(lanjutan)
1. Siswa Beresiko
Abdurrahman (2009:284), menjelaskan bahwa istilah beresiko digunakan untuk
menunjukkan bahwa melakukan identifikasi anak berkesulitan belajar pada masa prasekolah
merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Anak-anak tersebut belum mengalami kegagalan di
sekolah tetapi mungkin memiliki potensi untuk mengalami kegagalan dalam menyelesaikan
tugas-tugas sekolah. Ada tiga alasan untuk menyatakan bahwa anak memiliki potensi untuk
gagal di sekolah atau memiliki potensi untuk menjadi anak berkesulitan belajar, (1) hasil
pemeriksaan medis, (2) resiko bilogis, dan (3) risiko lingkungan.
Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat diprediksi
adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar. Prediksi ilmiah tidak
selamanya tepat tetapi dapat meningkatkan kewaspadaan orang tua untuk melakukan usaha
yang lebih intensif untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang tidak diinginkan pada aak
di masa datang.
Prediksi tentang kemungkinan timbulnya kesulitan belajar di sekolah biasanya
didasarkan atas hasil pemeriksaan terhadap perkembangan, penyakit, atau situasi traumatik
yang dialami oleh anak pada masa prasekolah. Adanya kelambatan perkembangan motorik,
bahasa dan emosi sering dijadikan acuan prediksi bahwa anak kelak akan mengalami
kesulitan belajar di sekolah.
Risiko biologis menunjukkan pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas riwayat
medis dan kesehatan yang dapat menimbulkan kesulitan belajar di sekolah. Contoh resiko
biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan belajar. Tidak semua anak yang
lahir premature akan berkesulitan belajar di sekolah. Meskipun demikian, cukup banyak
kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang prematuritas.
Risiko lingkungan terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkungan sosial
yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut
mencakup fisik, emosi, kognitif, dan intuisi. Abdurrahman (2009:286) mengutip pendapat
Clark yang menjelaskan bahwa inteligensi tidak hanya terkait dengan fungsi kognitif tetapi
juga fisik, emosi, dan intuisi dan anak dapat digolongkan berbakat kalau semua fungsi
tersebut tumbuh dan berkembangan secara terintegrasi hingga taraf yang tinggi.
Referensi
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Rineka
Cipta.
Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta:Kencana.