Anda di halaman 1dari 6

Tugas Modul 7

1. Jelaskan pengaruh sikap keluarga dan masyarakat terhadap perkembangan


kepribadian anak tuna daksa?
Jawab :
Sebelum membahas pengaruh sikap keluarga dan masyarakat, ada kalanya
kita terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan anak tuna daksa. Tuna
daksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem
otot, tulang, persendian, dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan
kecelakaan, baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Dari
definisi ini jelas bahwa anak tuna daksa pada dasarnya adalah anak yang
mempunyai kelainan fisik yang tampak dengan mat akita. Dari sini jelas bahwa
anak daksa cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif dan terkadang
pula muncul sikap egois terhadap lingkungan yang disebabkan oleh
perkembangan dan pembentukkan pribadi yang kurang didukung oleh lingkunga
sekitar.
Keadaan seperti ini mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan
interaksi sosial terhadap lingkungan sekitarnya atau dalam pergaulan sehari-
harinya. Masalah psikologis anak tuna daksa dipengaruhi oleh faktor internal yang
berasal dari diri anak dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga
dimana ia tinggal dan lingkungan masyarakat. Anak tuna daksa yang satu dengan
yang lain belum tentu sama apa yang dipikirkannya. Jadi meskipun sama-sama
mengalami ketunaan, belum tentu apa yang dirasakan seseorang sama dengan
yang dirasakan anak tuna-tuna lainnya. Dengan demikian psikologi sosial memiliki
peranan yang sangat penting bagi anak tunadaksa untuk perkembangan dirinya
dalam berinteraksi dengan lingkungnya Agar mereka lebih mandiri dan tidak selalu
bergantung kepada orang lain. Selain itu untuk membentuk kepribadian dalam diri
anak tunadaksa tidaklah hal yang mudah, butuh proses yag cukup lama.
Kemandirian dan keutuhan merupakan segala kebutuhan anak yang
menyangkut aspek fisik berupa mobilisasi dan psikososial, seperti rasa aman dan
tidak selalu bergantung pada orang lain. Karena mereka kebanyakan memiliki
sikap dan sifat minder serta tidak percaya diri atas kondisi dirinya yang mengalami
kelainan akibatnya mereka sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosil sekitar.
Selain itu tuna daksa mengalami kesulitan melakukan gerakan secara bebas dan
membutuhkan alat-alat khusus untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari
Keterbatasan-keterbatasan fisik tersebut, membuat anak tunadaksa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan ketrampilan
motorik. Karena kecacatannya, mereka juga sersing mendapat perlakuan yang
berlebihan dari lingkungan sekitar, seperti rasa belas kasihan atau bahkan
diremehkan dan dianggap jijik akibatnya anak tunadaksa menjadi sulit untuk
mengembangkan kemandiriannya. Pada akhirnya mereka kerap tidak bisa mandiri
dan masih bergantung pada orang lain. Untuk mencapai kemandirian dan
keutuhan pribadi dapat dicapai melalui pendidikan.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi
dengan orang lain merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Bila
orang tua terlalu melindungi anak-anaknya maka akan timbul ketergantungan
kepada orang tua. Kehadiran anak cacat yang tidak dapat diterima oleh orang
tua, ditolak, diacuhkan dan seakan-akan disingkirkan keberadaannya dan sikap
masyarakat sekitarnya juga demikian akan merusak perkembangan pribadi serta
sosial anak. Perkembangan dan pembentukan pribadinya sangat ditentukan oleh
sikap positif keluarga di samping juga ditentukan masyarakat.
Peran keluarga terhadap konsep diri dan kemampuan komunikasi
interpersonal pada anak tuna daksa menunjukkan bahwa dukungan keluarga
mempengaruhi pembentukan konsep diri anak tuna daksa dan nantinya akan
mempengaruhi dalam komunikasi interpersonalnya. Perlakuan yang berbeda dari
keluarga dan masyarakat akan menimbulkan kepekaan efektif pada para
penyandang tuna daksa, yang tak jarang mengakibatkan timbulnya perasan
negatif pada diri mereka terhadap lingkungan sosialnya. Keadaan ini
menyebabkan hambatan pergaulan sosial penyandang tuna daksa. Jika keluarga
dan lingkungan memberikan perlakuan positif, maka penyesuaian diri pada anak
tunadaksa juga akan baik karena mereka merasa diterima di lingkungan keluarga
juga sosialnya dengan keterbatasan yang dia milikinya.
Sikap orang tua, keluarga, teman sebaya, teman sekolah dan masyarakat
pada umumnya sangant berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak
tunadaksa. Dengan demikian akan mempengaruhi respon anak terhadap
lingkungannya. Seorang anak akan menghargai dirinya sendiri apabila
lingkunganpun menghargainya, misalnya : seorang anak yang dianggap oleh
masyarakat tidak berdaya akan merasa bahwa dirinya tidak berguna. Ejekan dan
gangguan anak-anak normal terhadap anak tunadaksa akan menimbulkan
kepekaan efektif pada anak tunadaksa, yang tidak jarang mengakibatkan
timbulnya perasaan negatif pada mereka terhadap lingkungan sosialnya.
Keadaan ini menyebabkan hambatan pergaulan sosial anak tunadaksa. Anak-
anak tunadaksa seringkali tidak dapat berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan
anak-anak yang seusianya, terutama dalam kelompok sosial yang sifatnya lebih
resmi.
Dukungan keluarga dan dukungan masyarakat terhadap anak tunadaksa
memiliki pengaruh yang besar karena sikap keluarga dan masyarakat tersebut
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak tersebut. Orang tua
atau masyarakat yang menunjukkan sikap menolak akan mengakibatkan anak
tunadaksa merasa rendah dri, merasa tidak berdaya, merasa tidak pantas, merasa
frustasi, merasa bersalah, merasa benci, dan sebagainya. Sikap masyarakat
terhadap anak tunadaksa, menunjukkan pengaruh yang sangat menentukan
terhadap perkembangan kepribadian individu yang bersangkutan. Hal ini sangat
erat kaitannya dengan pandangan masyarakat dewasa ini yang memandang
ukuran keberhasilan seseorang dari prestasi yang dicapainya. Keterbatasan yang
disandang tunadaksa, yang menghambatnya untuk berprestasi seperti anak-anak
normal dapat menimbulkan rasa tidak aman dan kecemasan yang mengganggu
perkembangan kepribadian anak-anak tersebut.
2. Tidak jarang sekolah menjadi penyebab munculnya gangguan tingkah laku.
Mengapa demikian?Jelaskan dan berikan contoh?
Jawab :
Sekolah merupakan suatu tempat atau lembaga yang diperuntukan bagi
siswa untuk mendapatkan ilmu baik itu ilmu pengetahuan maupun ilmu-ilmu lain
yang pada intinya agar siswa kedepannya menjadi generasi peneruh masa depan
dibawah bimbingan dan pengawasan dari guru atau pendidik. Namun tidak
semua angan-angan atau harapan para orang tua untuk menyekolahkan
anaknya sesuai dengan harapan yang diinginkan, terkadang muncul juga
beberapa masalah disekolah. Salah satunya yang sekarang sedang marak-
maraknya adalah perlakukan perundungan yang menyebabkan bagi korbannya
muncul gangguan tingkah laku.
Perundungan dilingkungan sekolah sedang marak terjadi bahkan tidak
menutup kemungkinan terjadi juga di sekolah dasar. Perundungan banyak
jenisnya, antara lain :
1. Perundungan fisik, contohnya : Tindakan mendorong, mengancam dan
memukul.
2. Perundungan verbal, contohnya : menghina fisik, body shaming, menyindir
dan menyebarkan gosip.
3. Perundungan sosial, contohnya mengucilkan, memalukan atau meminta
secara paksa dan memfitnah.
4. Perundungan di dunia maya, contohnya memperolok-olok di media sosial,
membuat meme yang merendahkan hingga memberikan pesan teror.
Disinilah munculnya gangguan tingkah laku siswa disekolah. Dengan
terjadinya perundungan di sekolah maka pelaku dan korban pastinya mengalami
gangguan tingkah laku yang berdapak pada diri mereka sendiri. Bagi pelaku
perundungan, mereka memiliki empati yang minim dalam berinteraksi, biasanya,
biasanya mengalami perilaku abnormal, hiperaktif hingga prososial. BAgi anak
yang menjadi korban, sudah tentu berdampak pada masalah Kesehatan
mentalnya. Anak merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau
sahabat dan tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua. Jika korban
perundungan tidak diselamatkan dan dicarikan pemecahan masalahnya, ini bisa
menjadi trauma Panjang. Disini lah munculnya, trauma ini mempengaruhi
penyesuaian diri anak dengan lingkunan, terutama lingkungan sekolah. Banyak
penelitian yang dilakukan, bahwa perundungan menjadi salah satu faktor utama
anak disekolah yang berakibat mengalami gangguan tingkah laku dan pada
akhirnya bisa mempengarui prestasi akademik dan lebih parahnya sampai putus
sekolah.
Lantas, apa yang harus kita lakukan sebagai seorang pendidik untuk
mencegah bahkan harus menghilangkan perundungan dilingkungan yang
berakibat kepada gangguang tingkah laku siswa?
1. Memberikan psikoedukasi dan pemahaman perundungan kepada siswa,
guru, staf, terutama dampak buruk dari perundungan. Hal ini dapat
disosialisasikan secara terus-menerus di kelas, saat upacara, hingga
menempelkan poster-poster edukasi tentang perundungan di area sekolah.
2. Mengedukasi orangtua murid tentang perundungan dan dampak negatifnya
supaya mereka dapat dengan cepat melapor kepada pihak yang berwajib
jika menemukan kasus perundungan. Tidak hanya itu, orangtua juga bisa
diproyeksikan untuk menjadi agen pencegahan perundungan di luar
lingkungan sekolah.
3. Membentuk satgas anti perundungan di lingkungan sekolah yang melibatkan
guru, bahkan siswa atau teman sebaya yang memiliki pengaruh untuk
dibentuk sebagai agen perubahan. Hal ini bisa dilakukan dengan
mengadakan Roots, program pencegahan perundungan berbasis sekolah
yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia dan pemerintah sejak 2017; 4.
Merancang kebijakan dan aturan antiperundungan di sekolah untuk
memberikan sanksi tegas kepada siapa saja yang melakukan tindakan
perundungan tanpa pandang bulu.
REFERENSI
1. Wardani, I.G.A.K. 2022. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Universitas Terbuka. Tangerang Selatan

2. Hutagalung, N. 2017. Skripsi. Hubungan antara Dukungan orang tua dengan


Kepercayaan Diri Remaja Tuna Daksa di SLB YPAC Medan.

3. Kertas Pelangi ABK. https://femiliancr.blogspot.com/2014/12/sikap-orang-tua-


dan-masyarakat-terhadap.html . Diakses pada tanggal 11 Juni 2023.

4. Maraknya kasus perundungan di Lingkungan Sekolah, mari lakukan


pencegahan.
https://www.kompas.com/edu/read/2022/11/25/102907871/maraknya-kasus-
perundungan-di-lingkungan-sekolah-mari-lakukan-pencegahan?page=all.
Diakses pada 11 Juni 2023

5. Artikel pada Kompas.com dengan judul "Maraknya Kasus Perundungan di


Lingkungan Sekolah, Mari Lakukan Pencegahan!", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/edu/read/2022/11/25/102907871/maraknya
-kasus-perundungan-di-lingkungan-sekolah-mari-lakukan
pencegahan?page=all. Di akses pada 12 Juni 2023.

Anda mungkin juga menyukai