1. Manakah siswa atau masalah siswa yang harus ditangani terlebih dahulu
Fungsi asesmen :
1. Keputusan penempatan
TAHAPAN ASESMEN
A. Screening / Identifikasi
Identifikasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjaring dan menemukenali anak
dan remaja yang mengalami disabilitas (IDEA, dalam Hallahan, Kauffman, & Pullen, 2011).
Identifikasi ABK: merupakan suatu usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga
kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional/tingkah laku) dalam
pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak
normal). Identifikasi gangguan tunalaras adalah upaya atau proses untuk mengetahui apakah
seorang anak atau remaja mengalami gangguan atau penyimpangan emosi dan perilaku dalam
pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Tujuan Identifikasi
Tujuan Umum Identifikasi : menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong anak
dengan kebutuhan khusus atau bukan.
Tujuan identifikasi gangguan emosi dan perilaku (tunalaras) adalah mengetahui dengan lebih
jelas dan akurat masalah dan tipe gangguan emosi dan perilaku pada anak, yang sebelumnya
masih berupa dugaandugaan yang diragukan (Kauffman, 1997).
Pihak yang bisa melakukan identifikasi adalah orang-orang yang dekat dengan anak: Orang
tua,Guru kelas,GPK,guru bk, kader posyandu
1. Penjaringan (screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak dikelas dengan Alat Identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus. Contoh alat identifikasi terlampir. Pada tahap ini identifikasi berfungsi
menandai anak-anak mana yang menunjukan gejala-gejala tertentu, kemudian menyimpulkan
anak-anak mana yang mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga tergolong Anak
Berkebutuhan Khusus.
Dengan alat identifikasi ini guru, orang tua, maupun tenaga profesional terkait, dapat
melakukan kegiatan penjaringan secara baik dan hasilnya dapat digunakan untuk bahan
penanganan lebih lanjut.
2. Klasifikasi – Labeling
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah anak yang
telah dirujukke tenaga professional benar-benar memerlukan penanganan lebih lanjut atau langsung
dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.
Apabila berdasar pemeriksaan tenaga professional ditemukan maslaah yan gperlu penanganan lebih
anjut (misalnya pengobatan, therapy, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal
mengkomunikasikan kepada orang tuasiswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan atau
memberi therapy sendiri, melainkan menfasilitasi dan meneruskan kepada orang tua tentang kondisi
anak yang bersangkutan. Guru hanya akan membantu siswa dalam hal pemberian pelayanan
pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-tanda yang cukup kuat bahwa
anak yang bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut, maka anak dapat dikembalikan ke
kelas semula untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus.
Kegiatan klasifikasi ini memilah-milah mana Anak Berkebutuhan Khusus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut dan mana yang langsung dapat mengikuti pelayanan pendidikan khusus di
kelas reguler.
3. Referal/rujukan
Kedua, ada anak yang perlu dirujuk ke ahli lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog,
dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan atau therapis, baru kemudian ditangani oleh guru.
Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga professional lain untuk membantu mengatasi
masalah anak yang bersangkutan disebut proses pengalihtanganan (referral). Jika tenaga
professional tersebut tidak tersedia dapat diminintakan bantuan ke tenaga lain yang ada
seperti Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) atau Konselor.
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program
pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap
jenis dan gradiasi (tingakt kelainan) Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan program
pembelajaran yang berbeda satu sama lain. Mengenai program pembelajaran yang
diindividualisasikan (PPI) akan dibahas secara khusus dalam buku yang lain tentang
pembelajaran dalam pendidikan inklusi.
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus
yang diberikan berhasil atau tidak. Apabil adalam kurun waktu tertentu anak tidak mengalami
kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau lagi beberapa aspek yang berkaitan.
Misalnya apakah diagnosis yang dibuat tepat atau tidak, Program Pembelajaran Individual
(PPI) yang disusun sesuai atau tidak, bimbingan belajar khusus yang diberikan sesuai atau
tidak, dan seterusnya.
Sebaliknya, apabila dengan program khusus yang diberikan, anak mengalami kemajuan yang
cukup signifikan maka program tersebut perlu diteruskan sambil memperbaiki/
menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada.
Dengan lima tujuan khusus diatas, identifikasi perlu dilakukan secara terus menerus oleh
guru, dan jika perlu dapat meminta bantuan dan atau bekerja sama dengan tenaga
professional terkait.
Langkah identifikasi
Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa dikelas (berdasar
gejala yan gnampak pada siswa) dengan menggunakan alat Identifikasi Anak Berkebutuhan
Khusus (AI ALB).
Pada tahap ini tujuannya adlaah untuk menemukan anak-anak yang tergolong Anak
Bekebutuhan Khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah daftar nama
anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri dan standar nilai yang ditetapkan.
Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi kelainan sesuai dengan
ketentuan tersebut, maka dimasukan ke dalam daftar nama-nama anak yang berindikasi
kelainan sesuai dengan format khusus yang disediakan seperti terlampir . Sedangkan untuk
anak-anak yang tidak menunjukan gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukan
ke dalam daftar khusus tersebut.
Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan kepada Kepala
Sekolah untuk mendapat saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
Materi pertemuan kasus adalah membicarakan temuan dari masing-masing guru mengenai
hasil identifikasi untuk mendapatkan tanggapan dan cara-cara pemecahan serta
penanggulangannya.
Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya perlu
dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus.
Riwayat tumbuh kembang dan kesehatan anak yang berhubungan dengan masalah
emosi dan perilaku
Riwayat perkembangan sosial anak
Riwayat orangtua dan keluarga
Profil umum gangguan emosi dan perilaku
Lainnya
1. Ketika anak berada pada kondisi berisiko : pencegahan terhadap munculnya gangguan
Identifikasi dini dilakukan kepada : bayi dan balita yang sudah terlihat mengalami masalah
emosi dan perilaku, meliputi :
Bisa diisi oleh orangtua, guru, atau orang lain yang mengetahui kondisi emosi dan perilaku
anak yang akan diamati.
Di bawah ini adalah prosedur atau proses pelaksanaan asesmen dari awal hingga pelaporan
hasil. Tahap demi tahap merupakan proses yang berkesinambungan di mana tahap
sebelumnya selalu mempengaruhi tahap berikutnya. Misalnya, informasi yang salah
pada tahap pelaksanaan asesmen tentunya akan mempengaruhi analisis dan interpretasi
dari asesmen.
Prosedur Asesmen
Metode asesmen yang dipilih Melalui metode apa data tersebut diperoleh secara
lengkap?
Rencana pelaksanaan Dengan siapa? Dimana? Kapan? Pelaksanaan asesmen dilakukan
Penjelasan:
1. identifikasi masalah
Perhatikan semua masalah yang di alami anak. Catat seluruh masalah yang ditemukan, dan
pilih masalah yang mendesak untuk ditangani. Atau, bila tujuan asesmen sudah
dirumuskan, pilih masalah yang berkaitan dengan tujuan asesmen. Misalnya, apabila
tujuan asesmen adalah untuk perencanaan program pembelajaran yang sesuai dengan
gangguan emosi dan perilaku, maka identifikasi masalah yang digarisbawahi adalah
gangguan emosi dan perilaku anak di ruang kelas, pada saat kegiatan belajar dan
mengajar sedang berlangsung, dan kesiapan anak dalam menerima materi. Dalam
identifikasi gangguan emosi dan perilaku tentukan gangguan emosi dan perilaku yang
muncul lalu tentukan juga kaitan antara gangguan emosi dan perilaku dengan masalah
yang dialami anak
2. Tujuan asesmen
Tujuan asesmen seharusnya dipilih sesuai dengan kebutuhan yang berkenaan dengan
penanganan dan pelayanan pendidikan anak. Apakah untuk menginformasikan
karakteristik gangguan emosi dan perilaku anak saja, untuk memilih treatmen yang
sesuai, ataukah untuk evaluasi efektifitas treatmen yang telah dijalankan. Anastasi
(1988) mengemukakan ada 3 fungsi asesmen dalam menangani tingkah laku, yaitu :
Setelah seluruh masalah teridentifikasi, dan tujuan khusus telah dipilih, yang harus
dilakukan adalah menentukan data apa saja yang perlu dikumpulkan untuk mendukung
pencapaian tujuan. Tidak semua data mengenai anak harus dieksplorasi untuk satu
tujuan asesmen, melainkan hanya data-data tertentu yang sesuai dengan tujuan asesmen
saja.
Riwayat gangguan emosi dan perilaku anak dan factor penyebabnya (bila telah diketahui).
Kondisi ketidakmampuan anak yang sebenarnya yang harus segera ditangani (penanganan
Metode asesmen ini maksudnya adalah metode yang dipakai dalam pengambilan data
(pengembangan
fokus asesmen). Beberapa metode yang biasa digunakan dalam proses asesmen tingkah laku
tunalaras adalah :
• Tes fisik : EEG (electro encephalograph), tes kandungan zat tubuh yang mempengaruhi
perilaku hiperaktif.
• Case history : riwayat kelahiran, riwayat medis, riwayat pendidikan, prestasi, data-data
penting lain yang ada pada pihak-pihak yang pernah melakukan pemeriksaan pada anak.
• Angket : instrumen angket untuk diisi anak sendiri/orang tua/guru/dll sesuai dengan
informasi yang hendak digali.
Rencanakan teknis pelaksanaan asesmen. Meliputi : tim asesmen, di mana bisa mendapatkan
data, kapan data diambil dan tentukan rentang waktu asesmen.
6. Pelaksanaan Asesmen
b. Apakah permasalahan tersebut terkait dengan gangguan emosi dan perilaku anak?
a. Data identitas-- informasi penting mengenai anak, misal: alamat, tanggal lahir, orang tua.