Anda di halaman 1dari 9

2.

2 Tantangan-Tantangan Yang Lazim Dihadapi


1. Siswa dengan disabilitas belajar
Disabilitas belajar merupakan kelompok disabilitas yang dimana anak
mengalami kesulitan dalam mengolah informasi ataupun menghasilkan keluaran
informasi. Dimana gangguan ini akan ditemukan semenjak dini, yaitu tepatnya dalam
masa kanak-kanak. Pada umumnya pengidap disability belajar mengalami gangguan
pada menulis, menghitung, membaca dan juga mereka lambat dalam memahami
penjelasan yang diberikan dari orang lain. Berdasarkan para pakar, mereka meyakini
bahwa disability belajar tidak ada kaitannya dengan seberapa pintarnya seseorang.
mereka juga menyakini bahwa anak yang mempunyai disabilitas belajar dengan
semata mata mendengar, melihat ataupun memahami segala hal secara berbeda
dengan anak pada umumnya. Hal ini kadang dapat menyusahkan mereka dalam
kegiatan baik itu disekolah maupun dilingkungan masyarakat. Kesulitan dengan
hubungan sosial sering tampak pada anak yang memiliki ketidak mampuan dalam
belajar (LD), Attention Devicit Hiperactivity Disorder (ADHD) dan disabilitas
lainnya. (Woolfolk, 2009)
a. Karakteristik siswa
Siswa-siswa yang menyandang disabilitas belajar lebih banyak memiliki
perbedaan dari pada kesamaan dalam banyak hal dengan siswa yang normal
lainnya. Ada beberapa hambatan yang dimiliki oleh siswa dengan disabilitas
belajar yaitu :
 Keterampilan membaca dan menulis buruk
 Strategi pembelajaran dan memori yang kurang efektif
 Susah dalam menyelesaikan tugas diberikan, dan kurangnya konsentrasi setiap
dalam kelas
 Memiliki motifasi yang rendah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan, khususnya ketika tidak ada bantuan dari pihak lain
 Keterampilan motorik yang buruk
Karakteristik diatas belum bisa secara tepat menggambarkan seorang siswa
disabilitas belajar. Terkadang ketidakmampuan seseorang dalam pembelajaran
mencerminkan ketidak sesuaian terhadap kemampun berkembang siswa, dan
harapan sesuai jenjang pendidkan terhadap kinerja siswa dalam belajar.
Seperti kita ketahui bahwa banyak siswa yang memiliki disabitas lain yaitu
misalnya gangguan pemusatan perhatian dan banyak siswa normal yang mungkin
memliki karakteristik yang sama dengan anak yang memiliki disabilitas belajar
sehingga semakin mempersulit situasinya. Tidak semua siswa dengan disabilitas
belajar memiliki masalah- masalah ini, dan juga hanya sedikit yang memiliki
semua masalah-masalah tersebut.
Siswa dengan gangguan disabilitas belajar dapat menjadi yakin bahwa
mereka tidak mampu mengontrol atau memperbaiki belajarnya sendiri. Hal ini
merupakan sebuah keyakinan bagi anak yang memiliki gangguan disabilitas
belajar tidak mau berusaha dalam menemukan bahwa diri mereka dapat
menciptakan perbedaan dalam pembelajaran sehingga mereka tetap pasif dan
merasa tak berdaya dalam menerima pembelajaran. (Woolfolk, 2009)
b. Mengajar siswa dengan disabilitas belajar
Strategi pengajaran untuk siswa dengan disabilitas belajar harus dirancang agar
sesuai dengan kekuatan atau kelemahan dari siswa tersebut, Jika anda seorang
guru dalam kelas reguler kemungkinan besar anda akan bekerja sama dengan
pendidik siswa yang berkebutuhan khusus ketika berada dalam kelas Anda
terdapat anak yang penyandang disabilitas belajar. Guru sekolah regular dan
pendidik khusus perlu bekerja secara kolaboratif untuk menyesuaikan pengajaran
di mana ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam dalam pembelajaran
yaitu :
a) menimalkan gangguan
Siswa yang memiliki disabilitas belajar mudah teralihkan untuk itu kita perlu
meminimalkan adanya stimulan lain yang dapat menyaingi perhatian mereka
misalnya dengan menutup jendela jika kelas lain bermain di luar dan juga
meminta siswa untuk menyingkirkan barang yang tidak digunakan di atas meja
b) Menyajikan informasi baru secara eksplisit dan organisasi dengan baik
kita ketahui bahwa sebagian besar siswa penyandang disabilitas belajar lebih
berhasil ketika pengajaran dikomunikasikan secara langsung dengan mereka
tentang apa yang mereka butuhkan untuk belajar.
c) Menyajikan informasi dalam berbagai modalitas sensorik.
Di mana ada beberapa atau sebagian besar siswa penyandang disabilitas
mempunyai kesulitan belajar menggunakan modalitas sensor tertentu. Dengan
demikian kita dapat menggunakan atau memasukkan video grafik dan bahan
visual lainnya saat mengajar mereka dan kita juga dapat mendorong siswa untuk
merekam pembelajaran.

d) Mengajarkan keterampilan belajar dan strategi belajar.


di mana sebagai contoh kita dapat mengajarkan mereka strategi untuk membuat
sebuah catatan dan mengatur pekerjaan rumah, dengan adanya catatan tersebut
dapat membantu mereka mengingat informasi apa yang mereka telah dapatkan.
(Ormrod, 2019)
2. Siswa dengan Gangguan Hiperaktivitas dan Gangguan Pemusatan Perhatian
a. Devinisi gangguan hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian
Definisi Gangguan Hiperaktif dan Gangguan Pemusatan Perhatian Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah sindrom neuropsikiatri yang baru-baru ini
diidentifikasi pada banyak anak, di mana ADHD dikaitkan dengan gangguan konsentrasi
perhatian karena pengkondisian hiperaktivitas ini Gejalanya adalah kurangnya konsentrasi
yang terjadi pada anak ADHD ketika belajar dan dapat mempengaruhi masa perkembangan
kognitif anak, yaitu sosialisasi, komunikasi dan perilaku.(Woolfolk, 2009)
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu kondisi di mana
seorang anak menunjukkan berbagai gejala gangguan perhatian dan konsentrasi, hiperaktif
dan impulsif. Jika gejala tersebut muncul saat anak berusia kurang dari tujuh tahun, hal itu
bukan disebabkan oleh masalah fisik. gangguan mental atau penyakit, dan juga bukan karena
faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi mereka.
Gangguan pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas adalah gangguan perilaku
yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. Hal ini biasanya terjadi atau
pertama kali dijumpai di dalam kelas, dimana saat anak-anak diharapkan untuk duduk
diam dan memperhatikan guru. Ketidakmampuan anak ini untuk memenuhi harapan
ini kemudian menjadi terlihat jelas. Mereka kesulitan dalam menahan respon, bereaksi
tanpa pertimbangan, mereka juga rentan perilaku yang sembrono, dan mereka juga
sering mencampuradukan kegiatan lain yang menggangu tungas yang sedang
berlangsung.
Gangguan pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) bisa sangat
mengganggu pendidikan anak dan juga dapat mengganggu anak yang lain yang
berada dalam kelas yang sama. Attention Hyperactivity Disorder (ADHD) sering
dikaitkan dengan gangguan perilaku, kesulitan belajar, depresi, kecemasan, agresi,
dan rendah diri. sekital 60 persen anak-anak dengan ADHD terus menapilkan gejalah
ini sampai mereka dewasa, pada saat jumlahnya tidak proposional sehingga
mengembangkan gangguan kepribadian antisosial dan penyalahgunaan zat (obat).
Orang desawa dengan Gangguan pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
juga lebih cenderung memperlihatkan gangguan kognitif dan pekerjaan dengan
pencapaian yang lebih rendah dari apa yang diharapkan berdasarkan pendidikan
mereka.
Indikator-indikator Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yaitu
1) Kurang perhatian ( inattention )
Siswa sering kali tidak memperhatikan detail atau melakukan kesalahan yang ceroboh.
Mereka juga mengalami kesulitan memusatkan perhatian mereka pada tugas-tugas yang
diberikan kepada mereka. Mereka tidak mendengarkan instruksi dengan baik dan tidak
dapat menyelesaikan tugas sekolah. Mereka sering menghindari, tidak menyukai, atau
enggan berpartisipasi dalam aktivitas yang membutuhkan tenaga mental terus-menerus
dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar.
2) Masalah Pengontrolan
Siswa hampir selalu mengalami kesulitan dalam pengontrolan diri mereka, dimana
mereka sering meneriakkan jawaban sebelum pertanyaan selesai diberikan, sering
mengintrupsi atau mengganggu orang lain dalam percakapan atau permainan, atau
terlibat dalam perilaku berisiko yaitu merusak tanpa memikirkan konsekuensi
potensialnya.
3) Hiperaktivitas
Mereka cenderung gelisa dan berkeliaran disekitar dalam kelas pada waktu yang
tidak tepat. Dan juga mereka sering bangkit dari tempat duduk ketika digarapkan
tetap duduk ditempatnya. Dan mereka juga pada saat berbicara selalu ekspresif.
(Ormrod, 2019)
Prevelensi ADHD di Amerika serikat , pertama anak laki-laki dua kali lebih
mungkin diagnosis mengalami ADHD dari pada perempuan. Di Amerika serikat,
jumlah siswa yang mengalami ADHD pada satu waktu tertentu mendekati 6,4 juta.
Dalam beberapa hal, ADHD muncul akibat dari kegagalan otak membatasi
kemampuan siswa memusatkan perhatian mereka dan mengendalikan perilaku
mereka. Kadang-kadang kelainan ini di wariskan, tetapi juga dapat disebabkan akibat
dari keterpaparan arah terhadap zat beracun dilingkungan awal anak-anak.
b. Menangani dan mengajar siswa dengan ADHD
1) Obat dan ADHD
Banyak anak-anak atau remaja yang didiagnosa ADHD yang diberikan obat
untuk meringankan gejala ADHD. Faktanya dari tahun 1990 sampai 1998
terjadi peningkatan 700% pada produksi vitalin di Amerika serikat. pemberian
obat tersebut memiliki efek paradiksikal pada anak-anak atau remaja yang
penderita ADHD. Kemudian efek jangka pendeknya dari pemberian obat pada
penderita ADHD yaitu perbaikan sosial seperti kerjasama, perhatian dan
kompliance. Pada penelitian menunjukkan ada sekitar 70% sampai 80% anak-
anak dan remaja dengan ADHD menjadi lebih mudah ditangani setelah
mengonsumsi obat. Tetapi ada sebagian anak penderita ADHD setelah
mengonsumsi obat akan menimbulkan efek samping yang negatif seperti,
meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, gangguan pertumbuhan,
insomnia, kehilangan berat badan dan bahkan ada yang sampai mengakibatkan
anak mual setelah mengonsumsi obat. Sebuah studi di Amerika serikat
menyimpulkan pendekatan intervensi multimodal berpengaruh terhadap
perubahan sikap pada anak penderita ADHD. Dann juga penanganan anak-
anak dan remaja dengan psiko stimulan memiliki efek yang menguntunkan
bila hal ini disertai dengan pendidikan remedial, konseling dan manajemen
perilaku oleh orang tua siswa atau guru yang disesuaikan oleh kebutuhan
anak-anak tersebut.
2) Mengajar siswa dengan ADHD
Gagasan tentang “Being in control” ini adalah sebuah strategi terapi yang
baru untuk menaggulangi penderita anak ADHD, yang menekankan pada
personal agency yang artinya kapasitas yang dimiliki oleh anak yang
membuatnya mampu untuk di dikte oleh lingkungan mereka. Ali-ali
menangani anak bermasalah, ide David Nylund (2000) dalam Woolfolk 2019
adalah “mendaftarkan kekuatan anak untuk dapat menaklukkan masalahnya
untuk menempatkan anak sebagai pemegang kendali, ali-ali melihat
masalahnya ada pada dalam diri anak.
Kemudian apa yang dilakukan oleh guru ? memberikan tugas yang
panjang pada anak dapat menyebabkan siswa yang memiliki gangguan
pemusatan perhatian dapat merasa kelelahan, jadi beri mereka beberapa soal
saja disetiap kesempatan disertai dengan konsekuensi yang jelas untuk
menyelesaikannya. Pendekatan lain yang dapat dilakukan yang cukup
menjanjikan yaitu dengan mengombinasikan instruksi dalam belajar dan
strategi ingatan dengan latihan motivasi. Dimana tujuan dari pendekatan ini
yaitu untuk mendukung anak dalam mengembangkan keahlian dan kamauan
untuk memperbaiki prestasinya. mereka juga diajari untuk memantau
perilakunya dan didorong untuk persisten dan melihat dirinya. (Woolfolk,
2009)
Ada beberapa langkah-langkah dalam menangani siswa ADHD adalah
sebagai berikut
1) Komunikasi yang baik antara guru dan orang tua
Untuk menghadapi anak yang memiliki gangguan kesehatan dengan
ADHD, harus ada komunikasi antara guru dan orang tua, dimana orang tua
dapat menyampaikan apa yang dibutuhkan oleh anaknya, sehingga pihak
sekolah dapat menawarkan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak.
2) bantu anak menemukan kelebihannya dan menumbuhkan bakat mereka
Sama seperti anak-anak lainnya, anak-anak dengan ADHD memiliki kelebihan,
bakat, dan impian. Namun, penderita ADHD terkadang merasa tidak aman dan
tertekan karena sering dianggap mengganggu, berisik, dan mengganggu. Guru
dan orang tua membutuhkan anak-anak untuk mengangkat semangat mereka.
Guru dapat mendorong mereka untuk mengeksplorasi kegiatan yang mereka
sukai. Misalnya, jika anak suka menggambar, dukung mereka Menjadi pelukis
3) Jangan menuntut anak
Pada dasarnya, semua anak itu cerdas, sama seperti anak ADHD, bahkan sangat
cerdas. Tetapi mereka tidak tahu harus mulai dari mana dan tidak konsisten
dengan anak-anak lain. Guru dapat membantu anak-anak dengan ADHD untuk
konsisten. belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan tanpa menuntut dan
memaksa mereka untuk mendapatkan nilai yang bagus.
4) Jangan terlalu protekrif
Setiap orang tua dirumah maupun guru yang berada disekolah Ada baiknya
untuk tidak terlalu berhati-hati di sekitar anak-anak, terutama penderita ADHD.
Karena seiring berjalannya waktu mereka tumbuh dewasa dan belajar mandiri.
Jika anak-anak terlalu protektif, mereka akan berpikir bahwa mereka tidak dapat
menyelesaikan masalah mereka. masalah karena kekurangannya. Jika itu
menawarkan anak-anak dengan ADHD kesempatan untuk berpartisipasi dalam
diskusi atau memimpin dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Nyatanya,
anak mungkin membutuhkan bimbingan orang tua dan guru di sekolah, tetapi
seiring waktu mereka akan terbiasa menyelesaikan tugas yang diberikan
dan membuat keputusan sendiri.
5) Terapkan aturan dan konsekuensi secara perlahan
Pengajar dapat mengomunikasikan aturan dan konsekuensi untuk anak-
anak dengan ADHD secara lisan atau tertulis karena sangat mudah
dipahami. Jangan lupa terapkan konsekuensi yang telah disepakati secara
perlahan tapi pasti, hindari membesarkan anak dengan kasar atau marah.
6) Memberikan alasan untuk setiap perintah
Selain memberikan instruksi, anak ADHD juga harus memberikan alasan
pada setiap tugas yang diberikan kepadanya. Ini dapat mengurangi
kekhawatiran dan kesalahpahaman anak-anak. Anda harus menggunakan
bahasa yang positif, jelas dengan pembenaran saat memberikan instruksi
agar anak tidak merasa didiskriminasi, jadi Anda harus tahu cara
menghormati dan menghormati aturan yang berlaku.
7) Jujurlah dengan anak tentang kondisi yang mereka alami
Jika seorang anak menderita ADHD, mereka tidak dapat
menyembunyikannya. Anda bisa dengan jujur menjelaskan kondisi anak
tanpa berbohong. Tapi jangan beri tahu dia ketika dia salah tetapi beri tahu
mereka pada saat keadaan mereka sedang baik, sehingga mereka dapat
mengendalikan diri.
8) Beraktifitas diluar kelas atau olahraga
Berhentilah mengerjakan soal terus menerus. Anda dapat mengajak anak keluar
kelas atau ke area terbuka yang lebih menyenangkan bagi anak, jadi jangan lupa
untuk bergerak atau aktif secara fisik di siang hari
9) Menjauhkan anak dari hal yang mengganggu konsentrasi
Mungkin ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi konsentrasi anak ADHD,
sehingga guru dihimbau untuk membuat suasana belajar di kelas senyaman
mungkin agar siswa merasa lebih nyaman saat belajar. Ada beberapa cara untuk
menghindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi anak, seperti
memposisikan anak jauh dari arah jendela, pintu dan sumber kebisingan.
10) Sabar
Anak hiperaktif dapat membuat Anda kesal dengan menunjukkan perasaan palsu
bahwa mereka sangat bahagia dan dengan luapan amarah karena mood mereka
sedang menurun. Jika demikian, guru harus tetap tenang dan dengan sabar
menghindari membentak atau menghukum mereka, karena menghukum mereka
justru membuat mereka semakin tidak terkendali. Dan guru juga bisa mengajari
mereka untuk tetap tenang dengan menarik napas dalam-dalam lalu
menghembuskannya secara perlahan

DAFTAR PUSTAKA

Ormrod, Jeanne ellis. Anderman, Eric M.. Anderman, LynLey. 2019. Psikologi Pendidikan
Pembelajaran yang berkembang. Edisi kesepuluh jilid 1. Jakarta : Erlangga
Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology Active LearningEdition. Bagian Kedua.
Bostom: Allyn and Bacon
Sri Winarni, 2013. Integrasi Pendidikan Karakter. Vol. 4 No. 1.Universitas Negeri
Yogyakarta
Tarmansyah, Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di SD Negeri 03 Alai Padang Utara Kota
Padang, Pedagogi Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 9 No.
Indah Permata & Binahayati Rusyidi, Pelaksanaan Sekolah Inklusi Di Indonesia, Prosiding K
S : Riset dan PKM Vol. 2 No. 2, 226-227.

Anda mungkin juga menyukai