1. Jelaskan pengaruh sikap keluarga dan masyarakat terhadap perkembangan
kepribadian anak tuna daksa? Jawab : Sebelum membahas pengaruh sikap keluarga dan masyarakat, ada kalanya kita terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan anak tuna daksa. Tuna daksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, persendian, dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan, baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Dari definisi ini jelas bahwa anak tuna daksa pada dasarnya adalah anak yang mempunyai kelainan fisik yang tampak dengan mat akita. Dari sini jelas bahwa anak daksa cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif dan terkadang pula muncul sikap egois terhadap lingkungan yang disebabkan oleh perkembangan dan pembentukkan pribadi yang kurang didukung oleh lingkunga sekitar. Keadaan seperti ini mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial terhadap lingkungan sekitarnya atau dalam pergaulan sehari- harinya. Masalah psikologis anak tuna daksa dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari diri anak dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga dimana ia tinggal dan lingkungan masyarakat. Anak tuna daksa yang satu dengan yang lain belum tentu sama apa yang dipikirkannya. Jadi meskipun sama-sama mengalami ketunaan, belum tentu apa yang dirasakan seseorang sama dengan yang dirasakan anak tuna-tuna lainnya. Dengan demikian psikologi sosial memiliki peranan yang sangat penting bagi anak tunadaksa untuk perkembangan dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungnya Agar mereka lebih mandiri dan tidak selalu bergantung kepada orang lain. Selain itu untuk membentuk kepribadian dalam diri anak tunadaksa tidaklah hal yang mudah, butuh proses yag cukup lama. Kemandirian dan keutuhan merupakan segala kebutuhan anak yang menyangkut aspek fisik berupa mobilisasi dan psikososial, seperti rasa aman dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Karena mereka kebanyakan memiliki sikap dan sifat minder serta tidak percaya diri atas kondisi dirinya yang mengalami kelainan akibatnya mereka sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosil sekitar. Selain itu tuna daksa mengalami kesulitan melakukan gerakan secara bebas dan membutuhkan alat-alat khusus untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari Keterbatasan-keterbatasan fisik tersebut, membuat anak tunadaksa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan ketrampilan motorik. Karena kecacatannya, mereka juga sersing mendapat perlakuan yang berlebihan dari lingkungan sekitar, seperti rasa belas kasihan atau bahkan diremehkan dan dianggap jijik akibatnya anak tunadaksa menjadi sulit untuk mengembangkan kemandiriannya. Pada akhirnya mereka kerap tidak bisa mandiri dan masih bergantung pada orang lain. Untuk mencapai kemandirian dan keutuhan pribadi dapat dicapai melalui pendidikan. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Bila orang tua terlalu melindungi anak-anaknya maka akan timbul ketergantungan kepada orang tua. Kehadiran anak cacat yang tidak dapat diterima oleh orang tua, ditolak, diacuhkan dan seakan-akan disingkirkan keberadaannya dan sikap masyarakat sekitarnya juga demikian akan merusak perkembangan pribadi serta sosial anak. Perkembangan dan pembentukan pribadinya sangat ditentukan oleh sikap positif keluarga di samping juga ditentukan masyarakat. Peran keluarga terhadap konsep diri dan kemampuan komunikasi interpersonal pada anak tuna daksa menunjukkan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi pembentukan konsep diri anak tuna daksa dan nantinya akan mempengaruhi dalam komunikasi interpersonalnya. Perlakuan yang berbeda dari keluarga dan masyarakat akan menimbulkan kepekaan efektif pada para penyandang tuna daksa, yang tak jarang mengakibatkan timbulnya perasan negatif pada diri mereka terhadap lingkungan sosialnya. Keadaan ini menyebabkan hambatan pergaulan sosial penyandang tuna daksa. Jika keluarga dan lingkungan memberikan perlakuan positif, maka penyesuaian diri pada anak tunadaksa juga akan baik karena mereka merasa diterima di lingkungan keluarga juga sosialnya dengan keterbatasan yang dia milikinya. Sikap orang tua, keluarga, teman sebaya, teman sekolah dan masyarakat pada umumnya sangant berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak tunadaksa. Dengan demikian akan mempengaruhi respon anak terhadap lingkungannya. Seorang anak akan menghargai dirinya sendiri apabila lingkunganpun menghargainya, misalnya : seorang anak yang dianggap oleh masyarakat tidak berdaya akan merasa bahwa dirinya tidak berguna. Ejekan dan gangguan anak-anak normal terhadap anak tunadaksa akan menimbulkan kepekaan efektif pada anak tunadaksa, yang tidak jarang mengakibatkan timbulnya perasaan negatif pada mereka terhadap lingkungan sosialnya. Keadaan ini menyebabkan hambatan pergaulan sosial anak tunadaksa. Anak- anak tunadaksa seringkali tidak dapat berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan anak-anak yang seusianya, terutama dalam kelompok sosial yang sifatnya lebih resmi. Dukungan keluarga dan dukungan masyarakat terhadap anak tunadaksa memiliki pengaruh yang besar karena sikap keluarga dan masyarakat tersebut mempengaruhi perkembangan kepribadian anak tersebut. Orang tua atau masyarakat yang menunjukkan sikap menolak akan mengakibatkan anak tunadaksa merasa rendah dri, merasa tidak berdaya, merasa tidak pantas, merasa frustasi, merasa bersalah, merasa benci, dan sebagainya. Sikap masyarakat terhadap anak tunadaksa, menunjukkan pengaruh yang sangat menentukan terhadap perkembangan kepribadian individu yang bersangkutan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pandangan masyarakat dewasa ini yang memandang ukuran keberhasilan seseorang dari prestasi yang dicapainya. Keterbatasan yang disandang tunadaksa, yang menghambatnya untuk berprestasi seperti anak-anak normal dapat menimbulkan rasa tidak aman dan kecemasan yang mengganggu perkembangan kepribadian anak-anak tersebut. 2. Tidak jarang sekolah menjadi penyebab munculnya gangguan tingkah laku. Mengapa demikian?Jelaskan dan berikan contoh? Jawab : Sekolah merupakan suatu tempat atau lembaga yang diperuntukan bagi siswa untuk mendapatkan ilmu baik itu ilmu pengetahuan maupun ilmu-ilmu lain yang pada intinya agar siswa kedepannya menjadi generasi peneruh masa depan dibawah bimbingan dan pengawasan dari guru atau pendidik. Namun tidak semua angan-angan atau harapan para orang tua untuk menyekolahkan anaknya sesuai dengan harapan yang diinginkan, terkadang muncul juga beberapa masalah disekolah. Salah satunya yang sekarang sedang marak- maraknya adalah perlakukan perundungan yang menyebabkan bagi korbannya muncul gangguan tingkah laku. Perundungan dilingkungan sekolah sedang marak terjadi bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi juga di sekolah dasar. Perundungan banyak jenisnya, antara lain : 1. Perundungan fisik, contohnya : Tindakan mendorong, mengancam dan memukul. 2. Perundungan verbal, contohnya : menghina fisik, body shaming, menyindir dan menyebarkan gosip. 3. Perundungan sosial, contohnya mengucilkan, memalukan atau meminta secara paksa dan memfitnah. 4. Perundungan di dunia maya, contohnya memperolok-olok di media sosial, membuat meme yang merendahkan hingga memberikan pesan teror. Disinilah munculnya gangguan tingkah laku siswa disekolah. Dengan terjadinya perundungan di sekolah maka pelaku dan korban pastinya mengalami gangguan tingkah laku yang berdapak pada diri mereka sendiri. Bagi pelaku perundungan, mereka memiliki empati yang minim dalam berinteraksi, biasanya, biasanya mengalami perilaku abnormal, hiperaktif hingga prososial. BAgi anak yang menjadi korban, sudah tentu berdampak pada masalah Kesehatan mentalnya. Anak merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau sahabat dan tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua. Jika korban perundungan tidak diselamatkan dan dicarikan pemecahan masalahnya, ini bisa menjadi trauma Panjang. Disini lah munculnya, trauma ini mempengaruhi penyesuaian diri anak dengan lingkunan, terutama lingkungan sekolah. Banyak penelitian yang dilakukan, bahwa perundungan menjadi salah satu faktor utama anak disekolah yang berakibat mengalami gangguan tingkah laku dan pada akhirnya bisa mempengarui prestasi akademik dan lebih parahnya sampai putus sekolah. Lantas, apa yang harus kita lakukan sebagai seorang pendidik untuk mencegah bahkan harus menghilangkan perundungan dilingkungan yang berakibat kepada gangguang tingkah laku siswa? 1. Memberikan psikoedukasi dan pemahaman perundungan kepada siswa, guru, staf, terutama dampak buruk dari perundungan. Hal ini dapat disosialisasikan secara terus-menerus di kelas, saat upacara, hingga menempelkan poster-poster edukasi tentang perundungan di area sekolah. 2. Mengedukasi orangtua murid tentang perundungan dan dampak negatifnya supaya mereka dapat dengan cepat melapor kepada pihak yang berwajib jika menemukan kasus perundungan. Tidak hanya itu, orangtua juga bisa diproyeksikan untuk menjadi agen pencegahan perundungan di luar lingkungan sekolah. 3. Membentuk satgas anti perundungan di lingkungan sekolah yang melibatkan guru, bahkan siswa atau teman sebaya yang memiliki pengaruh untuk dibentuk sebagai agen perubahan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan Roots, program pencegahan perundungan berbasis sekolah yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia dan pemerintah sejak 2017; 4. Merancang kebijakan dan aturan antiperundungan di sekolah untuk memberikan sanksi tegas kepada siapa saja yang melakukan tindakan perundungan tanpa pandang bulu. REFERENSI 1. Wardani, I.G.A.K. 2022. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan
2. Hutagalung, N. 2017. Skripsi. Hubungan antara Dukungan orang tua dengan
Kepercayaan Diri Remaja Tuna Daksa di SLB YPAC Medan.
dan-masyarakat-terhadap.html . Diakses pada tanggal 11 Juni 2023.
4. Maraknya kasus perundungan di Lingkungan Sekolah, mari lakukan
pencegahan. https://www.kompas.com/edu/read/2022/11/25/102907871/maraknya-kasus- perundungan-di-lingkungan-sekolah-mari-lakukan-pencegahan?page=all. Diakses pada 11 Juni 2023
5. Artikel pada Kompas.com dengan judul "Maraknya Kasus Perundungan di
Lingkungan Sekolah, Mari Lakukan Pencegahan!", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/edu/read/2022/11/25/102907871/maraknya -kasus-perundungan-di-lingkungan-sekolah-mari-lakukan pencegahan?page=all. Di akses pada 12 Juni 2023.