Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL IDENTIFIKASI ANAK ADHD DI SLB NEGERI

SURAKARTA
Pengampu Mata Kuliah : Erma Kumala Sari, M.Si. P.Si dan Sugini, M.Pd

Disusun oleh :
Anisa Zahra Tahira
K5120008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023
A. PENDAHULUAN
Di dunia ini ada banyak sekali gangguan neurobiologis yang menyerang sistem saraf
manusia baik pada anak muda, usia remaja, maupun dewasa. Salah satu gangguan
perkembangan neurobiologis yang mengganggu aspek tumbuh kembang anak yang ditandai
dengan kurang mampu memusatkan perhatian pada objek tertentu dengan perilaku yang
hiperaktif serta implusifitas yang lebih berat daripada anak anak sebayanya dalam dunia medis
dinamakan Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktivitas (GPPH). Istilah Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas di adaptasi dari nama lain Attention Dificit
Hiperaktivity Disorder (ADHD). Perilaku Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktivitas
(GPPH) dapat mengganggu seorang anak dalam pembelajaran didalam kelas karna
ketidakmampuan untuk menaruh perhatian dan fokus pada pembelajaran di kelas, kesulitan
untuk mengontril gerakan hati dan pengendalian motoriknya sehingga terdapat istilah “You
dan't mean to do the things you do to and you don't do the things you mean to do" yang artinya
“kamu tidak bermaksud melakukan yang kamu lakukan dan kamu tidak melakukan apa yang
ingin kamu lakukan”. Gangguan lain yang dirasakan anak dengan GPPH/ ADHD adalah ia
merasa tidak mampu untuk memenejemen waktu dengan baik sehingga selalu bermasalah
dengan waktu, mudah terganggu ketika sedang melakukan sesuatu, dan ketidakmampuan
melakukan hal hal yang membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V atau DSM-V, GPPH
atau ADHD dibagi menjadi dua ranah besar yaitu menunjukkan gangguan perhatian dan
hiperaktif impuslif. Anak GPPH dengan tipe gangguan perhatian menunjukkan gejala yang
sudah menetap selama paling sedikit 6 bulan serta menggangu secara langsung terhadap
aktivitas sosial penyandang sehingga berdampak negatif pada akademik maupun pekerjan yang
sedang dilakukan. Setidaknya ada enam gejala berikut yang muncul pada anak : 1) sering gagal
untuk memperhatikan detail dan membuat kesalahan yang terkedan ceroboh disekolah, tempat
kerja, rumah, atau yang lain. 2) sering kesulitan mempertahankan perhatian dalam tugas atau
saat bermain (tidak fokus dalam membaca teks panjang). 3) sering terlihat tidak memperhatikan
atau mendengarkan ketika diajak berbicara dua arah (karna memikirkan hal lain). 4) sering
tidak mengikuti intruksi dan kegagalan dalam menyelesaikan semua tugas sekolah. 5) sering
kesulitan mengatur aktivitas atau urutan tugas (gagal mengikuti deadline tugas, tidak rapi,
bekerja secara berantakan) 6) sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan terlibat dalam
tugas-tugas yang membutuhkan kesinambungan upaya mental (misalnya, tugas sekolah atau
pekerjaan rumah; untuk remaja dan orang dewasa yang lebih tua, menyiapkan laporan, mengisi
formulir, meninjau makalah yang panjang). 7) sering kehilangan barang barang penting seperti
handphone, kunci, charger, pensil, buku, kacamata, tas, dan lain sebagainya. 8) sering lupa
dalam aktivitas sehari hari seperti mengerjakan tugas, memenuhi janji, membayar tagihan,
membalas pesan, dan lain sebagainya.
Ranah yang kedua dalam pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
V atau DSM-V adalah anak GPPH dengan tipe Hiperaktif Impulsif, setidaknya anak
menunjukan gejala yang sudah menetap selama paling sedikit 6 bulan serta menggangu secara
langsung terhadap aktivitas sosial penyandang sehingga berdampak negatif pada akademik
maupun pekerjan yang sedang dilakukan. Setidaknya ada enam gejala berikut yang muncul
pada anak (atau 5 gelaja pada orang dewasa) : 1) sering meninggalkan tempat duduk yang mana
diharuskan untuk tetap duduk. 2) sering berlarian dan memanjat dengan tidak wajar. 3) sering
gelisah dengan mengetukkan tangan atau kaki pada tempat duduk atau bahkan menggeliat. 4)
tidak dapat bermain dengan aktivitas yang santai serta tenang. 5) motoriknya terasa seperti
digerakan oleh robot. 6) sering berbicara berlebihan. 7) sering menyela pembicaraan orang lain.
8) kesulitan dalam menunggu antrian atau giliran
Barkley (2018) dalam penelitiannya mengungkapkan anak dengan Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas pada dasarnya mampu mengikuti kegiatan pembelajaran
disekolah namun perhatiannya sangat mudah teralihkan saat mengerjakan suatu tugas dan
penyelesaian tugasnya biasanya kurang sesuai dengan intruksi pada lembar soal sehingga
mengakibatkan pengaruh pada nilai akhir kemampuan akademik anak yang tidak menunjukkan
potensi kecerdasannya. Anak dengan GPPH biasanya akan menunda suatu perilaku sampai
batas tertentu, kesenjangan antara anak dengan GPPH dan anak normal perlu diminimalisir
sehingga anak dapat memenuhi tuntunan tugas akademik yang berpengaruh terhadap
karakterisitik perkembangannya kelak. Prevalensi anak dengan GPPH sekitar 9,4% dengan
total 6,1 juta anak anak pernah mendapatkan diagnosa GPPH dengan rentan usia 2-17 tahun,
dilansir dari National Survey of Children’s Health dan National Center for Health Statistics .

B. Teori Identifikasi dan Asesmen ADHD


1. Identifikasi
Orang terdekat dengan anak yang menunjukkan gejala dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) seperti orang tua dapat mengenali
gejala gelaja yang terlihat pada anak sejak masa perkembangan awal atau saat masa
golden age dengan memperhatikan tumbuh kembang anak yang meliputi aspek fisik,
psikis, sosial, emosi, bahasa, pengindraan, dan sebagainya. Secara umum identifikasi
dapat diartikan sebagai menemukan atau menemukenali, identifikasi adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh orang terdekat anak (orangtua, kakak, adik, om, tante, guru, dll)
untuk mengenali apakah anak mengalami gangguan dalam tumbuh kembangnya
dibandingkan dengan anak anak seusianya (Abdullah & Nandiyah, 2013) . Kegiatan
identifikasi dilakukan secara sederhana dan masih bersifat kasar untuk mengetahui
apakah anak tergolong siswa yang memerlukan pendampingan khusus atau apakah
anak memerlukan layanan pendidikan khusus.
Saat mengidentifikasi sebuah masalah berati mengidentifikasi suatu hal yang
melekat pada anak dandirasa kurang baik, atau terdapat keluhan menahun dari orang
tua keluarga ataupun orang terdekatnya. Menurut Swassing (1985), tujuan diadakan
identifikasi adalah untuk:
a) Merumuskan keterangan/ informasi
b) Menentukan spesifikasi/ uraian
c) Menentukan prosedur
d) Menempatkan anak
Sedangkan menurut Rice (1985) tujuan identifikasi adalah untuk:
a) Menjabarkan karakteristik
b) Merancang usulan
c) Menentukan alat tes atau penjaringan data
d) Mereview sebuah kasus dan menentukan program
e) Melakukan reevaluasi
Jika sudah diidentifikasi dan hasil menunjukkan bahwa memerlukan tindak
lanjut maka langkah selanjutnya adalah melakukan asesmen. Asesmen hanya boleh
dilakukan oleh ahli seperti seorang psikolog, dokter tumbuh kembang anak, neurolog,
terapis, dan lain sebagainya.
2. Asesmen
Kata asesmen diambil dari bahasa inggris yang artinya menaksir yang
mengandung makna deskriptif atau menggambarkan sesuatu. Lidz (2003)
mengemukakan bahwa asesmen merupakan kegiatan mengumpulkan informasi untuk
mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya,
mengetahahui kendala yang dialami, kelebihan, kelemahan, serta mengetahui
kebutuhan yang dibutuhkan anak dimasa mendatang. Sedangkan Robert M. Smith
(2002) mendefinisikan suatu penilaian yang bersifat komperhensif dengan melibatkan
anggota tim asesmen untuk mengetahui kelemahan, kekuatan anak yang hasilnya
digunakan untuk mendasari susunan rancanga pembelajaran anak disebut aesmen.
Fungsi dilakukan asesmen dalam konteks pendidikan adalah untuk mengukur
kesulitan yang dihadapi anak sebagai pertimbangan untuk menentukan layanan khusus
apa yang akan diterapkan atau dibutuhkan dalam pembelajarannya kelak. Asesmen
digunakan untuk menemukan dan menetapkan dimana letak masalah yang dihadapi
serta apa yang menjadi kebutuhan belajar anak. Guru dipermudah dalam melaksanakan
pekerjaannya untuk menyusun program pembelajaran yang objektif. Selanjutnya Moh.
Amin (1995) mengutarakan asesmen diperlukan untuk:
a) Menyaring sejauh mana kemampuan sang anak dalam setiap aspek
b) Memudahkan mengklarifikasi, penempatan, dan program pendidikannya
c) Menentukan arah atau tujuan pendidikan serta kebutuhan ABK
d) Merancang IEP (Individualized Educational Program)
e) Menentukan strategi, lingkungan, dan evaluasi pelajaran (Imam, 2018)
Hasil asesmen nantinya memberikan gambaran jelas mengenai gangguan atau
hambatan yang dihadapi sehingga menghambat proses belajar anak. Hasil data asesmen
memberikan petunjuk bagaimana proses pendidikan yang tepat untuk sang anak.
Asesmen dibagi menjadi dua jenis yaitu
a) Asesmen Formal : asesmen ini merupakan jenis asesmen yang dilakukan secara
terstruktur dengan bimbingan atau panduan khusus dalam memberikan nikai atau
skor, menganalisis hasil, serta mengintepretasikannya. Contoh: Tes Intelegensi dan
Tes Pencapaian hasil belajar.
b) Asesmen Informal : asesmen ini dilakukan oleh tenaga pendidik atau guru saat
pelajaran di kelas tujuannya untuk mengumpulkan informasi saat pembelajaran
berlangsung serta membuat PPI. Instrumen dirancang sendiri oleh tenaga pendidik
sehingga tidak terstruktir seperti asesmen formal sehingga tidak ada peraturan baku
mengenai penyusunan instrumen.
Kegiatan identifikasi dan asesmen adalah serangkaian kegiatan yang tidak boleh
terpisah dalam pelaksanaannya dan tidak boleh berdiri sendiri. Berikut ini adalah
langkah langkah dalam melakukan asesmen :
a) Guru melakukan identifikasi kepada peserta didik yang dilakukan dengan
observasi dan wawancara. Kegiatan ini melibatkan orang tua atau orang
terdekat peserta didik
b) Hasil peserta didik yang menunjukkan permasalahan dirujuk kepada ahli yang
relevan sesuai dengan kebutuhan
c) Pemeriksaan asesmen kepada peserta didik sesuai rujukan (berupa tes dan non
tes)
d) Hasil keputusan tim ahli keluar mengenai pelayanan khusus yang akan
diberikan kepada peserta didik (rancangan kegiatan jangka pendek dan jangka
panjang)
e) Rancangan program akademik, non akademik, perilaku disusun berdasarkan
keputusan ahli
f) Pelaksanaan program
g) Evaluasi program
h) Peninjauan program
C. Metode dan Intrumen
1. Metode
Ada berbagai metode pengumpulan informasi yang bisa dilakukan oleh
pengumpul data, diantaranya wawancara, observasi, dokumentasi, pengukuran
informal, tes baku formal, analisis tugas, dalam kasus GPPH, metode yang sering
digunakan adalah interview dengan orang tua anak, skala rating perilaku yang diisi oleh
guru dan orangtua, pengamatan perilaku didalam kelas, asesmen kognitif, asesmen
neuropsikis, asesmen akademik, pencocokan berdasarkan kritreria DSM V.
Metode yang penulis lakukan dalam identifikasi dan asesmen ini adalah metode
observasi, wawancara, dokumentasi hasil diagnosa, dan pengukuran informal
sederhana. Identifikasi dilakukan di SLB Negeri Surakarta, Jl Cocak X Sidorejo,
Mangkubumen, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta Prov. Jawa Tengah. Subjek pada
identifikasi ini adalah siswa bernama Arkan Ghani Ramadan kelas TKLB Q yang lahir
pada 20 Mei 2018 alamat rumah di Paloma Indah 2 Purbayan Baki Sukoharjo
2. Instrumen
(lampiran)
D. HASIL PENJARINGAN
INSTRUMEN IDENTIFIKASI
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS
DSM V (APA, 2013)

Nama : Arkan Ghani Ramadan


Tgl lahir/ Usia : 20 Mei 2018
Jenis kelamin : L / P
Sekolah/Kelas : SLB N Surakarta / TKLB Q
Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 24 Mei 2023

A. INATENSI
6 / > gejala tidak mampu memusatkan perhatian seperti di bawah ini menetap minimal 6 bulan pada
derajat maladaptif & tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya (untuk remaja & dewasa minimal
5 gejala).
No Indikator Ya Tidak Keterangan
1 Sering gagal memusatkan perhatian pada √ Anak tidak ceroboh saat pelajaran
hal kecil/membuat kesalahan yang dikelas, hampir tidak pernah
ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan menjatuhkan barang secara tidak
sekolah, pekerjaan / kegiatan lain. sengaja, bahkan selalu membenarkan
posisi benda yang tidak presisi
2 Sering sulit mempertahankan perhatian √ Anak menyelesaikan tugas dari awal
saat melaksanakan tugas / kegiatan hingga akhir dengan baik
bermain
3 Sering seperti tidak mendengarkan saat √ Anak menjawab pertanyaan “namamu
diajak bicara langsung siapa?” dengan baik
4 Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal √ Anak cukup baik dalam mengikuti
menyelesaikan pekerjaan sekolah dan intruksi dan menyelesaikan tugas
tugas (tidak disebabkan oleh perilaku secara tuntas
menentang atau kegagalan memahami
petunjuk)
5 Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan √ Saat diberi tugas anak mengamuk
6 Sering menghindar, tidak suka/enggan √ Anak tidak ada masalah dalam hal ini
terlibat dalam tugas yang memerlukan
ketekunan berkesinambungan.
7 Sering menghilangkan benda yang √ Anak tidak ada masalah dalam hal
diperlukan untuk melaksanakan menghilangkan benda
tugas/kegiatan
8 Perhatian sering mudah dialihkan oleh √ Ketika anak melihat alat tulis milik
rangsangan dari luar temannya direbut
9 Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari √ Anak tidak ada/ belum ada masalah
dalam hal mengigat
Total 2 7

B. HIPERAKTIVITAS & IMPULSIVITAS


6 / > gejala hiperaktivitas dan impulsivitas seperti dibawah ini menetap minimal 6 bulan pada derajat
maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya (untuk remaja & dewasa minimal
memenuhi 5 gejala).
No Indikator Ya Tidak Keterangan
1 Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam, √ Anak terlihat tidak mampu
tidak bisa duduk diam. duduk tenang
2 Sering meninggalkan tempat duduk di dalam √ Terlihat saat dilakukan
kelas / di situasi lain dimana diharapkan untuk penjaringan
tetap diam.
3 Sering berlari-lari / memanjat berlebihan √ Beberapa kali terlihat selalu
dalam situasi yang tidak sesuai untuk hal meninggalkan tempat duduk saat
tersebut. penjaringan berlangsung
4 Sering mengalami kesulitan bermain / √ Tidak terlihat saat penjaringan
mengikuti kegiatan waktu senggang dengan berlangsung
tenang.
5 Sering dalam keadaan “siap bergerak” (atau √ Anak telihat selalu ingin
bertindak seperti digerakkan mesin) bergerak dan meninggalkan
tempat duduk
6 Sering bicara berlebihan √ Terlihat sering berbicara
berlebihan walaupun tidak
bermakna
7 Sering melontarkan jawaban sebelum √ Tidak terlihat saat penjaringan
pertanyaan selesai ditanyakan. berlangsung
8 Sering sulit menunggu giliran. √ Anak mau diminta untuk antri
9 Sering menyela/memaksakan diri terhadap √ Tidak terlihat saat penjaringan
orang lain (misal: memotong berlangsung
percakapan/mengganggu permainan).
Total 5 4

Kriteria Diagnosis Ya Tidak Keterangan


A Pola yang tetap kurang perhatian & √
hiperaktivitas-impulsivitas yang
menggangu fungsi & perkembangan yang
dicirikan pada aspek 1 & 2
B Gejala tersebut yang menimbulkan masalah √ anak sulit mengikuti perkembangan
terjadi sebelum usia 12 tahun. teman2 sebayanya
C Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala- √ Saat dirumah atau disekolah, dan
gejala tersebut tampak pada 2/> tempat (di dilingkungan masyarakat seperti
sekolah atau di tempat bermain dan di pasar swalayan
rumah)
D Ada permasalahan yang bermakna secara √ anak mengalami keterlambatan
klinis pada fungsi sosial, akademik, dan berbicara yang mempengaruhi
okupasional berbagai aspek tumbuh kembang
bahasanya
E Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh √ Anak pernah mendapat diagnosa dari
gangguan yang lain: perkembangan pervasif, dokter sensori integrasi disorder dan
skizofrenia / psikotik dan tidak diakibatkan dari terapis menginformasikan bahwa
gangguan mental lain (misalnya : gangguan anak berada pada spektrum autis
cemas, gangguan kepribadian)

KESIMPULAN:
GPPH/ADHD: Tipe:
1. Ya 1. GPPH Kombinasi
2. Tidak 2. GPPH Dominan Inatensi
3. GPPH Dominan Hiperatif & Impulsif
CATATAN:
Anak memiliki keterlambatan dalam berbicara hingga sekarang (usia sekarang 5 tahun,
hanya mampu bubling beberapa suku kata. Anak juga di diagnosa oleh dokter tumbuh
kembang anak terdiagnosa Sensory Integrasi Disorder, Speech and Language Disorder,
Behavior Disorder. Oleh sang terapi juga mengkomunikasikan kepada orang tua bahwa
anak termasuk pada spektrum autisme.

Sehingga berdasarkan hasil identifikasi serta wawancara profil anak kepada orang tua
siswa, dapat disimpulkan bahwa anak tidak terlihat memiliki gejala pada gangguan
perhatian namun memiliki kecenderungan pada kriteria hiperaktif dan impulsifitas tetapi
tidak cukup untuk dikatakan sebagai siswa GPPH.

Surakarta, 24 Mei 2023

Pemeriksa Penanggungjawab

(Anisa Zahra Tahira) (__________________________)

E. PENANGANAN/ TREATMENT ADHD


Berdasarkan hasil identifikasi, meskipun tidak terindikasi memiliki gejala yang kuat
pada Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas namun anak memiliki kecenderungan
pada kriteria hiperaktif dan impulsifitas seperti yang tertera ada instrumen. Tujuan diberinya
penanganan agar anak mampu untuk duduk tenang. Maka penanganan yang cocok untuk Arkan
adalah:
1. Terapi Okupasi
Menurut Kustanto (2003) Terapi Okupasi adalah sebuah usaha menyembuhkan
anak melalui kegiatan tertentu atau diberi kesibukan tertentu. Terapi ini adalah suatu
upaya untuk penyembuhan anak yang memiliki gangguan mental dan fisik dengan
memberikan keaktifan kerja. Tujuan terapi ini adalah untuk mengembalikan dengan
seoptimal mungkin fungsi fisik motorik baik motorik halus atau motorik kasar, mental,
sosial, perilaku dan emosinya untuk mendekati normal. Kegiatan ini bisa menggunakan
alat bantu seperti permainan edukasi maupun tidak menggunakan alat bantu.
Salah satu contoh untuk menerapkan terapi ini adalah dengan bantuan media
memasang puzzle, memasukkan balok kayu, meniup lilin, bermain alat musik pukul,
dan lain sebagainya. Kegiatan ini mampu menekan perilaku hiperaktifitas dan
impulsifitas pada anak hiperaktif karena dengan kegiatan ini anak dilatih untuk duduk
tenang dalam waktu tertentu.
2. Teknik Time Out
Teknik ini sebagai salah satu upaya penanganan untuk meningkatkan
konsentrasi belajar anak. Telah dilakukan penelitian yang menunjukan teknik time out
dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak ADHD dalam ketahanan duduk dan mengurangi
perilaku meninggalkan tempat duduk. Dampak anak bertahan duduk mengunakan teknik time
out adalah anak berhati-hati untuk berdiri dari tempat duduknya. Ini diakibatkan peraturan yang
telah ditetapkan peneliti dan disetujui oleh anak. Yang mana isi peraturan tersebut jika anak
berdiri dari tempat duduk maka anak akan meninggalkan ruang kelas untuk sementara dan akan
kembali ke kelas ketika waktu time out sudah habis. Ketika anak dengan hati-hati berdiri dari
tempat duduk maka anak sudah mulai belajar untuk mematuhi peraturan. Mematuhi peraturan
merupakan salah satu kriteria seseorang sudah disiplin (Hasanah, 2018)

F. KESIMPULAN
Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktivitas (GPPH) gangguan perkembangan
neurobiologis yang mengganggu aspek tumbuh kembang anak yang ditandai dengan kurang
mampu memusatkan perhatian pada objek tertentu dengan perilaku yang hiperaktif serta
implusifitas yang lebih berat daripada anak anak sebayanya dalam dunia medis. Secara garis
besar kriterianya dibagi menjadi dua yaitu gangguan perhatian dan hiperaktif&impulsifitas.
Anak GPPH memerlukan identifikasi dan asesmen untuk menemukenali program layanan
khusus yang sesuai dengan hambatannya. Hasil dari identifikasi anak Arkan ditemukan bahwa
anak tidak termasuk GPPH namun menunjukan perilaku kecenderungan ke hiperaktifitas dan
impulsifitas. Treatmen yang cocok diusahakan untuk Arkan adalah Terapi Okupasi untuk
meningkatkan perilaku duduk tenang; dan menerapkan teknik time out. Teknik time out dapat
meningkatkan konsentrasi belajar bagi anak Hiperaktif dalam peningkatan ketahanan duduk dan
berkurangnya perilaku meninggalkan tempat duduk. Selain itu, teknik time out juga bisa untuk
meningkatkan kedisplinan pada dan mengurangi perilaku tantrum pada anak.
G. DAFTAR REFERENSI
Abdullah, & Nandiyah. (2013). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Magistra, 25(86), 1–
10.
Dewi, Dian Puspa. (2018). Asesmen Sebagai Upaya Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi Terhadap
Anak Berkebutuhan Khusus. Wahana. 70 (1). 17-24
Fitiana, Eni & Widajati, Wiwik. (2014). Pengaruh Terapi Okupasi Dengan Teknik Kolase Terhadap
Kemampuan Motorik Halus Anak Autis Di Slb Pgri Plosoklaten Kediri. Jurnal Pendidikan
Khusus. 1-6
Hasanah, H. W. (2018). Peningkatan Ketahanan Duduk Dan Pengurangan Perilaku
Meninggalkan Tempat Duduk Melalui Teknik Time Out Pada Anak Attention Deficit
Hyperactivity Disorder. Ii, 26–31.
Imam, Y. (2018). Asesmen Dan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. 219.
Marlina. (2019). Asesmen Kesulitan Belajar. Jakarta Timur: Prenamedia Group.
Marlina. (2008). Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas Pada Anak. Universitas Negeri
Padang Press.
Muna, N. R. M. Dkk. (2023). Pelatihan Optimalisasi Selective Attention Pada Anak Dengan
Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (Gpph) Usia 8-9 Tahun.
Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat. Vol. 12, No 1. 20-30
LAMPIRAN

DATA ORANG TUA/ WALI SISWA


SURAT DIAGNOSA
INSTRUMEN IDENTIFIKASI
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS
DSM V (APA, 2013)

Nama :
Tgl lahir/ Usia :
Jenis kelamin : L / P
Sekolah/Kelas :
Tanggal Pemeriksaan :

B. INATENSI
6 / > gejala tidak mampu memusatkan perhatian seperti di bawah ini menetap minimal 6 bulan pada
derajat maladaptif & tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya (untuk remaja & dewasa minimal
5 gejala).
No Indikator Ya Tidak Keterangan
1 Sering gagal memusatkan perhatian pada hal kecil/membuat
kesalahan yang ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan
sekolah, pekerjaan / kegiatan lain.
2 Sering sulit mempertahankan perhatian saat melaksanakan tugas
/ kegiatan bermain
3 Sering seperti tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung
4 Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan
pekerjaan sekolah dan tugas (tidak disebabkan oleh perilaku
menentang atau kegagalan memahami petunjuk)
5 Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan
6 Sering menghindar, tidak suka/enggan terlibat dalam tugas yang
memerlukan ketekunan berkesinambungan.
7 Sering menghilangkan benda yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas/kegiatan
8 Perhatian sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar
9 Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari
Total

C. HIPERAKTIVITAS & IMPULSIVITAS


6 / > gejala hiperaktivitas dan impulsivitas seperti dibawah ini menetap minimal 6 bulan pada derajat
maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya (untuk remaja & dewasa minimal
memenuhi 5 gejala).
No Indikator Ya Tidak Keterangan
1 Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam, tidak bisa duduk
diam.
2 Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas / di situasi
lain dimana diharapkan untuk tetap diam.
3 Sering berlari-lari / memanjat berlebihan dalam situasi yang
tidak sesuai untuk hal tersebut.
4 Sering mengalami kesulitan bermain / mengikuti kegiatan
waktu senggang dengan tenang.
5 Sering dalam keadaan “siap bergerak” (atau bertindak seperti
digerakkan mesin)
6 Sering bicara berlebihan
7 Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai
ditanyakan.
8 Sering sulit menunggu giliran.
9 Sering menyela/memaksakan diri terhadap orang lain (misal:
memotong percakapan/mengganggu permainan).
Total

Kriteria Diagnosis Ya Tidak Keterangan


A Pola yang tetap kurang perhatian & hiperaktivitas-impulsivitas
yang menggangu fungsi & perkembangan yang dicirikan pada
aspek 1 & 2
B Gejala tersebut yang menimbulkan masalah terjadi sebelum usia
12 tahun.
C Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala-gejala tersebut tampak
pada 2/> tempat (di sekolah atau di tempat bermain dan di rumah)
D Ada permasalahan yang bermakna secara klinis pada fungsi sosial,
akademik, dan okupasional
E Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh gangguan yang lain:
perkembangan pervasif, skizofrenia / psikotik dan tidak
diakibatkan gangguan mental lain (misalnya : gangguan cemas,
gangguan kepribadian)

KESIMPULAN:
GPPH/ADHD: Tipe:
3. Ya 4. GPPH Kombinasi
4. Tidak 5. GPPH Dominan Inatensi
6. GPPH Dominan Hiperatif & Impulsif
CATATAN:

_____________, ___________________

Pemeriksa Penanggungjawab
(_________________________) (__________________________)

Anda mungkin juga menyukai