Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

JENIS-JENIS, DIAGNOSIS, DAN PROSEDUR DIAGNOSIS


KESULITAN BELAJAR
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar

Dosen Pengampu :

Dr. Syarifan Nurjan, M.A

Disusun Oleh :

Fiyanna Muahhadah (21190016)

Alifa Faridatul Permadani (21190024)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2023
A. PENDAHULUAN

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang meyebabkan siswa tidak dapat
belajar dengan sebagaimana mestinya. Kesulitan merupakan masalah yang hampir
dialami oleh semua siswa/siswi. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam
suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar mencakup pengertian yang luas dan termasuk
learning disorder; learning disfunction; underachiever, slow learner, dan learning
difabilities.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar yang biasa dialami siswa/siswi?
2. Diagnosis apa yang biasanya dilakukan untuk mengetahui kesulitan belajar?
3. Bagaimana prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar?

C. PEMBAHASAN
1. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar yang biasa dialami siswa/siswi?
i. Learning Disorder
Suatu gangguan disfungsi otak yang mempengaruhi kemampuan untuk
menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak dengan
learning disorder mungkin mempunyai tingkat intelegensi yang sama atau bahkan lebih
tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi memerlukan usaha yang lebih
keras untuk belajar supaya bisa mendapat hasil yang sama dengan orang disekitar
mereka.
Anak-anak dengan learning disorder yang tidak diterapi akan mempengaruhi
kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih keras dari pada teman - teman mereka.
Tetapi tidak mendapatkan pujian atau reward dari guru ataupun dari orang tua. Karena
kenyataannya hasil belajar mereka biasa saja sama dengan teman lainnya. Tetapi
walaupun dengan hasil yang sama sesungguhnya mereka yang Learning Disorder lebih
keras dalam berusaha untuk mencapai hasil yang sama dengan teman lainnya.
a) Jenis - jenis Learning Disorder :
1) Disleksia adalah gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan membaca
dan menulis. Dimana anak memiliki kesulitan untuk memahami kata - kata
tertulis.
2) Diskakulia adalah gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan
matematika.
3) Disgrafia adalah gangguan belajar karena ketidakmampuan menulis.

Diantara penyebab learning disorder adalah genetika, perkembangan otak, lahir


dengan berat badan rendah, kekurangan oksigen, ibu perokok, kurang gizi dan
sebagainya.

ii. Learning Disfunction


Proses belajar yang dilakukan oleh siswa tidak berfungsi dengan baik karena
adanya gangguan syaraf otak sehigga terjadinya gangguan pada salah satu tahap dalam
proses belajarnya. Ciri-cirinya adalah hasil belajarnya rendah, lambat dalam
melaksanakan tugas akademik dan perkembangan, tidak setara antara IQ dan prestasi.

Gejala yang biasanya terjadi: menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah
potensi yang dimilikinya, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan, menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemarah, mudah
tersinggung dan lain sebagainya.

iii. Learning Difabilities

Ketidakmampuan seseorang dan disfungsi sistem syaraf pusat atau gangguan


neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan yang nyata yang
mengacu pada gejala dimana anak tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya. Kegagalan yang sering
dialami anak LD adalah dalam hal pemahaman, penggunaan pendengaran, berbicara,
membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, dan keterampilan sosial. Ciri-ciri:
daya ingat yang rendah, sering melakukan kesalahan yang dalam mengeja dan
membaca (huruf d dibaca b, w dibaca m, ataupun p dibaca q), bingung menetukan arah
kanan maupun kiri, cenderung hiperaktifitas, implusif, dan emosional.

Faktor-faktor penyebab learning disabilities faktor keturunan dan gangguan


koordinasi pada otak adalah pemicunya. Pesan yang terkirim masuk ke otak tampaknya
berubah menjadi tidak beraturan dan kacau. Penderita difabilities dapat mendengar dan
melihat dengan baik, namun apa yang mereka dengar dan lihat tampaknya berbeda
dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang kebanyakkan. Orangtua harus
mengenali gangguan tersebut sejak dini dan membantu anak mengatasi kesulitan baca
tulisnya.

iv. Underachiever

Konsep underachiever lebih berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki


seseorang (Rimm, 1986). Seseorang dalam melakukan kegiatan banyak berkaitan
dengan kemampuan yang ia miliki. Kemampuan tinggi, maka kecenderungan prestasi
seseorang akan tinggi pula. Prestasi di bawah kemampuan merupakan suatu kondisi
adanya ketimpangan antara prestasi akademik seseorang dengan kemampuan
intelektual yang dimilikinya. Siswa/siswi yang memiliki prestasi di bawah
kemampuannya atau yang disebut juga berprestasi kurang pada dasarnya memiliki
kemampuan intelektual tergolong tinggi, namun prestasi akademik yang diperoleh di
sekolah tergolong rendah.

Ciri-ciri underachiever lebih banyak mengalami kekecewaan, kurang mampu


menyesuaikan diri dan kurang percaya pada diri sendiri, kurang berminat dalam
membaca dan berhitung, kurang mampu menggunakan waktu luang. Faktor penyebab:
rendahnya dukungan orangtua, kebiasaan belajar, dan lingkungan belajar.

v. Slow Learner
Slow learner adalah siswa/siswi yang lambat dalam proses belajar sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada siswa/siswi lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama. Tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat penguasaan
bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit
tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dikuasai
dengan baik.

Ciri-cirinya adalah umumnya memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Anak


yang lambat belajar disebut juga anak yang “subnormal” atau “mentally retarted”.
Gejala-gejala anak yang lambat belajar antara lain perhatian dan konsentrasi singkat,
reaksinya lambat, belajar lambat dan mudah lupa, tidak mampu menganalisis,
memecahkan masalah, dan berpikir kritis. Faktor penyebab slow learner: Masa sebelum
dilahirkan/pranatal (penyakit kelamin, kecelakaan yang langsung terkena pada
kandungan, terlalu banyak terpapar sinar rongen dan radiasi), masa kelahiran/natal
(kelairan anak yang prematur), masa setelah dilahirkan/postnatal (terjadi kerusakan
pada otak).

2. Diagnosis apa yang biasanya dilakukan untuk mengetahui kesulitan


belajar?

Karena diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa)


gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres,
maka agar akurasi keputusan yang diambil tidak keliru tentu saja diperlukan
kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan itu
sebaiknya minta bantuan tenaga ahli dalam bidang keahlian mereka masing-masing.
Diantaranya: dokter (mengetahui kesehatan anak), psikolog (mengetahui tingkat IQ
anak), psikiater (mengetahui kejiwaan anak), sosiolog (mengetahui kelainan sosial yang
mungkin dialami oleh anak), guru kelas (mengetahui perkembangan belajar anak
selama di sekolah), orang tua anak (mengetahui kebiasaan anak di rumah).

3. Bagaimana prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar?

Roos dan Stanley dalam rosjidan pada tahun 1992 mengemukankan bahwa dalam
tahapan diagnosis kesulitan belajar perlu dipertanyakan hal hal berikut :

1. Siapakah siswa/siswi yang mengalami kesulitan belajar?


2. Dimanakah kelemahan-kelemahan dilokalisasikan?
3. Dimanakah kelemahan-kelemahan itu terjadi?
4. Penyembuhan apakah yang disarankan?
5. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?

Menurut Weener dan Serif (1982), langkah-langkah atau prosedur diagnosis kesulitan
belajar adalah :

1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa


2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa
3. Mewawancarai orang tua atau wali untuk mengetahui hal ihwal keluarga
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan
5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ)
6. Membuat peta atau bagan cerita
7. Mencari permasalahan, tindakan yang harus dilakukan, dan bagaimana akhir cerita
8. Membuat pertanyaan tentang cerita tersebut
9. Membantu menemukan kata kunci yang tidak dimengerti
10. Mengenalkan kepada anak untuk membaca kamus
11. Mengaktifkan pengetahuan yang dimiliki1

D. KESIMPULAN

Proses belajar yang dilakukan oleh siswa tidak berfungsi dengan baik karena
adanya gangguan syaraf otak sehigga terjadinya gangguan pada salah satu tahap dalam
proses belajarnya. Ketidakmampuan seseorang dan disfungsi sistem syaraf pusat atau
gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan yang nyata
yang mengacu pada gejala dimana anak tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya. Kegagalan yang
sering dialami anak learning difabilities adalah dalam hal pemahaman, penggunaan
pendengaran, berbicara, membaca, mengeja, berfikir, menulis, berhitung, dan
keterampilan sosial. Prestasi di bawah kemampuan merupakan suatu kondisi adanya
ketimpangan antara prestasi akademik seseorang dengan kemampuan intelektual yang
dimiliki.
Tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat penguasaan bahan sangat
rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak
dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dikuasai dengan
baik. Gejala-gejala anak yang lambat belajar antara lain perhatian dan konsentrasi
singkat, reaksinya lambat, belajar lambat dan mudah lupa, tidak mampu
menganalisis, memecahkan masalah, dan berpikir kritis.
E. DAFTAR PUSTAKA
Nurjan, M.A, Syarifan. 2016, Psikologi Belajar, Wade Group, Ponorogo.

Ahmadi. Psikologi Belajar, 1991.

DAFTAR HADIR

PEMBUATAN PRESENTASI REVISI TANDA


NO NAMA
MAKALAH MAKALAH MAKALAH TANGAN

1. FIYANNA MUAHHADAH √ √ √ √
1
Ahmadi, Psikologi Belajar, 1991.
2.
ALIFA FARIDATUL
PERMADANI √ √ √ √

Anda mungkin juga menyukai