Anda di halaman 1dari 11

Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

STUDI KASUS TENTANG KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER) DI SDIT AT-TAQWA SURABAYA DAN SDN V BABATAN
SURABAYA

Ayu Tri Anjani


Alumni Prodi BK-FIP UNESA, ayue_anjanie@yahoo.com
Dr. Najlatun Naqiyah, S.Ag. M.Pd
Staf Pengajar BK-FIP UNESA, prodi_bk_unesa@yahoo.com

Drs.H. Sutijono, M.M


Staf Pengajar BK-FIP UNESA, prodi_bk_unesa@yahoo.com

Dra.Hermien Laksmiwati, M.Psi


Staf Pengajar Psikologi-FIP UNESA, prodi_psikologi.unesa@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi belajar anak ADHD dan bimbingan belajar yang diberikan
oleh orang tua, guru kelas, terapis, dan shadow. penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif dengan teknik studi kasus. Subyek kasus dalam penelitian ini anak ADHD dengan usia 6 - 9 tahun di sekolah
inklusi dan sekolah islam terpadu Surabaya, sedangkan subyek partisipan adalah orang tua, guru kelas, terapis, dan
shadow. Data diperoleh dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik untuk
menganalisis data menggunakan model Miles dan Huberman (Suwandi & Basrowi, 2008) yang terdiri dari
pengumpulan data, reduksi data dan kesimpulan. Sedangkan teknik untuk memeriksa keabsahan data menggunakan
triangulasi (sumber dan teknik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi belajar pada anak ADHD ditampakkan dengan perilaku tidak
mendengarkan perintah guru, sering melihat teman-temannya, melakukan kegiatan lain di luar kegiatan sekolah, suka
mengganggu teman. Model bimbingan belajar yang diterapkan di SDN V Babatan Surabaya dan Islam Terpadu
Surabaya ialah terapis memberikan terapi okupasi, konsentrasi, perilaku dan afeksi atau emosi. Terapis memberikan
pelatihan kepada guru kelas, shadow, dan orangtua untuk membimbing dan mendampingi, subyek ADHD dalam
belajar. Kerjasama yang baik antara orang tua, guru kelas, terapis, dan shadow dalam memberikan penanganan dan
bimbingan belajar pada anak ADHD mampu mengontrol perilaku hiperaktif dan meningkatkan konsentrasi belajar anak
ADHD.

Kata Kunci : Konsentrasi Belajar, Anak ADHD.

ABSTRACT
The purpose of this research was to know the learning concentration of ADHD children and guidance
OHDUQLQJ WKDW JLYHQ E\ VXEMHFW¶V SDUHQW WHDFKHU WKHUDSLVW DQG VKDGRZ 7KLV UHVHDUFK ZDV FRQGXFWHG XVLQJ GHVFULSWLYH
qualitative research with study case technique. Subject in this research are case subjects and participant subjects. Case
subject are ADHD children age of 6 ± 9 years old in Inclusive School and Surabaya Integrated Islamic School. While
IRU SDUWLFLSDQW VXEMHFW DUH VXEMHFW¶V SDUHQW WHDFKHU WKHUDSLVW DQG VKDGRZ 7KH GDWD RI WKLV UHVHDUFK obtained by using
interview method, observation and documentation. The technique that used to analyze the data using Miles and
Huberman model that consist of data collection, data reduction and conclusion. While the technique to check the
validity of data using triangulation (source and technique).
The result of this research shown that learning concentration of ADHD children can be seen from his
EHKDYLRU OLNH QRW OLVWHQLQJ WKH WHDFKHU¶V LQVWUXFWLRQ RIWHQ WR VDZ KLV IULHQGV GLG DQRWKHU DFWLYLWLHV EHVLGH another
activities, and mistreat his friend. Studying guidance model is applied in Babatan V Surabaya state elementary school
and At-Taqwa Surabaya integrated Islamic elementary school is the therapist gives occupation therapy, concentration,
behavior, and affection or emotion. Therapist gives training to class teacher, shadow teacher, and parents to guide and
accompany ADHD subject in studying. A good cooperation between parent, teacher, therapist, and shadow in handling
and guidance learning of ADHD children able to control hyperactive behavior and increase the learning concentration
of ADHD children.

Key words : learning concentration, ADHD children.


Jurnal BK UNESA, Volume 1 Edisi 2, 125-135

PENDAHULUAN Mereka gagal mengikuti atau mengingat instruksi atau


menyelesaikan tugas. Mereka kemungkinan besar
Penurunan prestasi belajar siswa adalah salah memiliki kesulitan belajar, mengulang kelas, dan
satu masalah yang biasa terjadi pada siswa. Hal ini ditempatkan pada kelas khusus Faraone dkk, (Davison
disebabkan oleh kesulitan - kesulitan belajar yang kerap dkk., 2010).
dialami oleh siswa. Kesulitan belajar ini dapat terjadi Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD
pada setiap siswa tidak terkecuali siswa yang mengalami Mutiara Bunda dan SDIT At-Taqwa, anak-anak yang
gangguan psikologis. Konsentrasi belajar adalah salah mengalami ADHD memiliki inteligensi diatas rata-rata.
satu kesulitan yang sering terjadi pada siswa. Jika tidak Hal ini diketahui melalui tes Binet yang diberikan pada
segera diatasi, maka siswa akan mengalami kesulitan anak tersebut. Meskipun mereka memiliki inteligensi
dalam mengembangkan potensi akademiknya. Oleh diatas rata-rata namun mereka kurang mampu
karena itu guru BK atau konselor perlu mempunyai mengembangkan akademiknya hal ini dikarenakan
kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan- gangguan ADHD yang mereka miliki.
permasalahan yang terjadi pada diri siswa salah satunya ADHD pada anak mengakibatkan prestasi
adalah masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pola kerja belajar tidak optimal bahkan pada tingkat prestasi yang
BK yang masuk dalam bidang belajar, dimana konselor rendah dan penampilan psikomotorik buruk, sebagai
di sekolah bertujuan membantu siswa mengenal, akibat adanya kesulitan fungsi koordinasi, respon emosi,
menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap, dan keterampilan bergaul, dan keterampilan belajar (Saputro,
kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai 2009: 79). Anak-anak dengan ADHD lebih besar
pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan program kemungkinannya untuk gagal dalam mengemban tugas,
belajar di sekolah dalam rangka menyiapkan melanjutkan diskors dari sekolah, dan membutuhkan intervensi
pendidikan ketingkat yang lebih tinggi dan atau berperan lanjutan selama masa remaja, dibandingkan teman-teman
serta dalam kehidupan masyarakat. (Nursalim, 2002:7). sebaya lainnya Lambert dkk, (Davison dkk., 2010).
Menurut Taylor (1988) Anak yang mengalami Anak-anak ADHD banyak mengalami prestasi
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas rendah dibidang akademik (Barkley, 1990). Di kelas
mengakibatkan masalah fisik, perilaku, kognitif, sosial, anak-anak ADHD sering menunjukkan masalah perilaku.
dan gangguan belajar karena konsentrasi belajar yang Anak-anak ADHD lebih sulit merespon pengajaran dan
rendah. Bila masalah tersebut dibiarkan akan kurang mampu menyelesaikan tugas akademik
menghambat anak untuk memenuhi tugas-tugas dibandingkan dengan teman sebayanya (Pfiffner &
perkembangan, prestasi belajar buruk, mengganggu orang Barkley, 1990). Cantweel & Baker (1991) menyatakan
lain, dan juga sekitarnya (dalam Mulyono, 2007). lebih 80% dari anak-anak yang mengalami kelainan
Menurut Taylor (1992), yang dimaksud dengan dinyatakan mengalami masalah belajar, Bahkan anak-
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas anak ADHD ketika remaja mengalami masalah akademik
(GPPH) atau attention deficit hyperaktivity disorder yaitu prestasi belajar yang rendah namun memiliki
(ADHD), sebagai pola perilaku tidak mau diam , tidak inteligensi yang tinggi (underachivere) serta ada yang
menaruh perhatian dan impulsif (semaunya sendiri) sampai dikeluarkan dari sekolah, seperti fenomena yang
(dalam Marlina, 2007:2). Hiperaktivitas juga mengacu ada di sekolah Mutiara Bunda anak ADHD pernah
ketidakmampuan mengendalikan diri, seperti mengambil dikeluarkan dari sekolah sebelumnya (dalam Marlina,
keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat- 2007)
akibat yang mungkin timbul, dan sering menyebabkan Akibat rendahnya prestasi akademik banyak
pelakunya terkena hukuman atau mengalami kecelakaan. anak-anak ADHD (kira-kira 40%) ditempatkan dalam
Puspa Swara (2001) mengatakan bahwa program pendidikan khusus termasuk juga anak-anak
hiperaktif (GPPH/ADHD) merupakan kelainan yang berkesulitan belajar dan anak dengan gangguan perilaku
tidak jelas asal usulnya. Beberapa ahli berpendapat (Barkley, 1990). Sehingga, angka yang dikeluarkan dari
bahwa kondisi gangguan perilaku tersebut berkombinasi sekolah pada anak-anak ADHD lebih tinggi (kira-kira
dengan sifat tertentu, seperti gelisah, tidak mampu 10%) (Barkley dkk, 1990). Pada masa remaja hanya 20%
berkonsentrasi, serta terus menerus berbicara. Sulit dari anak-anak ADHD yang bisa melanjutkan
berkonsentrasi, menyebabkan prestasi sekolahnya pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi (Weiss &
menurun. Anak hiperaktif, perilakunya tidak memiliki Hectman, 1993).
tujuan, dan biasanya memiliki rentang perhatian atau Prevalensi ADHD/GPPH sangat bervariasi,
konsentrasi sangat pendek dibandingkan teman-teman yakni berkisar antara 1-29,2% dimana perbedaan definisi
seusianya. Kecenderungan anak hiperaktif lain adalah tentang ADHD/GPPH, metodologi, lokasi penelitian,
keras kepala dan suka mengabaikan perintah (dalam persepsi peneliti, serta pemahaman tentang gejala-gejala
Mulyono, 2007:4). yang dipengaruhi oleh budaya setempat Schachar,
Walaupun anak-anak ADHD cenderung (Mulyono, 2007:8). Di Indonesia sampai saat ini belum
memiliki inteligensi rata-rata atau di atas rata-rata, ada dilakukan survei tentang ADHD, kalaupun ada hanya
mereka sering kali berprestasi di bawah potensinya di pada daerah-daerah tertentu dan belum terintegrasi,
sekolah. Mereka sering berbuat keributan di kelas Suhartini (2002) misalnya dari hasil survainya pada anak
cenderung sering berkelahi (terutama anak laki-laki). TK se Kotamadya Yogyakarta dari 3233 anak TK
Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

ditemukan 1,76% anak dikategorikan mengalami ADHD terdekat. SD tersebut tentunya perlu mempersiapkan
(Marlina, 2007:20). segala sesuatunya.
Penelitian ini dilakukan karena melihat masih Berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 30
kurangnya penelitian di Indonesia yang mengkaji november 2011 dan tanggal 12 maret 2012 di SD Mutiara
konsentrasi belajar pada anak ADHD di kalangan Bunda khususnya pada kelas IV B, peneliti menemukan
mahasiswa. Kajian mengenai konsentrasi belajar pada ciri-ciri perilaku ADHD (attention deficit hiperactivity
anak ADHD lebih sering dalam bentuk seminar. disorder) pada MB. Perilaku tersebut berupa tidak bisa
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan suatu diam, sering berdiri dan memukul-mukul meja, tertawa
pandangan bagi para konselor, guru, dan para pendidik tidak jelas atau tertawa tanpa sebab, sulit menangkap
lainnya untuk lebih memperhatikan kondisi siswa yang pertanyaan maupun pernyataan dari guru kelas, sulit
mengalami ADHD untuk bisa memberikan layanan menjawab pertanyaan dari guru atau diam dan tidak
dalam mengembangkan potensi anak ADHD secara menghiraukan perintah guru, tidak mampu mengikuti
individual. pelajaran dengan baik, harus dibimbing langsung oleh
Dalam penelitian ini diambil subjek penelitian di guru untuk dapat menulis. Bimbingan tersebut berupa
SDIT At-Taqwa Surabaya dan SD Negeri V Babatan membukakan buku dan menunjukkan apa yang harus
karena sekolah ini adalah salah satu sekolah Inklusi yang ditulis. Saat menulis MB juga sering tidak fokus pada apa
memiliki metode-metode pembelajaran bagi anak yang yang dia tulis seperti menulis 1 kata setelah itu dia akan
berkebutuhan khusus seperti ADHD. Selain mencoret-coret bukunya atau menggambar bukunya, jika
mengembangkan akademis, sekolah tersebut juga tidak diingatkan dia akan kembali tidak fokus. Jadi butuh
mengembangkan sumber daya dari terapis, shadow, wali pendampingan untuk selalu mengingatkan apa yang harus
murid serta masyarakat sekitar. dia lakukan.
Fenomena yang ditemukan di lapangan adalah Dengan adanya beberapa kasus di atas maka
sebagian besar siswa yang mengalami ADHD di SDIT bimbingan belajar untuk meningkatkan konsentrasi
At-Taqwa Surabaya dan SD Negeri V Babatan Surabaya belajar pada anak ADHD sangatlah perlu. Agar anak
mengalami kesulitan dalam konsentrasi belajar. ADHD mampu belajar dan mengembangkan prestasi
Berdasarkan observasi tanggal 1 oktober 2012 yang belajarnya dengan baik.
dilakukan pada LH di SDIT At-Taqwa Surabaya, LH Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
adalah siswa berumur 6 tahun yang duduk di bangku dilakukan pada subyek penelitian, wawancara dengan
sekolah dasar kelas 1C di SDIT At-Taqwa Surabaya yang guru mata pelajaran, dan terapis di SD Mutiara Bunda
mengalami ADHD. LH mengalami ADHD dan gangguan Surabaya, SDIT At-Taqwa Surabaya dan SDN V
ini teridentifikasi ketika LH berada di playgroup. Babatan, nampaknya perlu mengadakan penelitian
Gangguan pemusatan perhatian dan juga hiperaktivitas tentang konsentrasi belajar dan bimbingan belajar pada
yang LH miliki, membuat LH mengalami kesulitan anak ADHD di Sekolah Inklusi dan Sekolah Islam
dalam hal mngembangkan potensi yang ada dalam Terpadu di Surabaya.
dirinya terutama untuk mngembangkan akademiknya. LH Permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini
tidak mampu melakukan tugasnya dengan baik ketika secara umum adalah :
proses belajar mengajar. Sangat dibutuhkan shadow (guru 1. Bagaimana konsentrasi belajar anak ADHD secara
pendamping) untuk membantu LH dalam mengikuti umum di Sekolah Inklusi Surabaya dan Sekolah
proses belajar mengajar di kelas. Islam Terpadu Surabaya ?
Hal ini serupa dengan anak ADHD yang ada di Fokus masalah yang di kaji dalam penelitian ini
Mutiara Bunda Sidoarjo. Anak tersebut mengalami secara khusus adalah :
gangguan konsentrasi belajar karena gangguan 1. Bagaimana kerjasama terapis dengan guru dalam
pemusatan perhatian dan juga hiperaktivitas. Berdasarkan melakukan bimbingan belajar untuk meningkatkan
observasi yang dilakukan pada MB di SD Mutiara Bunda konsentrasi anak ADHD di Sekolah Inklusi
Sidoarjo. MB adalah siswa berumur 10 tahun yang duduk Surabaya dan Sekolah Islam Terpadu Surabaya ?
di bangku sekolah dasar kelas IVB di SD Mutiara Bunda 2. Bagaimana kerjasama terapis dengan shadow
Sidoarjo. SD Mutiara Bunda ini memiliki sistem dalam melakukan bimbingan belajar untuk
pendidikan yang menempatkan anak-anak berkebutuhan meningkatkan konsentrasi anak ADHD di Sekolah
khusus di kelas regular dengan mengikuti kurikulum Inklusi Surabaya dan Sekolah Islam Terpadu
akademis yang berlaku di sekolah. Artinya sekolah Surabaya ?
Mutiara Bunda adalah salah satu sekolah Inklusi di 3. Bagaimana kerjasama terapis dengan orang tua
Sidoarjo. Melalui sekolah Inklusi tersebut anak dalam melakukan bimbingan belajar untuk
berkebutuhan khusus di didik bersama-sama anak lainnya meningkatkan konsentrasi anak ADHD di Sekolah
(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang Inklusi Surabaya dan Sekolah Islam Terpadu
dimilikinya. Di masyarakat terdapat anak normal dan Surabaya ?
anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat dipisahkan Definisi Konsep, Asumsi, dan Keterbatasan
sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak 1. Definisi Konsep
berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan a. ADHD
peluang yang sama dengan anak normal untuk Menurut Taylor (1992), yang dimaksud
mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah (SD) dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit

127
Jurnal BK UNESA, Volume 1 Edisi 2, 125-135

hyperaktivity disorder (ADHD), sebagai pola tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
perilaku tidak mau diam , tidak menaruh perhatian keutuhan.
dan impulsif (semaunya sendiri). Subyek penelitian
b. Konsentrasi Belajar Subyek penelitian dalam penelitian ini dibagi
Menurut Slameto (2003:86), konsentrasi menjadi dua, yakni dua subyek kasus dan tujuh
belajar adalah memusatkan pikiran dan perhatian subyek partisipan. Yang menjadi subyek kasus
pada suatu mata pelajaran dengan adalah anak ADHD dengan usia 6-9 tahun. Untuk
mengesampingkan segala hal yang tidak subyek partisipan yang diambil yakni yang terdiri
berhubungan dengan pelajaran. dari orangtua subyek, guru kelas, terapis dan
2. Asumsi shadow.
Asumsi yang peneliti kemukakan dalam Teknik pengumpulan data dan pengembangan
penelitian ini adalah: instrumen
a. Gangguan pemusatan perhatian dan juga Tujuan utama dari penelitian adalah
gangguan hiperaktif yang terjadi pada anak mendapatkan data maka dalam penelitian ini ada
ADHD membuat mereka mengalami kesulitan tiga teknik pengumpulan data yaitu pengamatan
belajar karena sulit untuk berkonsentrasi. (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Teknik
b. Penanganan dan cara yang tepat yang diberikan analisis data dalam penelitian ini ialah dengan
orangtua, guru, dan terapis dalam meningkatkan menggunakan teknik analisis data yang
konsentrasi belajar pada anak ADHD dapat dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam
membuat mereka belajar dengan baik dan mampu Suwandi & Basrowi, 2008:209) mencakup tiga
meningkatkan prestasi akademiknya. kegiatan yang bersamaan: (1) reduksi data (2)
c. Kesulitan konsentrasi belajar pada anak ADHD penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan
jika tidak segera ditangani akan membuat anak (verifikasi).
kesulitan belajar dan tidak mampu
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya HASIL DAN PEMBAHASAN
terutama prestasi akademiknya. 1. Observasi kasus
3. Keterbatasan a. Subyek Penelitian I
Keterbatasan penelitian ini digunakan untuk LH merupakan subyek penelitian di
mengurangi generalisasi yang berlebihan terhadap sekolah dasar islam terpadu Surabaya. Sejak kecil
hasil penelitian, oleh karenanya keterbatasan dalam LH sudah memiliki kesulitan untuk mengontrol
hal ini di berikan pada aspek: perilakunya. Perilaku hiperaktif membuat LH tidak
a. Penelitian ini hanya terbatas pada konsentrasi mampu duduk dalam keadaan diam. Melakukan
belajar anak ADHD dan bimbingan belajar untuk kegiatan semaunya dan tidak menghiraukan
meningkatkan konsentrasi belajar pada anak ADHD perintah dari orang tua, guru, shadow, dan terapis.
yang dilakukan oleh terapis, orang tua, guru kelas LH juga memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi
dan juga shadow. dalam belajar. Kesulitan ini seperti tidak mampu
b. Dinamika pada anak ADHD yang berusia 6 tahun fokus ketika belajar di dalam kelas, tidak mampu
sampai 9 tahun dan berada dibangku kelas 1 SD mengerjakan tugas secara mandiri, tidak
sampai 3 SD di Sekolah inklusi dan sekolah Islam mendengarkan perintah atau instruksi guru, tidak
Terpadu Surabaya. mampu duduk diam, mengerjakan kegiatan di luar
c. Dalam penelitian ini subyek tidak memiliki bukti aktivitas belajar di dalam kelas.
otentik yang menyatakan anak mengalami ADHD Ketika peneliti melakukan observasi
dari psikolog. Sehingga peneliti melampirkan data kepada LH di dalam kelas, LH mengalami kesulitan
yang diperoleh saat melakukan observasi berupa untuk fokus pada kegiatan belajar di dalam kelas,
pengamatan perilaku perdetik subyek.Definisi karena LH tidak mampu belajar dalam keadaan
Istilah, Asumsi, Keterbatasan diam. LH sering berdiri dari tempat duduk, dalam 1
menit LH mampu berdiri sebanyak 5 kali dari
METODE tempat duduk. LH sering melihat teman-temannya
Jenis penelitian ketika guru menerangkan di depan kelas. Suka
Dalam penelitian ini metode penelitian yang menggigit pensil hingga patah, dan menggoyangkan
digunakan adalah metode penelitian kualitatif, kursi. Ketika guru memberikan tugas, LH sering
dengan model pendekatan studi deskriptif. Bogdan tidak mampu mengerjakan sendiri. LH sering
dan Taylor (dalam Basrowi & suwandi, 2008) melihat teman-temannya, mencoret-coret meja,
mendefinisikan Metodologi kualitatif sebagai mengganggu teman seperti memukul teman,
prosedur penelitian yang menghasilkan data mencubit, dan mengambil barang milik teman.
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari LH sering jalan dan lari-lari di dalam kelas
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. ketika proses belajar mengajar. Biasanya LH
Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar berjalan menuju meja guru dan mengajak guru
dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, berbicara. Selain itu LH juga jalan-jalan menuju
dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu bangku temannya baik untuk melihat apa yang
atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, dikerjakan oleh temannya atau mengganggu teman.
Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

LH juga sering keluar dari kelas seperti berlari Beberapa minggu melakukan observasi,
menuju perpustakaan dan juga ruang guru. Ketika kebiasaan subyek keluar kelas sudah sedikit
berada di dalam perpustakaan biasanya LH terkendali. Biasanya subyek pergi ke perpustakaan
mengambil buku tentang dinosaurus. Namun ketika untuk membaca buku tentang dinosaurus dan pergi
keluar menuju ruang guru, LH sering memakan dan ke ruang guru. Subyek hanya keluar kelas untuk
meminum apa yang ada di meja guru. membuang rautan pensil, sampah, atau ke kamar
Saat belajar di dalam kelas subyek dibantu mandi. Subyek juga diperbolehkan keluar kelas
oleh shadow teacher (guru pendamping) untuk sesekali untuk mengerjakan tugas dengan
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru didampingi shadow apabila subyek sudah mulai
dengan baik. Dampingan ini berupa membuka hal bosan belajar di dalam kelas.
buku, membacakan soal yang ada di papan tulis, Ketika subyek mulai tidak fokus,
menuliskan soal dan jawaban yang diberikan oleh biasanya guru menunjuk subyek ke depan untuk
LH. Di sekolah LH juga menjalani terapi, terapi menjawab soal atau membaca soal. Saat subyek
dilakukan seminggu 3 kali. mampu menjawab dengan benar biasanya subyek
akan mendapatkan smiley atau reward
(penghargaan).
b. Subyek Penelitian II Saat akan istirahat makan biasanya guru
DD merupakan subyek penelitian yang ada akan menyuruh anak-anak untuk tertib dan disipin
di sekolah dasar inklusi Surabaya. Ketika peneliti terlebih dahulu. Bagi barisan bangku yang tertib
melakukan observasi pada DD di dalam kelas. DD akan diperbolehkan untuk keluar kelas dan istirahat
mengalami kesulitan dalam konsentrasi belajar dan terlebih dulu.
belajar dalam keadaan diam. Saat proses belajar Berdasarkan observasi peneliti saat di
mengajar di dalam kelas. DD tidak mampu fokus dalam kelas, guru kelas sangat tegas dalam
ketika guru berbicara di depan kelas, seperti menghadapi subyek. Ketika subyek tidak
mencoret-coret buku, tidak mengerjakan tugas dari melakukan perintah guru biasanya subyek
guru, menggigit pensil. DD juga sering tidak mendapatkan punishment. Sebaliknya apabila
mendengarkan perintah guru, instruksi yang subyek mampu melakukan perintah guru maka
diberikan selalu berulang-ulang agar DD mengerti. subyek mendapatkan reward.
Saat belajar di dalam kelas DD suka berdiri Ketika berada di dalam kelas subyek sering
dari tempat duduknya, memukul meja, menggedor tampak melamun dan melihat kearah teman-
papan, dan menaikkan kaki di atas kursi. DD suka temannya. Hal ini berlangsung beberapa detik
melihat aktivitas yang dilakukan oleh teman- sampai akhirnya subyek kembali belajar lagi.
temannya. DD sering menganggu temannya seperti Subyek juga sering berdiri dari kursi, memainkan
melempar buku pada teman atau orang yang ada di kursinya, dan jalan-jalan di dalam kelas. Biasanya
depannya, memukul, dan menjaili teman. hampir 5 kali dalam 1 menit subyek berdiri dari
DD siswa ADHD dengan lambat belajar. kursinya. Kadang subyek juga jalan-jalan kebangku
DD sangat malas sekali bila belajar, ketika disuruh teman-temannya hanya untuk mengobrol atau
oleh guru sering tidak mau melaksanakan dan melihat apa yang dilakukan temannya.
semaunya sendiri. Ketika teman-teman DD Ketika melihat teman-temannya bermain
membuat gaduh, DD akan dengan cepat mengikuti didalam kelas atau jalan-jalan di dalam kelas,
sehingga kelas menjadi ramai. subyek dengan cepat mengikuti teman-temannya.
DD selalu diberikan bimbingan baik saat Subyek juga sangat mudah sekali terpengaruh oleh
mengerjakan tugas. Bimbingan ini berupa kegiatan yang dilakukan teman-temannya. Sehingga
membacakan soal pada DD. Selain itu DD juga di kelas suasana semakin ramai. Kadang peneliti
masih melakukan terapi sekolah, terapi ini diberikan melihat shadow membawa subyek keluar kelas
seminggu 2 kali oleh terapis di sekolah. untuk belajar di luar selama berapa menit. Setelah
itu subyek dapat belajar di dalam kelas kembali.
2. Deskripsi Saat guru memberikan tugas seperti
a. Konsenrasi Belajar Subyek Penelitian I menulis atau menyalin soal pada buku tulis, subyek
Konsentrasi belajar subyek terlihat kurang kelihatan sangat malas sekali untuk menulis.
fokus hal ini karena subyek tidak mampu Banyak beralasan seperti capek dan tidak
mengontrol gerakannya sehingga subyek cenderung menghiraukan perintah guru. Bahkan subyek perlu
tidak bisa belajar dalam keadaan diam, suka berlari- dibimbing oleh shadow untuk membacakan soal,
lari di dalam kelas, melihat ke teman-temannya, dan menuliskan jawaban.
mengganggu teman dan mengajak ngobrol Saat melakukan terapi subyek juga sering
temannya. Selama ini konsentrasi belajar subyek tidak mendengarkan dan bersikap semaunya sendiri.
yang kurang fokus dapat dilihat dari perilaku Subyek tidak mau duduk diam ketika merasa bosan
subyek yang suka melakukan hal lain diluar dengan kegiatan yang diperintahkan oleh terapi.
kegiatan belajar di dalam kelas. Ketika proses Apabila terapi yang diberikan membutuhkan
belajar mengajar subyek sering tidak mendengarkan ketekunan dan kesabaran maka subyek cenderung
instruksi guru dan sering keluar dari kelas. ingin keluar dari tempat terapi. Biasanya terapis

129
Jurnal BK UNESA, Volume 1 Edisi 2, 125-135

akan mengunci pintu agar subyek tidak keluar dari merasa bosan, subyek mulai tidak bisa diam dan
tempat terapi. Akhir-akhir ini subyek sangat sulit tidak patuh dengan perintah orang tua. Namun
sekali untuk diterapi. Kadang kalau suasana hatinya perilaku hiperaktif subyek sudah mulai berkurang.
sedang baik subyek akan dengan mudah diajak
untuk terapi. Tapi kalau suasana hatinya sedang b. Konsentrasi subyek Penelitian II
buruk, subyek akan menolak untuk diterapi. Konsentrasi belajar subyek terlihat sangat
Beberapa kali peneliti melihat subyek menolak kurang sekali pada saat subyek mengikuti pelajaran.
untuk diterapi. Subyek juga suka beralasan ketika Subyek sering menoleh ke teman atau bermain dari
akan diterapi. Biasanya butuh bujukan terlebih pada melakukan instruksi guru dan mengerjakan
dahulu untuk membuat subyek mau diterapi. tugas. Subyek juga sangat suka mengganggu teman
Saat ini dengan indikasi subyek yang atau usil seperti memukul, dan menyembunyikan
mengalami ADHD, dan kesulitan subyek untuk barang-barang milik teman. Tidak hanya itu subyek
diam dan konsentrasi, terapis memberikan tiga juga suka memukul meja sehingga kelas menjadi
terapi pada subyek yaitu terapi okupasi yaitu untuk sangat ramai.
meningkatkan motorik halus, terapi konsentrasi Selama melakukan observasi peneliti
yaitu untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi sering melihat subyek tidak fokus atau terlihat tidak
subyek dan terapi afeksi atau emosi yaitu untuk mendengarkan perintah guru. Guru sering
mendukung masalah interaksi sosialisasi subyek mengulang-ulang perintah pada subyek agar subyek
dengan lingkungannya. Agar subyek juga mengerjakan soal. Saat dipanggil subyek sering
mempunyai kepekaan, dapat berekspresi dengan terlihat acuh, kadang menjawab saat dipanggil tetapi
tepat sesuai sikon sosial, dan dapat mengendalikan tidak memperhatikan atau tidak melihat guru.
emosinya. Subyek juga mudah bosan ketika mengikuti
Tidak hanya terapi yang diberikan pada pelajaran, subyek lebih suka mengganggu teman
subyek tapi terapis juga menyarankan kepada orang atau membuat gaduh. Ketika subyek tantrum dan
tua agar tetap melakukan diet makanan pada bosan berada dikelas biasanya subyek suka sekali
subyek. Hal ini menghindari makanan yang memukul meja, menendang pintu atau menggedor-
memacu perilaku hiperaktif pada subyek. gedor papan tembok. Saat perilaku subyek mulai
Berdasarkan observasi dari peneliti orang tua tidak terkontrol biasanya guru menempatkan subyek
subyek sangat kooperatif dalam membantu subyek dibangku paling pojok. Hal ini agar guru dapat
untuk mengurangi hiperaktifnya dan meningkatkan mengontrol perilaku subyek, dan subyek dapat
konsentrasi belajar. fokus pada pelajaran.
Saat berada di rumah subyek juga susah Guru juga biasa menggunakan media yang
sekali belajar dengan keadaan diam. Orang tua menarik ketika memberikan materi di kelas, seperti
subyek selalu mendampingi subyek untuk belajar. gambar tempat beribadah semua agama. Pengenalan
Kesulitan subyek ketika menyelesaikan tugas benda-benda langit juga menggunakan gambar.
rumahnya adalah bila mulai menulis. Subyek juga Sehingga mampu membantu subyek untuk tertarik
biasanya tidak mampu fokus pada apa yang dia dan fokus untuk mengikuti pelajaran.
kerjakan. Bila sudah merasa bosan dan menolak Saat melakukan terapi subyek juga sering
untuk belajar, biasanya orang tua subyek tidak menghiraukan perintah terapis. Subyek mudah
memberikan waktu pada subyek untuk melakukan mengalihkan perhatian pada barang-barang atau
hal yang subyek sukai setelah itu subyek dapat kegiatan lain disekitarnya. Terapis juga sering
belajar kembali. Namun orang tua subyek juga mengulang-ngulang instruksi pada subyek. Perilaku
sangat tegas dalam memberikan waktu bermain subyek yang semaunya sendiri terkadang membuat
pada subyek. Apabila waktu yang diberikan subyek terapis kesulitan untuk memberikan terapi pada
sudah habis maka subyek harus belajar kembali. subyek.
Dulu ketika subyek masih duduk di tingkat Selama peneliti melakukan observasi
playgroup dan perilaku hiperaktif serta perilaku subyek memang sudah sedikit diam dan
konsentrasinya masih sangat tidak terkontrol. Orang konsentrasi subyek juga mulai meningkat. Biasanya
tua subyek memberikan mainan yang memang terapis harus berulang-ulang memberikan instruksi,
membutuhkan ketekunan dan kesabaran pada tapi sekarang terapis hanya memberikan sekali atau
subyek untuk meningkatkan konsentrasinya seperti dua kali instruksi dan subyek mampu untuk
merunci manik-manik, menyusun puzzle dan lego. mengikutinya.
Bahkan ketika subyek masih menjalani terapi di Terapis memberikan terapi perilaku dan
Mata Hati orang tua subyek selalu memberikan juga terapi permainan pada subyek. Terapi perilaku
mainan yang disarankan terapis pada subyek. sendiri diberikan pada subyek agar subyek mampu
Orang tua subyek juga menjalankan diet meningkatkan pemahaman dan kepatuhan subyek
makanan pada subyek. Diet makanan ini dijalankan tehadap aturan. Terapi ini seperti menyuruh subyek
sejak subyek masih menjalani terapi di Mata Hati untuk duduk tenang, tidak memukul meja, dan
hingga saat ini. Akhir-akhir ini subyek sudah mulai mampu menyelesaikan tugas yang diberikan terapi
sedikit bisa diam dan mampu belajar dengan baik dengan baik. Dengan perilaku baik yang dilakukan
bersama orang tua walau terkadang ketika subyek oleh subyek, terapis memberikan reward pada
Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

subyek seperti memberikan hadiah permen atau lari, kadang ngobrol dengan temannya, dan keluar
PHPEHULNDQ WHSXN WDQJDQ GDQ EHUNDWD ³EDJXV´ kelas juga seperti ke perpustakaan dan ke ruang
Terapi yang kedua yaitu terapi permainan, terapi ini guru. LH melakukan hal ini ketika dia mulai bosan
diberikan agar subyek mampu untuk mengontrol berada di dalam kelas. Dulu awal masuk sekolah
emosi, keterampilan sosial dan juga perkembangan lebih dari 10 kali keluar dari kelas setiap harinya.
kognitif. Terapi ini seperti menyusun balok atau Namun sekarang sudah tidak terlalu sering keluar
memasukkan manik-manik. GDUL NHODV´
Berdasarkan peneliti saat melakukan 0HQXUXW NHWHUDQJDQ VKDGRZ ³ELDVDQ\D
observasi orang tua subyek kurang kooperatif dalam kalau mulai bosan dengan belajarnya, LH mulai
membantu subyek dalam perkembangan perilaku tidak patuh dengan perintah atau intruksi saya. jika
dan akademik subyek terutama konsentrasi sudah seperti itu LH tidak akan bisa duduk diam
belajarnya, karena orang tua subyek lebih seperti berdiri dari tempat duduk, jalan-jalan, dan
menyerahkan sepenuhnya kepada terapis dan guru keluar kelas. Terapis memang menyarankan kepada
kelas dalam mengembangkan perilaku subyek dan saya untuk membawa LH belajar di luar kelas
akademik subyek. apabila LH sudah sangat bosan berada di dalam
Saat berada di rumah subyek tetap NHODV´
diberikan dampingan untuk menyelesaikan MeQXUXW NHWHUDQJDQ WHUDSLV ³/+ PHPDQJ
pekerjaan rumah dari sekolah. Orang tua subyek sering tidak fokus ketika diterapi, apalagi kalau
memang masih mendampingi subyek untuk belajar. sudah merasa bosan biasanya mulai tidak bisa diam
Saat belajar di rumah subyek memang susah sekali dan ingin cepat keluar dari tempat terapi. saya
untuk diam dan konsentrasi. Kadang orang tua biasanya mengunci pintu terapi agar LH tidak
subyek harus mengulang soal berkali-kali agar keluar dari tempat terapi. Akhir-akhir ini LH
subyek mengerti. Tapi subyek memang lebih suka memang sulit untuk diterapi, butuh bujukan agar LH
memerhatikan benda-benda lain yang ada mau untuk diterapi. Namanya anak seusia LH kan
disekelilingnya seperti mainan, dan mudah bosan masih senang-senangnya bermain. Kadang kalau
saat belajar seperti banyak alasan. suasana hatinya sedang tidak baik LH akan menolak
Orang tua subyek tidak begitu menerapkan DMDNDQ XQWXN GL WHUDSL´
aturan kepada subyek agar subyek disiplin dan Menurut keterangan RUDQJ WXD ³/+
patuh. Ketika subyek tidak mau belajar atau sulit memang sangat sulit untuk belajar, apalagi sulit
untuk belajar, biasanya orang tua subyek akan untuk diam dan juga konsentrasinya yang kurang.
membiarkan subyek bermain dan melakukan Apalagi kalau sudah berhubungan dengan menulis,
kegiatan semaunya. Hal ini orang tua subyek LH akan malas untuk belajar. Kalau sudah bosan
lakukan agar subyek tidak marah. Sehingga pasti tidak akan patuh dengan perintah saya. Bila
perkembangan akademik subyek dan konsentrasinya sudah seperti itu saya biasanya memberikan waktu
tidak begitu baik. pada LH untuk bermain dan melakukan hal yang
Orang tua subyek juga tidak melaksanakan /+ VXNDL VHWHODK LWX /+ GDSDW EHODMDU NHPEDOL´
diet makanan pada subyek. Walaupun terapis selalu Berdasarkan pengamatan peneliti
memberitahukan untuk menghindari makanan yang konsentrasi belajar subyek terlihat kurang fokus hal
mengandung zat aditif seperti MSG, yang banyak ini karena subyek tidak mampu mengontrol
terdapat pada makanan atau kue kecil, salisilat, dan gerakannya sehingga subyek cenderung tidak bisa
gula. belajar dalam keadaan diam, suka berlari-lari di
dalam kelas, melihat ke teman-temannya,
3. Analisis mengganggu teman dan mengajak ngobrol
a. Konsentrasi belajar subyek penelitian I temannya. Selama ini konsentrasi belajar subyek
Berdasarkan pengamatan dari peneliti, yang kurang fokus dapat dilihat dari perilaku
subyek di sekolah dasar islam terpadu Surabaya subyek yang suka melakukan hal lain diluar
mengalami kesulitan konsentrasi belajar. Perilaku kegiatan belajar di dalam kelas. Ketika proses
tidak fokus ditunjukkan subyek seperti tidak belajar mengajar subyek sering tidak mendengarkan
mendengarkan saat guru menerangkan materi di instruksi guru dan sering keluar dari kelas.
depan kelas, mengganggu teman, melihat teman- Terapis selalu bekerjasama dengan guru
temannya, berdiri dari tempat duduk, berlari di kelas dalam proses belajar subyek. Tingkah laku
dalam kelas, dan mengajak teman mengobrol. subyek yang tidak dapat diam, suka keluar kelas,
Penyebab subyek tidak mampu fokus adalah karena dan sulit untuk fokus perlu mendapatkan tindakan
subyek mengalami ADHD. Penyebab lain yaitu dan penanganan yang tepat agar subyek mampu
ketika subyek mulai merasa bosan belajar di dalam belajar dengan baik ketika berada di sekolah.
kelas dan kesulitan pada pelajaran. Menurut keterangan terapis ³ZDNWX DZDO
0HQXUXW NHWHUDQJDQ JXUX ³/+ PHPDQJ masuk di SD, LH memang sangat sulit untuk di
sering tampak tidak mendengarkan instruksi saya kontrol. Tidak bisa diam, semaunya sendiri dan
maupun guru lain seperti tidak mengambil buku dan sering keluar kelas dilakukannya setiap hari. Guru
membuka halaman buku sesuai intruksi. Kadang kelas pada awalnya kesulitan untuk menangani LH,
saat dipanggil juga tidak menghiraukan. Suka lari- namun karena awal sudah diketahui bahwa LH

131
Jurnal BK UNESA, Volume 1 Edisi 2, 125-135

merupakan anak yang mengalami ADHD. Maka meningkatkan konsentrasi belajar subyek di
saya meminta bantuan dan karjasama guru dalam rumah,terapis bekerjasama dengan orang tua
menangani LH di dalam kelas. Ketika proses KBM, subyek. Hal ini agar bimbingan belajar untuk
saya menyarankan agar guru membiarkan LH untuk meningkatkan konsentrasi belajar subyek lebih
tidak duduk saja atau membiarkan anak optimal.
mengerjakan tugas dengan berdiri. Saat mulai bosan 0HQXUXW NHWHUDQJDQ WHUDSLV ³RUDQJ WXD /+
berada di dalam kelas biarkan LH untuk belajar di sangat kooperatif dalam membantu meningkatkan
luar kelas selama beberapa menit dengan konsentrasi belajar LH. Ketika di undang untuk
didampingi shadow. Saat LH mampu menampakkan konseling, orang tua LH akan datang. Orang tua LH
perilaku baik sesuai instruksi guru, berikan anak memang sudah terbiasa untuk menjalankan cara
reward. Sebaliknya jika anak tidak mampu menangani dan membimbing LH di rumah, karena
mematuhi perintah guru atau menampakkan sebelumnya LH pernah menjalani terapi di Mata
SHULODNX PDODGDSWLI EHULNDQ GLD SXQLVKPHQW´ Hati. Saya menyarankan kepada orang tua LH untuk
0HQXUXW SHUQ\DWDDQ JXUX ³SDGD DZDOQ\D tetap mendampingi LH ketika belajar di rumah, dan
saat saya melihat perilaku LH, saya bingung WHWDS PHQMDODQNDQ GLHW PDNDQDQ´
menanganinya. Karena sebelumnya saya tidak Menurut NHWHUDQJDQ RUDQJ WXD ³VHWLDS DGD
pernah menangani anak hiperaktif seperti LH. perkembangan perilaku subyek di sekolah maupun
Namun ketika saya berkonsultasi dengan terapis, di rumah saya selalu berkonsultasi pada terapis.
terapis pun memberikan saran dan cara untuk Terapis juga menyarankan pada saya untuk tetap
menangani LH ketika belajar di dalam kelas. Dan mendampingi LH ketika belajar di rumah dan
itu saya terapkan ketika di dalam kelas. Untungnya PHODNXNDQ GLHW PDNDQDQ SDGD /+´
SHUXEDKDQ SHULODNX /+ PHQMDGL OHELK EDLN´ Berdasarkan pengamatan dari penelitian,
Ketika di sekolah untuk mengembangkan untuk subyek di sekolah islam terpadu Surabaya
perilaku baik dan meningkatkan konsentrasi subyek, antara terapis, orang tua, guru, dan juga shadow
tidak hanya membutuhkan bimbingan dari guru memiliki konsistensi kerjasama dalam membantu
tetapi butuh dampingan shadow untuk meningkatkan konsentrasi belajar subyek. Ketika
mengoptimalkan belajar subyek di dalam kelas. subyek mengalami perubahan perilaku di rumah
Terapis juga bekerjasama dengan shadow agar maupun di sekolah orang tua, guru, shadow
shadow dapat membimbing subyek belajar dengan langsung berkonsultasi dengan terapis untuk
baik ketika di dalam kelas. mencari penyebab dan solusi akan perubahan
0HQXUXW NHWHUDQJDQ WHUDSLV ³VHEHOXP perilaku subyek. Sehingga akibat dari konsisten
shadow mendampingi dan membimbing LH, saya kerjasama baik antara orang tua, guru, shadow, dan
pasti menjelaskan kepada shadow tentang terapis lebih mudah untuk meningkatkan
kebutuhan LH dan kesulitan LH. Saya tentu tidak konsentrasi belajar subyek.
akan melepas shadow begitu saja dalam menangani
LH. Untuk mengoptimalkan perubahan perilaku dan b. Konsentrasi belajar subyek penelitian II
prestasi belajar LH, maka penting sekali bagi Berdasarkan pengamatan dari peneliti,
shadow untuk mengetahui hal-hal yang perlu subyek di sekolah inklusi Surabaya mengalami
dilakukan pada LH. Saya menjelaskan pada shadow kesulitan konsentrasi belajar. Perilaku tidak fokus
agar mendampingi LH sesuai dengan masalah dan yang ditunjukkan subyek seperti tidak
kesulitan anak ketika belajar, sesekali membawa mendengarkan saat guru menerangkan materi di
anak keluar kelas ketika anak mulai bosan belajar di depan kelas, mengganggu teman, melihat teman-
dalam kelas, memperhatikan cara duduk anak temannya, berdiri dari tempat duduk. Penyebab
karena LH mengalami ADHD maka sesekali subyek tidak mampu fokus adalah karena subyek
biarkan anak berdiri atau duduk tanpa kursi, mengalami ADHD. Penyebab lain yaitu ketika
tengkurap dengan tangan harus menopang tubuh subyek mulai bosan belajar di dalam kelas dan
sambil melakukan kegiatan membaca atau menulis. kesulitan pada pelajaran.
Hal ini agar anak lebih mampu untuk berkonsentrasi 0HQXUXW NHWHUDQJDQ JXUX ³PHPDQJ VHODPD
GDQ PHUDVD Q\DPDQ EHUDGD GL GDODP NHODV´ proses belajar di dalam kelas DD sering sekali tidak
0HQXUXW NHWHUDQJDQ VKDGRZ ³VHEHOXP VD\D fokus atau kurang mampu untuk berkonsentrasi. DD
terjun untuk mendampingi LH, terapis terlebih dulu lebih suka melakukan kegiatan semaunya sendiri,
memberikan informasi cara menangani serta tidak menghiraukan atau tidak mengikuti instruksi
mendampingi LH ketika belajar dikelas. Seperti saya. bahkan sering saya mengulang-ngulang
mendampingi LH saat LH mengalami kesulitan, instruksi pada DD karena DD tidak menghiraukan.
membawa LH belajar di luar kelas ketika LH mulai DD juga mudah terganggu rangsangan dari teman-
bosan berada di dalam kelas dan memperhatikan temannya. Seperti ketika temannya ramai subyek
cara duduk LH agar LH lebih fokus dan mampu dengan cepat mengikuti. Subyek juga sangat suka
EHODMDU GHQJDQ EDLN´ membuat keramaian di dalam kelas seperti
Saat di sekolah terapis bekerjasama dengan memukul meja dan usil pada teman-WHPDQQ\D´
guru dan juga shadow dalam meningkatkan 0HQXUXW NHWHUDQJDQ WHHUDSLV ³NHWLND WHUDSL
konsentrasi belajar subyek. Tetapi untuk DD memang kesulitan untuk fokus. Sering sekali
Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

saya mengulang-ulang instruksi pada DD. DD juga ketika subyek mulai bosan belajar di dalam kelas dan
senang memainkan mainan atau barang-barang lain kesulitan pada pelajaran.
ditempat terapi dari pada mendengarkan dan Dalam meningkatkan konsentrasi belajar
PHODNXNDQ LQVWUXNVL VD\D´ subyek, peneliti menemukan tiga model bimbingan
0HQXUXW NHWHUDQJDQ RUDQJ WXD ³VD\D VHODOX belajar yang dilakukan pada subyek di SDN V Babatan
mendampingi DD belajar dirumah. Memang sangat Surabaya.
sulit sekali membuat DD diam dan konsentrasi,
apalagi DD mudah bosan dan lebih suka melihat
Terapis Guru kelas Anak
benda-benda lain seperti mainannya. Kadang juga
ADHD
suka beralasan ketika sudah mulai bosan belajar,
VHSHUWL PHQJDQWXN´ Keterangan : konsultasi
Saat di sekolah terapis bekerjasama dengan bimbingan
guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar Model bimbingan belajar di sekolah inklusi,
subyek. Tetapi untuk meningkatkan konsentrasi guru melakukan konsultasi pada terapis ketika
belajar subyek di rumah,terapis bekerjasama dengan menemukan permasalahan saat membimbing subyek di
orang tua subyek. Hal ini agar bimbingan belajar dalam kelas, kemudian guru dapat mengombinasikan cara
untuk meningkatkan konsentrasi belajar subyek penanganan dari terapis dan guru sendiri kepada subyek.
lebih optimal. Namun orangtua subyek kurang Model bimbingan belajar ini kurang efektif karena guru
kooperatif dalam bekerja sama dengan pihak melakukan penanganan sendiri pada subyek walau
sekolah. Sehingga perkembangan DD dalam kadang guru melakukan konsultasi.
perilaku maupun akademiknya tidak begitu Model bimbingan kedua yaitu terapis
menunjukkan peningkatan yang cukup baik. memberikan cara penanganan dan bimbingan belajar
0HQXUXW SHUQ\DWDDQ WHUDSLV ³VHEHQDUQ\D pada orangtua untuk subyek ketika berada di rumah,
untuk mendapatkan perkembangan yang lebih setelah itu orangtua dapat menerapkan secara langsung
optimal perlu sekali kerjasama antara guru kelas, pada subyek. Model bimbingan ini sebenarnya cukup
terapis dan juga orang tua. Namun orang tua DD efektif jika dilakukan oleh orangtua dalam meningkatkan
kurang kooperatif dalam membantu meningkatkan konsentrasi belajar subyek. Hal ini karena dengan
perilaku subyek dan konsentrasi belajar. Sering bimbingan yang tepat membuat anak mampu belajar
orang tua DD tidak datang untuk konseling dengan dengan baik.
saya, dan tidak menerapkan apa yang saya
VDUDQNDQ´ Terapis Orangtua Anak
Berdasarkan pengamatan dari penelitian, ADHD
untuk subyek di sekolah inklusi Surabaya antara
terapis, dan orang tua kurang memiliki konsistensi Pada model bimbingan ketiga, terapis
kerjasama dalam membantu meningkatkan memberikan terapi pada subyek untuk meningkatkan
konsentrasi belajar subyek. Sehingga perkembangan konsentrasi belajar subyek dan perubahan perilaku yang
subyek tidak begitu mengalami peningkatan yang lebih baik. Terapi yang diberikan yaitu terapi perilaku,
cukup baik dalam meningkatkan konsentrai belajar dan terapi permainan.
subyek. Pada subyek penelitian di Sekolah Islam
Terpadu Surabaya konsentrasi belajar ditunjukkan
Pembahasan perilaku berupa kurang mampu untuk fokus dalam
Berdasarkan hasil triangulasi data dari peneliti, menerima materi yang diberikan oleh guru kelas. Subyek
konsentrasi belajar anak yang mengalami ADHD di juga mudah sekali mengalihkan perhatian pada teman-
Sekolah Inklusi Surabaya yaitu berupa mengalihkan temannya, sulit untuk fokus atau konsentrasi karena
perhatian ketika guru berbicara atau memberikan subyek tidak mampu belajar dalam keadaan diam. Hal ini
instruksi pada subyek. Hal ini seperti memainkan pensil, yang membuat subyek memiliki kecenderungan gaya
menggigit pensil, melihat kearah teman-temannya dan belajar kinestetik.
mengganggu teman-temannya. Ketika dipanggil untuk Ketika subyek sulit untuk fokus dan konsentrasi
mengerjakan soal atau tugas subyek kadang menjawab dalam proses belajar di kelas dan menyelesaikan tugas-
tapi tidak melihat guru atau tidak menghiraukan perintah tugasnya, biasanya subyek akan didampingi oleh shadow
guru. Guru juga sering mengulang-ulang instruksi pada (guru pendamping). Bimbingan shadow yang berupa
subyek agar subyek fokus kembali. mengambilkan buku subyek, membacakan soal, dan
Perilaku yang ditunjukkan oleh subyek membantu subyek untuk tetap duduk diam sangat
penelitian mendukung pernyataan Pfiffner & Barkley membantu sekali dalam meningkatkan konsentrasi belajar
(1990), yang menyebutkan bahwa di kelas anak-anak subyek.
ADHD sering menunjukkan masalah perilaku. Anak- Dalam meningkatkan konsentrasi belajar
anak ADHD lebih sulit merespon pengajaran dan kurang subyek, peneliti menemukan empat model dalam
mampu menyelesaikan tugas akademik dibandingkan bimbingan belajar yang dilakukan pada subyek di sekolah
dengan teman sebayanya. Islam Terpadu Surabaya.
Penyebab subyek tidak mampu fokus adalah
karena subyek mengalami ADHD. Penyebab lain yaitu
Terapis Guru Kelas, Siswa
shadow, ADHD
133 orangtua
Jurnal BK UNESA, Volume 1 Edisi 2, 125-135

5. Kerjasama guru kelas, shadow, orangtua, dan


terapis sangat membantu subyek ADHD dalam
meningkatkan konsentrasi belajarnya. Pemberian
terapi yang diberikan pada subyek penelitian I
Model bimbingan yang ditemukan di sekolah seperti terapi okupasi, terapi konsentrasi dan terapi
Islam Terpadu Surabaya yaitu terapis memberikan afeksi atau emosi. Sedangkan pemberian terapi yang
pelatihan kepada guru kelas, shadow, dan orangtua untuk diberikan pada subyek II yaitu terapi perilaku dan
membimbing dan mendampingi subyek ADHD dalam terapi permainan. Pemberian terapi secara intensif
belajar. Model bimbingan ini sangat efektif jika dengan menjalankan diet makanan mampu
dilakukan secara intensif, karena dengan pemberian membantu meningkatkan konsentrasi belajar subyek
penanganan yang tepat saat di sekolah dan juga di rumah ADHD lebih optimal.
akan mampu meningkatkan konsentrasi belajar subyek.
Saran
PENUTUP Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat di
berikan saran terhadap hal-hal sebagai berikut:
Simpulan 1. Sekolah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Dapat memberikan seminar pada guru dan
peneliti terkait konsentrasi belajar anak ADHD di SDN V orangtua agar mereka mampu memberikan
Babatan Surabaya dan SDIT At-Taqwa Surabaya dapat penanganan terbaik dan tepat bagi subyek. Sehingga
disimpulkan bahwa: dengan mengetahui dan memberikan penanganan
1. Konsentrasi belajar pada anak ADHD terlihat sangat sejak dini, akan membantu subyek lebih optimal lagi
kurang. Subyek hanya mampu diam dan fokus dalam meningkatkan akademik subyek terutama
selama 2-5 menit. Perilaku tidak fokus dan meningkatkan konsentrasi belajar pada anak ADHD.
kurangnya konsentrasi belajar terlihat seperti tidak 2. Terapis
mendengarkan perintah guru, sering melihat teman- Dapat bekerja sama dengan orangtua dengan
temannya, melakukan kegiatan lain di luar kegiatan memberikan konseling kepada orangtua agar orangtua
belajar, suka mengganggu teman atau menjaili mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan ketika
teman. Hal tersebut disebabkan, subyek tidak mendampingi subyek di rumah terutama dalam
mampu mengontrol perilaku hiperaktifnya. meningkatkan konsentrasi belajar subyek.
2. Kerjasama terapis dengan guru sudah cukup baik 3. Shadow
dalam membantu meningkatkan konsentrasi belajar Dapat terus membimbing dan mendampingi
subyek ADHD. Kerjasama ini ditunjukkan dengan subyek sesuai dengan kebutuhan subyek ketika berada
pemberian informasi tentang kebutuhan subyek di dalam kelas sehingga subyek tidak tergantung
ADHD saat belajar di dalam kelas dan konsultasi dengan shadow dan subyek lebih mandiri dan mampu
yang dilakukan guru saat mengalami kesulitan belajar dengan baik.
dalam membimbing subyek ADHD. Sehingga 4. Orangtua
dengan kerjasama itu guru mampu memberikan Dapat bekerja sama dengan terapis untuk lebih
bimbingan yang tepat dalam meningkatkan kooperatif dalam membantu subyek mengurangi
konsentrasi subyek ADHD perilaku hiperaktif dan meningkatkan konsentrasi
3. Kerjasama antara terapis dan shadow sangat baik belajar subyek.
dalam membantu meningkatkan konsentrasi belajar
pada subyek ADHD. Sebelum shadow menangani DAFTAR PUSTAKA
subyek, terapis memberikan informasi tentang Al-Falasany, Judi dan Naif, Fauzan. (1992). Kunci
kebutuhan subyek ADHD saat belajar dan teknik Sukses Belajar. Semarang: CV. Aneka Ilmu
pendampingan pada subyek ADHD. Sehingga Barkley, R.A. (1990). Attention Deficit Hyperactivity
shadow dapat membimbing dan mendampingi Disorder: A Handbook For Diagnosis and
dengan tepat dalam meningkatkan konsentrasi Treatment. New York: Guilford Press.
belajar subyek ADHD. Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian
4. Kerjasama terapis antara orangtua subyek sangat Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
baik dalam membantu meningkatkan konsentrasi Davison, G.C. dkk. (2010). Psikologi Abnormal. Edisi
belajar pada subyek ADHD. Kerjasama ini terlihat kesembilan. Jakarta: Rajawali Press.
dari pemberian informasi untuk selalu mendampingi Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak
subyek dalam belajar, tentang jeda waktu belajar di Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika
rumah, dan tentang diet makanan yang harus Aditama.
dilakukan pada subyek ADHD. Orangtua juga Drost, J.I.C.M., dkk. (2003). Perilaku Anak Usia Dini,
sering melakukan konsultasi pada terapis ketika Kasus & Pemecahannya. Jakarta: Kanisius.
mengalami perkembangan perilaku atau akademik Gie, Liang. (1995). Cara Belajar Yang Efisien jilid II.
subyek. Sehingga dengan konsisten kerjasama yang Yogyakarta: Liberty Yogya.
dilakukan maka orangtua dapat membimbing dan Marlina. (2007). Asesmen Dan Strategi Intervensi Anak
meningkatkan konsentrasi belajar subyek dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
baik.
Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Disorder). Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.
Mulyono, Rachmad. (2007). Menangani Anak
Hiperaktif. Edisi kedua. Jakarta: Studia Press.
Nursalim & Suradi. (2002). Layanan Bimbingan dan
Konseling. Surabaya: Unesa University Press.
Saputro, D. (2009). ADHD (Attention
Deficit/Hiperactivity Disorder). Jakarta:
Sagung Seto.
Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Surya, Hendra. (2003). Kiat Mengatasi Kesulitan
Belajar. Jakarta: Elex Media Utama
Komputindo.
Taylor, E. (1992). Anak Hiperaktif Tuntunan Bagi Orang
tua (terjemahan Alex Tri Kanjono). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

135

Anda mungkin juga menyukai