com/disleksia
Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan
membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam
mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau
kalimat.
Disleksia tergolong gangguan saraf pada bagian otak yang memroses bahasa, dan
dapat dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa. Meskipun individu dengan disleksia
kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan seseorang.
Gejala Disleksia
Disleksia dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung kepada usia dan
tingkat keparahan yang dialami penderita. Gejala dapat muncul pada usia 1-2 tahun,
atau setelah dewasa.
Pada anak balita, gejala dapat sulit dikenali. Namun setelah anak mencapai usia
sekolah, gejala akan makin terlihat, terutama ketika anak belajar membaca. Gejala
yang muncul meliputi:
Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya.
Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengar.
Kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menjawab suatu pertanyaan.
Kesulitan mengucapkan kata yang tidak umum.
Kesulitan mempelajari bahasa asing.
Kesulitan dalam mengingat sesuatu.
Kesulitan dalam mengeja, membaca, menulis, dan berhitung.
Lamban dalam menyelesaikan tugas membaca atau menulis.
Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
Menghindari aktivitas membaca dan menulis.
Kesulitan mengingat huruf, angka, dan warna.
Kesulitan memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
Sering salah dalam mengucapkan nama atau kata.
Sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘pit’ saat diminta menulis ‘tip.’
Sulit dalam membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’ dengan ‘b’
atau ‘m’ dengan ‘w.’
Jika perkembangan kemampuan membaca dan menulis anak terlihat lambat, segera
konsultasikan dengan dokter. Apabila disleksia dibiarkan tidak tertangani, kesulitan
anak dalam membaca akan berlangsung hingga dewasa.
Riwayat disleksia atau gangguan belajar dalam keluarga juga menjadikan anak
menderita disleksia.
Diagnosis Disleksia
Dokter dapat menduga pasien mengalami disleksia, bila terdapat sejumlah gejala yang
telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:
Riwayat kesehatan serta perkembangan dan pendidikan anak. Dokter akan
menanyakan apakah anggota keluarga lain memiliki riwayat gangguan dalam
kemampuan belajar.
Situasi dan kondisi di rumah. Dokter juga akan menanyakan kondisi keluarga,
termasuk siapa saja yang tinggal di rumah, serta apakah ada masalah dalam
keluarga.
Pengisian kuesioner. Dokter akan memberikan sejumlah pertanyaan untuk diisi
oleh anggota keluarga serta guru di sekolah.
Pemeriksaan saraf. Tes fungsi saraf dilakukan untuk memeriksa apakah
disleksia terkait dengan gangguan pada saraf otak, mata, dan pendengaran.
Tes psikologi. Tes psikologi dilakukan untuk memahami kondisi kejiwaan anak,
dan menyingkirkan kemungkinan gangguan kecemasan atau depresi yang dapat
memengaruhi kemampuan belajarnya.
Tes akademis. Pasien akan menjalani tes akademis yang dianalisis oleh ahli di
bidangnya.
Pengobatan Disleksia
Meskipun disleksia tergolong penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi deteksi
dan penanganan sejak usia dini terbukti efektif meningkatkan kemampuan penderita
dalam membaca.
Salah satu metode yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan baca tulis
penderita disleksia adalah fonik. Metode fonik berfokus meningkatkan kemampuan
dalam mengidentifikasi dan memroses suara. Dalam metode fonik, penderita akan
diajari sejumlah hal berikut:
Mengenali bunyi kata yang terdengar mirip, seperti ‘pasar’ dan ‘pagar’.
Mengeja dan menulis, mulai dari kata sederhana hingga kalimat yang rumit.
Memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut.
Membaca kalimat dengan tepat, serta memahami makna yang dibaca.
Menyusun kalimat dan memahami kosakata baru.
Guna membantu proses penyembuhan anak, orang tua dapat melakukan sejumlah hal
berikut:
Membaca dengan suara keras di hadapan anak. Langkah ini akan lebih efektif
bila dilakukan pada anak usia 6 bulan atau lebih muda. Apabila anak sudah
cukup dewasa, ajak anak membaca cerita bersama-sama setelah
diperdengarkan cerita sebelumnya.
Beri semangat pada anak agar berani membaca. Hilangkan ketakutan anak
untuk membaca. Dengan rutin membaca, kemampuan anak dalam membaca
akan meningkat.
Bekerja sama dengan guru di sekolah. Bicarakan kondisi anak dengan guru di
sekolah anak, kemudian diskusikan cara yang paling tepat untuk membantu
anak agar berhasil dalam pelajaran. Rutinlah berkomunikasi dengan guru agar
Anda mengetahui perkembangan anak di sekolah.
Bicara dengan anak tentang kondisinya. Beri pemahaman pada anak bahwa
kondisi yang dialaminya dapat diperbaiki, sehingga anak menjadi semangat
untuk belajar.
Batasi menonton televisi. Batasi waktu anak menonton televisi, dan sediakan
waktu lebih banyak untuk belajar membaca. Pilih tema bacaan yang menarik
bagi anak, atau pilih tempat yang menyenangkan untuk belajar agar anak tertarik
membaca.
Bergabung dengan support group. Bergabunglah dengan kelompok dukungan
dengan kondisi yang sama. Pengalaman orang tua lain yang memiliki anak
dengan disleksia, dapat menjadi informasi berharga guna meningkatkan
kemampuan anak.
Anak dengan disleksia yang tidak segera ditangani, akan sangat kesulitan dalam
membaca. Kemampuannya dalam memahami pelajaran di sekolah juga akan tertinggal.
Oleh karena itu, bila anak memperlihatkan gejala disleksia, segera konsultasikan ke
dokter. Pengobatan akan lebih efektif bila dilakukan lebih awal.
Usia anak-anak adalah waktu yang tepat untuk mempelajari banyak hal. Sayangnya, banyak
orangtua yang mengamati perilaku buah hati mereka sulit untuk membaca, menulis, atau
mengeja. Jangan langsung dimarahi, belum tentu sebabnya adalah anak malas belajar. Bisa
jadi anak mengidap penyakit disleksia. Disleksia adalah gangguan belajar paling umum yang
dimiliki banyak anak di dunia. Simak ulasannya berikut ini.
Disleksia adalah salah satu jenis penyakit mental pada anak-anak, yang dikenal juga dengan
gangguan belajar. Kondisi ini membuat anak kesulitan untuk membaca, menulis, mengeja, atau
berbicara dengan jelas.
Kemampuan berpikir mereka mungkin di atas rata-rata; mereka dapat berpikir dengan cepat
dan kreatif dengan kemampuan penalaran yang kuat. Sayangnya, mereka akan tetap
mengalami kesulitan dalam proses memahami pelajaran dari segi visual atau suara.
Contohnya saat membaca, indra penglihatan akan mengirimkan sinyal dari gambar atau huruf
yang mereka lihat dan dengar ke sistem saraf pusat, yaitu otak. Kemudian, otak akan
menghubungkan huruf-huruf atau gambar tersebut dalam urutan yang benar hingga terbentuk
menjadi kata, kalimat, atau paragraf yang dapat kita baca dan pahami.
Namun, anak dengan penyakit disleksia mengalami kesulitan untuk mencocokkan huruf dan
gambar tersebut. Mereka akan kesulitan untuk memahami bacaan atau gambar yang dilihatnya
sehingga untuk mempelajari hal selanjutnya akan jadi lebih sulit.
Apa penyebab penyakit disleksia?
Penyebab disleksia tidak diketahui secara pasti. Namun, peneliti sepakat bahwa secara garis
besar penyebab penyakit disleksia terbagi menjadi dua, yaitu:
Genetik. Penyebab disleksia adalah cacat pada gen DCD2, ini yang paling umum.
Biasanya kondisi ini diwariskan dari anggota keluarga. Kondisi yang ditandai dengan tidak
berfungsinya cerebrum, yaitu bagian otak yang mengatur aktivitas berpikir dan bergerak.
Cedera atau kondisi lainnya. Selain faktor keturunan, penyebab disleksia
adalah gangguan yang dialami anak setelah mereka dilahirkan seperti cedera otak, stroke, atau
trauma lainnya.
Penyakit gangguan belajar ini juga bisa dipengaruhi oleh latar belakang etnis seseorang,
terutama penggunaan bahasa. Setiap negara memiliki aturan tata bahasa, bagaimana suatu
kata ditulis atau dibunyikan.
Orang dengan gangguan belajar ini mungkin akan lebih sulit untuk mempelajari bahasa Inggris,
kenapa? Bahasa ini memiliki cara penulisan dan cara baca huruf yang biasanya berbeda.
Contohnya, kata satu ditulis “one” tapi dibaca menjadi “wan“.
Disleksia sangat umum terjadi. Gangguan belajar ini hampir memengaruhi 20 persen populasi
jumlah penduduk dan menjadi 80-90 persen penyebab dari ketidakmampuan anak dalam
belajar. Anak-anak dengan kondisi ini memiliki penglihatan yang normal. Namun saat proses
belajar, mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami apa yang dipelajari dibanding
anak normal lainnya.
Disleksia adalah masalah yang umum muncul pada usia anak-anak, tapi akan terus dialami
hingga usia dewasa. Bahkan, banyak orang dewasa yang tidak menyadari mereka mengidap
penyakit ini.
Gangguan belajar ini tidak dapat disembuhkan. Seseorang akan tetap memilikinya seriring
dengan bertambahnya usia. Namun, dengan perawatan dan dukungan yang tepat, anak
disleksia tetap bisa berkarya dan menjadi orang yang sukses saat dewasa seperti anak lainnya.
Apa saja tipe penyakit disleksia?
Gangguan belajar dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Beberapa jenis yang sering
digunakan untuk menggambarkan penyakit disleksia adalah:
Fonological dyslexia: kesulitan untuk menguraikan atau mengeja sebuah kata menjadi
susunan huruf. Orang dengan disleksia tipe ini sulit untuk menuliskan kata-kata yang didengar.
Jenis ini juga dikenal dengan disleksia disfonetik atau disleksia pendengaran.
Surface dyslexia: kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengenali kata
demi kata sehingga kata-kata sulit diingat dan dipelajari. Jenis gangguan belajar ini disebut juta
dengan disleksia visual atau dyseidectic dyslexia.
Visual dyslexia: kondisi yang ditandai kesulitan untuk memaknai kata yang dilihat.
Tanda dan gejala umum orang yang memiliki
disleksia
Untuk mengetahui apakah anak atau seseorang mengidap gangguan belajar ini, Anda perlu
mengenali seperti apa tanda dan gejalanya. Semua itu bisa terjadi pada usia berapa pun, tapi
cenderung muncul pada masa anak-anak. Tanda dan gejala anak disleksia adalah:
Banyak anak disleksia yang memiliki kecerdasan normal seperti anak lainnya. Namun, mereka
kerap kali terlihat berusaha keras untuk belajar membaca. Seperti lebih lama untuk mempelajari
huruf, sulit untuk mengucapkan atau menerka huruf atau angka, atau terbalik memosisikan
mainan huruf.
Untungnya, ini bisa diatasi dengan pengajaran yang tepat dan dukungan dari orang-orang di
sekeliling anak atau orang dengan disleksia.
2. Kemampuan berbicara yang sangat lambat
Anak dengan gangguan belajar mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar
berbicara. Mereka sering salah mengucapkan kata-kata atau kesulitan untuk membedakan
bunyi kata yang berbeda.
Walaupun mereka sudah belajar mengenali huruf, kemungkinan besar ia akan lupa dengan
pelajaran yang sebelumnya yang sudah dipelajari.
Anak disleksia dapat belajar merangkak, berjalan, berbicara, atau mengendarai sepeda seperti
biasa, tetapi lebih lambat daripada anak lain seusianya.
Anak disleksia mungkin akan terlihat lebih lemah dibanding teman sebanya. Mereka kadang
kesulitan untuk menangkap bola, akibat koordinasi mata dengan tangan yang kurang baik. Jika
koordinasi anak memang sangat buruk, kemungkinan anak memiliki kondisi lain seperti
dispraksia.
Anak-anak dengan gangguan belajar ini biasanya sulit untuk konsentrasi pada suatu hal.
Kondisi ini mempersulit proses belajar dan memahami sesuatu. Selain itu, anak disleksia juga
lebih mungkin terkena masalah sistem imun, seperti mudah sekali demam, memiliki alergi,
eksim, atau asma.
Ciri-ciri disleksia berdasarkan usia
Tanda-tanda disleksia sulit dikenali sebelum anak masuk sekolah. Begitu anak mencapai usia
sekolah, guru anak Anda mungkin akan menyadari adanya masalah pada anak. Keparahan
kondisi berbeda pada setiap anak, tetapi kondisinya akan menjadi lebih jelas saat anak sudah
mulai belajar membaca.
Jika gangguan belajar terjadi pada anak yang belum sekolah atau usia balita, kemungkinan
tanda-tanda disleksia adalah:
Mengalami kesulitan untuk belajar huruf-huruf dasar (alfabet), sulit membedakan atau
mengenali warna
Sulit membedakan kata-kata yang serupa, atau bahkan huruf yang serupa (seperti b dan
d)
Jika gangguan belajar terjadi pada anak usia sekolah, kemungkinan tanda-tanda disleksia
adalah:
Bila mengerjakan sesuatu, khususnya PR, akan kurang rapi tulisan atau polanya
Jika gangguan belajar terjadi pada remaja atau orang yang lebih dewasa, kemungkinan tanda-
tanda disleksia adalah:
Kondisi mental ini bisa terjadi pada siapa saja. Namun, lebih berisiko terjadi pada orang-orang
dengan kondisi berikut ini:
Selama di dalam kandungan, janin terpapar dengan nikotin, obat-obatan, alkohol, atau
infeksi yang memengaruhi perkembangan otaknya
Kelainan pada struktur otak yang berperan dalam kegiatan mengolah kata dan proses
berpikir
Apa saja yang kemungkinan terburuk yang
harus dihadapi anak disleksia?
Disleksia sering kali luput dari pengawasan orangtua. Bahkan, ada yang tidak menyadari
memiliki penyakit ini, hingga usia dewasa. Perlu Anda ketahui bahwa orang dengan kondisi ini
bisa menyebabkan sejumlah masalah, seperti:
Proses belajar yang bermasalah. Membaca dan menulis adalah keterampilan dasar
yang harus dikuasai seseorang. Bukan hanya untuk belajar saja, tapi juga penting untuk
kehidupan dewasa nanti. Anak juga bisa tidak naik kelas karena tertinggal banyak pelajaran.
Ketika dewasa, pekerjaan yang bisa dilakukan pun terbatas.
Masalah sosial. Tanpa perawatan, kondisi ini bisa membuat anak jadi minder dengan
teman-temannya. Selain itu, anak akan cenderung menarik diri dari lingkungan, memiliki
masalah dalam berperilaku, cemas, dan lebih agresif.
Kesehatan mental jadi lebih buruk. Anak dengan kondisi ini berisiko lebih tinggi
mengalami gangguan ADHD. Bila sudah memiliki kondisi ini yang perhatian dan perilaku
hiperaktif yang sulit dikontrol membuat disleksia semakin sulit untuk diatasi.
Apakah perlu ke dokter?
Belajar mengenal huruf, membaca, mengeja, menulis, dan merangkai kata biasanya sudah
dipelajari oleh anak-anak prasekolah. Kemampuannya akan semakin terasah setelah memasuki
sekolah dasar. Jika Anda melihat tanda-tanda anak tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah
dengan baik, belum tentu itu menjadi pertanda anak memiliki gangguan belajar.
Akan tetapi, pada umumnya anak dengan kondisi ini biasanya tidak dapat memahami dasar-
dasar dari pelajaran yang seharusnya dimengerti oleh anak seusianya. Konsultasikan dengan
dokter atau psikolog, jika Anda merasa khawatir dengan kondisi anak.
Bagaimana penyakit disleksia didiagnosis?
Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat terkait penyakit disleksia pada anak, Anda harus
mendatangi sekolah dan menanyakan perkembangan belajar anak di sekolah. Selain itu, ada
beberapa tes yang harus anak lakukan, seperti:
Selama proses penilaian, pemeriksa harus mengesampingkan kondisi atau penyebab lain yang
membuat anak mengalami kesulitan dalam belajar, seperti masalah penglihatan, gangguan
pendengaran, atau kurang jelasnya intrusksi saat tes dilakukan.
Jadi, tes lain juga perlu dilakukan oleh anak, seperti tes kesehatan otak dan tes psikologi. Hal
ini membantu dokter untuk mengetahui bagaimana kondisi dan fungsi otak anak sekaligus
untuk memahami kesehatan mental anak.
Apa yang harus orangtua lakukan jika
memiliki anak dengan disleksia?
Orangtua harusnya cepat tanggap dan peka terhadap kondisi buah hati yang mulai
menunjukkan gejala atau ciri gangguan sulit belajar ini sejak dini. Hal ini dapat berimbas kepada
kondisi psikologis anak yang ikut terbawa.
Anak bisa merasa depresi dan akan menurunkan kepercayaan diri serta sosialisasinya di
lingkungan sekolah karena ketidakmampuannya tersebut.
Sama seperti autisme, tidak ada obat untuk menyembuhkan gangguan belajar ini. Disleksia
pada dasarnya juga bukanlah penyakit berbahaya. Namun, terapi rutin bersama psikolog atau
konsultan pendidikan dan anak disleksia adalah salah satu cara melatih anak bisa berlaku
normal di masyarakat.
Cara meningkatkan kemampuan belajar anak
disleksia
Karena anak dengan kondisi ini tidak bisa mengikuti proses belajar seperti anak normal, maka
teknik belajar harus diubah sesuai dengan kondisi anak. Pembelajaran akan lebih melibatkan
kemampuan anak untuk mendengar, melihat, dan merasakan untuk meningkatkan kemampuan
membaca. Ini bisa dilakukan jika anak mengikuti home schooling.
Sementara, jika anak mengikuti sekolah umum dan merasa tertinggal banyak pelajaran, Anda
bisa mendaftarkan anak ke tempat les khusus untuk membantunya membaca. Biasanya
kegiatan ini diadakan oleh lembaga, yayasan, komunitas, atau Anda bisa menyewa guru privat
yang bisa mengajarkan anak Anda dengan baik.
Yang terpenting, sesuaikan jadwal les dengan perkembangan belajar anak, setidaknya satu
atau dua kali pertemuan setiap minggu. Jangan membuat jadwal belajar anak semakin padat,
justru ini akan membuat anak jadi malas dan enggan atau bahkan sakit.
Jangan lupa untuk selalu memantau perkembangan belajar anak di sekolah, menemani, dan
membantu anak untuk menyelesaikan pekerjaan sekolahnya di rumah.
Mengajari anak untuk membaca bukan hanya peran bagi pengajar, tapi juga Anda sebagai
orangtua. Semakin sering anak berlatih membaca, semakin meningkat juga kemampuannya.
Jadi, akan lebih baik jika Anda juga ikut mendukung anak untuk terus berlatih membaca,
misalnya:
Berikan rasa nyaman dan menyenangkan bagi anak saat membaca buku bersama
supaya anak tidak bosan atau menghilangkan perasan bahwa membaca adalah kegiatan yang
menakutkan atau menegangkan.
Agar anak tetap semangat untuk belajar, Anda harus menunjukkan perhatian dan kasih sayang
kepada anak. Caranya mudah, seperti memuji atau merayakan setiap kemajuannya dalam
belajar. Luangkan satu hari untuk memanjakan anak atas keberhasilannya.
Kemudian, bantu anak untuk memahami kondisinya. Dengan begitu, anak tidak akan merasa
dirinya lebih buruk atau tidak beruntung dibandingkan teman-temannya. Ini penting guna
membangun kepercayaan diri anak untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Tetap beri anak kebebasan untuk melakukan berbagai hal yang disukainya seperti melukis,
bermain bola, atau bermain musik.
https://www.halodoc.com/kesehatan/disleksia
Pengertian Disleksia
Gejala Disleksia
Gejala disleksia dapat timbul pada usia berapapun, namun cenderung lebih
sering pada usia anak-anak. Beberapa gejalanya meliputi:
Penyebab Disleksia
Bayi yang lahir dari ibu pengguna obat-obatan, alkohol, perokok, atau
pernah mengalami infeksi yang mempengaruhi perkembangan otak
janin.
Diagnosis Disleksia
Pengobatan Disleksia
Komplikasi Disleksia
Pencegahan Disleksia
Disleksia biasanya tidak disadari pada saat masih kecil dan berlanjut hingga
dewasa. Hubungi dokter bila anak memiliki kemampuan membaca yang
lebih rendah dari anak-anak lain, atau jika anak memiliki tanda-tanda atau
gejala yang disebutkan di atas. Agar lebih mudah, ibu bisa langsung
membuat janji dengan dokter di poliklinik anak di sini.
https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/latihan-membantu-anak-disleksia-lancar-baca-tulis/
Saat mengetahui anak mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah atau berjuang
keras membaca teks sederhana dalam buku, sering kali orangtua dan guru merasa
kebingungan untuk memahami penyebabnya. Apakah ia hanya sekedar malas? Tidak fokus?
Atau justru tidak sepintar apa yang Anda harapkan?
Membesarkan anak dengan disleksia dapat melibatkan emosi yang campur aduk. Anda
mungkin akan melihat jauh ke depan, diselimuti oleh berbagai kekhawatiran apakah hal ini akan
mempengaruhi masa depan si kecil nantinya. Akan tetapi, disleksia bukanlah jaminan
kegagalan.
Banyak orangtua yang belum tahu bahwa sebenarnya disleksia merupakan kondisi yang sangat
umum, dan banyak pula tokoh dunia berpengaruh memiliki kondisi ini — misalnya Picasso,
Steven Spielberg, hingga Bill Gates.
Yang pasti, disleksia bukanlah berarti kecerdasan anak kurang, bukan tanda kemalasan,
apalagi karena alasan penglihatan yang buruk. Pengidapnya masih dapat memahami ide dan
gagasan yang kompleks. Terkadang, mereka hanya memerlukan tambahan waktu untuk
memahami informasi yang sedang ia cerna. Mereka juga mungkin membutuhkan cara yang
berbeda untuk memproses informasi, seperti mendengarkan buku audio daripada membaca
paragraf demi paragraf.
Namun, sangat penting untuk diingat bahwa disleksia adalah kondisi seumur hidup. Perjuangan
anak dalam membaca dan isu-isu lainnya dapat menyebabkan frustrasi dan perasaan rendah
diri. Namun, bukan berarti hal ini akan menghalangi si kecil untuk bisa bahagia dan sukses di
hidupnya.
1. Ajarkan mendetail
Pertama, ajarkan anak dengan menunjukkan satu kata, misalnya “beruang” dan bacakan
untuknya dengan suara yang jelas dan lantang. Kemudian, minta ia untuk coba mengeja huruf
pembentuk kata tersebut. Tanyakan huruf hidup apa saja yang ia lihat, huruf apa yang ia lihat di
awal, tengah, dan akhir kata. Hal ini akan membantunya untuk menganalisis kosakata tersebut
dan memprosesnya dengan terinci.
Kegiatan ini melibatkan indra penglihatan, sentuh, gerakan, dan suara untuk anak bisa
menghubungkan huruf dan suara. Mulai dengan menebarkan segenggam pasir atau sesendok
besar krim cukur (atau whipping cream) di atas kertas atau meja.
Kemudian, minta si kecil untuk membuat kata “beruang” menggunakan jari mereka di atas pasir
atau krim tersebut. Selagi mereka menulis, minta ia untuk mengeja bunyi setiap huruf yang ia
buat, dan coba untuk membaurkan setiap suara tersebut bersama-sama untuk menyebutkan
“beruang” dengan keras dan jelas.
3. Menulis di udara
Menulis di udara akan memperkuat hubungan antar suara dan setiap huruf melalui “memori
otot”. Hal ini juga dapat membantu memperkuat anak untuk bisa membedakan bentuk huruf
yang membingungkan, misalnya “b” dan “d”. Ajarkan anak menggunakan dua jari — telunjuk
dan jari tengah — untuk membuat huruf imajinasi di udara, sambil menjaga siku dan
pergelangan tangan tetap lurus. Setiap kali ia membuat satu huruf di udara, minta ia untuk
mengeja bunyi huruf tersebut dengan keras.
Aktivitas ini juga akan membantu mereka untuk membayangkan bentuk huruf yang mereka
tulis. Anda mungkin bisa melakukan improvisasi dengan meminta si kecil mengasosiasikan
penulisan huruf dengan warna tertentu, misalnya merah untuk “b”, kuning untuk “d”.
Menyusun suatu kata dengan balok mainan warna-warni berbentuk huruf dapat membantu
anak untuk menghubungkan suara dengan huruf. Untuk meningkatkan latihan si kecil, Anda
bisa mengkategorikan warna yang berbeda untuk kelompok huruf hidup dan huruf konsonan,
merah dan biru, misalnya.
Selagi mereka menyusun kata, minta mereka untuk mengeja bunyi huruf-huruf tersebut,
kemudian minta ia untuk mengatakan kata utuhnya dengan jelas setelah ia selesai menyusun
kata.
Dengan selembar kertas karton, buat tiga kolom: Baca, Susun, dan Tulis. Kemudian, sediakan
spidol dan balok huruf warna-warni.
Tuliskan kosakata yang ingin Anda latih di kolom Baca dan minta anak Anda untuk melihat
huruf-huruf pembentuk kata tersebut. Kemudian, si kecil akan menyusun kata tersebut di kolom
Susun menggunakan balok huruf. Terakhir, minta ia untuk coba menuliskan kata tersebut di
kolom Tulis sambil membacakannya dengan lantang.
6. Ketukan jari
Menggunakan ketukan jari saat mengeja huruf mengajarkan anak untuk merasa, meraba, dan
mendengar bagaimana huruf-huruf tertentu bisa membentuk satu kata, beserta bunyi
keseluruhannya.
Misalnya, kata “Budi”. Minta anak untuk mengetukkan jari telunjuk ke ibu jarinya saat mereka
mengucapkan huruf “b”, ketukkan jari tengah dengan ibu jari saat mengucapkan huruf “d”, jari
manis dengan ibu jari saat mengucapkan “u”, dan kelingking untuk huruf “i”.
7. Bantuan gambar
Untuk beberapa anak, mengingat kata akan lebih mudah jika mereka menghubungkannya
dengan suatu gambar. Berikut salah satu cara untuk menyiasatinya:
Tuliskan kata yang ingin dilatih pada kedua sisi kertas, misalnya kata “dua”. Pada satu sisi,
Anda bersama si kecil bisa menggambar langsung pada kata tersebut (misalnya, menambahan
dua buah mata di atas huruf U untuk menggambar wajah tersenyum; atau menggambar angsa
yang melambangkan bentuk angka “2”). Menggunakan kata berilustrasi ini, latih si kecil untuk
mengasosiasikan kata tersebut dengan gambar dan huruf-huruf pembentuknya — dua pasang
mata untuk mewakili kata “dua”. Ketika anak Anda mulai lancar untuk membaca dengan cepat
dan lebih mudah, alihkan latihan ke sisi lainnya dimana hanya ada teks kata “dua”.
Untuk kata-kata yang sering terlihat atau dipakai dalam sebuah kalimat utuh, misalnya “saya”,
“di”, “ke”, “dari”, dan cetaklah kata-kata ini dalam ukuran besar dan berwarna-warni, kemudian
tempelkan dalam urutan alfabetik di dinding kamar anak Anda.
Secara otomatis bisa mengenali sejumlah kosakata dapat membantu anak lebih cepat tanggap,
menjadi pembaca yang lebih lancar. Paparan yang berulang adalah kunci sukses untuk Anda
berdua.
Dinding kosakata memberikan anak paparan ekstra untu kosakata-kosakata penting ini. Dinding
khusus ini juga memberikan akses cepat terhadap kosakata tertentu yang mungkin mereka
butuhkan selama aktivitas membaca atau menulis.
Dalam kegiatan ini, Anda dan anak akan terlibat bersama-sama dalam membaca. Anda bisa
membacakan cerita padanya sambil ia juga memperhatikan kalimat-kalimat dalam buku
tersebut. Mereka bisa berinterasi dengan teks, menggarisbawahi kosakata penting atau
membulatkan kosakata yang panjang atau pendek.
Selama membaca bersama, anak Anda juga bisa menulis ulang atau menggambar visualisasi
yang bisa ia hubungkan dengan kata tersebut untuk mencocokkan kalimat.
Ada banyak alat dan strategi lainnya yang sama baiknya dalam membantu anak Anda lebih
lancar untuk menulis-membaca. Mungkin akan membutuhkan beberapa percobaan kanan-
kiri bagi Anda untuk mencari tahu mana yang terbaik bagi anak Anda. Yang paling penting
adalah usaha dan dukungan yang konsisten dari orang-orang di sekitarnya untuk meningkatkan
rasa percaya diri anak untuk terus belajar.
https://www.halodoc.com/penyebab-disleksia-dan-cara-mengatasinya-yang-perlu-diketahui
Penyebab Disleksia dan Cara Mengatasinya
yang Perlu Diketahui
DISLEKSIA
Halodoc, Jakarta – Normalnya anak bisa membaca ketika menginjak usia
enam atau tujuh tahun. Sayangnya, ini tidak terjadi pada anak yang
mengidap disleksia, karena rata-rata sampai usia 12 tahun, anak tersebut
belum bisa membaca dan menulis dengan lancar. Bahkan ada juga yang
masih kesulitan membaca dan menulis sampai usia dewasa sekalipun.
Penyebab Disleksia
Kondisi disleksia tidak bisa disembuhkan sehingga kondisi ini akan diidap
seumur hidup, dan hingga kini masih belum ada obatnya. Namun, bila
pengidap disleksia mendapat pengobatan dan pengajaran yang sesuai,
sebagian besar anak-anak disleksia mampu belajar dan berprestasi dengan
baik di sekolah. Bukan hanya itu, penting juga untuk memberikan dukungan
moral dan emosional bagi pengidap disleksia agar bisa berhasil belajar
dengan baik.
Jika anak kamu menunjukkan gejala disleksia, pastikan terlebih dulu dengan
menanyakan pada dokter. Deteksi ini bisa membuat kamu lebih siap dalam
mengatur pola asuh dan pola didik anak.
Mengetahui ciri-ciri disleksia bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah
disleksia. Pengidap disleksia umumnya menunjukkan ciri-ciri seperti
kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf, menggabungkan huruf
menjadi kata, membaca, mencerna instruksi verbal, bingung membedakan
konsep ruang dan waktu, serta artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik.
Beri Asupan Makanan Bergizi
Memberi asupan makanan bergizi pada anak bisa menjadi salah satu cara
yang bisa kamu lakukan, untuk mencegah agar gejala disleksia tidak menjadi
makin parah. Pada beberapa kasus disleksia, ditemukan adanya kekurangan
asam lemak essensial. Kamu perlu memberikan makanan bergizi terutama
yang banyak mengandung DHA, asam lemak omega-3, protein, dan vitamin
D untuk mencegah perkembangan disleksia. Selain itu makanan bergizi juga
dapat meningkatkan kecerdasan otak.
6. Jangan mencela bila anak melakukan kesalahan agar kepercayaan diri anak
bisa dibangun.
Metode edukasi bukan hanya berguna untuk anak yang mengidap disleksia
saja, tapi bisa juga diterapkan untuk remaja dan orang dewasa untuk
meningkatkan kemampuan baca dan tulis mereka. Bisa juga dengan
menggunakan bantuan teknologi seperti program komputer dengan
perangkat lunak pengenalan suara.
Itu dia informasi terkait penyebab dan cara mencegah disleksia. Bila kamu
masih memiliki pertanyaan, kamu bisa menanyakan pada dokter yang ada
di Halodoc. Di aplikasi Halodoc, kamu bisa memilih dokter anak yang ingin
kamu ajak bicara melalui pilihan komunikasi Chat, Voice/Video Call pada
layanan Contact Doctor.
Sementara bila ingin membeli kebutuhan medis seperti obat atau vitamin
bisa menggunakan layanan Pharmacy Delivery yang akan mengantarkan
pesananmu ke tempat tujuan dalam waktu tidak kurang dari satu
jam. Halodoc juga melengkapi fiturnya dengan layanan Lab Service yang
bisa membantu kamu melakukan pemeriksaan darah dan juga menentukan
jadwal, lokasi, dan petugas lab yang akan datang ke lokasi tujuan. Hasil lab
bisa dilihat langsung pada aplikasi layanan kesehatan Halodoc. Tak perlu
ragu lagi ayo download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play
sekarang juga.