Anda di halaman 1dari 7

SEKOLAH DAN TEMPAT TERAPI

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (AUTISME) DI MANADO

(Manado Autism School And Theraphy Center)

ARSITEKTUR PERILAKU

(Behavior Architecture)
( FABIOLA G. WUNER / 15021102033)

LATAR BELAKANG

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.Deteksi dan
terapi sedini mungkin akan menjadikan si penderita lebih dapat menyesuaikan dirinya dengan yang
normal. Kadang-kadang terapi harus dilakukan seumur hidup, walaupun demikian penderita Autisme
yang cukup cerdas, setelah mendapat terapi Autisme sedini mungkin, seringkali dapat mengikuti Sekolah
Umum, menjadi Sarjana dan dapat bekerja memenuhi standar yang dibutuhkan, tetapi pemahaman dari
rekan selama bersekolah dan rekan sekerja seringkali dibutuhkan, misalnya tidak menyahut atau tidak
memandang mata si pembicara, ketika diajak berbicara. Karakteristik yang menonjol pada seseorang yang
mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun
memahami emosi serta perasaan orang lain.

Pada masa sekarang ini, tidak jarang terdengar kasus bullying entah itu di media sosial atau di
lingkungan sekitar kita. Kasus ini juga banyak terjadi pada para penyandang autisme yang dihina karena
keterbatasan mereka. Penyandang autisme di Indonesia sendiri semakin meningkat. Sekitar 15-20 tahun
yang lalu, autisme dianggap sebagai gangguan perkembangan yang sangat jarang terjadi. Ditemukan 2-4
kasus dari 10.000 anak, namun semakin lama semakin banyak anak yang mengalami gangguan
perkembangan seperti autisme ini. Menurut Badan Dunia untuk Pendidikan dan Kebudayaan, UNESCO
pada tahun 2011 memperkirakan bahwa ada 35 juta orang yang menderita autisme. Berdasarkan data dari
Badan Penelitian Statistik (BPS) sejak 2010 hingga 2016, terdapat sekitar 140 ribu anak dibawah usia 17
tahun menyandang autisme. Badan penelitian dan konsulting, Spire mendata ada 139.000 dari 400.000
anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia menderita autisme. Data RSU Dr.Soetomo menunjukkan,
jumlah penderita autisme meningkat setiap tahun. Namun, karena terbatasnya sarana pendidikan luar
biasa, baru kurang lebih 50.000 anak autisme saja yang mengenyam pendidikan. Di Manado sendiri,
pelayanan untuk anak autis sudah ada beberapa diantaranya Pusat layanan Autis center di Rike, SLB
Permata Hati, SLB-A & Panti Bartemeus, SLB Kristen Emmanuel.

Maka dari itu perancangan ini sangat diperlukan untuk menambah pusat pelayanan yang lengkap
tidak hanya sekolah tetapi sekaligus dengan tempat terapi bagi anak berkebutuhan khusus agar lebih
membantu anak-anak ini untuk kiranya dapat mengenyam pendidikan dan menghindarkan anak-anak ini
dari kasus bullying.
I. PROSPEK DAN FISIBILITAS

A. PROSPEK
 Dengan adanya perancangan ini, kiranya dapat memberikan fasilitas yang
memadai tidak hanya pendidikan tetapi juga aktifitas terapi.
 Fasilitas ini dibuat untuk memberikan rasa kesetaraan bagi para anak berkebutuhan
khusus dengan orang-orang biasa.
 Memberikan rasa nyaman bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang sekolah
disini tanpa bullying, karena disini adalah rumah bagi mereka.
 Sebagai penghargaan bagi para siswa, perancangan ini juga menyediakan wadah
untuk mengapresiasi hasil kerja bagi para siswa.

B. FISIBILITAS
 Semakin meningkatnya kasus Bullying terhadap anak berkebutuhan khusus di lingkungan
sekitar khususnya di sekolah-sekolah biasa, serta semakin banyaknya anak autis yang
tidak bisa sekolah dengan normal di sekolah-sekolah biasa memberikan dampak negatif
bagi pendidikan di Indonesia khususnya di kota Manado. Pasalnya, banyak anak
berkebutuhan khusus yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi
lagi akibat keterbatasan mereka serta kurangnya pusat pelayanan bagi mereka. Dengan
perancangan ini, kiranya dapat menambah wadah bagi anak-anak berkebutuhan khusus
agar mereka dapat sekolah diselingi dengan terapi agar semakin banyaknya anak-anak
berkebutuhan khusus yang bisa mendapatkan gelar sarjana karena tidak ada yang mustahil
bagi mereka.

II. ASOSIASI LOGIS OBJEK DAN TEMA

A. PEMAHAMAN OBJEK

 Pengertian Sekolah
Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid di bawah pengawasan
guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Kamus
Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan sekolah sebagai sebuah lembaga atau bangunan yang
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar serta menjadi tempat memberi dan menerima
pelajaran sesuai dengan tingkatannya (sekolah dasar, sekolah lanjutan, dan sekolah tinggi).
Fungsi sekolah diantaranya :
- Mempersiapkan Peserta Didik Suatu Pekerjaan
- Memberikan keterampilan dasar
- Memberikan kesempatan untuk memperbaiki nasib
- Menyediakan tenaga pembangunan
- Membantu memecahkan problematika sosial
- Membentuk manusia sosial
- Alat transformasi kebudayaan
 Pengertian Terapi
Terapi adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis. Orang yang
melakukan terapi disebut sebagai terapis. Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata
pengobatan. Di antara psikolog, kata ini mengacu kepada psikoterapi. Terapi pencegahan atau
terapi Profilaksis adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk mencegah munculnya kondisi
medis.
 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Berikut jenis-jenis anak berkebutuhan khusus:

 Tunanetra, anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan


menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu
khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

 Tunarungu, anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga
tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan
pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan
khusus.

 Tunalaras, anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku
tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun
masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain.

 Tunadaksa, anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak
(tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Tunagrahita, anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan
perkembangan mental jauh di bawah rata-rata (IQ dibawah 70) sehingga mengalami
kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya
memerlukan layanan pendidikan khusus. Hambatan ini terjadi sebelum umur 18 tahun.

 Cerebral palsy, gangguan /hambatan karena kerusakan otak (brain injury) sehingga
mempengaruhi pengendalian fungsi motorik. Gifted, anak yang memiliki potensi
kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal). Autistis atau autisme, gangguan
perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat
yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

 Asperger Disorder atau AD, gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan
anak autisme dan sering disebut dengan istilah High-fuctioning autism. Rett’s Disorder,
jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori AD. Aspek perkembangan pada anak
Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai
hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin
memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s
Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

 Attention deficit disorder with hyperactive atau ADHD, bisa juga disebut anak hiperaktif,
oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat
duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang
diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan
pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil
dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau
menirukan ejaan huruf.

 Lamban belajar atau slow learner, anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di
bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami
hambatan atau keterlambatan berpikir, merespons rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi
masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Anak yang mengalami
kesulitan belajar spesifik, anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau
matematika).

B. PEMAHAMAN TEMA
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu menyertakan
pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan. Arsitektur muncul sekitar tahun
1950. Pertimbangan-pertimbangan ini pada awalnya dibutuhkan untuk perancangan obyek-
obyek Arsitektur tertentu, misalnya rumah sakit jiwa, rehabilitasi narkoba, penjara, rumah
sakit anak, SLB atau pusat autisme. Dalam perkembangannya, ternyata banyak obyek
Arsitektur yang dapat didekati dengan pendekatan perilaku didalam perancangannya,
misalnya mall, restoran, sekolah, stasiun kereta api dan lain-lain.

Perancangan Arsitektur perilaku ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


perancangan, diantaranya pada hasil penelitian didalam bidang psikologi Arsitektur atau
psikologi lingkungan.

Teori-teori Tema Arsitektur perilaku

a. Menurut Donna P. Duerk


Dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming dijelaskan bahwa :

“…that people and their behavior are part of a whole system that includes place and
environment, sunch that behavior and environment cannot be empirically separated. That is
to say, human behavior always happen in a place and they cannot be fully evaluated without
considering the environmental influence.”
(…bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang menempati tempat dan
lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia selalu terjadi
pada suatu tempat dan dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan factor-faktor
lingkungan)

1. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia.


Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya diduduki meskipun tempat
tersebut bukan tempat duduk. Misalnya: susunan anak tangga didepan rumah, bagasi
mobil yang besar, pagar yang rendah dan sebagainya.

2. Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan


Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya terdekat dari pada
melewati pedestrian yang memutar. Sehinga orang tersebut tanpa sadar telah membuat
jalur sendiri meski telah disediakan pedestrian.

b. Menurut Y.B Mangun Wijaya dalam buku Wastu Citra.

Arsitektur berwawasan perilaku adalah Arsitektur yang manusiawi, yang mampu memahami
dan mewadahi perilaku-perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku,
baik itu perilaku pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam sekitarnya. Disebutkan
pila bahwa Arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan guna dan citra. Guna merujuk
pada manfaat yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat tersebut diperoleh dari
pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya. Namun begitu guna tidak hanya
berarti manfaat saja, tetapi juga mengahsilkan suatu daya yang menyebabkan kualitas hidup
kita semakin meningkat. Cita merujuk pada image yang ditampilkan oleh suatu karya
Arsitektur. Citra lebih berkesan spiritual karena hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita. Citra
adalah lambing yang membahasakan segala yang manusiawi, indah da agung dari yang
menciptakan (Mangunwijaya, 1992).

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa mencapai guna dan citra yang sesuai tidak
lepas dari berbagai perilaku yang berpengaruh dalam sebuah karya, baik itu perilaku
pencipta, perilaku pemakai, perilaku pengamat juga menyangkut perilaku alam dan
sekitarnya. Pembahasan perilaku dalam buku wastu citra dilakukan satu persatu menurut
beragamnya pengertian Arsitektur, sebagai berikut :

1. Perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang juga mempengaruhi
terjadinya proses Arsitektur.
2. Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan religi dari pengaruh nilai-nilai
kosmologi.
3. Perilaku alam dan lingkungan mendasari perilaku manusia dalam berArsitektur.
4. Dalam berArsitektur terdapat keinginan untuk menciptakan perilaku yang lebih
baik.
c. Menurut Garry T. More dalam buku Introduction to Architecture.

Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-tuntutan organism


dalam dan lingkungan sosio-fisik luar. Penkajian perilaku menurut Garry T. More
diakitkan denga lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai pengakjian lingkungan-
perilaku. Adapun pengkajian lingkungan_perilaku seperti yang dimaksudkan oleh Garry
T. More terdiri atas definisi-defenisi sebagai berikut :

1. Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan-hubungan antara lingkungan dan


perilaku manusia dan penerapannya dalam proses perancangan.
2. Pengakjian lingkungan-perilaku dalam Arsitektur mencakup lebih banyak dari pada
sekedar fungsi.
3. Meliputi unsure-unsur keindahan estetika, diaman fungsi bertalian denga perilaku
dan kebutuhan oang, estetika bertalian dengan pilihan dan pengalaman. Jadi estetika
formal dilengkapi dengan estetika hasil pengalaman yang bersandar pada si
pemakai.
4. Jangkauan factor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si pemakai bangunan ,
kebutuhan interaksi kemasyarakatan, perbedaan-perbedaan sub budaya dalam gaya
hidup dan makna serta simbolisme banguan.
5. Pengkajian lingkungan-lingkungan juga meluas ke teknologi, agar isyarat-isyarat
Arsitektur dapat memberikan penampilan kemantapan atau perlindungan.

d. Menurut Victor Papanek

Bahwa dalam telaah-telaah lingkungan dalma arsitektur, harus dipahami dua kerangka
konsep yang satu menjelaskan jajaran informasi lingkungan perilaku-perilaku yang
tersedia, dan yang lain memperhatikan diaman proses perancangan informasi
lingkuangan perilaku paling mempengaruhi pengambilan keputusan Arsitektur

Prinsip-prinsip Arsitektur Perilaku

Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku ynag harus diperhatikan dalam penerapan tema arsitektur
perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David antara lain :

1. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan


2. Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan.
3. Memenuhi nilai estetika, komposisi dan estetika bentuk.
4. Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai.
Berdasarkan penjelasan tentang tema Arsitektur Perilaku dapat dismpulkan bahwa :

1. Tema Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan binaan yang


disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya.

2. Tema arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek
psikologis juga ditekankan.

3. Dari penerapan tema ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang paling baik
antara perilaku manusia dan lingkungan sesuai yang dirancang.

C. ASOSIASI LOGIS
Perancangan sekolah sekaligus tempat terapi anak berkebutuhan khusus ini ditujukan untuk
menurunkan resiko bullying yang terjadi pada anak-anak berkebutuhan khusus yang disebabkan
karena kurangnya pelayanan bagi mereka.Perancangan ini juga kiranya dapat meningkat jumlah
anak-anak berkebutuhan khusus yang bisa mendapatkan gelar sarjana. Perancangan ini tidak
hanya menjadi pelayanan pendidikan tetapi juga sebagai tempat terapi bagi mereka.
Dengan menerapkan tema Arsitektur Perilaku, bangunan nantinya akan didesain dengan
mempertimbangkan sifat dan perilaku dari pengguna.

D. TINJAUAN PUSTAKA
- Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Perlindungan Kesehatan Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus.
- Halim, Deddy Ph.D. 2005. Psikologi Arsitektur: Pengantar Kajian Lintas Disiplin.
- Handojo. Y, 2003 Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Putera.
- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/arsitektur_psikologi_dan_masyarakat/bab1_arsite
kture_dan_psikologi.pdf
- https://www.scribd.com/doc/284966721/Arsitektur-Perilaku
- Wikipedia.

Anda mungkin juga menyukai