberapa pilihan metode terapi untuk pengidap autisme:

1. Terapi Perilaku dan Komunikasi


Terapi ini dilakukan dengan memberikan sejumlah pengajaran pada pengidap,
termasuk kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal.
2. Terapi Keluarga
Terapi ini ditujukan untuk orang tua dan keluarga pengidap autisme.
Tujuannya adalah agar keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi
dengan pengidap dan juga mengajarkan pengidap berbicara dan berperilaku
normal.
3. Pemberian Obat-obatan
Pemberian obat-obatan tidak bisa menyembuhkan autisme, melainkan dapat
mengendalikan gejalanya. Contohnya obat untuk mengatasi kejang, obat
untuk mengatasi masalah perilaku, obat untuk mengatasi depresi, dan obat
untuk mengatasi gangguan tidur.

Anda mungkin juga menyukai