1
d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain,
kalau hal itu dirasainya menguntungkan untuk meremehkan anak
lain.
e) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting.
f) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak
menghendaki nilai yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya
memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2
dan pribadi peserta didik terhadap pendidikan
3
lebih berat dibanding dengan anak yang sering sakit.
e. Status sosial dan ekonomi Fisik anak dari kelompok
ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan
keluarga ekonomi cukup atau tinggi. Keadaan status ekonomi
mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan
pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan
anak.
4
kecerdasan ganda (multiple intelligence), sehingga perlu
diadakannya semacam tes untuk mengetahui tingkat intelegensi tiap
individu yang biasa disebut dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ
merupakan hasil bagi usia mental dengan usia kronologis atau
kalender dikalikan seratus. Dengan berpegang pada satuan ukuran
IQ, maka kecerdasan dikategorikan dalam tabel berikut
(Sukmadinata, 2003):
5
dan memahami sesuatu.
3. Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
4. Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan
berbeda jika anak mendapat pengalaman seara tidak langsung dari
orang lain atau informasi dari buku.
5. Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau
perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan
jenis kelamin.
2. Konsep yang salah yang disebabkan oleh informasi yang salah,
pengalaman terbatas, mudah percaya, penalaran yang keliru, dan
imajinasi yang sangat berperan, pemikiran tidak realistis, serta salah
menafsirkan arti. Kesulitan dalam membenarkan konsep yang salah
6
dan tidak relistik. Hal ini biasanya berkenaan dengan konsep diri
dan sosial yang bisa membingungkan anak.
7
Untuk mengidentifikasi siawa yang diperkirakan mengalami masalah
belajar dapat dilakukan dengan cara; analisis hasil tes belajar, tes
kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar, dan
observasi saat proses belajar mengajar berlangsung. Di bawah ini
diuraikan cara mengidentifikasi tersebut di atas.
1. Analisis Hasil Tes Belajar
Melalui tes hasil belajar akan diketahui sejauh mana siswa telah
mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Siswa
dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai
sebagian besar materi yang telah diajarkan. Ketentuan penguasaan bahan
ditentukan dengan menetapkan patokan, yaitu persentase minimal yang
harus dikuasai oleh siswa (misalnya 75%). Siswa yang belum menguasai
bahan pelajaran sesuai patokan yang ditetapkan, dikatakan belum
menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini diduga siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan memerlukan bantuan khusus.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa langkah operasional diagnosis
kesulitan belajar.
a. Dengan Metode Criterion referenced, yaitu tes yang mengasumsikan
bahwa instrumen evaluasi atau soal yang digunakan telah dikemabngkan
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai
berikut :
1). Menetapkan angka nilai kualitatif minimal yang dapat diterima,
misalnya 5,0 atau 6,0
8
2) Membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas
lulus tersebut. Secara teoritis, mereka yang angka nilai prestasinya
berada di bawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
3) Menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta
mencari siswa yang mengalami gejala terparah (yang nilainya jauh
dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya)
4) Membuat rangking atau tingkatan guna mempermudah dalam
pemberian prioritas layanan psikologis.
Dengan hasil penandaan itu maka dapat dikatakan bahwa kelas atau
individu-individu tersebut memerlukan bimbingan belajar karena
prestasinya belum memenuhi harapan (seperti yang digariskan dalam
TIK).
b. Dengan Metode norm-references, yaitu nilai prestasi rata-rata
dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi masing-masing
siswa. Tahapannya adalah sebagai berikut :
1) Mencari dan menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok
2) Menandai siswa-siswa yang nilainya dibawah rata-rata
3) Jika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus
membuat rangking seperti pada metoda pertama.
2. Tes Kemampuan Dasar
Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu.
Tingkat kemempuan ini biasanya diukur atau diungkap dengan
9
menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak
normal memiliki tingkat kecerdasan (IQ) antara 90 – 109. Hasil belajar
yang dicapai siswa hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan
yang dimilikinya. Murid yang memiliki kemampuan dasar tinggi akan
mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seorang siswa
mencapai hasil belajar lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang
dimilikinya, maka yang bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang
mengalami masalah belajar atau di sebut Undeachiever.
3. Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Belajar merupakan tugas seorang siswa, oleh karena itu seorang siswa
perlu memiliki kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat mencapai
prestasi yang optimal. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan belajar. Hasil penelitian yang dilakukan
Rosmawati (dalam Amti,1993), menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang berarti antara kebiasaan belajar dengan hasil belajar. Hal ini
berarti siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik cenderung
memperoleh hasil belajar yang baik.
Senada dengan pendapat di atas, Prayitno (dalam Amti,1993)
menyatakan cara belajar (yang meliputi sikap dan kebiasaan belajar)
akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab itu, jika
seorang siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan dalam belajar,
salah satu faktor penting yang perlu diperiksa adalah bagaimana cara
belajar yang ditempuh.
10
Untuk mengungkap sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat
dikembangkan alat berupa “ skala sikap dan kebiasaan belajar” (contoh
lihat lampiran). Melalui alat ini dapat diungkap cara siswa mengerjakan
tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima
pelajaran, dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar siswa akan dapat
diketahui siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai
dan perlu dipertahankan, serta siswa yang memerlukan bantuan khusus
dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajarnya yang baik.
4. Observasi Saat Proses Belajar Mengajar Berlangsung
Kasus kesulitan belajar itu dapat pula di deteksi dengan catatan
observasi atau laporan proses kegiatan belajarnya. Diantara catatan
proses belajar itu ialah : (1) cepat-lambat (berapa lama) menyelesaikan
pekerjaan (tugasnya); (2) Ketekunan atau persistensi dalam mengikuti
pelajaran (berapa kali tidak hadir, alpha, sakit, izin); (3) partisipasi dan
kontribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas
kelompok; (4)kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya.
11
Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti
dan tujuan tersendiri. Seorang guru sekolah dasar sewajarnya memahami
bahwa komponen anak merupakan komonen terpenting dalam proses
pengajaran. Prosespengajaran itu harus diciptakan atas dasar pemahaman
siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Kegiatan belajar
mengajar yang secara praktis dikembangkan guru disekolah dasar
dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat.
12
Arti belajar secara tradisional, sebagai upaya menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih
modern diungkapkan Morgan dkk. (1986) sebagai setiap
perubahantingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan
dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua unsure penting
dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku dan,
kedua perubahan yang terjadi karena latihan atau pengalaman.
13
2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang
didalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah,
14
asalkan orang dewasa (guru) menjembatani arti dengan bahasa dan tanda
atau symbol, yang dapat mengamati anak untuk kemudian anak itu
tumbuh kearah pemikiran yang verbal.
1. Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
15
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari
tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2. Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan
suatu nilai atau
komplek nilai)
16
3. Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah
berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama
proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti
pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya.
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
17
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dengan kata lain
pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu. Macam – macam pendekatan pembelajaran antara lain
pendekatan kontekstual, pendekatan konstruktivisme, pendekatan
deduktif, pendekatan induktif, pendekatan proses, pendekatan konsep
dan pendekatan sains, teknologi dan masyarakat.
2. Strategi Pembelajaran
mp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Nana Sudjana menjelaskan
bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar
dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan
pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam Rohani,
2004:3).
18
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas. Arti lain mengatakan bahwa Teknik
adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik
pembelajaran.
19
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
1. Proses belajar
20
c. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki
sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-
fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan.
e. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
f. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide.
g. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan
struktur otak itu berjalan terus seiring dengan
perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan
sesorang.
2. Transfer Belajar
21
a. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang
tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk
belajar dengan cepat hal-hal baru.
b. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari
sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi
belajar amat penting.
c. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang
baru dan yang sudah diketahui.
d. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi
mereka sendiri.
22
6. Model pembelajaran kooperatif
23
Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi
kognitif dan teori pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran kooperatif
tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga
pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar
berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu
saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan
dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok,
dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam model pembelajaran
kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar
bagi peserta didik, pembimbing peserta didik dalam belajar kelompok,
pemberi motivasi peserta didik dalam memecahkan masalah, dan
sebagai pelatih peserta didik agar memiliki ketrampilan kooperatif.
24
Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Tingkah Laku Guru:
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
7. Metode pembelajaran
25
a. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan
pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek
yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan
pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk
teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual
atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna
percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat
dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu
atau dua perangkat saja.
b. Metode Demonstrasi
26
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru
dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk
kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan
berulang-ulang oleh siswa.
27
d. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan
maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian
atau konsep tersebut.
28
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
metode pembelajaran yang lain.
e. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang
besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri
dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab
terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk
kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik
bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli”
dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam
subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga
bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang
ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam
kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
29
f. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
30
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program
kegiatan belajar.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud
pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Dilihat dari fungsinya penilaian dibedakan menjadi lima jenis yaitu pe-
nilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian
selektif, dan penilaian penempatan.
31
b. Penilaian Sumatif
c. Penilaian Diagnostik
32
e. Penilaian Penempatan
9. PTK
33
1. PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses
pembelajaran perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk
memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk membenahi masalah
dalam proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi.
Menurut Usman (dalam Daryanto,2011:2) guru dengan
kompetensi tinggi merupakan seorang yang memiliki kemampuan
dan keahlian serta keterampilan dalam bidangnya. Sehingga Ia
dapat melakukan fungsi dan tugasnya sebagai pengajar dan
pendidik dengan maksimal.
2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang
paling esensial. Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan
penelitian lainnya yang menggunakan responden dalam
mengumpulkan data, sementara dalam PTK pengumpulan data
dilakukan dengan refleksi diri. (Tahir,2012:80)
3.Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga
interaksi antara siswa dengan guru dapat terfokuskan secara
maksimal. “Kelas” yang dimaksud di sini bukan hanya ruang
yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya
proses pembelajaran antara guru dan murid. (Suyadi,2012:6)
4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara
terus menerus. PTK dilaksakan secara berkesinambungan di
mana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau
perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk
34
siklus selanjutnya. Sehingga diperoleh model pembelajaran
yang paling baik. (Daryanto,2011:6)
5.PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan
profesionalisme guru, karena PTK memberi motivasi kepada
guru untuk berfikir Kritis dan sistematis, membiasakan guru
untuk menulis, dan membuat catatan yang dapat. Di mana
semua itu dapat menunjang kemampuan guru dalam
pembelajaran. (Daryanto,2011:6)
6.PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan
keadaan kelas. Dengan demikian proses pembelajaran tidak
monoton oleh satu model saja.(Tahir,2012:81)
7.PTK menggunakaan metode kontekstuall. Artinya variable-
variable yang akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi
kelas itu sendiri. Sehingga data yang diperoleh hanya berlaku
untuk kelas itu saja dan tidak dapat digeneralisasikan dengan
kelas lain. (Tahir,2012:81)
8.PTK dalam pelaksanaannya terbikai dalam beberapa pembagian
waktu atau siklus. (Sukardi,2011:212)
9.PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan
penelitian semata. melainkan harus disesuaikan dengan
program pembelajaran yang sedang berjalan di kelas
tersebut. (Sanjaya,2010:34)
10.Menurut Ibnu (dalam Aqib,2009:16) memaparkan bahwa
PTK memiliki karakteristik dasar yaitu:
35
a.Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada
masalah yang dihadapi guru;
b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya;
c.Peneliti sebagai media yang melakukan refleksi;
d.Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan
kualitas praktik instruksional;
e.Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau
periode.
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yag dipergunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan undang – undang
nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 36 ayat
(2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
36
a. Nana syaodih sukmadinata (1997) menyebutkan ada empat
komponen, yaitu :
1) Tujuan
2) Isi atau materi
3) Proses atau system penyampaian dan media
4) Evaluasi
b. Asep henry hermawan dkk (2002) mengemukakan lima
komponen, yaitu :
1) Tujuan
2) Materi
3) Metode
4) Organisasi kurikulum
5) Evaluasi
Pengembangan dalam kurikulum
37
siswa, pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau
anggota masyarakat yang lainnya.
c. Prinsip effisiensi
Prinsip ini terkait dengan usaha, biaya, waktu dan tenaga yang
digunakan dalam proses pembelajaran dapat membuahkan proses
dan hasil belajar yang optimal. Jadi, dalam pengembangan
kurikulum harus effisien.
d. Prinsip efektivitas
38
Adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai
dengan keinginan yang telah ditentukan. Efektivitas kurikulum
berkaitan dengan proses mengajar pendidik, dan proses belajar
peserta didik.
e. Prinsip kesinambungan
Prinsip ini dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya
keterkaitan antara tingkat pendidikan, jenis dan program
pendidikan serta bidang studi.
f. Prinsip berorientasi tujuan
Prinsip menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi
pengembangan komponen – komponen lainnya dalam
pengembangan kurikulum. Untuk itu, tujua kurikulum harus jelas,
artinya tujuan kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh
para pelaksana kurikulum untuk dijabarkan menjadi tujuan lainnya
yang lebih spesifik dan operasional. Tujuan kurikulum juga harus
komperehensif, artinya meliputi berbagai aspek.
Fungsi Kurikulum
39
dan logis,diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan
harapan.Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :
40
mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau
semua apa yang menarik minat mereka.
5. Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan
mempunyai hubungan yang erat.Pengakuan atas perbedaan
berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih
apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan
kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis,
sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah
membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu
memahami dan menerima dirinya sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat
dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa.
Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa
agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.
41
2. Fungsi bagi sekolah yang diatasnya adalah untuk menjamin
adanya pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan
3. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan .
Peranan Kurikulum
Kurikulum bagi program pendidikan dimana sekolah sebagai
institusi social melaksanakan oprerasinya, paling tidak dapat
ditentukan 3 jenis kurikulum :
42
budaya masa lalu.kepada siswa perlu disesuaikan dengan masa
sekarang
43
proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal.
Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran
1. Media Audio
Media Audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui
indera pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio
dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun
non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi).
2. Media Visual
44
perangkat lunak (soft ware) yang melengkapi alat proyeksi ini akan
dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan materi
yang diinginkan.
3. Media Audio-Visual
45
46