Anda di halaman 1dari 28

REVIEW CHAPTER

KONSELING ANAK LUAR BIASA

Disusun oleh :

DITA SUCI RAMADANI (20641012)

Dosen Pengampu : NURWINDAH, M.Pd.

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM FA


KULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2022
Materi 1

MEMAHAMI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik,
mental-intelektual, sosial maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses
pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.
Tidak hanya itu, anak berkebutuhan khusus juga mencakup anak-anak yang memiliki gangguan
pemusatan perhatian, gangguan spektrum autisme, gangguan kemampuan komunikasi, serta kesulitan
belajar. Perlu dipahami bahwa kondisi anak berkebutuhan khusus bukan penyakit yang menular. Jadi
interaksi dengan anak berkebutuhan khusus tidak akan membawa dampak pada orang lain. Anak
berkebutuhan khusus dapat tetap bersosialisasi dalam masyarakat.

1. Hal Penting dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus

Meski anak berkebutuhan khusus terlihat berbeda dari anak-anak pada umumnya, tetapi mereka
memiliki hak yang sama dengan anak lain. Di antaranya adalah hak untuk mengembangkan minat dan
potensi yang dimiliki. Bagi Anda yang memiliki anak berkebutuhan khusus atau menjadi pendamping
anak berkebutuhan, ada beberapa hal penting yang bisa Anda lakukan sebagai dukungan untuk mereka,
di antaranya:

2. Selalu memberikan motivasi

Tak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian anak berkebutuhan khusus yang merasa sedih bahkan stres
karena berbeda dengan anak-anak lain. Oleh karena itu, tugas orang tua dan pendamping yaitu selalu
memotivasi dan membantu anak berkebutuhan khusus mencapai potensinya.

3. Memasukkan ke sekolah yang tepat

Pendidikan adalah instrumen penting bagi anak-anak tak terkecuali adalah anak berkebutuhan khusus.
Anda sebagai orang tua harus secara aktif mendukung dan berpartisipasi dalam memasukkan sekolah
anak berkebutuhan khusus, tentunya di sekolah yang sesuai pada kurikulum anak berkebutuhan khusus.
misalnya homeschooling. Selain itu, anak-anak berkebutuhan khusus juga bisa disekolahkan di sekolah
inklusi.

4. Memberikan keterampilan hidup


Jika anak berkebutuhan khusus mendapatkan pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan
keterampilan hidup sesuai minat dan potensinya, maka anak tersebut akan bisa hidup lebih mandiri.
Sebaliknya, jika tidak ditangani secara tepat, maka kemampuan anak akan mengalami hambatan dalam
perkembangannya.

5. Bergabung dalam komunitas atau perkumpulan

Adanya komunitas atau perkumpulan anak-anak berkebutuhan khusus akan membawa dampak positif
bagi mereka untuk saling bersosialisasi, bermain, dan berbagi. Demikian juga bagi Anda sebagai orang
tua, keluarga, ataupun pendamping. Komunitas juga biasanya akan banyak informasi kegiatan, seminar
atau acara yang berkaitan dengan perkembangan dan kepedulian anak berkebutuhan khusus.

Hal penting lainnya yang perlu dipahami jika memang Anda memutuskan untuk memperoleh bantuan
pendamping atau perawat untuk anak berkebutuhan khusus, maka carilah pendamping yang tepat,
sabar, tentunya bisa memberi dukungan yang dapat meningkatkan tumbuh kembangnya.

Ada berbagai tantangan yang perlu dihadapi anak kebutuhan khusus, juga orang tua dan
pendampingnya. Konsultasikan ke dokter penanganan apa saja yang diperlukan untuk mendukung
tumbuh kembang anak Anda.

Materi 2

Memahami kategori anak berkebutuhan khusus


anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Karena
karakteristiknya berbeda maka penanganannya pun berbeda. Apa saja kategori tersebut? Mari kita
bahas. Ada 11 kategori anak berkebutuhan khusus yang kami pahami:

1. AUTISME

Autisme adalah beberapa spectrum kondisi dimana seseorang memiliki tantangan dalam kemampuan
sosial, baik itu dalam berbicara maupun komunikasi non-verbal. Ada beberapa jenis autisme dan setiap
jenisnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

2. KETERLAMBATAN TUMBUH KEMBANG

Keterlambatan tumbuh kembang pada anak lebih dari sekedar “tertinggal”. Anak kecil memang tidak
memiliki jadwal ketat dalam hal tumbuh kembang. Namun secara umum, keterlambatan perkembangan
ini dialami secara berkelanjutan dimana anak-anak yang lain sudah berkembang secara normal.

3. GANGGUAN EMOSI

Secara garis besar, gangguan emosi adalah sebuah kondisi dimana terjadi kesulitan pengendalian emosi
dalam waktu yang panjang, yang pada akhirnya membawa dampak pada kemampuan edukasi, fisik,
sosial, atau kemampuan kognitif lainnya.

4. TUNARUNGU (Termasuk Gangguan Pendengaran)

Tunarungu didefinisikan sebagai sebagian atau sepenuhnya tidak bisa menggunakan indra pendengaran.
Yang dialami para tunarungu adalah kehilangan kemampuan mendengar, baik dari yang ringan sampai
yang berat.

5.TUNANETRA (Termasuk Gangguan Penglihatan)

Serupa seperti tunarungu, tunanetra mengalami kehilangan kemampuan, baik total maupun sebagian,
pada indra penglihatannya. Gangguan ini tidak dapat diperbaiki dengan sesederhana mengenakan
kacamata.

6.TUNANETRA-RUNGU (Buta-Tuli)

Buta-tuli adalah kombinasi dari gangguan penglihatan dan pendengaran sehingga menghambat
kemampuan komunikasi, akses informasi dan bersosialisasi. Menjadi buta-tuli bukan berarti sepenuhnya
buta atau sepenuhnya tuli. Beberapa orang yang buta-tuli mengalami pengurangan penglihatan
dan/atau pendengaran. Jadi bukan salah satu hal saja, tetapi gangguan kombinasi dari kedua indra
tersebut.

7. DISABILITAS INTELEKTUAL (Keterbelakangan Mental)


Intelectual Disability (ID) adalah penggeneralisasi dari gangguan perkembangan saraf yang
menyebabkan disabilitas pada kemampuan adaptasi fungsional dan intelektual. Biasanya gangguan ini
dicirikan oleh IQ dengan nilai di bawah 70.

8. DISABILITAS BELAJAR

Disabilitas belajar berbeda dengan disabilitas intelektual. Disabilitas ini ditandai dengan kelemahan pada
kemampuan utama akademis seperti membaca, menulis dan berhitung (matematika).

9. GANGGUAN WICARA

Gangguan wicara didefinisiakan kelainan yang dialami dengan gejala sulit berkomunikasi verbal seperti
terbata-bata, artikulasi tidak jelas, dan juga gangguan pada suara. Gangguan wicara dapat
mempengaruhi kemampuan akademis pada anak.

10. GANGGUAN ORTOPEDIK (Tunadaksa)

Kadang disebut juga dengan kelainan tulang. Gangguan ortopedik ini disebabkan dari beberapa penyakit
seperti tuberculosis tulang, patah tulang, polio, dan dapat juga karena gangguan yang terjadi saat masih
dalam janin.

11. CIDERA OTAK TRAUMATIK

Cidera ini biasanya disebabkan oleh hantaman ke bagian kepala atau badan seseorang, baik sengaja
dilakukan dengan kekerasan maupun tidak. Cidera otak ringan dapat mempengaruhi sel otak sementara.
Pada beberapa kasus yang berat, cidera otak dapat menyebabkan pembengkakan, pendarahan, dan luka
lain pada otak.

Jadi untuk para orang tua yang sudah mengenali kategori tersebut pada anaknya, atau mungkin baru
menduga-duga, ada baiknya untuk mendapatkan bantuan dari profesional dari segi medis. Menemukan
pelayanan yang profesional sesuai dengan kategori anak berkebutuhan khusus dapat meningkatkan
perawatan bagi tumbuh kembangnya.

Pertimbangkan faktor lokasi jika Anda menginginkan kunjungan yang teratur. Anda juga menginginkan
spesialis dan terapis yang dapat menangani dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak Anda.
Materi 3

KELAINAN FISIK :
- Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.

- Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali).


- Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.
- Terdapat cacat pada alat gerak.

- Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.


- Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal.

KELAINAN PERILAKU SOSIAL :


- Bersikap membangkang dan suka berbohong.
- Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
- Sering melakukan tindakan agresif, merusak, dan mengganggu.
- Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/norma hukum.
- Kurang/tidak mampu menjalin hubungan dengan orang lain.
- Mempunyai perasaan yang tertekan dan selalu merasa tidak bahagia.
Materi 4

1. Definisi Tunanetra

Tunanetra berasal dari kata tuna yang berarti rusak atau rugi dan netra yang berarti mata. Jadi
tunanetra yaitu individu yang mengalami kerusakan atau hambatan pada organ mata.1 Mohammad
Efendi mendefinisikan tunanetra sebagai suatu kondisi penglihatan dimana “anak yang memiliki visus
sentralis 6/60 lebih kecil dari itu atau setelah dikoreksi secara maksimal penglihatannya tidak
memungkinkan lagi mempergunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran yang biasa digunakan oleh
anak normal/orang awas.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa tunanetra yaitu berkurangnya fungsi atau ketidakfungsian
indra penglihatan seseorang untuk melihat bayangan benda dalam aktivitas sehari-hari sehingga
membutuhkan pendidikan khusus guna mendukung aktivitas belajarnya.

2. Faktor Penyebab Tunanetra

Anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan memiliki faktor penyebab yang berbeda, ada yang
berasal dari dalam diri mereka sendiri ataupun dari luar diri mereka. Berikut adalah klasifikasi faktor
penyebab individu mengalami tunanetra:
a. Prenatal (Sebelum Kelahiran)

Tahap prenatal yaitu sebelum anak lahir pada saat masa anak di dalam kandungan dan diketahui sudah
mengalami ketunaan. Faktor prenatal berdasarkan periodisasinya dibedakan menjadi periode embrio,
periode janin muda, dan periode janin aktini. Pada tahap ini anak sangat rentan terhadap pengaruh
trauma akibat guncangan, atau bahan kimia.

b. Neonatal (Saat Kelahiran)

Periode neonatal yaitu periode dimana anak dilahirkan. Beberapa faktornya yaitu anak lahir sebelum
waktunya (prematurity), lahir dengan bantuan alat (tang verlossing), posisi bayi tidak normal, kelahiran
ganda atau kesehatan bayi.
c. Posnatal (Setelah Kelahiran)

Kelainan pada saat posnatal yaitu kelainan yang terjadi setelah anak lahir atau saat anak dimasa
perkembangan. Pada periode ini ketunaan bisa terjadi akibat kecelakaan, panas badan yang terlalu
tinggi, kekurangan vitamin, bakteri. Serta kecelakaan yang sifatnya eksternal seperti masuknya benda
keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan kendaraan, dan lain-lain.

3. Klasifikasi Tunanetra

Berikut penjelasan klasifikasi tunanetra :

a. Buta total
Buta total yaitu kondisi penglihatan yang tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau hanya melihat
sinar atau cahaya.

b. Low fision
Low fision yaitu kondisi penglihatan yang apabila melihat sesuatu maka harus didekatkan atau mata
harus dijauhkan dari objek yang dilihatnya atau memiliki pemandangan kabur ketika melihat objek.

4. Kecerdasan Anak Tunanetra

Anak-anak yang mengalami tunanetra memang memiliki keterbatasan ataupun ketidakberfungsian indra
penglihatan mereka. Namun demikian mereka juga memiliki banyak kemampuan yang lain seperti
pertama memiliki kemampuan untuk belajar bahasa dan berbicara meskipun perkembangan anak
tunanetra sejak lahir perbendaharaan kata lebih lambat dan sedikit daripada anak normal.

Kedua memiliki daya ingat yang kuat yang disebabkan kepemilikan kemampuan konseptual setelah
melakukan latihan yang berulang-ulang. Ketiga memiliki kemampuan indra peraba yang sangat peka
terhadap benda di depannya.Keempat memiliki indra pendengaran dengan sensitivitas yang tinggi, hal
ini menjadikan indra pendengaran anak tunanetra menggantikan fungsi indra penglihatannya.

5. Karakteristik Anak Tunanetra


Anak tunanetra secara fisik sama dengan anak-anak pada umumnya, namun terdapat beberapa hal yang
membedakan antara keduanya. Terdapat beberapa karakteristik yang ada pada anak tunanetra
diantaranya:
a. Kognitif

Keterbatasan atau ketidakmampuan penglihatan berpengaruh pada perkembangan dan proses belajar
siswa. Lowenfeld sebagaimana yang dikutip oleh Ardhi Wijaya menggambarkan dampak kebutaan dan
lowfision terhadap perkembangan kognitif anak.

b. Akademik

Kemampuan akademik anak tunanetra secara umum sama dengan anak normal lainnya. Ketunanetraan
mereka berpengaruh pada keterampilan membaca dan menulis mereka. Untuk memenuhi kebutuhan
membaca dan menulis mereka dibutuhkan media dan alat yang sesuai. Anak dengan tunanetra total
dapat membaca dan menulis dengan huruf braille, sedangkan anak low fision menggunakan huruf cetak
dengan ukuran yang besar.

c. Fisik

Keadaan fisik anak tunanetra yang sangat mencolok yaitu kelainan pada organ matanya. Terdapat
beberapa gejala tunanetra yang dapat diamati yaitu mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata,
kelopak mata merah,mata infeksi, gerakan mata tak beraturan.

d. Motorik

Hilangnya kemampuan penglihatan tidak memberi pengaruh besar pada keadaan motorik anak. Anak
hanya membutuhkan belajar dan waktu yang sedikit lebih lama untuk melakukan mobilitas. Seiring
berjalannya waktu anak dapat mengenali lingkungannya dan beraktivitas dengan aman dan efisien.
e. Perilaku

Secara tidak langsung kondisi ketunaan anak tunanetra menimbulkan masalah pada perilaku
kesehariannya. Wujud perilaku tersebut dapat berupa menggosok mata secara berlebihan, menutup
atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke depan, sukar
membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata.
MATERI 5.

Mengenal anak tunarungu

1. Pengertian anak tunarungu

Secara umum anak tunarungu dapat diartikan anak yang tidak dapat mendengar. Tidak dapat
mendengar tersebut dapat dimungkinkan kurang dengar atau tidak mendengar sama sekali. Secara fisik
anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya, sebab orang akan mengetahui
bahwa anak menyandang ketunarunguan pada saat berbicara, anak tersebut berbicara tanpa suara atau
dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, anak
tersebut hanya berisyarat.

Ketunarunguan adalah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi
ringan, sedang,dan sangat berat yang dalam hal ini dapat dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu
kurang dengar dan tuli, yang menyebabkan terganggunya proses perolehan informasi atau bahasa
sebagai alat komunikasi.

Klasifikasi anak tunarungu

Klasifikasi bisa dibedakan menjadi beberapa. Jika melihat berdasarkan kondisi tingkat kehilangan
pendengaran yang biasanya ditunjukan dengan satuan desibel(dB)klasifikasi tunarungu dapat dibedakan
menjadi beberapa macam yaitu:

Kondisi tunarungu sangat ringan(27-40 DB)

Kondisi tunarungu ringan(41-55DB)

Kondisi tunarungu sedang (50-76DB)

Kondisi tunarungu berat(71-90DB)

Kondisi tunarungu parah/ekstrem/tuli (diatas 90DB)

Karakteristik anak tunarungu

Karakteristik anak tunarungu dalam segi bahasa dan berbicara adalah sebagai berikut:

Miskin kosataka

Mengalami kesulitan dalam mengerti ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan dalam kata-kata
abstrak

Kurang menguasai irama dan gaya bahasa

Sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks atau kalimat-kalimat yang panjang serta bentu kiasan.

Heri Purwanto (1998) menyatakan karakteristik anak tunarungu wicara pada umumnya memiliki
kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bisa dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-
anak normal, bahkan anak tunarungu total( tuli) cenderung tidak dapat berbicara (bisu). Anak tunarungu
mempunyai karakteristik yang spesifik bahwa anak tuna rungu mempunyai hambatan dalam
perkembangan bahasa.

Penyebab terjadinya anak tunarungu

Secara umum penyebab ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir(prenatal), ketika lahir(natal), dan
sesudah lahir(postnatal). Trubus(1985) mengemukakan enam penyebab ketunarunguan pada anak
diamerika serikat, adalah sebagai berikut:

Keturunan

Campak Jerman dari pihak ibu

Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran


Radang selaput otak(meningitis)

Otitis media( radang pada bagian telinga tengah)

Penyakit anak-anak, radang dan luka.

Untuk lebih jelasnya faktor-faktor penyebab ketunarunguan dapat dikelompokan sebagai berikut:

Faktor dalam diri anak

Faktor luar diri anak

Ada beberapa pendapat lain tentang penyebab terjadinya anak berkebutuhan khusus tunarungu
diantaranya sebagai berikut:

Penyebab tunarungu tipe konduktif

Penyebab terjadinya tunarungu tipe sensorineural

Dampak anak tunarungu

Ada dua bagian penting mengikuti dampak terjadinya hambatan, antara lain sebagai berikut:

Konsekuensi akibat gangguan pendengaran atau tunarungu tersebut bahwa penderitanya akan
mengalami kesulitan dalam menerima segala macam rangsangan atau peristiwa bunyi yang ada
disekitarnya

Akibat kesulitan menerima rangsangan bunyi tersebut konsekuensinya penderita tunarungu akan
mengalami kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat disekitarnya.
MATERI 6.

Mengenal anak tunagrahita

Pengertian anak tunagrahita

Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh
keterbatasan intelegensi dan ketidak cakapan dalam komunikasi sosial. Anak berkebutuhan khusus
keterbatasan kecerdasannya titik akibatnya anak berkebutuhan khusus tuna grahita ini sukar untuk
mengikuti pendidikan di sekolah biasa. Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa
referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, minta normal, tunagrahita.

Semua makna dari istilah tersebut sama, yakni menunjuk pada seseorang yang memiliki kecerdasan
mental dan bahwa normal. Seseorang dikatakan berkelainan mental sebenar Mall atau tunagrahita, jika
ia memiliki tingkat kecerdasan yang demikian rendahnya ( di bawah normal) sehingga untuk meniti
tugas perkembangannya diperlukan bantuan atau layanan secara spesifik termasuk dalam program
pendidikannya.( Bratanata, 1979).

Klasifikasi anak tunagrahita

Uraian kualifikasi menurut tinjauan profesi dokter,, psikologi, dan dan pedagogik. Seorang dokter dalam
mengklasifikasikan and1 Nagata didasarkan pada tipe kelainan fisiknya, seperti tipe mongoloid
microcephalon, cretinism, dan lain-lain. Seorang pekerja perilakunya pada orang lain sehingga untuk
berat-ringannya ketunagrahitaan dilihat dari tingkat penyesuaiannya, seperti tidak bergantung, semi
bergantung, atau sama sekali bergantung pada orang lain. Seorang konselor mengklasifikasikan anak
tunagrahita dalam hal ini pada aspek penguatan keluarga dalam bentuk perhatian dan serta pengasuhan
yang mampu membuat si anak berkembang secara optimal dengan memilih sebuah lingkungan yang
tepat agar mampu mengoptimalkan kemampuan anak tunagrahita.

Seorang psikologi dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita mengarah kepada aspek indeks mental
intelegensinya, injeksinya dapat dilihat angka hasil tes kecerdasan, seperti iQ 0-25 dikategorikan idiot, iQ
25 - 50. Dikategorikan imbesil, dan IQ 50 - 75 kategori bedil atau moron. Seorang pedagogik dalam
mengaplikasikan anak tunagrahita didasarkan pada penilaian program pendidikan yang disajikan pada
anak. Dari penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi anak tunagrahita mampu didik anak
tunagrahita mampu latih dan anak tenaga tangan rawat,

1. Anak tunagrahita mampu Didik IQ 68 - 52 adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada
program sekolah biasa tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal, kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak
tunagrahita mempunyai titik, antara lain 1. membaca menulis mengeja dan berhitung 2. Menyesuaikan
diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain.3. Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan
kerja di kemudian hari kesimpulannya anak tunagrahita mampu didik secara minimal dalam bidang
bidang akademis sosial dan pekerjaan.

2. Anak tunagrahita mampu latih. IQ 51-36 adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan
sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak
tunagrahita mampu didik Oleh karena itu beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang
perlu diberdayakan yaitu 1. Belajar diri sendiri, misalnya makan, pakaian, tidur atau mandi sendiri, 2.
Belajar menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya, 3. Mempelajari kegunaan ekonomi di rumah
di bangkel kerja atau AU di lembaga khusus. Kesimpulannya anak tentang gereja mampu latih berarti
anak ternyata hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri Melalui aktivitas kehidupan sehari-hari
serta memiliki fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya..

3. Anak tunagrahita mampu rawat IQ 39-25 adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat
rendah sehingga Ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi untuk mengurus kebutuhan diri
sendiri sangat membutuhkan orang lain.

Penilaian yang lain dari klasifikasi anak tunagrahita yang dalam hal ini dituturkan oleh skala Binet dan
skala wechsler. Dalam skala tersebut dijelaskan bahwa ada tiga hal sebagai berikut.

1. Tunagrahita ringan

Tunagrahita ringan disebut juga moron atau Devil. Menurut skala Binet kelompok ini memiliki. IQ
antara 68-25 sedangakan menurut sekala weschler ( WISC) IQ 69 - 55 tanda-tanda gereja masih dapat
belajar membaca menulis dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan didikan yang baik, anak
tunagrahita akan dapat memperoleh penghasilan untuk diri sendiri.

2. Tunagrahita sedang.

Tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki. IQ 51-36 pada segala Binet dan 54 -
40 Menurut skala weschler ( WISC) anak tunagrahita sedang sangat sulit untuk belajar secara akademik,
seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka bisa belajar menulis secara
masyarakat, menulis namanya sendiri ( makan. Minum, mandi, makai baju, ) dan mengerjakan
pekerjaan rumah dalam kehidupan sehari-hari anak tunagrahita sedang sangat membutuhkan
pengawasan yang terus-menerus agar mampu terus berkesinambungan anak kebiasaan-kebiasaan yang
akan terus teringat dan mampu mengerjakan suatu hal yang sering dilakukannya.

3. Tunagrahita berat.

Tunagrahita berat ini sering disebut idiot. IQ pada anak tunagrahita berat ini adalah 32- 20 Menurut
skala Binet dan Menurut skala weschler ( WISC) antara 39-52. Tunagrahita sangat berat profound miliki
iQ di bawah 39-24. Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total begitu dalam
hal berkaitan, mandi ataupun makan. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang
hidupnya.

Karakteristik anak tunagrahita

Karakteristik anak cacat menta mild ( ringan) adalah mereka termasuk kemampuan; bila dilihat dari segi
pendidikan titik Mereka pun tidak memperlihatkan kelainan fisik yang mencolok walaupun
perkembangannya fisiknya sedikit agak lambat daripada anak rata-rata karakteristik anak cacat mental
moderate ( nenengah ) adalah mereka digolongkan sebagai anak yang mampu latih, Di mana mereka
dapat dilatih untuk beberapa keterampilan tertentu. Meskipun sering merespons lama terhadap
Pendidikan dan Pelatihan. Mereka dapat dilatih untuk mengurus dirinya sendiri selalu dilatih ih untuk
kemampuannya membaca, menulis sederhana. Karakteristik anak cacat mental severe, adalah mereka
memperlihatkan banyak masalah dan kesulitan, meskipun di sekolah khusus.

Oleh karena itu mereka membutuhkan perlindungan hidup dan pengawasan yang teliti titik mereka
membutuhkan pelayanan dan peliharaan yang terus-menerus dengan kata lain mereka tidak bisa
mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain Meskipun tugas-tugas sederhana titik mereka juga
mengalami gangguan bicara mereka hanya bisa mengkomunikasi secara vokal setelah pelatihan secara
intensif. Tanda-tanda kelainan fisik lainnya adalah lidah seringkali menjulur keluar, bersamaan dengan
keluarnya air liur. Kepala sedikit besar dari biasanya.

Kondisi fisik mereka lemah titik mereka hanya bisa dilatih keterampilannya khusus selama kondisi fisik
memungkinkan karakteristik anak cacat mental peofound mempunyai problem yang serius, baik
menyangkut kondisi fisik, intelegensi serta program pendidikan kan yang tepat baik mereka titik kelainan
fisik lainnya dapat dilihat dari kepala yang lebih besar dan sering bergoyang-goyang penyesuaian dirinya
yang sangat kurang, dan bahkan sering kali meminta bantuan orang lain karena mereka tak dapat berdiri
sendiri titik mereka tampaknya membutuhkan bantuan medis yang baik dan intensif.Pemahaman
etiologi anak tunagrahita di harapkan dapat berguna dan dapat membantu cara pendidik dalam
memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak tunagrahita seperti yang di kemukakan oleh
smith(1998), sebagai berikut.
Materi 7

Mengenal Anak Tunadaksa

1. Pengertian tunadaksa

Tunadaksa adalah suatu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan
fungsinya yang disebabkan kelainan atau kecacatan sistem otot, tulang atau persendian sehingga
mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi dan perkembangan keutuhan
pribadi. Kelainan yang terjadi dapat disebabkan oleh penyakit, luka akibat kecelakaan atau pertumbuhan
yang tidak sempurna pembawaan sejak lahir.

Istilah tunadaksa berasal dari kata Tuna yang artinya rugi, kurang dan kata daksa berarti tubuh. Sehingga
tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota
badan, seperti kaki, tangan atau bentuk tubuh. Penderita tunadaksa merupakan seseorang yang
mengalami kesulitan akibat kondisi tubuhnya sendiri sehingga membutuhkan bantuan untuk orang lain.
Seseorang yang menyandang tunadaksa membutuhkan rehabilitasi sebagai sarana pemulihan
penyandang cacat tubuh yang diakibatkan kerusakan pada gangguan pada tulang otot. Selain tempat
untuk penyembuhan secara fisik, penyembuhan secara mental dengan memotivasi, dan tempat
bersosialisasi antar sesama penyandang cacat dan penyandang cacat dengan masyarakat sekitar. Hal ini
diharapkan menciptakan rasa percaya diri dan kesejahteraan hidup bermasyarakat.

Berikut definisi dan pengertian tunadaksa dari beberapa sumber buku:

Menurut Somantri (2006), tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat
gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini
dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.

Menurut Efendi (2008), tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan
fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara
normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna.

Menurut Hikmawati (2011), tunadaksa adalah seseorang yang mempunyai kelainan tubuh pada alat
gerak yang meliputi tulang, otot, dan persendian baik dalam struktur atau fungsinya yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layak.

Menurut Karyana dan Widiati (2013), tunadaksa adalah penyandang bentuk kelainan atau kecacatan
pada sistem otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi,
adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi.

Menurut Aziz (2015), tunadaksa adalah mereka yang mengalami kelainan atau kecacatan pada sistem
otot, tulang, dan persendian karena kecelakaan atau kerusakan otak yang dapat mengakibatkan
gangguan gerak, kecerdasan, komunikasi, persepsi, koordinasi, perilaku, dan adaptasi sehingga mereka
memerlukan layanan informasi secara khusus.

2. Jenis-jenis Tunadaksa

Menurut Aziz (2015), kelainan yang dikategorikan sebagai tunadaksa diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut:

a. Tunadaksa Ortopedi

Tunadaksa ortopedi (orthopedically handicapped), merupakan penyandang tunadaksa yang mengalami


kecacatan tertentu pada bagian tulang, otot tubuh maupun persendian. Jenis tunadaksa ini adalah
mereka yang mengalami kelainan, kecacatan, ketunaan tertentu pada bagian tulang, otot tubuh,
ataupun daerah persendian baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian (karena
penyakit atau kecelakaan) sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara normal.
Adapun jenis-jenis penyandang tunadaksa dalam kelompok kelainan sistem otot dan rangka atau
tunadaksa ortopedi adalah sebagai berikut:

- Poliomyelitis, merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio
yang mengakibatkan kelumpuhan dan bersifat menetap. Sedangkan dilihat dari sel-sel motorik yang
rusak, kelumpuhan karena polio dibedakan menjadi empat, yaitu tipe spinal merupakan kelumpuhan
pada otot leher, sekat dada, tangan dan kaki. Tipe bulbair merupakan kelumpuhan fungsi motorik pada
satu atau lebih syaraf tepi dengan ditandai adanya gangguan pernafasan. Tipe bulbispinalis yaitu
gabungan antara tipe spinal dan bulbair. Serta tipe encephalitis yang biasa disertai dengan demam,
kesadaran menurun, tremor dan terkadang kejang.

- Muscle dystrophy, merupakan jenis penyakit yang mengakibatkan otot tidak berkembang karena
mengalami kelumpuhan yang bersifat progresif dan simetris. Penyakit ini ada hubungannya dengan
keturunan.

- Spina bifida, merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terbukanya satu tiga
ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan. Akibatnya fungsi
jaringan saraf terganggu dan dapat mengakibatkan kelumpuhan.

b. Tunadaksa saraf

Tunadaksa saraf (nurologically handicapped) merupakan penyandang tunadaksa yang mengalami


kelemahan pada gerak dan fungsi salah satu atau beberapa alat geraknya yang disebabkan oleh kelainan
pada saraf di otak.

Menurut derajat kecacatannya, tudadaksa saraf dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Ringan, dengan ciri-ciri, yaitu dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas dan dapat menolong diri
sendiri.

Sedang, dengan ciri-ciri: membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara, berjalan, mengurus diri dan
menggunakan alat-alat khusus.

Berat, dengan ciri-ciri: membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara dan tidak dapat
menolong diri sendiri.

Menurut letak kelainan otak dan fungsi gerak:

Spastik, dengan ciri-ciri seperti ada kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya.

Dyskenesia, yang meliputi a'hetosis (penderita memperlihatkan gerak yang tidak terkontrol), rigid
(kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit dibengkokkan), tremor (getaran kecil yang terus menerus
pada mata,tangan atau kepala).

Ataxia, adanya gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi.

Jenis campuran, seseorang mempunyai kelainan dua atau lebih dari tipe-tipe kelainan diatas.
3. Karakteristik Penyandang Tunadaksa

Menurut Aziz (2015), seorang penyandang tunadaksa memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Karakteristik Kognitif

Implikasi dalam konteks perkembangan kognitif ada empat aspek yang turut mewarnai yaitu: pertama,
kematangan yang merupakan perkembangan susunan saraf misalnya mendengar yang diakibatkan
kematangan susunan saraf tersebut. Kedua, pengalaman yaitu hubungan timbal balik antara organisme
dengan lingkungan dan dunianya. Ketiga, transmisi sosial yaitu pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial. Keempat, ekuilibrasi yaitu adanya kemampuan yang mengatur
dalam diri anak. Wujud konkrit dapat dilihat dari angka indeks kecerdasan (IQ). Kondisi ketunadaksaan
sebagian besar menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan kognitif.

b. Karakteristik Inteligensi

Untuk mengetahui tingkat inteligensi anak tunadaksa dapat digunakan tes yang telah dimodifikasi agar
sesuai dengan anak tunadaksa. Tes tersebut antara lain hausserman Test (untuk tunadaksa ringan),
illinois test dan peabody picture vocabulary test

c. Karakteristik Kepribadian

Ada beberapa hal yang tidak menguntungkan bagi perkembangan kepribadian anak tunadaksa atau
cacat fisik, diantaranya: pertama, terhambatnya aktivitas normal sehingga menimbulkan perasaan
frustrasi. Kedua, timbulnya kekhawatiran orangtua biasanya cenderung over protective. Ketiga,
perlakuan orang sekitar yang membedakan terhadap penyandang tunadaksa menyebabkan mereka
merasa bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Efek tidak langsung akibat ketunadaksaan yang
dialaminya menimbulkan sifat harga diri rendah, kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif atau
mematikan kreativitasnya. Selain itu yang menjadi problem penyesuaian penyandang tunadaksa adalah
perasaan bahwa orang lain terlalu membesar-besarkan ketidakmampuannya.

d. Karakteristik Fisik

Selain potensi yang harus berkembang, aspek fisik juga merupakan potensi yang harus dikembangkan
oleh setiap individu. Akan tetapi bagi penyandang tunadaksa, potensi itu tidak utuh karena ada bagian
tubuh yang tidak sempurna. Secara umum perkembangan fisik tunadaksa dapat dinyatakan hampir
sama dengan orang normal pada umumnya kecuali pada bagian-bagian tubuh yang mengalami
kerusakan atau terpengaruh oleh kerusakan tersebut.

e. Karakteristik Bahasa/Bicara

Setiap manusia memiliki potensi untuk berbahasa, potensi tersebut akan berkembang menjadi
kecakapan berbahasa melalui proses yang berlangsung sejalan dengan kesiapan dan kematangan
sensori motoriknya. Pada penyandang tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa atau bicaranya tidak
begitu normal, lain halnya dengan penyandang cerebral palsy. Gangguan bicara pada penyandang
cerebral palsy biasanya berupa kesulitan artikulasi, phonasi, dan sistem respirasi.

4. Faktor Penyebab Tunadaksa

Menurut Murtie (2014), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya tunadaksa, antara
lain adalah sebagai berikut:

a. Faktor kelahiran

Beberapa masalah dalam kelahiran yang menyebabkan tunadaksa yaitu, Pinggul ibu yang terlalu sempit
membuat bayi menjadi sulit keluar dan terjepit. Pemberian injeksi yang berlebihan untuk mendorong
bayi keluar mempengaruhi sistem saraf otaknya. Treatment untuk mengeluarkan bayi yang dilakukan
secara ditarik juga mempengaruhi saraf bayi.

b. Faktor kecelakaan

Faktor kecelakaan bisa menjadi hal yang utama penyebab tunadaksa pada seseorang. Kecelakaan bisa
terjadi pada masa bayi, misalnya terjatuh pada saat digendong. Bisa juga terjadi pada saat anak sudah
bisa berjalan, misal terjatuh dari tangga, terjatuh dari sepeda atau mengalami kecelakaan dengan orang
lain.

c. Terkena virus

Tunadaksa juga bisa disebabkan oleh virus yang mungkin menggerogoti tubuhnya. Sehingga salah satu
atau beberapa organ tubuh menjadi tidak berfungsi. Misalnya polio dan beberapa virus lainnya.
Materi 8

TUNALARAS

a. Pengertian Tunalaras

Istilah untuk menyebut anak dengan gangguan emosi masih sangat berfariasi, istilah yang sering
dipakai untuk menyebut anak dengan gangguan emosi adalah gangguan perilaku (behavior disorder).
Tetapi, didalam dunia pendidikan anak luar biasa, anak yang mengalami masalah tingkah laku disebut
sebagai anak tunalaras yang didalamnya mencakup anak dengan gangguan emosi (emotional disturbance)
dan anak dengan gangguan perilaku ( behavioral disorder).

Menurut Somantri (2007: 139) menjelaskan: Anak tunalaras adalah anak yang mengalami
gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Tingkah laku anak tunalaras kadang-
kadang tidak mencerminkan kedewasaan dan suka menarik diri dari lingkungan, sehingga merugikan
dirinya sendiri dan orang lain dan bahkan kadang merugikan di segi pendidikannya. Anak tunalaras juga
sering disebut anak tunasosial karena tingkah laku anak tunalaras menunjukkan penentangan terhadap
norma-norma sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri , menganggu dan menyakiti orang lain.

Menurut Wardani, dkk (2007: 56) berpendapat bahwa, “Anak tunalaras adalah anak yang secara
terus menerus menunjukkan penyimpangan perilaku sehingga menimbulkan ketidakmampuan belajar dan
penyesuaian diri, walaupun telah menerima layanan belajar serta bimbingan.”Sedangkan menurut K.A.
Muhammad (2008 : 130) menyatakan: Gangguan emosi adalah suatu masalah yang bukan saja dialami
oleh orang dewasa, tetapi juga oleh anak-anak. Perubahan-perubahan tingkah laku menunjukkan bahwa ia
mengalami gangguan emosi, tetapi biasanya orangtua atau guru tidak mengindahkan hal ini. Akibatnya,
perkembangan anak-anak tersebut dalam berbagai aspek terhambat dan ia akan terus dicap sebaagai anak
yang nakal, pemalas, dan berbagai sebutan buruk lainnya.

kemudian Kosasih (2012: 157) mengemukakan bahwa, “Tunalaras ialah sebutan untuk anak yang
terindikasi memiliki gangguan dalam hal emosi dan perilaku, yang diakibatkan oleh masalah
intrapersonal sehingga ia mengalami kesulitan dalam berperilaku sesuai norma yang ada di masyarakat
pada umumnya”.

Pendapat lain mengenai pengertian anak tunalaras dikemukakan pula oleh Kustawan (2013: 86)
bahwa, “Peserta didik tunalaras merupakan peserta didik yang mengalami gangguan dalam hal
pengendalian emosi, perilaku, atau kontrol sosial”. Begitu pula dengan Pratiwi dan Murtiningsih (2013)
yang mengartikan anak tunalaras sebagai “anak yang mengalami gangguan emosi dan kepribadian,
sehingga tidak selaras dengan norma di lingkungan sekitarnya”. (hlm. 57-58).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian anak tunalaras, dapat diambil
kesimpulan bahwa anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan penyimpangan
tingkah laku serta kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik di dalam keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Anak tunalaras juga mempunyai kebiasaan melanggar norma dan nilai
kesusilaan maupun sopan santun yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sopan santun dalam
berbicara maupun bersosialisasi dengan orang lain. Dalam hal ini, jika anak tunalaras tidak memperoleh
penanganan yang tepat, maka akan berdampak mengganggu kemampuan akademiknya disekolah,
sehingga prestasi belajar anak tunalaras menjadi rendah.
Materi 9

AUTISME

Anak autisme merupakan gangguan perkembangan pada anak yang menyebabkan kemampuan
komunikasi dan sosialisasi anak terganggu. Hingga kini, penyebab autisme tidak diketahui secara
pasti.Namun, risiko terjadinya gangguan autisme dapat meningkat apabila terdapat faktor genetik dan
lingkungan, misalnya paparan racun, asap rokok, infeksi, efek samping obat-obatan, serta gaya hidup
tidak sehat selama hamil.

Apa Saja Ciri-Ciri Anak Autis?

Gejala autisme sangat beragam dan tiap anak yang menderita kondisi ini dapat menunjukkan gejala yang
berbeda. Namun, secara umum, ciri-ciri anak autis terdiri dari 3 karakteristik utama, yaitu: Kesulitan
komunikasi Masalah komunikasi yang kerap dialami anak penderita autisme, antara lain sulit bicara,
menulis, membaca, dan memahami bahasa isyarat, seperti menunjuk dan melambai. Hal ini kemudian
membuatnya sulit untuk memulai percakapan dan memahami maksud dari suatu perkataan atau petunjuk
yang diberikan orang lain.Tak jarang anak dengan autisme mengucapkan satu kata secara berulang atau
yang beberapa waktu lalu didengarnya, mengucapkan sesuatu dengan nada tertentu atau seperti sedang
bersenandung, atau sering tantrum.

Gangguan dalam berhubungan sosial

Salah satu ciri-ciri anak autis adalah sulit bersosialisasi. Anak dengan autisme sering kali terlihat asyik
dengan dunianya sendiri, sehingga sulit terhubung dengan orang-orang di sekitarnya. Terkadang anak
dengan autisme juga terlihat kurang responsif atau sensitif terhap perasaannya sendiri atau pun orang lain.
Oleh karena itu, anak autis biasanya tidak mudah berteman, bermain dan berbagi mainan dengan teman,
atau fokus terhadap suatu objek atau mata pelajaran di sekolah.

Gangguan perilaku

Berikut ini adalah beberapa pola perilaku khas yang biasanya ditunjukkan oleh anak dengan autisme:
Marah, menangis, atau tertawa tanpa alasan yang jelas Hanya menyukai atau mengonsumsi makanan
tertentu Melakukan tindakan atau gerakan tertentu dilakukan secara berulang, seperti mengayun tangan
atau memutar-mutarkan badan

Hanya menyukai objek atau topik tertentu

Melakukan aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri, seperti menggigit tangan dengan kencang atau
membenturkan kepala ke dinding Memiliki bahasa atau gerakan tubuh yang cenderung kaku Sulit tidur.
Materi 10

ADD/ADHD

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan saraf yang umum menimpa
anak dan dapat berlanjut hingga dewasa. Gangguan ini dapat membuat anak kesulitan untuk menjalin
hubungan dan mengikuti pelajaran di sekolah. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah
gangguan saraf yang umum menimpa anak dan dapat berlanjut hingga dewasa. Gangguan ini dapat
membuat anak kesulitan untuk menjalin hubungan dan mengikuti pelajaran di sekolah.

Gejala ADHD pada anak

anak sensitif mengelola emosi. Gangguan ADHD hingga kini belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Namun, mengutip dari NHS, ahli kesehatan berpendapat bahwa genetik, lingkungan, dan
adanya masalah pada sistem saraf pusat pada masa perkembangan berkontribusi pada permulaan
ADHD.Kebanyakan ahli setuju bahwa ADHD cenderung muncul sejak lahir, tapi gejala sering tidak
terlihat sampai anak-anak memasuki sekolah dasar. Hal ini menyebabkan anak-anak dengan ADHD
menerima diagnosis lebih lambat.

Alasannya karena hampir semua anak usia prasekolah menunjukkan perilaku atau gejala ADHD.
Namun, bila diperhatikan, perilaku anak akan berubah jadi lebih tenang. Bila tidak kunjung menghilang,
kemungkinan ADHD bisa terjadi. Jika anak dengan ADHD dibiarkan, komplikasi bisa terjadi. Anak akan
lebih mudah cedera karena hiperaktif, sulit mendapatkan teman dan menjalin hubungan, serta berisiko
menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan terlarang. Dilansir dari laman Kids Health, gejala awal ADHD
pada anak yang perlu diperhatikan orangtua,
Materi 11

DKB (DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR)

Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Diagnosis dapat diartikan sebagai:

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami
seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);

2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-
kesalahan dan sebagainya yang esensial;

3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-
fakta tentang suatu hal.

Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah
tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar
mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit
tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan
menyarankan tindakan pemecahannya:

Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai
diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya
kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan
keluar untuk memecahkan masalah tersebut.Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan
belajar siswa, guru sangat dianjurkan terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenal gejala
dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang
melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit”
yakni jenis kesulitan belajar siswa.

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar Blassic dan Jones, sebagaimana
dikutip oleh Warkitri, menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi
akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan
bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi
menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan,
perhatian, ataupun fungsi motoriknya.Sementara itu Siti Mardiyanti menganggap kesulitan belajar
sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin
bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.

B. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar

Berbagai masalah anak kesulitan belajar secara umum menyangkut kemampuan akademik dasar
seperti calistung (membaca,menulis, dan berhitung). Hal ini menyebabkan anak kesulitan belajar sulit
untuk diidentifikasi hingga mereka masuk sekolah dan mengalami masalah prestasi akademis. Tanda anak
yang mengidap kesulitan belajar antara lain:

1. Perkembangan terlambat

Secara performance anak yang jauh tertinggal dengan teman seusianya menjadi indikator adanya kelainan
perkembangan pada anak berkesulitan belajar. Perkembangan ini menyangkut keterlambatan berbahasa,
misal: sulit mengerti kata -kata, sulitberbicara sesuai dengan anak sebayanya. Keterlambatan ini juga bisa
dilihat dari proses pertumbuhanya, seperti terlambat berjalan atau terlambat berdiri. Hal lain,
ketertinggalan dalam memahami arahmengenal bentuk huruf, pelafalan kata atau hitungan. Hasil studi
menunjukan anak yang terlambat perkembangannya juga mengalami keterlambatan di sekolah.

2. Penampilan tak konsisten.

Anak kesulitan belajar mampu melakukan soal matematika dari guru saat ini, tapi jika mendapat soal itu
pada pekan depania takmampu untuk menyelesaikannya. Kesulitan ini diprediksi karenakemampuan
mengingatnya. Ketidak-konsisten anak kesulitan belajar juga bisa berupa tulisan yang jelek namun hasil
lukisanya bagus, danbisa juga lebih bisa mengerjakan sesuatu dengan baik di rumahdaripada di sekolah.

3. Kehilangan minat belajar

Sebenarnya anak kesulitan belajar suka belajar, namun antusiamenya kian berkurang begitu masuk
sekolah karenamengalami gangguan pemrosesan informasi yang butuh daya ingatdan pengorganisasian
informasi dalam jumlah besar. Tanda-tandayang bisa dilihat dengan jelas: suka menunda-nunda
pekerjaan, sepertimengerjakan tugas belum selesai dan mengatakan akanmengerjakannya di sekolah.

4. Tak mencapai prestasi seperti yang diharapkan

Adanya kesenjangan antara potensi dan prestasi yangditunjukan anak dapat menjadi ciri utama bagi yang
mengalamikesulitan belajar. Misal, anak 8 tahun kelas tiga SD, dengan IQ 139 dengan kemampuanya bisa
menguasai materi kelas 4 bahkan kelas 5.hambatan ini disebabkan ketidakmampuan belajar mandiri.

5. Masalah tingkah laku yang menetap

Anak kesulitan belajar umumnya mempunyai masalah perilaku. Masalah perilaku ini, seperti cepat
mengambek dan marah.Anak yang mengalami kesulitan persepsi visual dan bahasa akan sulitmemahami
dan mengingat informasi, sehingga sering terkesan sukardiatur dan kasar. Tingkah laku ini tentunya tidak
disadari oleh anak.Kesulitan muncul saat anak masuk sekolah, karena sekolah secaraintern menuntutnya
berperilaku baik. Di sekolah mungkin ia berhasilmengendalikan diri, namun di rumah ada perubahan
mood yangmencolok. Hal ini yang menyebabkan anak learning disabilitiessering dianggap keras kepala,
malas, tak peka, tak bertanggung jawabdan tak mau bekerja sama.

6. Kurangnya kepercayaan diri dan harga diri

Anak sering menggangap dirinya bodoh karena tak dapatmeraih prestasi yang baik di sekolah, tak dapat
memenuhi harapanorang tua, tak dapat diterima kelompok. Adanya rendah diri ini akanmenurunkan
motivasi akademis mereka. Anak kesulitan belajar rentan terhadap situasi yang membuat mereka mudah
putus asa dan berhentimencoba (learned helpess).
DAFTAR PUSTAKA

Jati Rinakri. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2017.

Sulthon. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: PT. Raja Grafindo Persada. 2020.

Ni’matul zahro dkk. Psikologi Dan Intervensi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Malang:
UMM Press. 2021.

Anda mungkin juga menyukai