2. Bagaimana penatalaksanaan terapi yang cocok untuk stroke iskemik pada ibu
hamil ?
Jawab :
Penatalaksanaan terapi pada ibu hamil yang mengalami stroke iskemik maka
perlu dipilihkan obat-obat yang tidak membahayakan janin yang dikandung
dan memiliki efektivitas yang baik dalam mengatasi stroke iskemik yang di
alami oleh ibu hamil tersebut. Untuk terapinya yaitu untuk penanganan akut
maka dapat diberikan obat alteplase tetapi harus dengan pertimbangan bahwa
efek menguntungkan yang dimiliki oleh obat ini untuk pasien tersebut jauh
lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya. Obat alteplase ini termasuk
kategori C untuk ibu hamil. Aspirin juga dapat diberikan tetapi dengan
pertimbangan yang sama seperti altepalse dalam hal keuntungan dan
kerugiannya. Apirin masuk kategori C untuk ibu hamil pada trimester 1 dan
masuk kategori D untuk ibu hamil dengan trimesetr ke 2 dan 3. Untuk
pencegahan sekundernya maka terapi stroke non kardioemboli yang paling
disarankan adalah menggunakan clopidogrel sebab clopidogrel termasuk
kategori B pada ibu hamil. Sedangkan untuk penggunaan warfarin harus
dihindari karena sangat berbahaya bagi janin. Warfarin termasuk dalam
kategori X pada ibu hamil. Untuk antihipertensinya maka obat yang paling
disarankan adalah diuretik Thiazid sebab obat ini masuk dalam kategori B
untuk ibu hamil sedangkan untuk obat golongan ACEI dan ARB sebaiknya di
hindari karena beresiko menyebabkan janin mengalami gagal ginjal yang
sifatnya irreversible. ACEI dan ARB termasuk dalam obat ketegori C untuk
ibu hamil. Sedangkan untuk penggunaan obat antihiperlipidemia maka
hindari penggunaan golongan statin seperti simvastatin, atorvatatin dan lain-
lain karena obat gologan statin termasuk dalam kategori X untuk ibu hamil.
Sebagai gantinya maka kita masih daapt mempertimbangkan penggunaan
fenofibrat selama obat ini memiliki keuntungan yang lebih besar bagi ibu
hamil tersebut dibandingakan kerugiannya. Fenofibrat termasuk kategori C
untuk ibu hamil.
7. Berapa lama waktu serangan stroke terjadi dan apakah harus di terapi atau
tidak ?
Jawab :
Serangan stroke biasanya terjadi dalam kurun waktu sekitar 24 jam untuk
stroke ringan dan bertahun-tahun untuk stroke berat. Serangan stroke ringan
biasanya berupa Salah satu sisi mulut dan wajah penderita terlihat turun,
Lengan atau kaki yang mengalami kelumpuhan atau menjadi lemah sehingga
tidak bisa diangkat yang kemudian diikuti kelumpuhan pada satu sisi tubuh,
Cara bicara yang kacau dan tidak jelas, Kesulitan memahami kata-kata orang
lain, Kehilangan keseimbangan atau koordinasi tubuh, Pusing, Linglung,
Kesulitan menelan, Pandangan yang kabur atau kebutaan Kunci utama dalam
penanganan stroke pertama adalah kecepatan. Waktu penanganan terbaik
untuk mencegah serangan yang lebih parah sejak serangan pertama adalah 3
jam pertama setelah serangan stroke pertama tersebut. Untuk serangan akut
adalah dengan menggunakan altepalse 0,9 mg/kg secara intravena atau aspirin
160-325 mg. Penanganan 3 jam setelah seranagan pertama stroke sangat
penting untuk mencegah kerusakan otak yang lebih parah akibat kurangnya
aliran darah yang masuk ke otak akibat sumbatan pada pembuluh darah di
otak. Dan untuk pencegahan sekunder maka dapat di lanjutkan penggunaan
aspirin tetapi dengan dosis 50-325 mg, ataupun menggunakan obat
clopidogrel, atau kombinasi aspirin dan diprimadol. Apabila diketahui
bahwan sumbatannya disebabkan kerena kardioemboli maka dapat digunakan
warfarin. Untuk antihipertensinya maka digunakan obat golongan ACEI atau
ARB maupun diuretik thiazid dan untuk antihiperlipidemia maka dapat
digunakan obat golongan statin