Anda di halaman 1dari 24

SLOW LEARNER

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Untuk Pada Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu:
Dr. Abdul Muhid, M.si

Oleh:
Maulana Alfin Yusron J71216112
Rizaldy Dwiasmara J71216128
Stanley Adam S.P J71216131

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi .............................................................................................................. i


A. Analisis Slow Learner ............................................................................. 1
B. Karakteristik ........................................................................................... 5
C. Jenis-jenis ................................................................................................. 18
D. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 19
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 22

i
A. Definisi
Slow Learner (lambat belajar) merupakan salah satu anak
berkebutuhan khusus (ABK) yang tidak dapat dikenali dari penampilan
fisiknya namun membutuhkan layanan pendidikan yang bersifat khusus,
yaitu layanan yang berbentuk program pendidikan khusus yang bertujuan
untuk membantu mengurangi keterbatasannya hidup dalam
bermasyarakat.Slow learner adalah anak yang memiliki prestasi belajar
rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau
seluruh area akademik, tapi tidak tergolong anak yang mempunyai
keterbelakangan mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor antara 70
dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007).
Menurut Mumpuniarti (2007: 14) mengidentifikasi anak lamban
belajar sebagai anak yang mempunyai IQ di antara 70 sampai 89.
Berdasarkan skala inteligensi Wechsler (Sugihartono, dkk., 2007: 41),
anak dengan IQ 70 sampai 89 termasuk borderline (70-79) dan low
average atau dull (80-89). Burt (G.L. Reddy, R. Ramar, dan A. Kusuma,
2006: 2) menjelaskan bahwa istilah backward atau slow learners diberikan
untuk anak yang tidak dapat mengerjakan tugas yang seharusnya dapat
dikerjakan oleh anak seusianya. Jenson (G.L. Reddy, R. Ramar, dan A.
Kusuma, 2006:2-3) menambahkan, anak lamban belajar dengan IQ 80
sampai 90 lebih lambat dalam menangkap materi pelajaran yang
berhubungan dengan simbol, abstrak, atau materi konseptual. Kebanyakan
anak lamban belajar mengalami masalah dalam pelajaran membaca dan
berhitung.
Tingkat kecerdasan atau hasil tes IQ anak lamban belajar
berhubungan erat dengan perkembangan intelektual anak. Ditinjau dari
perkembangan intelektualnya, Pichla, Gracey, dan Currie (2006: 39)
mengemukakan bahwa anak lamban belajar termasuk anak yang
mengalami kelemahan kognitif (cognitive impairment). Anak dengan
kelemahan kognitif membutuhkan pengulangan tambahan untuk
mempelajari keterampilan atau ilmu baru, tetapi masih dapat belajar dan

1
berpartisipasi di sekolah umum dengan bantuan dan modifikasi tertentu.
Anak dengan kelemahan kognitif dapat mengalami gangguan pemusatan
perhatian dan berbicara.Hal ini senada dengan pendapat Lay Kekeh
Marthan Marentek, dkk. (2007: 49-50) yang mengemukakan bahwa anak
lamban belajardiklasifikasikan sebagai anak dengan keterbatasan
keterampilan kognitif karena mempunyai skor IQ sedikit di bawah anak
normal.
Skor IQ anak lamban belajar adalah antara 70-89. Anak lamban
belajar dapat mengikuti program pembelajaran di sekolah reguler pada
jenjang pendidikan dasar dengan bantuan yang intensif. Ana Lisdiana
(2012: 1) menambahkan bahwa anak lamban belajar mengalami hambatan
atau keterlambatan perkembangan mental. Fungsi intelektual anak lamban
belajar di bawah anak normal seusianya, disertai kekurangmampuan atau
ketidakmampuan belajar dan menyesuaikan diri, sehingga membutuhkan
layanan pendidikan khusus. Anak lamban belajar membutuhkan waktu
yang lebih lama dan berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas-tugas
akademik dan nonakademik. Anak lamban belajar sulit diidentifikasi
karena penampilan luarnya sama seperti anak normal dan dapat berfungsi
normal pada sebagian besar situasi.
Kemampuan akademik maupun kemampuan koordinasinya
(kesulitan menggunakan alat tulis, olahraga, atau mengenakan pakaian)
lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Perilaku mereka
cenderung pendiam dan pemalu, sehingga mereka kesulitan untuk
bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Slow Learner cenderung kurang percaya diri, kemampuan berpikir
abstraknya lebih rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Mereka memiliki rentang perhatian yang pendek dan memiliki ciri fisik
normal namun sulit menangkap materi, responnya lambat, kosa katanya
kurang sehingga bila berbicara kurangjelas sehingga mereka memerlukan
layanan pendidikan khusus.

2
Penggolongan slow learner didasarkan apabila anak tidak berhasil
mencapai tingkat penguasaan suatu objek belajar yang diperlukan sebagai
syarat memahami objek belajar pada tingkat berikutnya. Oleh karenanya,
anak slow learner membutuhkan waktu dan intensitas berlatih yang lebih
banyak untuk mengulang materi pelajaran tersebut agar mendapatkan hasil
yang sesuai dengan standar atau lebih optimal. Hal ini seperti yang
dikemukakan Borah (2013) bahwa anak slow learner memiliki
kemampuan kognitif di bawah rata-rata, namun tidak bisa disebut dengan
cacat. Hal ini dikarenakan Slow learner adalah normal tetapi memiliki
masalah tidak tertarik belajar di bawah sistem pendidikan yang diterima.
Kecerdasan anak slow learner berada di bawah kecerdasan rata-rata dan
berada di atas kecerdasan anak tuna grahita, dengan demikian anak lamban
belajar juga sering disebut dengan borderline atau ambang batas
(Mumpuniarti, 2007).
Anak slow learner secara fisik dan pergaulan tidak menunjukan
perbedaan dengan anak normal pada umumnya. Hal ini membuat pihak
sekolah terkadang tidak cermat bahwa di sekolahnya terdapat anak yang
membutuhkan pendampingan yang khusus, yaitu membutuhkan proses
yang lenih lama dan metode yang lebih sederhana dan variatif. Anak slow
learner banyak memerlukan bimbingan dan pendampingan yang lebih,
agar dapat mengikuti pelajaran dengan optimal sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Oleh sebab itu, Anak slow learner perlu diberikan
pendampingan atau penanganan khusus agar dapat mengikuti pelajaran
seperti anak lainnya. Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa
slow learner merupakan kondisi di mana anak mengalami kelambanan
dalam kemampuan kognitifnya dan berada di bawah ratarata anak normal,
oleh sebab itu anak slow learner membutuhkan waktu yang lebih lama dan
intensitas belajar atau berlatih yang lebih banyak untuk memahami atau
menguasai materi pelajaran dan atau latihan tertentu.
Menurut Dedy Kustawan (2013:27) anak slow learner adalah anak
yang memiliki kemampuan intelektual sedikit di bawah normal tetapi

3
belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan
atau keterlambatan berfikir, tetapi masih lebih baik jika dibandingkan
tunagrahita, lebih lamban dibandingdengan anak pada umumnya, mereka
butuh waktu lebih lama dan berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas
akademik. Nani Triani dan Amir (2013: 4) mendeskripsikan bahwa anak-
anak slowlearner tidak hanya terbatas pada kemampuan akademik
melainkan juga pada kemampuan-kemampuan yang lain seperti pada
aspek bahasa atau komunikasi, emosi, sosial atau moral.
Sedangkan Munawir Yusuf (2005: 47) mendefinisikan bahwa anak
dengan lamban belajar atau slow learner memiliki IQ antara 70-90,
mereka memerlukan bantuan dengan pemanfaatan metode dan strategi
serta waktu khusus untuk dapat mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Berdasarkan definisi beberapa ahli di atas, dapat ditegaskan
bahwa anak slow learner membutuhkan waktu belajar yang lebih lama
dibanding teman sebayanya. Mereka memiliki kecerdasan di bawah rata-
rata, tetapi bukan berarti mereka tidak mampu. Mereka butuh perjuangan
yang lebih keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas regular,
sehingga prestasi belajar mereka biasanya juga di bawah prestasi belajar
anak-anak yang sebaya dengannya. Dari sisi perilaku, anak-anak slow
learner cenderung pendiam dan pemalu, mereka juga kesulitan untuk
berteman. Anak slow learner ini juga cenderung kurang percaya diri.
Mulanya pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak cacat,
baik cacat fisik maupun cacat mental, kemudian berkembang menjadi anak
yang memiliki kebutuhan individual yang tidak bisa disamakan dengan
anak yang normal. Pengertian anak berkebutuhan khusus akhirnya
mencakup anak yang berbakat, anak yang cacat dan anak yang mengalami
kesulitan. Slow Learner termasuk ABK yang mengalami kelambatan
dalam pembelajaran . Selama ini cara pemenuhan layanan anak lambat
belajar belum memperoleh hak yang sama dengan anak-anak lainnya.
Sehubungan dengan itu, maka guru sebagai ujung tombak pendidikan
formal perlu memberikan layanan secara optimal bagi semua peserta didik

4
termasuk anak lambat belajar karena dalam jenjang sekolah umum
terkadang ditemui peserta didik yang termasuk anak lambat belajar yang
memerlukan perhatian dan layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi
dan kebutuhannya. Anak-anak tersebut kebutuhan belajarnya tidak dapat
dilayani seperti anak-anak normal pada umumnya. Guru di sekolah umum
diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan pada setiap anak
berkebutuhan khusus termasuk anak lambat belajar, namun masih banyak
guru yang belum memahami tentang hal tersebut sehingga mereka tidak
dapat memberikan layanan pendidikan yang optimal. Setiap anak
memilikikeunikan yang berbeda dengan anak-anak lainnya, dimana setiap
anak perlu mendapatkan penanganan yang berbeda sesuai dengan
karakternya.
Banyak kasus yang terjadi berkenaan dengan keberadaan anak
lambat belajar di sekolah-sekolah umum.Anak-anak tersebut memerlukan
perhatian dan layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan
keadaannya agar dapat mengembangkan kemampuannya seperti anakanak
normal lainnya. Pada dasarnya setiap anak adalah pribadi yang unik yang
harus diperlakukan sesuai dengan keunikannya. Untuk dapat memberikan
perlakuan yang tepat terhadap anak yang bersangkutan, seorang guru harus
mengetahui apa keunikan atau kelainan yang dimiliki oleh anak didiknya.

B. Karakteristik
Karakteristik Slow Learner atau Lamban BelajarNani Triani dan
Amir (2013:10-12) membagi karakteristik anak slowlearner sebagai
berikut (a) intelegensi; (b) bahasa; (c) emosi; (d) sosial; (e) moral. Lebih
lanjut dapat dikaji sebagai berikut:
a. Intelegensi
Dari segi intelegensi anak-anak slow learner berada pada kisaran di
bawah rata-rata yaitu 70-90 berdasarkan skala WISC. Anak dengan IQ
70-90 ini biasanya mengalami masalah hampir di semua pelajaran
terutama pada mata pelajaran-mata pelajaran yang berkenaan dengan

5
hafalan dan pemahaman. Sulit memahami hal-hal yang abstrak. Nilai
hasil belajarnya rendah dibandingkan dengan teman-teman di
kelasnya.
b. Bahasa
Anak-anak slow learner mengalami masalah dalam berkomunikasi.
Anak-anak ini mengalami kesulitan baik dalam bahasa ekspresif atau
menyampaikan ide atau gagasan maupun dalam memahami
percakapan orang lain atau bahasa reseptif. Untuk meminimalisir
kesulitan dalam berbahasa sebaiknya melakukan komunikasi dengan
bahasa yang simpel atau sederhana dan singkat namun jelas.
c. Emosi
Dalam hal emosi, anak-anak slow learner memiliki emosi yang kurang
stabil. Mereka cepat marah dan meledak-ledak serta sensitif. Jika ada
hal yang membuatnya tertekan atau melakukan kesalahan, biasanya
anak-anak slow learner cepat patah semangat.
d. Sosial
Anak-anak slow learner dalam bersosialisasi biasanya kurang baik.
Mereka sering memilih sebagai pemain pasif atau penonton saat
bermain atau bahkan menarik diri. Walau pada beberapa anak ada
yangmenunjukkan sifat humor. Saat bermain, anak-anak slow learner
lebih senang bermain dengan anak-anak di bawah usianya. Mereka
merasa lebih aman, karena saat berkomunikasi dapat menggunakan
bahasa yang sederhana.
e. Moral
Moral seseorang akan berkembang seiring dengan kematangan
kognitifnya. Anak-anak slow learner tahu aturan yang bertaku tetapi
mereka tidak paham untuk apa tata tertib tersebut dibuat. Terkadang
mereka nampak tidak patuh atau melanggar aturan. Hal tersebut
disebabkan oleh kemampuan memori mereka yang terbatas sehingga
sering lupa. Oleh karena itu sebaiknya anak-anak slow learner sering
diingatkan. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2003: 38) anak slow

6
learner memiliki ciri-ciri (1) nilai rata-rata yang dicapai seluruh mata
pelajaran kurang dari 6,0, (2) hasil tes IQ berkisar 70-90.

Karakteristik menurut G.L. Reddy, R. Ramar, dan A. Kusuma (2006:


6-18) menjelaskan empat karakteristik anak lamban belajar, ditinjau dari
faktor-faktor penyebabnya, yaitu sebagai berikut.
a. Keterbatasan Kapasitas Kognitif Keterbatasan kapasitas kognitif
membuat anak lamban belajar mengalami hambatan dalam proses
pembelajaran, meliputi:
1. tidak berhasil mengatasi situasi belajar dan berpikir abstrak;
2. mengalami kesulitan dalam operasi berpikir kompleks;
3. proses pengembangan konsep atau generalisasi ide yang
mendasari tugas sekolah, khususnya bahasa dan matematika,
rendah;
4. tidak dapat menggunakan dengan baik strategi kognitif yang
penting untuk proses retensi (G.L. Reddy, R. Ramar, dan A.
Kusuma, 2006: 6-7).
b. Memori atau Daya Ingat Rendah Kurangnya perhatian terhadap
informasi yang disampaikan adalah salah satu faktor penyebab
anak lamban belajar mempunyai daya ingat yang rendah. Anak
lamban belajar tidak dapat menyimpan informasi dalam jangka
panjang dan memanggil kembali ketika dibutuhkan (G.L. Reddy,
R. Ramar, dan A. Kusuma, 2006: 7-10).
c. Gangguan dan Kurang Konsentrasi Jangkauan perhatian anak
lamban belajar relatif pendek dan daya konsentrasinya rendah.
Anak lamban belajar tidak dapat berkonsentrasi dalam
pembelajaran yang disampaikan secara verbal lebih dari tiga puluh
menit (G.L. Reddy, R. Ramar, dan A. Kusuma, 2006: 10).
d. Ketidakmampuan Mengungkapkan Ide Kesulitan dalam
menemukan dan mengombinasikan kata, ketidakdewasaan emosi,
dan sifat pemalu membuat anak lamban belajar tidak mampu

7
berekspresi atau mengungkapkan ide. Anak lamban belajar lebih
sering menggunakan bahasa tubuh daripada bahasa lisan. Selain
itu, kemampuan anak lamban belajar dalam mengingat pesan dan
mendengarkan instruksi rendah (G.L. Reddy, R. Ramar, dan A.
Kusuma, 2006: 10-11).

Jadi, berdasarkan faktor-faktor penyebabnya, anak lamban belajar


mempunyai empat karakteristik, yaitu: 1) keterbatasan kapasitas kognitif;
2) memori atau daya ingat rendah; 3) gangguan dan kurang konsentrasi;
dan 4) ketidakmampuan mengungkapkan ide. Selain karakteristik tersebut,
Nani Triani dan Amir (2013: 4-12) menjelaskan karakteristik anak lamban
belajar ditinjau dari aspek inteligensi, bahasa, emosi, sosial, dan moral.
a. Inteligensi
Ditinjau dari aspek inteligensinya, karakteristik anak lamban
belajar meliputi: 1) mengalami kesulitan hampir pada semua mata
pelajaran yang berhubungan dengan hafalan dan pemahaman; 2)
mengalamikesulitan dalam memahami hal-hal abstrak; dan 3)
mempunyai hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan teman-
teman sekelasnya (Nani Triani dan Amir, 2013: 10-11).
b. Bahasa atau Komunikasi
Karakteristik bahasa atau komunikasi anak lamban belajar adalah
adanya masalah komunikasi, baik dalam menyampaikan ide atau
gagasan (bahasa ekspresif) maupun memahami penjelasan orang
lain (bahasa reseptif). Oleh karena itu, bahasa yang sederhana,
singkat, dan jelas sebaiknya digunakan dalam komunikasi dengan
anak lamban belajar (Nani Triani dan Amir, 2013: 11).
c. Emosi
Karakteristik emosi anak lamban belajar adalah memiliki emosi
yang kurang stabil. Hal ini ditunjukkan dengan anak lamban
belajar yang cepat marah, sensitif, dan mudah menyerah ketika
mengalami tekanan atau melakukan kesalahan (Nani Triani dan
Amir, 2013: 11).

8
d. Sosial
Karakteristik anak lamban belajar ditinjau dari aspek sosial adalah
biasanya kurang baik dalam bersosialisasi. Anak lamban belajar
lebih sering menarik diri saat bermain. Selain itu, anak lamban
belajar lebih senang bermain dengan anak-anak yang berusia di
bawahnya. Anak merasa lebih aman karena saat berkomunikasi
dapat menggunakan bahasa yang sederhana (Nani Triani dan Amir,
2013: 12).
e. Moral
Seperti pada umumnya, moral anak lamban belajar berkembang
seiring kematangan kognitif. Karakteristik moral anak lamban
belajar adalah mengetahui aturan yang berlaku, tetapi tidak
memahami aturan tersebut. Terkadang anak lamban belajar
melanggar aturan karena kemampuan memori mereka yang
terbatas, sehingga sering lupa. Oleh karena itu, sebaiknya anak
lamban belajar sering diingatkan (Nani Triani, 2013: 12).
Dengan demikian, anak lamban belajar mempunyai karakteristik
inteligensi, bahasa atau komunikasi, emosi, sosial, dan moral yang berbeda
dari anak normal. Namun, anak lamban belajar mempunyai karakteristik
fisik yang sama seperti anak normal. Lowenstein (Malik, Rehman, dan
Hanif, 2012: 136)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, karakteristik anak lamban
belajar akan terlihat dalam proses pembelajaran. Steven R. Shaw (2010:
15) mengidentifikasi beberapa karakteristik anak lamban belajar yang
dapat diidentifikasi dalam proses pembelajaran, di antaranya:
a) anak memiliki kecerdasan dan prestasi akademik yang rendah,
tetapi berbeda dari anak dengan masalah kognisi atau
berkesulitan belajar;
b) anak dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi ketika
informasi disampaikan dalam bentuk konkret, tetapi akan

9
mengalami kesulitan mempelajari konsep dan pelajaran yang
bersifat abstrak;
c) anak mengalami kesulitan dalam transfer dan generalisasi
keterampilan, ilmu, dan strategi;
d) anak mengalami kesulitan kognitif dalam mengorganisasir
materi baru dan mengasimilasi informasi baru ke dalam
informasi sebelumnya;
e) anak mengalami kesulitan dalam tujuan jangka panjang dan
manajemen waktu;
f) anak membutuhkan tambahan waktu untuk belajar dan
mengerjakan tugas, serta latihan tambahan untuk
mengembangkan keterampilan akademik yang setingkat
dengan teman sebayanya;
g) motivasi belajar siswa hampir selalu berkurang;
h) siswa mempunyai konsep diri yang rendah dan dapat
menyebabkan permasalahan emosi dan tingkah laku;
i) siswa berisiko tinggi drop out. Senada dengan pendapat
tersebut,

Munawir Yusuf (2005: 111) mengidentifikasi beberapa gejala atau


karakteristik anak lamban belajar, meliputi: a) rata-rata prestasi belajar
rendah, biasanya kurang dari enam; b) sering terlambat dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik, jika dibandingkan teman
sekelasnya; c) daya tangkap terhadap pelajaran lambat; dan d) pernah
tinggal kelas.
Secara lebih rinci, Oemar Hamalik (2008: 184) menguraikan
karakteristik anak lamban belajar yang berimplikasi terhadap proses
pembelajaran, meliputi: a) anak belajar dalam unit-unit yang lebih singkat;
b) anak membutuhkan pemeriksaan kemajuan yang lebih intensif dan
membutuhkan banyak perbaikan; c) anak mempunyai perbendaharaan
bahasa yang lebih terbatas; d) anak memerlukan banyak kosa kata baru
untuk lebih memperjelas pengertian; e) anak tidak melihat adanya

10
kesimpulan atau pengertian sesudahnya; f) anak kurang memiliki
kemampuan kreatif dan merencanakan; g) anak lebih lambat memperoleh
keterampilan mekanis dan metodis; h) anak lebih mudah mengerjakan
tugas-tugas rutin, tetapi mengalami kesulitan dalam membaca dan
melakukan abstraksi; i) anak cepat dalam mengambil kesimpulan, tetapi
kurang kritis dan mudah puas dengan jawaban yang dangkal; j) anak
kurang senang dengan kemajuan orang lain; k) anak mempunyai
pengalaman yang tidak menyenangkan saat masuk sekolah, sehingga anak
menjadi mudah marah, kurang percaya diri, dan lebih berminat pada
kehidupan di luar sekolah; l) anak mudah terpengaruh oleh saran-saran
orang lain; m) kesulitan belajar anak bertumpuk-tumpuk; n) anak
mempunyai ruang minat yang sempit;o) anak cenderung pada kegiatan
over konvensasi; p) anak mempunyai waktu yang lamban; q) anak kurang
mampu dalam melihat hasil akhir perbuatannya; r) anak tidak dapat
melihat unsur-unsur yang bersamaan dalam beberapa situasi yang berbeda;
s) anak mempunyai daerah perhatian yang terbatas; dan t) anak secara
khusus membutuhkan bukti atas kemajuannya.
Secara umum anak slow learner hampir sama dengan anak-anak
normal pada umumnya. Anak slow learner selain lamban dalam
memahami materi juga lamban dalam merespon imtruksi. Anak slow
learner bahkan tidak mampu memahami perintah yang kompleks atau
multiple step instructions. Karakteristik anak slow learner dapat
dikelompokkan menjadi beberapa aspek yaitu: aspek kognitif, aspek
bahasa, aspek fisik, aspek emosi, dan aspek moral sosial.
a. Aspek kognitif; berkaitan dengan keterbatasan kapasitas
kognitif,memori atau daya ingat rendah, gangguan dan kurang
konsentrasi, ketidakmampuan mengungkapkan ide. Anak slow learner
mengalami kesulitan hampir pada semua pelajaran, sehingga
membutuhkan pendampingan pribadi maupun metode belajar untuk
membantu memahami materi pelajaran. Maka, anak slow learner perlu
penjelasan dengan menggunakan berbagai metode yang menarik dan

11
mudah dipahami, serta harus dilakukan berulang-ulang agar materi
pelajaran atau latihan dapat dipahami dengan baik. Tingkat
kemampuan yang demikian, mempengarui kemampuann anak dalam
berfikir secara abstrak, sehingga mereka lebih senang membicarakan
hal yang bersifat konkrit. Anak slow learner kesulitan untuk
memecahkan masalah meskipun masalahnya sederhana. Hal ini karena
kemampuan berfikir anak yang rendah dan ingatan mereka tidak
mampu bertahan lama (Yusuf, 2003).
b. Bahasa atau Komunikasi; Keterbatasanya kognitif di atas
mengakibatkan anak slow learner menjadi kesulitan dalam
berkomunikasi dengan oranglain. Anak slow learner akan lebih mudah
memahami sesuatu dengan bahasa yang sangat konkrit, hal ini akan
menjadi permasalahan dalam berkomunikasi dengan oranglain yang
telah memasuki tahap perkembangan kognitif berfikir secara abstrak.
Keterbatasan anak dalam memahami informasi yang bersifat abstrak,
mengakibatkan anak memiliki kemampuan berbahasa yang sangat
terbatas. Kosa kata yang dimiliki dan dipahami oleh anak slow learner
sangat sederhana dan terbatas (Borah, 2013).
c. Aspek Fisik; Rumini (1980) menjelaskan bahwa keadaan fisik anak
slow learner sama seperti anak-anak normal pada umumnya. Secara
fisik anak slow learner tidak menunjukan keanehan. Namun bila dilihat
dari perkembangan motoriknya, anak slow learner terlihat lebih
lamban. Perkembangan motorik yang lamban menyebabkan anak
lamban belajar dan memiliki keterampilan yang rendah. Oleh sebab
itu, anak slow learner seringkali mengalami kesulitan dalam
koordinasi motorik ketika menggunakan pensil atau berolahraga.
d. Aspek Emosi; Tsanley & Gulliford (1977) mengungkapkan bahwa
anak slow learner seringkali nampak memiliki kendali emosi yang
rendah. Anak seringkali mudah merasakan emosi negatif ketika apa
yang menjadi keinginan dan ego-nya tidak terpenuhi dengan segera.
Anak slow leaner cenderung sensitif, mudah marah dan terkadang

12
hingga meledakledak. Anak juga cepat patah semangat apabila mereka
merasa tertekan atau melakukan suatu kesalahan. Namun, hal ini
bukans emata-mata karena anak slow learner selalu memiliki kontrol
emosi yang rendah. Bisa jadi, anak dengan slow learner hanya
mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosinya. Ekspresi
emosi anak slow learner sangat halus namun mereka tetap memiliki
kebutuhan dasar emosi layaknya anak normal, seperti
kebutuhan rasa aman, kebutuhan memberi dan menerima kasih sayang,
kebutuhan
diterima oleh orang lain, pengakuan dan harga diri, kebutuhan
kemandirian, tanggung jawab, dan membutuhkan pengalaman dari
aktivitas baru.
e. Aspek Moral Sosial; Anak slow learner mampu bergaul di masyarakat,
berperilaku seperti anak normal pada umumnya apabila mereka
mendapatkan bimbingan secara tepat. Anak slow learner yang
berperilaku seperti anak normal tidak diketahui oleh masyarakat bahwa
mereka adalah slow learner. Oleh karenanya, orangtua perlu
memberikan bimbingan yang lebih dan tidak menuntut hasil dari
mereka seperti anak normal. Apabila anak kurang siap secara mental
maka anak dapat mengalami frustasi, tertekan bahkan histeris karena
merasa tidak mampu memenuhi tuntutan atau keinginan masyarakat
(Borah, 2013).

Secara umum faktor-faktor penyebab anak Slow Learneryang


dikemukakan para ahli adalah adanya multi faktor penyebab terjadinya
slow learner, yaitu antara lain;
a. Faktor prenatal dan genetik yang dapat menyebabkan anak mengalami
slowlearner meliputi:
1. kelainan kromosom;
2. gangguan biokimia dalam tubuh; dan
3. kelahiran premature.
b. Faktor Biologis Non-keturunan, yaitu:

13
1. ibu hamil mengonsumsi obat-obatan yang merugikan janin atau ibu
alkoholis, pengguna narkotika dan zat aditif dengan dosis berlebih
yang dapat mempengaruhi memori jangka pendek anak;
2. Ibu hamil dengan gizi buruk;
3. Radiasi sinar X; dan
4. Faktor Rhesus.
c. Faktor saat proses Kelahiran, adalah kondisi kekurangan oksigen saat
proses kelahiran karena proses persalinan yang lama atau bermasalah,
sehingga menyebabkan transfer oksigen ke otak bayi terhambat.
d. Faktor sesudah melahirkan dan Lingkungan, meliputi:
1. kekurangan gizi dan nutrisi;
2. trauma fisik akibat jatuh atau kecelakaan; dan
3. beberapa penyakit seperti meningitis dan enchepalis.
e. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan anak mengalami slow
learner yaitu stimulasi yang salah, sehingga anak tidak dapat
berkembang optimal. Pendapat lain, yang menyebutkan beberapa
penyebab anak slow learner, meliputi:
1. faktor keturunan;
2. perkembangan otak terbatas karena kurangnya rangsangan;
3. motivasi yang rendah;
4. masalah perhatian;
5. perbedaan latar belakang kebudayaan anak dengan sekolah; dan
6. kekacauan masalah pribadi (Hopkins, 2008).

Paparan di atas, dapat memberikan gambaran bahwa terdapat banyak


faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya slow learner pada anak. Inti
dari faktor-faktor penyebab slow learnertersebut dapat berasal dari internal
maupun eksternal si anak. Oleh sebab itu, baik bila keluarga
memperhatikan kondisi dan situasi yang dapat menjadi protectif factor
maupun risk factor dari slow learner.
Masalah yang Dihadapi Anak Lamban Belajar

14
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak lamban belajar
mengalami masalah belajar dan tingkah laku karena mempunyai
keterbatasan kemampuan intelektual dan keterampilan psikologis.
Karande, dkk. (Arjmandnia dan Kakabaraee, 2011: 88) menjelaskan
masalah umum anak lamban belajar yang ditemukan guru kelas di
antaranya: a) memiliki prestasi rendah di semua mata pelajaran; b)
mengalami kesulitan membaca, menulis, atau matematika; c) mempunyai
daya ingat rendah; dan d) hiperaktif atau kurang memperhatikan.
Masalah belajar pada anak lamban belajar disebabkan oleh
penyebab yang tidak dapat diamati segera (unobservable) (Mumpuniarti,
2007: 1). Penyebab tersebut berhubungan dengan kekuatan berpikir dan
kemampuan belajar (Sangeeta Chauhan, 2011: 280). Malik, Rehman, dan
Hanif (2012: 136) dalam penelitiannya menguraikan beberapa masalah
belajar anak lamban belajar dari berbagai sumber, meliputi:
a) mempunyai kecepatan belajar yang lebih lambat dibandingkan
anak normal seusianya;
b) membutuhkan rangsangan yang lebih banyak untuk
mengerjakan tugas sederhana;
c) mengalami masalah adaptasi di kelas karena mempunyai
kemampuan mengerjakan tugas yang lebih rendah dari teman
sekelasnya.

Kemudian masalah yang dihadapi anak lamban belajar menurut


Nani Triani dan Amir (2013: 13) antara lain:
a. Anak mengalami perasaan minder terhadap teman-temannya
karena kemampuan belajarnya lamban jika dibandingkan
teman-teman sebayanya.
b. Anak cenderung bersikap pemalu, menarik diri dari lingkungan
sosialnya.
c. Lamban menerima informasi karena keterbatasan dalam
berbahasa reseptif atau menerima dan ekspresif atau
mengungkapkan.

15
d. Hasil prestasi belajar yang kurang optimal sehingga dapat
membuat anak menjadi stress karena ketidak mampuannya
mencapai apa yang diharapkan
e. Karena ketidakmampuannya mengikuti pelajaran di kelas, hal
tersebut dapat membuat anak tinggal kelas.
f. Mendapat label yang kurang baik dari teman-temannya.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, menunjukan bahwa anak


slow learner mengalami masalah belajar dan tingkah laku. Hal ini
dikarenakan anak mempunyai keterbatasan kemampuan intelektual dan
keterampilan psikologis. Secara umum masalah anak slow learner yang
ditemukan di antaranya; memiliki prestasi akademik yang rendah,
mengalami kesulitan dalam berlatih membaca, menulis, berhitung, dan
menghafal. Anak slow learner juga mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi, mudah bosan, sehingga anak cenderung memiliki banyak
aktifitas yang tidak terarah.
Selain masalah belajar, anak slow learner juga menghadapi masalah
tingkah laku. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan keterampilan psikologis
yang meliputi; keterampilan mekanis yang terbatas, konsep diri yang
rendah, hubungan interpersonal yang belum matang, permasalahan
komunikasi, dan pemahaman terhadap peran sosial yang tidak tepat.
Penanganan TerhadapAnak Slow Learner yang ideal :
1. Pengulangan isi materi dengan penguatan kembali melalui
aktivitas praktek dapat membantu proses generalisasi dalam
memahami materi yang diajarkan sangat dibutuhkan
dibandingkan dengan teman sebayanya yang berkemampuan
rata- rata.
2. Pembimbingan secara individual atau privat, bertujuan untuk
membantu optimis terhadap kemampuan dan harapan dicapai
secara realistik.

16
3. Waktu penyampaian materi pelajaran tidak panjang dan
pemberian tugas lebih sedikit dibandingkan dengan teman-
temannya.
4. Membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru lebih
penting daripadamenghafal dan mengingat materi.
5. Demonstrasi/peragaan dan petunjuk visual lebih
efektifdibanding verbalisasi.
6. Konsep-konsep atau pengertian-pengertian disajikan secara
sederhana.
7. Jangan memaksa anak berkompetisi dengan anak yang memiliki
kemampuan lebih tinggi . Belajar kerjasama dapat
mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak berprestasi
maupun tidak.
8. Pemberian tugas terstruktur dan kongkrit, slow learner dalam
belajar kelompok dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab
pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil
tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9. Berikan kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dan
praktek langsung
tentang berbagai konsep dengan menggunakan bahan-bahan
kongkrit atau
dalam situasi simulasi.
10. Untuk mengantarkan pengajaran materi baru maka kaitkan
materi tersebut dengan materi yang telah dipahaminya
sehingga familiar untuknya.
11. Instruksi yang sederhana memudahkan anak untuk memahami
dan mengikuti instruksi tersebut. Diusahakan saat memberikan
arahan berhadapan langsung dengan anak.
12. Berikan dorongan kepada orangtua untuk terlibat dalam
pendidikan anaknya di sekolah. Membimbing mengerjakan

17
PR, menghadiri pertemuan pertemuan di sekolah,
berkomunkasi dengan guru, dll

C. Jenis-jenis atau Klasifikasi


Berikut jenis kesulitan belajar antaralain:
1. Daya tangkap yang lambat
2. Anak sering lambat dalam mengerjakan tugas akademik
3. Prestasi belajar yang sangat rendah
4. Tidak naik kelas
Strategi-strategi yang dapat dilakukan olehseorang pendidik antara lain:
1. Pembimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi
a) Mengubah cara mengajar dan jumlah materi yang akan diajarkan.
Jika materi yang diberikan terlalu banyak dan kompleks.
Hendaknya :
 memperlambat laju presentasi materi.
 menjaga agar peserta didik tetap terlibat dengan memberi
pertanyaan pada saat
materi diberikan.
 menggunakan perangkat visul sepertibagan/skema garis besar
materi untuk
memberikan gambaran pada peserta didik mengenai langkah-
langkah
diajarkan.
b) Mengadakan pertemuan dengan peserta didik.
Dalam pertemuan dijelaskan dengan cara memberikan hukuman
tanpa ancaman sehingga berguna bagi peserta didik.
c) Pembimbingan peserta didik ke proses pengajaran.
d) Tanpa disadari kita telah mengalihkan perhatian kita dari peserta
didik, dengan membawa mereka dekat dengan kita secara fisik

18
maka secara harfiah akan membawa si anak lebih dekat kepada
proses pengajaran.
e) Memberikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang.
biarkan peserta didik tahu kalau kita memperhatikannya ketika di
kelas. kontak mata ketika pembelajaran berlangsung sangat
penting. Memberikan penghargaan
kehadirannya.
f) Mengutamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan
menyelesaikan tugas peserta didik mungkin merasa kecil hati dan
tidak diperhatikan bila mereka dihukum karena tidak
menyelesaikan tugas secepat orang lain. membuat penyesuaian
jumlah tugas yang harus diselesaikan dan waktu yang disediakan
untuk menyelesaikan tugas berdasar kemampuan individu.
g) Ajarkan self-monitoring ofattention melatih peserta didik untuk
memonitor perhatian mereka sendiri sewaktu-waktu menggunakan
jam alarm. mengajarkan untuk mencatat interval, apakah mereka
perhatian atau tidak pada saat pengajaran. Catatan ini akan berguna
dalam strategi untuk memperkokoh keterampilan memperhatikan
“attention skill”

D. Penelitian-penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu ini menadi salah satu acuan penulis dalam
melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji tema.
Nama Peneliti Judul Hasil
Anak slow learner memiliki
Penanganan
karakteristik yang unik dengan
Instruksional
berbagaipermasalahan belajar yang
Nur Khabibah Bagi Anak Lambat
dihadapi di sekolah. Untuk
Belajar (Slow
mengoptimalkan potensinya, maka
Learner) perlu dirancang program khusus

19
yang sesuai dengan kebutuhan
pendidikan masing-masing
individu yang mungkin selama ini
masih mengikuti program umum di
sekolah
art therapy dengan
menggunakan media kinetic
sand, clay, game, dan buku
ceritera, dapat mejadi alternatif
bagi para Orangtua yang
memiliki anak slow learner
dalam memberikan
Ag. Krisna Art therapy bagi pendampingan. Orangtua juga
Indah Marheni anak slow learner perlu
meningkatkanketerampilan
berkomunikasi terhadap anak
slow learner agar proses
pendampingan dengan
menggunakan media-media
tersebut dapat berhasil secara
optimal.
Hasil penelitian dan
Identifikasi
pembahasan sebelumnya dalam
Perilaku Sosial
Identifikasi Perilaku sosial anak
Anak Slow Learner
slow learner di SDN
Di Sd
Riska Karangmojo II, Gunungkidul
Negeri Karangmojo
Kumaladewi dapat disimpulkan bahwa dari
Ii Kecamatan
10 perilaku yang diamati
Karangmojo
terdapat 5 perilaku yang tidak
Kabupaten
dilakukan SDA dengan baik dan
Gunungkidul
5 perilaku yang dilakukan SDA

20
dengan baik.SDA sebaiknya
perlu belajar memupuk rasa
percaya diri untuk berinteraksi
dan menjalin komunikasi
dengan orang-orang di
sekitarnya.
Hasil penelitian dan
pembahasan, kesimpulan yang
dapat ditarik dari penelitian ini
adalah sebagai berikut. Ketiga
guru kelas melaksanakan
strategi pembelajaran anak
Strategi lamban belajar sesuai kondisi di
Pembelajaran Anak kelas masing-masing.
Lamban Belajar Pelaksanaan kegiatan
Maylina (SlowLearners) Di pembelajaran pendahuluan
Purwatiningtyas Sekolah Inklusi Sd untuk anak lamban belajar sama
Negeri dengan kegiatan pembelajaran
GiwanganYogyaka pendahuluan untuk siswa
rta normal dan berkebutuhan
khusus lainnya, kecuali satu
guru kelas yang memberikan
pendekatan individual agar anak
lamban belajar dapat menguasai
keterampilan prasyarat yang
sama seperti siswa lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Maylina, P. 2014. Strategi Pembelajaran Anak Lamban Belajar (SlowLearners) Di


Sekolah Inklusi Sd Negeri GiwanganYogyakarta. Fakultas ilmu
pendidikan. Universitas negeri yogyakarta: yogyakarta.
Riska, K. 2015. Identifikasi Perilaku Sosial Anak Slow Learner Di SdNegeri
Karangmojo Ii Kecamatan KarangmojoKabupaten Gunungkidul.
Fakultas ilmu pendidikan. Universitas negeri yogyakarta: yogyakarta.
Ag. Krisna,I. 2017.Art therapy bagi anak slow learner. Program studi Bimbingan
dan Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Yogyakarta.
NUR, K. Penanganan Instruksional Bagi Anak Lambat Belajar (Slow Learner),.
Guru SMA Semen Gresik; Gresik

22

Anda mungkin juga menyukai