Anda di halaman 1dari 10

RESUME

PERSPEKTIF PENDIDKAN DAN PEMBELAJARAN TUNANETRA


DAMPAK KETUNAAN ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN TERHADAP
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN INTELEGENSI

1. Pengertian Kognitif
2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Perkembangan Kognisi
3. Perkembangan Kognisi Melalui Melalui Indra Selain Mata
4. Persepsi Objek Pada Individu Dengan Tambahan Penglihatan
5. Hambatan Penglihatan Dan Perkembangan Inteligensi

DOSEN PENGAMPU

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANITA BR SEMBIRING
NIM : 21003259

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021.
DAMPAK KETUNAAN ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN TERHADAP
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN INTELEGENSI

1) Pengertian Kognitif

Kognisi adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir
tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan
memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,
menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan
sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di
antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta kecerdasan buatan.
Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat memengaruhi sikap
mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu.
mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.

Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi
dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan. Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk mencari pemahaman
terhadap cara manusia berpikir. Karya Plato dan Aristotle telah memuat topik tentang kognisi
karena salah satu tujuan tujuan filsafat adalah memahami segala gejala alam melalui
pemahaman dari manusia itu sendiri. Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi
mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi
tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat
diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk
menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi


kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia. Proses berpikir tentunya
melibatkan otak dan saraf-sarafnya sebagai alat berpikir manusia oleh karena itu untuk
menyelidiki fungsi otak dalam berpikir maka berkembanglah neurosains kognitif. Hasil-hasil
penelitian yang dilakukan oleh kedua bidang ilmu tersebut banyak dimanfaatkan oleh ilmu
robot dalam mengembangkan kecerdasan buatan. Proses kognitif menggabungkan antara
informasi yang diterima melalui indra tubuh manusia dengan informasi yang telah disimpan di
ingatan jangka panjang. Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi
sebagai tempat pemrosesan informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas
ingatan kerja dan faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang telah
dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan anggota tubuh
manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga berupa tindakan pasif, yaitu
melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Faktor yang memengaruhi kesulitan
dan kecepatan pemilihan dan pelaksanaan respon adalah kompleksitas keputusan, perkiraan
terhadap respon, trade-off kecepatan dan akurasi, dan feedback yang diperoleh. Kompleksitas
keputusan dipengaruhi oleh jumlah tindakan yang mungkin dipilih, yang juga berpengaruh
terhadap lamanya waktu pengambilan keputusan. Perkiraan terhadap respon dipengaruhi oleh
informasi yang diterima. Jika informasi yang diterima telah diperkirakan sebelumnya,
pemrosesan informasi akan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak diperkirakan. Trade-
off antara kecepatan dan akurasi merupakan korelasi negative antara keduanya pada pemilihan
dan pelaksanaan respon.

Dalam beberapa situasi, semakin cepat seseorang memilih respon, kemungkinan


kesalahan terjadi meningkat. Feedback merupakan efek yang diketahui oleh seseorang sebagai
verifikasi atas tindakan yang dilakukannya. Rentang waktu antara tindakan dengan feedback
harus diminimasi.

Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari
otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan dan pengertian.
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan
dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat
terutama ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Ahmad Susanto 2011:47). Perkembangan
kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi untuk dapat
berpikir. Perkembangan kognitif adalah gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf,
serta adaptasi dengan lingkungan.

2) Faktor-Faktor Yang Menentukan Perkembangan Kognisi


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak usia dini
yang perlu dipahami dengan baik agar sebagai orang tua dan guru dapat mengantisipasi jika
nampak hambatan dalam perkembangan kognitifnya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif memiliki peran yang besar bagi anak serta orang tua maupun guru untuk
mengetahui apakah faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami perkembangan kognitif
yang sesuai dengan harapan, perkembangan kognitif yang berjalan sangat cepat, maupun
perkembangan kognitif yang yang berjalan lambat pada anak.

Menurut Sujiono (2006 : 25) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif


dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:

1) Faktor hereditas atau keturunan


Diungkapkan bahwa taraf intelegensi seorang anak sudah ditentukan sejak anak
tersebut dilahirkan.
2) Faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan dimana tempat ia
berada.
3) Kematangan
Tiap organ tubuh manusia, baik fisik maupun psikis dapat dikatangan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
4) Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri anak yang mempengaruhi
perkembangan intelegensinya.
5). Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan. Sedangkan bakat diartikan sebagai
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
dapat terwujud.
6.) Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai kebebasan manusia dalam berpikir. Perkembangan
kognitif yang terjadi pada manusia sepanjang hidupnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang mendukung antara lain faktor keturunan, faktor lingkungan, kematangan,
pembentukan, minat dan bakat, serta faktor kebebasan. Masing-masing orang memiliki
faktor tersendiri yang mempengaruhi perkembangan kognitifnya yang dapat berjalan
dengan cepat ataupun lambat.

3) Perkembangan Kognisi Melalui Melalui Indra Selain Mata

Anak dengan kondisi tunanetra memiliki keterbatasan atau bahkan ketidakmampuan


dalam menerima rangsangan atau informasi dari luar dirinya melalui indera penglihatannya.
Dengan demikian, eksplorasi pada anak tunanetra dilakukan dengan mengoptimalkan indera-
indera yang lain, seperti perabaan, suara, dan penciuman (Somantri, 2006). Akan tetapi,
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan kekurangan penglihatan mengkompensasi
kekurangan tersebut melalui indera yang lain, terutama pendengaran (Pring, 2008). Individu
dengan kondisi tunanetra menyimpan ingatan dalam bentuk verbatim, yang menyebabkan
kemampuan lebih baik dalam mendiskriminasi suara dibandingkan orang normal (Muchnik et
al., 1991, Pring and Tadić, 2010), dan memproses kata-kata verbal lebih cepat dibandingkan
orang yang memiliki penglihatan normal (Röder et al., 2000), serta memiliki kemampuan
lokalisasi auditori (memperhatikan suara yang berada di ruang auditori peripheral)

(Pring & Tadic, 2010). Secara teoritis, perkembangan kognitif menuntut partisipasi
aktif, peran dan fungsi penglihatan sebagai saluran utama dalam melakukan pengamatan
terhadap dunia luar. Salah satu akibatnya, anak tunanetra memiliki kecenderungan untuk
menggunakan kata-kata tanpa memahami makna yang sebenarnya (Dokecki, 1966). Anak
dengan kondisi tunanetra kerap mengalami masalah konseptualisasi yang abstrak, karena tidak
atau kurang memiliki pandangan yang kongkrit dan fungsional (Somantri, 2007). Lebih lanjut
lagi, mengenai perkembangan bahasa pada anak tunanetra, berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan anak yang memiliki penglihatan normal, kosakata
anak tunanetra cenderung bersifat definitif (Dokecki, 1966). Selain itu, anak tunanetra kerap
mendapat kesulitan dalam mengintegrasikan pengalaman yang dialami, sehingga sulit untuk
dapat mengkonstruk atau menyimpulkan sendiri pengetahuan berdasarkan pengalaman yang
dialami.

Piaget (dalam Santrock (2011), menyebutkan bahwa perkembangan fungsi kognitif


berlangsung mengikuti prinsip mencari keseimbangan melalui teknik asimilasi dan
akomodasi. Kedua teknik tersebut dilakukan dengan mengintegrasikan pengetahuan yang
diperoleh melalui pengalaman atau pengamatan terhadap lingkungan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki. Selain itu, salah satu yang secara dominan mempengaruhi pembentukan
persepsi adalah stimulus yang masuk melalui indera penglihatan.

Dengan demikian, pembentukan pengetahuan pada anak dengan kondisi tunanetra


dapat mengalami hambatan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan
kemampuan kognitif pada anak dengan kondisi tunanetra memiliki perbedaan dengan anak
tanpa masalah penglihatan. Beberapa penelitian juga menunjukkan hasil yang kurang
konsisten, sehingga dimungkinkan masih terdapat berbagai keyakinan yang salah atau belum
terbukti mengenai kemampuan kognitif anak dengan masalah penglihatan Sementara itu,
kebutuhan untuk memiliki instrumen yang dapat memberikan gambaran lebih baik mengenai
kemampuan kognitif anak tunanetra semakin dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan
pendidikannya

Sedangkan menurut Piaget dalam Yanuarita (2014 : 70) Pertumbuhan mental


mengandung dua macam proses yaitu perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah
perubahan struktur sedangkan belajar adalah perubahan isi. Proses perkembangan
kognitif dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
a) Hereditas
Hereditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang baru lahir untuk
menyesuaikan diri dengan dunianya, lebih dari itu, hereditas akan mengatur
waktu jalannya perkembangan pada tahuntahun mendatang.
b) Pengalaman
Pengalaman dengan hereditas fisik merupakan dasar perkembangan struktur
kognitif .dalam hal ini sering kali disebut sebagai pengalaman fisis dan logika
matematis.
c) Transmisi Sosial
Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh budaya
terhadap ola berpikir anak.
d) Ekuilibrasi
e) Ekuilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri setiap individu akan
terdapat proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan ketiga faktor tadi, yaitu
hereditas, pengalaman, dan transmisi sosial.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Hal tersebut tidak dapat
diabaikan oleh orang tua serta guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif dapat menjadi dasar untuk mengetahui sebab dimana terdapat anak yang
memiliki perkembangan yang cepat ataupun lambat.

4. Persepsi Objek Pada Individu Dengan Tambahan Penglihatan

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa
Latin percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi dan
pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita
gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.

1. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman


terhadap sesuatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Persepsi ini di definisikan
sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (penglihatan)
untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita,
termasuk sadar akan diri kita sendiri.

2. Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang
ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam otak.. Didalamnya
terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman.
5. Hambatan Penglihatan Dan Perkembangan Inteligensi

Menurut Pring (2008), menjelaskan bahwa salah satu hambatan perkembangan


kognisi/ inteligensi sosial pada orang tunanetra disebabkan karena kondisi ketunanetraan
tersebut membatasi kesempatan untuk mengasosiasikan emosional dan kondisi mental dengan
perilaku mereka. Hal ini membawa kita memprediksi bahwa anak dengan tunanetra atau VI
(Visual Impairment) mengalami kesulitan dalam perkembangan Theory of Mind (ToM).
Mayoritas anak dengan VI mengalami keterlambatan perkembangan ToM sampai usia 12
tahun. Cara utama agar anak dapat mengetahui pikiran orang lain hanya melalui bahasa.
Bahasa dapat dilihat sebagai mekanisme berbagi perhatian. Peran percakapan sangat kritis
untuk pemahaman sosial.

Dalam aspek memori, anak tunanetra menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka


memiliki ingatan yang sangat kuat, terutama dalam short term memory (STM), sebab memori
mereka berkaitan langsung dengan situasi. Perhatian mereka meningkat terhadap beragam
material yang kemungkinan disimpan lebih lama dalam bentuk "verbatim form", sebuah
strategi memori yang kurang umum "digunakan" pada orang yang bisa melihat. Selain itu para
tunanetra memiliki sumber informasi ekstra pada pendengaran sehingga dapat menjadi
"seeing ear". Individu yang mengalami gangguan penglihatan berat sejak lahir (congenitally
profound visual impairment) menunjukkan kemampuan untuk memproses wicara lebih cepat
dari pada orang yang bisa melihat. Mereka juga memiliki kemampuan membedakan suara
dalam ruangan yang ramai lebih baik daripada orang yang bisa melihat (Pring, 2008).
Daftar Pustaka

file:///C:/Users/ACER%20Z146/Downloads/5826-Article%20Text-17892-1-10-20191024.pdf

file:///C:/Users/ACER%20Z146/Downloads/5826-Article%20Text-17892-1-10-20191024.pdf

http://www.jejakpendidikan.com/2017/04/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan.html

https://eprints.uny.ac.id/9732/3/BAB%20II.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi

Anda mungkin juga menyukai