Anda di halaman 1dari 46

1.

Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah


dasar yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosialemosional, moral, spiritual, dan
latar belakang sosial-budaya. 

masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang


berlangsung dari usia enam tahun hingga sebelas atau duabelas
tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar
dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan
mengubah sikap dan tingkah lakunya. Masa usia sekolah dianggap
oleh Suryobroto (1990 : 119) sebagai masa intelektual atau masa
keserasian bersekolah. Tetapi dia tidak berani mengatakan pada
umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar. Pada
masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah
dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya, masa ini dapat
diperinci menjadi dua fase, yakni : 1.     
Masa Kelas Rendah Sekolah Dasar Beberapa sifat khas anak-anak
pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut :
 a)      Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan
pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
 b)      Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-
peraturan permainan yang tradisional.
c)      Adanya kecenderungan memuji sendiri.

1
 d)      Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain,
kalau hal itu dirasainya menguntungkan untuk meremehkan anak
lain.
e)      Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting.
f)       Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak
menghendaki nilai yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya
memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

Menjelaskan tahapan perkembangan perilaku dan pribadi


peserta didik

Perkembangan Fisik Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI


meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi
atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur
tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak.
Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang
dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan
penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.

Menjelaskan implikasi prinsip-prinsip perkembangan perilaku

2
dan pribadi peserta didik terhadap pendidikan

Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD/MI lebih lambat


dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa sebelumnya (masa
bayi dan TK awal) dan sesudahnya (masa puber dan remaja). Jadwal
waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama, ada yang
berlangsung cepat, sedang atau lambat. Banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain:
1.   Pengaruh keluarga 
a.   Faktor keturunan Membuat anak menjadi gemuk dari pada anak
lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika, Eropa, dan
Australia cenderung lebih tinggi dari pada orang Asia).

b.  Faktor lingkungan Akan membantu menentukan tercapai


tidaknya perwujudan potensi keturunan anak tersebut. Lingkungan
lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada tinggi
tubuh.
 c.  Jenis Kelamin Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih
berat dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia 12-
15 tahun.
d.   Gizi dan kesehatan Anak yang memperoleh gizi cukup
biasanya lebih tinggi tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai
masa puber dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang. Anak
yang sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh sehat dan

3
lebih berat dibanding dengan anak yang sering sakit.
 e.   Status sosial dan ekonomi Fisik anak dari kelompok
ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan
keluarga ekonomi cukup atau tinggi. Keadaan status ekonomi
mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan
pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan
anak.

 f.   Gangguan Emosional Anak yang sering mengalami gangguan


emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang
berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya hormon
pertumbuhan pada kelenjar pituitary, akibatnya anak mengalami
keterlambatan perkembangan memasuki masa puber. Bagi anak usia
SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama oleh
teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya
mempunyai makna penting. Apabila ukuran-ukuran dan proporsi
tubuh anak berbeda jauh dengan teman sebayanya anak akan merasa
kelainan, tidak mampu dan rendah diri.

Membedakan berbagai jenis kecerdasan peserta didik


berdasarkan ciri-cirinya
Selain itu, struktur pengetahuan juga menjelaskan tentang tingkat
kecerdasan peserta didik pada usia SD. Dengan adanya beberapa
kecerdasan tiap individu, maka memungkinkan terjadinya

4
kecerdasan ganda (multiple intelligence),  sehingga perlu
diadakannya semacam tes untuk mengetahui tingkat intelegensi tiap
individu yang biasa disebut dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ
merupakan hasil bagi usia mental dengan usia kronologis atau
kalender dikalikan seratus. Dengan berpegang pada satuan ukuran
IQ, maka kecerdasan dikategorikan dalam tabel berikut
(Sukmadinata, 2003):

IQ Kategori 140-…… Genius


130-139 Sangat cerdas 1
20-129 Cerdas
110-119 Di atas normal
90-109 Normal
80-89 Di bawah normal
70-79 Bodoh
50-69 Debil
 25-49 Imbecil

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek atau


kecerdasan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelek peserta didik usia SD atau MI, antara lain:
1.    Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan
indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.    Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti

5
dan memahami sesuatu.
3.    Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
4.    Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan
berbeda jika anak mendapat pengalaman seara tidak langsung dari
orang lain atau informasi dari buku.
5.    Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau
perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan
jenis kelamin.

6.    Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan


menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungan. Dalam perkembangan intelek, dapat juga terjadi
 kendala dan berbahaya yang mempengaruhi perkembangan anak
secara keseluruhan, di antaranya:
1.    Kelambanan perkembangan otak yang dapat mempengaruhi
kemampuan bermain dan belajar di sekolah serta penyesuaian diri
dan sosial anak, yang dikarenakan oleh tingkat kecerdasan di bawah
normal dan kurangnya mendapat kesempatan memperoleh
pengalaman.

 2.    Konsep yang salah yang disebabkan oleh informasi yang salah,
pengalaman terbatas, mudah percaya, penalaran yang keliru, dan
imajinasi yang sangat berperan, pemikiran tidak realistis, serta salah
menafsirkan arti. Kesulitan dalam membenarkan konsep yang salah

6
dan tidak relistik. Hal ini biasanya berkenaan dengan konsep diri
dan sosial yang bisa membingungkan anak.

2. Mengidentifikasi kesulitan peserta didik SD

Definisi kesulitan beajar menurut para ahli:


a.       Kesulitan belajar menurut Hammil (Abidin,2006:10) adalah:
“menunjuk pada sekelompok kesulitan yang memanifestasikan
dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan mendengar, mencakup-
cakup,membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam
bidang studi tertentu.
b.      Kesulitan belajar menurut Warkitri ddk. (1990:8.3),
menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu
jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
prestasi akademik yang diperoleh.
c.       Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 :4-5)
menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam
proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar. [4]

7
Untuk mengidentifikasi siawa yang diperkirakan mengalami masalah
belajar dapat dilakukan dengan cara; analisis hasil tes belajar, tes
kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar, dan
observasi saat proses belajar mengajar berlangsung. Di bawah ini
diuraikan cara mengidentifikasi tersebut di atas.
1.  Analisis Hasil Tes Belajar
Melalui tes hasil belajar akan diketahui sejauh mana siswa telah
mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Siswa
dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai
sebagian besar materi yang telah diajarkan. Ketentuan penguasaan bahan
ditentukan dengan menetapkan patokan, yaitu persentase minimal yang
harus dikuasai oleh siswa (misalnya 75%). Siswa yang belum menguasai
bahan pelajaran sesuai patokan yang ditetapkan, dikatakan belum
menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini diduga siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan memerlukan bantuan khusus.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa langkah operasional diagnosis
kesulitan belajar.
 
a. Dengan Metode Criterion referenced, yaitu tes yang mengasumsikan
bahwa instrumen evaluasi atau soal yang digunakan telah dikemabngkan
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai
berikut :
1). Menetapkan angka nilai kualitatif minimal yang dapat diterima,
misalnya 5,0 atau 6,0

8
2)      Membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas
lulus tersebut. Secara teoritis, mereka yang angka nilai prestasinya
berada di bawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
3)      Menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta
mencari siswa yang mengalami gejala terparah (yang nilainya jauh
dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya)
4)      Membuat rangking atau tingkatan guna mempermudah dalam
pemberian prioritas layanan psikologis.
Dengan hasil penandaan itu maka dapat dikatakan bahwa kelas atau
individu-individu tersebut memerlukan bimbingan belajar karena
prestasinya belum memenuhi harapan (seperti yang digariskan dalam
TIK).
b. Dengan Metode norm-references, yaitu nilai prestasi rata-rata
dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi masing-masing
siswa. Tahapannya adalah sebagai berikut :
1)  Mencari dan menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok
2)  Menandai siswa-siswa yang nilainya dibawah rata-rata
3)  Jika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus
membuat rangking seperti pada metoda pertama.
 
2. Tes Kemampuan Dasar
Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu.
Tingkat kemempuan ini biasanya diukur atau diungkap dengan

9
menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak
normal memiliki tingkat kecerdasan (IQ) antara 90 – 109. Hasil belajar
yang dicapai siswa hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan
yang dimilikinya. Murid yang memiliki kemampuan dasar tinggi akan
mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seorang siswa
mencapai hasil belajar lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang
dimilikinya, maka yang bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang
mengalami masalah belajar atau di sebut Undeachiever.
3.  Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Belajar merupakan tugas seorang siswa, oleh karena  itu  seorang siswa
perlu memiliki  kebiasaan belajar  yang baik sehingga dapat mencapai
prestasi  yang optimal.  Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan belajar. Hasil penelitian yang  dilakukan
Rosmawati (dalam Amti,1993), menunjukkan bahwa terdapat  hubungan
yang berarti antara  kebiasaan belajar dengan hasil  belajar.  Hal ini
berarti  siswa  yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik cenderung
memperoleh hasil  belajar yang baik.
Senada dengan pendapat di  atas, Prayitno  (dalam Amti,1993)
menyatakan cara belajar (yang meliputi sikap dan kebiasaan belajar)
akan  mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab itu, jika
seorang siswa  mendapat  nilai  yang kurang memuaskan  dalam belajar,
salah satu faktor penting yang  perlu  diperiksa adalah bagaimana cara
belajar yang ditempuh.

10
Untuk mengungkap sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat
dikembangkan alat berupa “ skala sikap dan kebiasaan belajar” (contoh
lihat lampiran). Melalui alat ini dapat diungkap cara siswa mengerjakan
tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima
pelajaran, dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar siswa akan dapat
diketahui siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai 
dan perlu dipertahankan, serta siswa yang memerlukan bantuan khusus
dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajarnya yang baik.
4.  Observasi Saat Proses Belajar Mengajar Berlangsung
Kasus  kesulitan belajar itu dapat pula di deteksi dengan catatan
observasi atau laporan proses kegiatan belajarnya. Diantara  catatan
proses  belajar itu ialah : (1) cepat-lambat (berapa  lama) menyelesaikan
pekerjaan (tugasnya); (2)  Ketekunan  atau persistensi  dalam mengikuti
pelajaran (berapa kali tidak hadir,  alpha, sakit, izin); (3) partisipasi dan
kontribusinya  dalam  pemecahan masalah  atau  mengerjakan  tugas
kelompok; (4)kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya.

3. Memahami teori belajar dan prinsip prinsip


pembelajaran yang mendidik

11
Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti
dan tujuan tersendiri. Seorang guru sekolah dasar sewajarnya memahami
bahwa komponen anak merupakan komonen terpenting dalam proses
pengajaran. Prosespengajaran itu harus diciptakan atas dasar pemahaman
siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Kegiatan belajar
mengajar yang secara praktis dikembangkan guru disekolah dasar
dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat.

Karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum sebagaimana


dikemukakan Bassett, Jacka, dan Logan (1983) berikut ini :

1.      Mereka secara alamiah memiliki rasaingin tahu yang kuat dan


tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri,

2.      Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang,

3.      Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,


mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru ,

4.      Mereka biasanya tergetar penasaranya dan terdorong untuk


berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidak puasan
dan menolak kegagalan-kegagalan,

5.      Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan


situasi yang terjadi,

6.      Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi , berinisiatif ,


dan mengajar anak-anak lainya.

12
Arti belajar secara tradisional, sebagai upaya menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih
modern diungkapkan Morgan dkk. (1986) sebagai setiap
perubahantingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan
dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua unsure penting
dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku dan,
kedua perubahan yang terjadi karena latihan atau pengalaman.

Dalam konteks sekolah seorang anak dikatakan telah belajar apabila


perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan sekolah dan masyarakat. Jadi terhadap hal yang bersifat
negative dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat
tidak data kita katakan belajar walaupun diperoleh dari latihan atau
pengalaman.

Gagne mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang


merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian
macam kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam
kemampuan hasil belajar tersebutadalah:

1.      Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca


tulis, hitung sampai pada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual
tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseoranr dan
kesempatan belajar yang tersedia ,

13
2.      Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang
didalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah,

3.      Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.


Kemampuan ini pada umumnya dikenai dan tidak jarang ,

4.      Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain


ketrampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya

5.      Sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional


yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari
kecenderungan bertingkah laku terhdap orang,barang atau kejadian.

Paham dianggap modern tentang bagaimana anak usia SD itu belajar


bersifat kontruktivistik; dipelopori oleh Jean Piaget (1896-1980),
levVygotssky (1896-1934) dan Bruner (1060-an).

1.      Bagi Piaget, anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau


menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan
pikirannya sebagaimana terjadi ketika mereka mengeksplorasi
lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-
pemikiran yang logis;

2.      Bagi Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka


melalui interaksi pengajaran dan social dengan orang dewasa (guru)

14
asalkan orang dewasa (guru) menjembatani arti dengan bahasa dan tanda
atau symbol, yang dapat mengamati anak untuk kemudian anak itu
tumbuh kearah pemikiran yang verbal.

3.      Sedangkan Bruner, anak melalui aktivitas dengan orang dewasa


(guru) mengkonstruksi pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan
spiral mulai dari “pre-speech”sebagaimana anak menetapkan format,
peranan dan hal-hal yang rutin yang membuatnya merasa bebas untuk
kemudian dapat terlibat dengan penggunaan bahasa yang lebih kompleks
sebagaimana tersaji dalam suatu realitas.

KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK

1.      Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif. Ranah kognitif  memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

15
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari
tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.      Afektif
     Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan 
suatu nilai atau
komplek nilai)

16
3.      Psikomotorik
     Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah
berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama
proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti
pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya.

4. Pendekatan , strategi metode dan teknik


pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya

17
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dengan kata lain
pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu. Macam – macam pendekatan pembelajaran antara lain
pendekatan kontekstual, pendekatan konstruktivisme, pendekatan
deduktif, pendekatan induktif, pendekatan proses, pendekatan konsep
dan pendekatan sains, teknologi dan masyarakat.

2. Strategi Pembelajaran
mp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Nana Sudjana menjelaskan
bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar
dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan
pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam Rohani,
2004:3).

18
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas. Arti lain mengatakan bahwa Teknik
adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik
pembelajaran.

5. Model pembelajaran kontekstual (CTL)

ontextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses


pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk
memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan
fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

19
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

alam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah


pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa
mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan
menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami
bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta
dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus
dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu
berubah sesuai dengan perkembangan jaman.

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran


tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar

a. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus


mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
b. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri
pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan
diberi begitu saja oleh guru.

20
c. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki
sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-
fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan.
e. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
f. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide.
g. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan
struktur otak itu berjalan terus seiring dengan
perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan
sesorang.

2. Transfer Belajar

a. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian


orang lain.
b. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang
terbatas (sedikit demi sedikit)
c. Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

21
a. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang
tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk
belajar dengan cepat hal-hal baru.
b. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari
sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi
belajar amat penting.
c. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang
baru dan yang sudah diketahui.
d. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi
mereka sendiri.

Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (AuthenticAssessment)

22
6. Model pembelajaran kooperatif

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang


menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada tiap
kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan,
melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota
kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang
diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-
sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua
anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya. Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran yaitu  Hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.

Prinsip model pembelajaran kooperatif  yaitu 1) saling ketergantungan


positif; 2) tanggung jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi
antar anggota; dan 5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2000).

      Manfaat dari Cooperative Learning antara lain: meningkatkan


aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya, membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan,
mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan rasa percaya
diri siswa, membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.

23
Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi
kognitif dan teori pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran kooperatif
tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga
pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar
berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu
saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan
dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok,
dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam model pembelajaran
kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar
bagi peserta didik, pembimbing peserta didik dalam belajar kelompok,
pemberi motivasi peserta didik dalam memecahkan masalah,  dan
sebagai pelatih peserta didik agar memiliki ketrampilan kooperatif.

Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning dapat dituliskan


dalam table sebagai berikut:

Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa


Tingkah Laku Guru:
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase-2 Menyajikan informasi
Tingkah Laku Guru:
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau
lewat bahan bacaan.

24
Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Tingkah Laku Guru:
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien

Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar


Tingkah Laku Guru:
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Blog dengan ID 33471 Tidak ada 
Fase-5 Evaluasi
Tingkah Laku Guru:
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Memberikan penghargaan


Tingkah Laku Guru:
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.

7. Metode pembelajaran

25
a. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan
pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek
yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan
pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk
teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual
atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna
percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat
dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu
atau dua perangkat saja.
b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan


memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang
dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik
yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan
penjelasan lisan.

26
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru
dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk
kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan
berulang-ulang oleh siswa.

c. Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan


pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan
untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan
pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi
anak.

27
d. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan
maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian
atau konsep tersebut.

28
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
metode pembelajaran yang lain.

e. Metode Jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang
besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri
dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab
terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk
kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik
bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli”
dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam
subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga
bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang
ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam
kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

29
f. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang


pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).

2. Guru menyajikan pelajaran.


3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Anggota yang tahu
    menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.

8. PENILAIAN, PENGUKURAN DAN


EVALUASI PEMBELAJARAN

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk


menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.

30
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program
kegiatan belajar.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud
pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.

Dilihat dari fungsinya penilaian dibedakan menjadi lima jenis yaitu pe-
nilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian
selektif, dan penilaian penempatan.

a.  Penilaian Formatif

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan guru pada saat


berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan
pro-ses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian
formatif berori-entasi kepada proses belajar-mengajar untuk
memperbaiki program pengajar-an dan strategi pelaksanaannya.

31
b.  Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit


program, yakni akhir caturwulan, akhir semester, dan akhir tahun.
Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa,
yakni seberapa jauh kompetensi siswa dan kompetensi mata pelajaran
dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan
kepada proses.

c. Penilaian Diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat ke-


lemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini
dilaksana-kan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial
(remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soalnya disusun
sedemikian ru-pa agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang
dihadapi oleh para siswa.

d.  Penilaian Selektif

Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan se-


leksi, misalnya tes atau ujian saringan masuk ke sekolah tertentu. 

32
e. Penilaian Penempatan

Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengeta-


hui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar
dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai
kegiatan be-lajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini
berorientasi ke-pada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan
kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

9. PTK

penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang


menerapkan tindakan didalam kelas dengan menggunakan aturan sesuai
dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode
atau siklus. Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK
dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK
individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru
melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang
dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis
melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota
melakukan kunjungan antar kelas.
Berdasarkan pada pengertian di atas, PTK memiliki karakterlistik
tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian lainya. Adapun
beberapa karakter tersebut adalah:

33
1. PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses
pembelajaran perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk
memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk membenahi masalah
dalam proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi.
Menurut Usman (dalam Daryanto,2011:2) guru dengan
kompetensi tinggi merupakan seorang yang memiliki kemampuan
dan keahlian serta keterampilan dalam bidangnya. Sehingga Ia
dapat melakukan fungsi dan tugasnya sebagai pengajar dan
pendidik dengan maksimal.
2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang
paling esensial. Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan
penelitian lainnya yang menggunakan responden dalam
mengumpulkan data, sementara dalam PTK pengumpulan data
dilakukan dengan refleksi diri. (Tahir,2012:80)
3.Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga
interaksi antara siswa dengan guru dapat terfokuskan secara
maksimal. “Kelas” yang dimaksud di sini bukan hanya ruang
yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya
proses pembelajaran antara guru dan murid. (Suyadi,2012:6)
4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara
terus menerus. PTK dilaksakan secara berkesinambungan di
mana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau
perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk

34
siklus selanjutnya. Sehingga diperoleh model pembelajaran
yang paling baik. (Daryanto,2011:6)
5.PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan
profesionalisme guru, karena PTK memberi motivasi kepada
guru untuk berfikir Kritis dan sistematis, membiasakan guru
untuk menulis, dan membuat catatan yang dapat. Di mana
semua itu dapat menunjang kemampuan guru dalam
pembelajaran. (Daryanto,2011:6)
6.PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan
keadaan kelas. Dengan demikian proses pembelajaran tidak
monoton oleh satu model saja.(Tahir,2012:81)
7.PTK menggunakaan metode kontekstuall. Artinya variable-
variable yang akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi
kelas itu sendiri. Sehingga data yang diperoleh hanya berlaku
untuk kelas itu saja dan tidak dapat digeneralisasikan dengan
kelas lain. (Tahir,2012:81)
8.PTK dalam pelaksanaannya terbikai dalam beberapa pembagian
waktu atau siklus. (Sukardi,2011:212)
9.PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan
penelitian semata. melainkan harus disesuaikan dengan
program pembelajaran yang sedang berjalan di kelas
tersebut. (Sanjaya,2010:34)
10.Menurut Ibnu (dalam Aqib,2009:16) memaparkan bahwa
PTK memiliki karakteristik dasar yaitu:

35
a.Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada
masalah yang dihadapi guru;
b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya;
c.Peneliti sebagai media yang melakukan refleksi;
d.Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan
kualitas praktik instruksional;
e.Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau
periode.

10. PENGERTIAN DAN PENGEMBANGAN


KURIKULUM

1.      Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yag dipergunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan undang – undang
nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 36 ayat
(2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Kurikulum terdiri dari beberapa komponen:

36
a.       Nana syaodih sukmadinata (1997) menyebutkan ada empat
komponen, yaitu :
1)      Tujuan
2)      Isi atau materi
3)      Proses atau system penyampaian dan media
4)      Evaluasi
b.      Asep henry hermawan dkk (2002) mengemukakan lima
komponen, yaitu :
1)      Tujuan
2)      Materi
3)      Metode
4)      Organisasi kurikulum
5)      Evaluasi
Pengembangan dalam kurikulum

Merupakan kegiatan menghasilkan kurikulum pada tingkat


satuan pendidikan atau proses mengaitkan satu  komponen dengan
yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum. Pengembangan
kurikulum juga bisa diartikan sebagai kegiatan penyusunan,
pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum.
Dalam pengembangannya, kurikulum melibatkan berbagai
pihak, terutama pihak – pihak yang secara langsung ataupun tidak
langsung memiliki kepentingan dengan keberadaan pendidikan yang
dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi, guru,

37
siswa, pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau
anggota masyarakat yang lainnya.

5. Prinsip pengembangan kurikulum

Prinsip – prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan


kurikulum :
a.       Prinsip relevansi
Adalah kedekatan hubungan. Apabila dikaitkan dengan pendidikan
dengan masyarakat maka harus memiliki keterkaitan yang erat
sehingga hasil pendidikan yang diperoleh akan berguna bagi
kehidupan peserta didik di masyarakat.
b.      Prinsip fleksibilitas
Kurikulum yang  dikembangkan harus memiliki ruang gerak yang
memberikan kebebasan dalam bertindak. Dalam hal ini berkaitan
dengan fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dan
fleksibilitas dalam pengembangan program pembelajaran.

c.       Prinsip effisiensi
Prinsip ini terkait dengan usaha, biaya, waktu dan tenaga yang
digunakan dalam proses pembelajaran dapat membuahkan proses
dan hasil belajar yang optimal. Jadi, dalam pengembangan
kurikulum harus effisien.
d.      Prinsip efektivitas

38
Adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai
dengan keinginan yang telah ditentukan. Efektivitas kurikulum
berkaitan dengan proses mengajar pendidik, dan proses belajar
peserta didik.
e.       Prinsip kesinambungan
Prinsip ini dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya
keterkaitan antara  tingkat pendidikan, jenis dan program
pendidikan serta bidang studi.
f.       Prinsip berorientasi tujuan
Prinsip menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi
pengembangan komponen – komponen lainnya dalam
pengembangan kurikulum. Untuk itu, tujua kurikulum harus jelas,
artinya tujuan kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh
para pelaksana kurikulum untuk dijabarkan menjadi tujuan lainnya
yang lebih spesifik dan operasional. Tujuan kurikulum juga harus
komperehensif, artinya meliputi berbagai aspek.

Fungsi Kurikulum 

Secara umum  fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu


peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan
pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang mempengaruhi peserta
didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.
Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis

39
dan logis,diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan
harapan.Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :

1. Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan ,


sedangkan lingkungan tersebut  senantiasa berubah dan dinamis,
maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara
dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan
kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum
sebagai  alat pendidikan menuju individu yang well adjusted.
2. Fungsi Integrasi, kurikulum  berfungsi mendidik pribadi-pribadi
yang terintegrasi. Oleh karena individu itu sendiri merupakan
bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi
itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan
atau pengintegrasian  masyarakat. 
3. Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan
terhadap perbedaan- perbedaan perorangan dalam masyarakat.
Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis
dankreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat.
4.  Fungsi Persiapan, kurikulum  berfungsi mempersiapkan siswa
agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk
jangkauan  yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat.
Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak

40
mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau
semua  apa yang menarik minat mereka. 
5. Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan
mempunyai hubungan yang erat.Pengakuan atas perbedaan
berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih
apa yang  dinginkan  dan menarik minatnya. Ini merupakan
kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis,
sehingga kurikulum perlu diprogram secara  fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah
membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu
memahami dan menerima dirinya sehingga dapat
mengembangkan  semua potensi yang dimiliki.Ini dapat
dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa.
Fungsi  kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa
agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Sedangkan fungsi praktsis dari kurikulum adalah meliputi :

1. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan yakni sebagai alat untuk


mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai
pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.

41
2. Fungsi bagi sekolah yang diatasnya   adalah untuk menjamin
adanya pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan
3. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan .

Peranan Kurikulum
Kurikulum bagi program pendidikan dimana sekolah sebagai
institusi social melaksanakan  oprerasinya, paling tidak dapat
ditentukan 3 jenis kurikulum :

1. Peranan KonservatifMenekankan bahwa kurikulum itu dapat


dijadikan sebagai sarana untuk mentramisikan nilai-nilai warisan
budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini
bagi generasi muda
2. Peranan Kritis dan evaluativePerkembangan ilmu pengetahuan
dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi setiap saat. Peranan
kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan
perkembangan. 
3. Peranan Aktif
Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-
nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa
mengalami perubahan. Sehingga pewarisan dan nilai-nilai

42
budaya masa lalu.kepada siswa perlu disesuaikan dengan masa
sekarang

11. MEDIA PEMBELAJARAN

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar


mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar 
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup
luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia
dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.

        Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik


untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video
dan sebagainya. Kemudian menurut National Education
Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah
sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras.

     Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung


dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang
cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa
media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai

43
proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal.
Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran

     Media pembelajaran merupakan komponen intruksional yang


melliputi pesan, orang, dan peralatan. Menurut syaifulbahri djamarah dan
aswan zain,media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
informasi pesan. Media yang digunakan dalam pembelajaran beraneka
ragam. Seseorang guru harus dapat memilih salah satu media
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Penggunaan atau pemilihan media harus disesuaikan dengan materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Media pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Media Audio

Media Audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui
indera pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio
dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun
non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi).

2. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra


penglihatan. Media visual menampilan materialnya dengan
menggunakan alat proyeksi atau proyektor, karena melalui media ini

44
perangkat lunak (soft ware) yang melengkapi alat proyeksi ini akan
dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan materi
yang diinginkan.

3. Media Audio-Visual

Media audio-visual disebaut juga sebagai media video. Video


merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur yang saling bersatu
yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk
dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan
unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk
visualisasi.

Fungsi Penggunaan Media dalam Proses Pembelajaran

            Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang


kongkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya
belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks,
maya dan berada di balik realitas. Karena itu, media memiliki andil
untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang
tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal
terttentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam
mengkomunikasikan materi pelajaran (Fatthurrohman dan Sutikno,
2010:65-66).

45
           

46

Anda mungkin juga menyukai