Anda di halaman 1dari 3

NAMA : KHOIRIL FAJRIYATIL MUKARROMAH

NIM : 202006046

LECTURER : Sufil Lailiyah, S.S., M.A.

DISLEKSIA

Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan
membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi
kata-kata yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.

Disleksia tergolong sebagai gangguan saraf pada bagian otak yang memproses
bahasa. Kondisi ini dapat dialami oleh anak-anak atau orang dewasa. Meskipun disleksia
menyebabkan kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan
penderitanya.

Penyebab disleksia belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini erat kaitannya
dengan faktor genetik. Salah satu faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami
disleksia adalah memiliki keluarga dengan riwayat disleksia.

Disleksia bermula dari ketidakmampuan otak dalam memproses bahasa. Tes


pencitraan pada pengidap disleksia menunjukkan bahwa bagian otak yang seharusnya aktif
ketika seseorang membaca justru tidak berfungsi dengan baik. Meski penyebab disleksia
belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya
disleksia adalah sebagai berikut:

 Kelahiran prematur atau lahir dalam kondisi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).
 Memiliki keluarga dengan riwayat disleksia.
 Pernah terpapar nikotin, alkohol, NAPZA, atau infeksi selama masa kehamilan.
 Cedera atau trauma pada otak.
 Kelainan pada struktur otak yang berfungsi untuk berpikir dan mengolah kata.

Gejala disleksia pada setiap orang bisa beragam tergantung dari usia dan tingkat
keparahannya. Disleksia mungkin sulit dideteksi ketika usia anak masih di bawah 5 tahun.
Gejala akan terlihat ketika anak sudah memasuki masa sekolah.Berdasarkan waktu
kemunculannya, gejala disleksia dibedakan menjadi dua jenis yaitu gejala saat anak-anak dan
gejala saat dewasa. Secara umum, gejala yang dialami oleh anak-anak pengidap disleksia
adalah sebagai berikut:

 Perkembangan terhadap kemampuan bicara anak lebih lambat dibandingkan anak


seusianya.
 Kesulitan dalam mengingat dan mempelajari nama serta bunyi abjad.
 Sering menulis secara terbalik, misalnya menulis kata ‘ikan’ menjadi ‘kina’.
 Kesulitan membedakan abjad tertentu saat menulis.

Anak-anak pengidap disleksia juga mengalami kesulitan dalam beberapa aktivitas,


yaitu:
 Memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
 Memproses serta memahami hal yang didengar.
 Mengingat huruf, warna, dan angka.
 Mengucapkan kata yang jarang dikatakan.
 Mengeja, membaca, hingga menulis.

Pengidap disleksia remaja dan dewasa sering kali mengalami kesulitan dalam mengatakan
sesuatu, atau istilah sederhananya “belibet”. Tak hanya itu, disleksia pada remaja dan orang
dewasa membuat pengidapnya mengalami kesulitan dalam beberapa hal, yaitu:

 Memahami lelucon atau ungkapan kata yang tidak umum, seperti idiom.
 Mengeja kata dan menghitung.
 Mempelajari bahasa asing.
 Merangkum sebuah cerita.

Dalam kasus disleksia ini, banyak para ilmuan atau orang penting yang mengidap
penyakit ini, namun tidak menutup kemungkinan bahwa mereka adalah sosok yang jenius
atau sangat berbakat dalam suatu bidang. Ini adalah beberapa diantaranya seperti Albert
Einstein, Pablo Picasso, Steven Spielberg, John Lennon,Richard Branson, Tom Cruise.

Seperti halnya dalam film Taare Zameen Par (2007) yang menceritakan seorang anak
kecil bernama Ishan, yang dianggap idiot dan sangat nakal oleh orang tuanya, hingga ia harus
dikirimkan ke asrama yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh anak ini. Lalu saat di asrama
dia bertemu dengan guru seni bernama pak Nikumbh,

Awalnya guru ini hanya memperhatikan kenapa Ishaan tidak bersemangat didalam
kelasnya. Lambat laun terungkap sudah melalui buku tugas Ishaan bahwa dia kebingungan
dalam menyusun kata dan sering menulis huruf secara terbalik. Seperti d terbalik menjadi b,
tidak bisa memasang dasi dan tali sepatu sendiri, dan sebagainya.Kemungkinan terbesar
Ishaan menjadi seperti ini adalah dikarenakana dia yang memiliki imajinasi yang sangat luar
biasa. Jadi saat Ishaan melihat suatu angka atau huruf, maka imajinasinya akan
membayangkan angka dan tulisan ini menjadi hewan maupun tumbuhan dan sejenisnya.

Namun sebenarnya Ishaan adalah anak yang jenius di bidang seni. Dari sini pak
Nikumbh bertekad untuk mengajarkan baca tulis kepada Ishaan sampai benar-benar paham.
Metode yang digunakanpun cukup unik dan sangat menyenangkan bagi Ishaan, pak Nikumbh
mengajak Ishan bermain sambil belajar dengan menggunakan handcraft, maupun seni.
Perlahan tapi pasti Ishaan pun bisa melakukan itu semua.

Dari sini kita belajar bahwa sebenarnya semua anak itu spesial dengan cara mereka
masing-masing. Terkadang mereka hanya butuh di mengerti dengan apa yang sebenarnya
mereka butuhkan. Tak mustahil bahwa anak-anak seperti Ishaan akan menjadi seorang jenius
di masa depan.

Sebenarnya gangguan bahasa yang dialami semua anak ataupun orang dewasa dapat
ditangani dengan metode dan perawatan yang tepat. Karena hal ini diharapkan semua orang
tua siap menghadapi masalah serupa, dan mencari solusinya, bukan hanya menyudutkan anak
saja.

Anda mungkin juga menyukai